8
1.2 Rumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan uraian teori pada latar belakang diatas, maka yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1 Apakah ukuran perusahaan berpengaruh pada audit report lag?
2 Apakah likuiditas mampu memoderasi pengaruh ukuran perusahaan pada audit
report lag?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan pokok permasalahan diatas, maka yang menjadi tujuan penelitian ini adalah :
1 Untuk menguji pengaruh ukuran perusahaan pada audit report lag.
2 Untuk menguji kemampuan likuiditas dalam memoderasi pengaruh ukuran
perusahaan pada audit report lag.
1.4 Kegunaan Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian diatas, maka penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan sebagai berikut :
1 Kegunaan Teoritis
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan ilmu pengetahuan dan wawasan yang berupa bukti empiris bagi para akademisi
mengenai pengetahuan dibidang audit, khususnya likuiditas sebagai pemoderasi pengaruh ukuran perusahaan terhadap audit report lag.
9
2 Kegunaan Praktis
Penelitiaan ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi pimpinan perusahaan dalam rangka menjaga meningkatkan kredibilitas laporan
keuangan agar bermanfaat bagi para penggunanya serta sebagai bahan evaluasi bagi para auditor sehingga dapat meningkatkan kinerja, kualitas dan
kompetensi auditor dalam melakukan proses audit laporan keuangan.
1.5 Sistematika Penulisan
Penelitian ini terdiri dari beberapa bab yang disusun berurutan secara sistematis, sehingga antara sub bab dengan bab yang lainnya mempunyai hubungan
yang sistematis. Sistematika penulisan dalam penelitian ini akan diuraikan secara ringkas meliputi 5 lima bab sebagai berikut:
Bab 1 Pendahuluan
Bab ini menguraikan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, dan sistematika penulisan.
Bab 2 Kajian Pustaka dan Hipotesis Penelitian
Bab ini memuat uraian sistematis tentang teori dan konsep yang berkaitan dengan pembahasan masalah yaitu, teori keagenan, laporan keuangan,
likuiditas, ukuran perusahaan dan audit report lag. Selain itu, akan dibahas hasil penelitian sebelumnya yang relevan dengan penelitian ini serta
hipotesis penelitian.
10
Bab 3 Metode Penelitian
Bab ini menguraikan mengenai desain penelitian, lokasi dan ruang lingkup wilayah penelitian, objek penelitian, identifikasi variabel, definisi
operasional variabel, jenis dan sumber data, populasi, sampel, metode penentuan sampel, serta teknik analisis data.
Bab 4 Pembahasan Hasil Penelitian
Bab ini menguraikan mengenai deskripsi sampel dan variabel penelitian, hasil penelitian serta pada bab ini juga berisi tentang interpretasi dari hasil
penelitian yang memberikan jawaban atas permasalahan dari penelitian ini.
Bab 5 Simpulan dan Saran
Bab ini akan menguraikan kesimpulan dari keseluruhan hasil penelitian dan saran-saran yang diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang
berkepentingan serta saran kepada peneliti selanjutnya yang ingin melanjutkan atau mengembangkan penelitian yang telah dilakukan.
11
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN
2.1 Landasan Teori dan Konsep
2.1.1 Teori Keagenan Agency Theory
Teori agensi adalah teori yang menjelaskan hubungan antara pihak agen manajemen dengan principal pemegang saham. Principal merupakan pihak
yang memberikan amanat kepada agen untuk melakukan suatu jasa atas nama principal, sementara agen adalah pihak yang diberi mandat. Menurut Jensen dan
Meckling 1976 teori keagenan merupakan hubungan manajer dan pemilik yang mengurus penggunaan dan pengendalian sumber daya yang dimiliki perusahaan.
Dalam hal ini pihak principal sebagai pemilik akan memberikan informasi kepada pihak agen sebagai manajer untuk melakukan pengolahan informasi. Hasil
pengolahan informasi dapat digunakan dalam pengambilan keputusan bagi pihak principal.
Teori agensi tidak selalu menghasilkan hasil yang baik dimana principal memiliki keyakinan bahwa agen tidak selalu melakukan yang terbaik untuk
kepentingan principal. Teori keagenan berpendapat bahwa entitas merupakan urat nadi dari hubungan-hubungan keagenan dan mencoba untuk memahami perilaku
organisasi dengan menguji bagaimana pihak-pihak yang terkait dengan hubungan keagenan tersebut memaksimumkan utilitas melalui sebuah kerjasama Astika,
2010:64. Inti dari teori keagenan adalah pendesainan sebuah kontrak yang sesuai untuk menyelaraskan kepentingan agen dan principal dalam hal terjadi konflik
kepentingan.
12
Masalah keagenan yang timbul dapat dikurangi dan diatasi dengan biaya keagenan yang ditanggung baik agen maupun principal. Tingkat biaya agensi
tergantung pada peraturan perundang-undangan dalam penyusunan kontrak. Menurut Jensen dan Meckling 1976 biaya keagenan dibagi menjadi tiga yaitu:
1 Monitoring cost
Monitoring cost yaitu biaya yang harus dikeluarkan pemilik perusahaan atau pemegang saham dalam upaya untuk mengawasi prilaku manajemen.
2 Bonding cost
Bonding cost adalah biaya yang ditanggung untuk menempatkan dan mematuhi mekanisme yang menjamin bahwa manajemen akan bertindak untuk
kepentingan pemegang saham. 3
Residual cost Residual cost adalah nilai kerugian yang dialami oleh pemilik perusahaan atau
pemegang saham akibat dari keputusan manajemen yang menyimpang dari keputusan yang telah ditetapkan.
Menurut Eisenhardt 1989 menyebutkan ada tiga asumsi sifat manusia terkait keagenan yaitu, yang pertama manusia pada umumnya mementingkan diri sendiri,
yang kedua manusia memiliki daya pikir terbatas mengenai persepsi pada masa yang akan datang, dan yang terakhir manusia selalu menghindari resiko. Informasi
laporan keuangan yang akurat dan tepat waktu dapat mempengaruhi permintaan akan audit laporan keuangan. Hubungan teori keagenan sangat erat dengan
ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan. Ketepatan waktu menunjukan rentang waktu antara informasi yang ingin disajikan dengan pelaporan, apabila
13
informasi tersebut tidak disampaikan tepat waktu mengakibatkan nilai dari informasi menjadi berkurang. Berkurangnya nilai informasi yang disampaikan
kepada prinsipal menimbulkan asimetris informasi Dewi, 2014. Asimetris informasi merupakan salah satu elemen teori keagenan, dalam hal
ini pihak agen lebih banyak mengetahui informasi internal perusahaan secara detail dibandingkan pihak prinsipal yang hanya mengetahui informasi perusahaan secara
eksternal melalui hasil kinerja yang dibuat oleh manajemen. Oleh karena itu, hal ini memerlukan ketepatan waktu mengurangi adanya asimetris infomasi antara pihak
agen atau manajemen dengan pihak principal atau pemegang saham, sehingga laporan keuangan dapat disampaikan secara transparan kepada principal. Principal
dalam penelitian ini adalah perusahaan, sedangkan yang berperan sebagai agen adalah auditor. Perusahaan menggunakan jasa auditor independen untuk mengaudit
laporan keuangan mereka. Perusahaan berharap agar auditor menyelesaikan laporan keuangan tepat waktu, sehingga informasi dalam laporan keuangan menjadi
berkualitas.
2.1.2 Laporan Keuangan
Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari siklus akhir akuntansi sekaligus bagian dari pelaporan keuangan Sunaningsih, 2014. Laporan keuangan bertujuan
untuk menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar
pemakai dalam pengambilan suatu keputusan Harahap, 2010:70. Selain itu laporan keuangan juga merupakan alat pertanggungjawaban pengelola perusahaan
14
oleh manajemen atas sumberdaya yang telah dipercayakan kepadanya. Laporan keuangan harus memiliki informasi yang lengkap dan jelas serta dapat
menggambarkan secara tepat kejadian ekonomi yang berpengaruh terhadap hasil operasi perusahaan. Laporan keuangan yang lengkap terdiri dari laporan perubahan
posisi keuangan neraca, laporan labarugi, laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas, serta catatan atas laporan keuangan.
Tujuan laporan keuangan menurut PSAK 2009 adalah untuk menyediakan informasi tentang posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan
perusahaan yang bermanfaat bagi pengguna laporan keuangan dalam membuat keputusan ekonomi. Laporan keuangan yang baik harus memenuhi karakteristik
kualitatif laporan keuangan sebagai berikut. 1
Dapat dipahami Kualitas informasi dalam laporan keuangan terlihat dari kemudahan untuk
dipahami oleh para pengguna yang diasumsikan memiliki pengetahuan memadai mengenai aktivitas ekonomi dan bisnis, akuntansi, dan kemauan
mempelajari informasi dengan ketekunan yang wajar. 2
Relevan Informasi dalam laporan keuangan dikatakan relevan ketika dapat
mempengaruhi keputusan ekonomi pengguna. Informasi yang relevan harus dapat membantu pengguna laporan keuangan untuk mengevaluasi laba
sekarang maupun laba masa datang predictive value, serta memperbaiki harapan yang dibuat sebelumnya feedback value. Informasi juga harus
15
tersedia tepat waktu bagi pengambil keputusan sebelum mereka kehilangan kesempatan atau untuk mempengaruhi keputusan yang diambil timeliness.
3 Keandalan
Informasi dikatakan andal reliable jika bebas dari pengertian yang menyesatkan dan salah saji yang material, serta dapat diandalkan pengguna
sebagai penyajian yang jujur dan wajar faithful representation dari yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar diharapkan dapat disajikan.
4 Dapat dibandingkan
Identifikasi kecenderungan posisi dan kinerja keuangan pada laporan keuangan perusahaan antar periode hendaknya dapat diperbandingkan oleh pengguna.
Selain itu pengguna harus dapat membandingkan laporan keuangan antar perusahaan pada setiap periode untuk mengevaluasi posisi keuangan, kinerja
serta perubahan posisi keuangan secara relatif. Implikasinya, pengguna mendapat informasi tentang kebijakan akuntansi yang digunakan dalam
susunan laporan keuangan, perubahan kebijakan, serta pengaruhnya. Ketaatan pada standar akuntansi keuangan, termasuk pengungkapan kebijakan akuntansi
yang digunakan oleh perusahaan, membantu pencapaian karakteristik daya banding.
Terkait penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan yang baik dan berkualitas adalah laporan yang memiliki informasi ynag dapat
dipahami, relevan, dapat diandalkan, dan mempunyai daya banding. Salah satu kendala dari informasi yang relevan dan dapat diandalkan adalah tepat waktu
Harahap, 2011:134. Ketepatan waktu adalah atribut kualitatif informasi keuangan
16
yang memerlukan informasi tersedia untuk pengguna laporan keuangan secepat mungkin Banimahd et al,2012, jika terdapat penundaan, maka informasi yang
dihasilkan akan kehilangan relevansi dan reliabilitasnya.
2.1.3 Audit Report Lag
Audit report lag merupakan aspek penting dalam menjaga relevansi dari informasi yang dibutuhkan para pengguna laporan keuangan. Tujuan laporan
keuangan menurut IAI 2009 adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang
bermanfaat bagi sejumlah besar pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomi. Untuk menjaga tingkat relevansi dari laporan keuangan, maka laporan keuangan
harus disampaikan tepat waktu agar dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan. Baridwan 2000 menyatakan bahwa tepat waktu diartikan sebagai
informasi yang harus sampai sedini mungkin untuk dapat digunakan sebagai dasar untuk pengambilan keputusan ekonomi dan untuk menghindari tertundanya
keputusan-keputusan tersebut. Menurut Dyer dan McHugh 1975 , audit report lag adalah interval terbuka
pada jumlah hari dari akhir tahun sampai tercatat sebagai tanggal signature opini dalam laporan keuangan. Menurut Anastasia 2007 audit report lag adalah jangka
waktu penyelesaian audit antara tanggal tahun buku perusahaan berakhir sampai dengan tanggal laporan audit. Perbedaan waktu antara tanggal laporan keuangan
dengan laporan auditor independen mengindikasikan tentang lamanya waktu
17
penyelesaian audit yang dilakukan oleh auditor. Semakin panjang suatu audit report lag, maka akan memberikan dampak yang buruk bagi perusahaan.
Terdapat 3 komponen audit report lag menurut Knechel dan Payne 2001 yaitu :
1 Sceduling lag merupakan selisih waktu antara akhir tahun fiskal perusahaan
atau tanggal neraca dengan dimulainya pekerjaan lapangan auditor. 2
Fieldwork lag merupakan selisih waktu antara dimulainya pekerjaan lapangan dan saat penyelesaiannya.
3 Reporting lag merupakan selisih waktu antara saat penyelesaian pekerjaan
lapangan dengan tanggal laporan auditor. Audit report lag termasuk dalam karakteristik kualitatif yang harus dipenuhi
dalam laporan keuangan yaitu sifat relevan. Laporan keuangan dianggap tidak relevan saat laporan keuangan tersebut kehilangan kapasitas untuk mempengaruhi
keputusan yang diambil, yaitu memiliki ketepatan waktu Kieso, 2010:57. Audit report lag sangat mempengaruhi ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan
perusahaan yang telah diaudit. Semakin panjang audit report lag, berarti perusahaan akan semakin terlambat untuk menyampaikan laporan keuangan kepada
publik yang menunjukan semakin lamanya auditor menyelesaikan pekerjaan audit. Menurut Halim 2000 audit report lag berkaitan dengan rentang waktu
penyelesaian pelaksanaan audit laporan keuangan tahunan yang dihitung sejak tanggal tutup buku perusahaan yaitu 31 Desember sampai dengan tanggal yang
tertera pada laporan auditor independen. Ketentuan waktu penyampaian laporan keuangan tahunan telah diatur dalam peraturan Bapepam Nomor X.K.2 yang
18
menjelaskan tentang penyampaian laporan keuangan perusahaan dan laporan keuangan tahunan yang harus disertai pendapat auditor independennya, harus
disampaikan kepada Bapepam selambat-lambatnya akhir bulan ketiga 90 hari setelah tanggal laporan keuangan tahunan perusahaan.
Dyer dan McHugh 1975, menjelaskan tiga kriteria keterlambatan pelaporan keuangan antara lain:
1 Preliminary lag yaitu interval jumlah hari antara tanggal laporan keuangan
sampai penerimaan laporan akhir preliminary oleh bursa.
2 Auditor’s report lag yaitu interval jumlah hari antara tanggal laporan keuangan
sampai tanggal laporan auditor ditandatangani.
3 Total lag yaitu interval jumlah hari antara tanggal laporan keuangan sampai
tanggal penerimaan laporan dipublikasikan oleh bursa.
2.1.4 Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi audit report lag. Ukuran perusahaan menggambarkan besar kecilnya suatu perusahaan.
Besar kecilnya perusahaan dapat diukur berdasarkan total nilai aset, total penjualan, market velue, jumlah tenaga kerja, dan sebagainya Bangun,dkk. 2012. Semakin
besar aset perusahaan maka semakin banyak modal yang ditanam, semakin banyak penjualan maka semakin banyak perputaran uang dan semakin besar market velue
maka semakin dikenal masyarakat luas. Perusahaan yang lebih dikenal oleh publik memiliki tuntutan dalam hal
transparansi yang semakin luas pula. Untuk itu kebutuhan akan penyampaian
19
laporan keuangan juga semakin dibutuhkan. Menurut Lianto dan Kusuma 2010 perusahaan berskala besar cenderung melaporkan laporan keuangan lebih cepat
dibanding perusahaan kecil karena perusahaan besar lebih diawasi oleh pemerintah, investor, Bapepam, maka dari itu perusahaan besar lebih cepat melaporkan karena
adanya tekanan dari eksternal. Selain itu Fadio et al 2015 menyatakan bahwa perusahaan yang lebih besar dianggap menyelesaikan audit mereka lebih awal
dibandingkan dengan perusahaan kecil karena mereka memiliki pengendalian yang kuat.
Keputusan ketua Bapepam Nomor: Kep-11PM1997 menjelaskan bahwa perusahaan menengah dan kecil adalah badan hukum yang memiliki jumlah
kekayaan total assets tidak lebih dari seratus miliar rupiah, sedangkan perusahaan besar adalah badan hukum yang memiliki jumlah kekayaan total assets lebih dari
seratus miliar rupiah. Menurut Machfoedz 1994 dalam Yulia 2013 ukuran perusahaan terbagi dalam tiga kategori, yaitu:
1
Perusahaan besar
Total aset yang besar dapat mencerminkan bahwa perusahaan tersebut memiliki ukuran yang besar pula. Perusahaan yang dikategorikan besar
biasanya merupakan perusahaan yang telah go public di pasar modal dan
memiliki aset sekurang-kurangnya 200 miliar.
2
Perusahaan menengah
Perusahaan yang digolongkan dalam kategori ini jika memili aset diantara 2 miliar sampai 200 miliar dan biasanya listing di pasar modal.
20
3
Perusahaan kecil
Perusahaan kecil merupakan perusahaan yang memiliki aset kurang dari 2
miliar dan biasanya belum terdaftar di pasar modal.
Penelitian ini menggunakan total aset untuk mengukur besar kecilnya perusahaan. Total aset yang dimaksud adalah jumlah aset yang dimiliki perusahaan
yang tercantum pada laporan keuangan pada akhir periode yang telah diaudit Widosari, 2012. Menurut Modugu et al. 2012 total aset mencerminkan seberapa
besar aktiva yang dimiliki oleh suatu perusahaan serta mencerminkan ukuran dari perusahaan. Total aset dipilih karena penilaian ukuran perusahaan dengan total aset
lebih stabil dibandingkan dengan market value dan total penjualan.
2.1.5 Likuiditas
Likuiditas adalah kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendek Harahap, 2007:301. Weston dan Brigham 1993 mendefinisikan
likuiditas sebagai rasio yang mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek yang jatuh tempo. Likuiditas merupakan kemampuan
untuk mengubah aktiva menjadi kas atau kemampuan untuk memperoleh kas. Menurut Listiana dan Susilo 2012, perusahaan yang memiliki tingkat likuiditas
yang tinggi memiliki resiko yang lebih kecil terhadap kemungkinan terjadinya gagal bayar atas hutang jangka pendek yang dimiliki perusahaan. Tingginya tingkat
likuiditas perusahaan menggambarkan kinerja perusahaan sangat baik sehingga perusahaan dapat dengan cepat dalam menyampikan laporan keuangan perusahaan.
21
Likuiditas perusahaan dapat ditunjukkan oleh besar kecilnya aset lancar yaitu aset yang mudah untuk diubah menjadi kas yang meliputi kas, surat berharga,
piutang, persediaan. Likuiditas merupakan salah satu faktor yang nantinya dapat mempengaruhi ketepatan waktu pelaporan keuangan. Perusahaan yang mempunyai
cukup kemampuan untuk membayar utang jangka pendek disebut sebagai perusahaan yang likuid. Tingkat likuiditas yang tinggi pada sebuah perusahaan
menunjukkan bahwa perusahaan tersebut dapat memenuhi kewajiban jangka pendeknya dengan baik, sedangkan tingkat likuiditas yang rendah menunjukkan
bahwa perusahaan tidak dapat memenuhi kewajiban jangka pendeknya dengan baik Nasution, 2009. Perusahaan yang mempunyai tingkat likuiditas yang tinggi
menunjukkan kabar baik good news bagi perusahaan, hal ini nantinya akan mempengaruhi perusahaan untuk menyampaikan laporan keuangannya dengan
tepat waktu karena akan membuat reaksi pasar menjadi positif terhadap perusahaan. Likuiditas dalam penelitian ini diukur menggunakan rasio lancar perusahaan
current ratio Harahap, 2007: 301. Rasio ini mengukur sampai seberapa jauh aset lancar perusahaan mampu untuk melunasi kewajiban kewajiban jangka pendek
perusahaan tersebut. Semakin tinggi rasio ini maka dapat dikatan bahwa perusahaan dapat melunasi kewajiban jangka pendeknya dengan tepat waktu. Menurut Harahap
2007:301, likuiditas dapat diukur dengan rumus sebagai berikut : �
� � � = �
� � � �
� �� ��� �� × Current asset yang digunakan dalam menghitung rasio lancar perusahaan yang
seluruh asset lancar yang dimiliki perusahaan terdiri dari kas dan setara kas, piutang usaha, persediaan dan beban dibayar dimuka Wild et al, 2005.
22
2.2 Hasil Penelitian Sebelumnya