20 dan dengan memanfaatkan keterampilan tangan. Serat bahan komposit
ditata sedemikian rupa mengikuti bentuk cetakan atau mandril, kemudian dituangkan resin sebagai pengikat antara satu lapisan serat dengan lapisan
yang lain. Demikian seterusnya, sehingga sesuai dengan ukuran dan
bentuk yang telah ditentukan. Ada dua cara aplikasi resin yaitu:
a. Manual Resin Application, proses pengaplikasian antara resin dan fiber dilakukan secara manual dengan tangan.
b. Mechanical Resin Application, proses pengaplikasian antara resin dan fiber menggunakan bantuan mesin dan berlangsung secara
kontinu.
Gambar 2.7 Metode Hand Lay-Up [12]
2.5 PENGUJIAN KOMPOSIT
2.5.1 Analisis Fourier Transform Infra Red FT-IR
Spektrofotometer infra merah terutama ditujukan untuk senyawa organik yaitu menentukan gugus fungsional yang dimiliki senyawa tersebut. Pola pada
daerah sidik jadi sangat berbeda satu dengan yang lain, karenanya hal ini dapat digunakan untuk mengidentifikasi senyawa tersebut. Penetapan secara kualitatif
dapat dilakukan dengan membandingkan tinggi peak transmitansi pada panjang gelombang tertentu yang dihasilkan oleh zat yang diuji dan zat yang standar.
Dalam ilmu material analisa ini digunakan untuk mengetahui ada tidaknya reaksi atau interaksi antara bahan-bahan yang dicampurkan. Selain itu, nilai intensitas
Universitas Sumatera Utara
21 gugus yang terdeteksi dapat menentukan jumlah bahan yang bereaksi atau yang
terkandung dalam suatu campuran [21].
2.5.2 Pengujian Kekuatan Tarik Tensile Strength
Uji tarik adalah salah satu uji stress-strain mekanik yang bertujuan mengetahui kekuatan bahan terhadap gaya tarik. Dengan melakukan uji tarik kita
mengetahui bagaimana bahan tersebut bereaksi terhadap tenaga tarikan dan mengetahui sejauh mana material bertambah panjang. Bila kita terus menarik
suatu bahan sampai putus, kita akan mendapatkan profil tarikan yang lengkap berupa kurva. Kurva ini menunjukkan hubungan antara gaya tarikan dengan
perubahan panjang.
Daerah linier Titik luluh
Tegangan tarik maksimum
Titik putus
Pertambahan panjang G
a ya
t a
ri k
Gambar 2.8 Kurva Hubungan Gaya Tarik Terhadap Pertambahan Panjang [22]
Adapun yang menjadi perhatian dalam gambar tersebut adalah kemampuan maksimum bahan dalam menahan beban. Kemampuan ini umumnya
disebut Ultimate Tensile Strength disingkat dengan UTS. Untuk semua bahan, pada tahap sangat awal uji tarik, hubungan antara beban atau gaya yang diberikan
berbanding lurus dengan perubahan panjang bahan tersebut. Ini disebut daerah linier atau linear zone. Di daerah ini, kurva pertambahan panjang vs beban
Universitas Sumatera Utara
22 mengikuti aturan Hooke, yaitu rasio tegangan stress dan regangan strain
adalah konstan [22]. Pengujian dilakukan sampai sampel uji patah, maka pada saat yang sama
diamati pertambahan panjang yang dialami sampel uji. Kekuatan tarik atau tekan diukur dari besarnya beban maksimum F
maks
yang digunakan untuk memutuskan mematahkan spesimen bahan dengan luas awal A
. Hasil pengujian adalah grafik beban vs perpanjangan elongasi [22].
En ginering Stess σ :
σ =
2.1 dimana :
F
maks
= Beban yang diberikan terhadap penampang spesimen N A
= Luas penampang awal spesimen sebelum diberikan pembebanan m
2
σ = Enginering Stress Nm
-2
Enginering Strain :
=
2.2 dimana :
= Enginering Strain l
o
= Panjang mula-mula spesimen sebelum pembebanan l
t
= Panjang setelah pembebanan Δl
= Pertambahan panjang
Hubungan antara stress dan strain dirumuskan: E =
2.3 dimana :
E = Modulus Elastisitas atau Modulus Young Nm
-2
σ = Enginering Stress Nm
-2
= Enginering Strain
Universitas Sumatera Utara
23 Dari gambar kurva hubungan antara gaya tarikan dan pertambahan
panjang kita dapat membuat hubungan antara tegangan dan regangan stress vs strain. Selanjutnya kita dapat gambarkan kurva standar hasil eksperimen uji tarik
[22].
Daerah linier Tegangan tarik
maksimum
Titik putus
Regangan T
e g
a n
g a
n
Regangan maksimum Deformasi plastis
Gambar 2.9 Kurva Tegangan dan Regangan Hasil Uji Tarik [22]
2.5.3 Pengujian Kekuatan Lentur Flexural Strength