PERUMUSAN MASALAH TUJUAN PENELITIAN MANFAAT PENELITIAN RUANG LINGKUP PENELITIAN RESIN EPOKSI

2 Nanas atau Ananas comosus merupakan salah satu alternatif tanaman penghasil serat yang selama ini hanya dimanfaatkan buahnya sebagai sumber bahan pangan, sedangkan daun nanas dapat dimanfaatkan sebagai bahan penghasil serat tekstil [6]. Dari penelitian yang telah dilakukan oleh Mujiyono dan Didik [7], diperoleh bahwa serat daun nanas memiliki kekuatan tarik hampir dua kali lebih tinggi dibandingkan dengan fiberglass, yaitu 42,33 kgmm 2 untuk serat daun nanas dan 21,65 kgmm 2 untuk fiberglass. Dengan demikian serat daun nanas memiliki potensi untuk digunakan sebagai pengisi dalam suatu komposit. Dalam penelitian ini, digunakan jenis komposit diperkuat serat dengan orientasi acak, dimana panjang dan komposisi serat yang digunakan menjadi faktor yang sangat penting. Dari penelitian yang telah dilakukan oleh Dyah dkk. [8] tentang pengaruh panjang dan komposisi serat terhadap kekuatan impact komposit poliester dan serat pandan wangi diperoleh untuk serat dengan panjang 3 cm, 4 cm, dan 5 cm berturut-turut yaitu 1306,667 KJm 2 , 1960 KJm 2 , dan 2400 KJm 2 , sedangkan untuk rasio matriks dan serat 8020, 7030, dan 6040 berturut- turut yaitu 980 KJm 2 , 12968,667 KJm 2 , dan 2940 KJm 2 . Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa semakin panjang serat dan bertambahnya komposisi serat yang digunakan maka kekuatan impact komposit tersebut akan semakin meningkat. Berdasarkan uraian di atas maka dilakukan kajian mengenai pemanfaatan serat daun nanas sebagai pengisi pada matriks epoksi yang dapat menghasilkan bahan komposit yang memiliki sifat – sifat yang unggul lebih baik.

1.2 PERUMUSAN MASALAH

Perumusan masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimana pengaruh panjang serat terhadap sifat mekanik komposit epoksi berpengisi serat daun nanas. 2. Bagaimana pengaruh komposisi serat terhadap sifat mekanik komposit epoksi berpengisi serat daun nanas. Universitas Sumatera Utara 3

1.3 TUJUAN PENELITIAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh panjang serat dan komposisi pengisi terhadap sifat mekanik komposit epoksi berpengisi serat daun nanas.

1.4 MANFAAT PENELITIAN

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut : 1. Meningkatkan nilai tambah kegunaan dari tanaman nanas, khususnya serat daun nanas. 2. Dapat dijadikan sebagai informasi karakteristik produk komposit epoksi berpengisi serat daun nanas. 3. Sebagai bahan perbandingan sifat komposit epoksi berpengisi serat daun nanas dengan komposit epoksi berpengisi lain yang telah diteliti sebelumnya.

1.5 RUANG LINGKUP PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Penelitian Departemen Teknik Kimia Fakultas Teknik dan Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara serta Laboratorium Fisika Terpadu Universitas Negeri Medan. Adapun bahan baku yang digunakan pada penelitian ini, yaitu epoksi sebagai matriks dan serat daun nanas sebagai pengisi. Variasi yang dilakukan : 1. Variasi panjang serat, yaitu 1 mm, 4 mm, 7 mm, dan 10 mm. 2. Variasi komposisi matriks dan serat, yaitu 955, 9010, dan 8515 vv. Uji dan analisis yang dilakukan pada komposit epoksi adalah : 1. Analisis Fourier Transform Infra Red FTIR. 2. Uji tarik tensile strength ASTM D638 tipe IV. 3. Uji lentur flexural strength ASTM D 790. 4. Uji bentur impact strength ASTM D 4812-11. 5. Analisis Scanning Electron Microscopy SEM . 6. Uji daya serap air water absorption ASTM D 570. Universitas Sumatera Utara 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 KOMPOSIT

2.1.1 Pengertian Komposit

Di dalam dunia industri kata komposit dalam pengertian bahan komposit berarti terdiri dari dua atau lebih bahan yang berbeda yang digabung atau dicampur menjadi satu. Menurut Kaw, komposit adalah struktur material yang terdiri dari dua kombinasi bahan atau lebih, yang dibentuk pada skala makroskopik dan menyatu secara fisika [9]. Sedangkan menurut Matthews dkk, komposit adalah suatu material yang terbentuk dari kombinasi dua atau lebih material pembentuknya melalui campuran yang tidak homogen, dimana sifat mekanik dari masing-masing material pembentuknya berbeda. Dari campuran tersebut akan dihasilkan material komposit yang mempunyai sifat mekanik dan karakteristik yang berbeda dari material pembentuknya. Material komposit mempunyai sifat dari material konvensional pada umumnya dari proses pembuatannya melalui percampuran yang tidak homogen, sehingga kita leluasa merencanakan kekuatan material komposit yang kita inginkan dengan jalan mengatur komposisi dari material pembentuknya. Komposit merupakan sejumlah sistem multi fasa sifat gabungan, yaitu gabungan antara bahan matriks atau pengikat dengan penguat [10].

2.1.2 Jenis – Jenis Komposit

2.1.2.1 Berdasarkan Bahan Matriks

Berdasarkan bahan matriksnya, komposit dapat dibagi menjadi tiga [10], yaitu : 1. Komposit matriks logam atau yang dikenal dengan istilah Metal Matrix Composite MMC. Komposit dengan matriks logam biasanya terdiri dari aluminium, titanium, dan magnesium. Secara umum komposit matriks logam mempunyai sifat seperti : a. Ketahanan aus dan muai termal yang lebih baik . Universitas Sumatera Utara 5 b. Kekuatankekakuan spesifik yang tinggi. c. Diharapkan tahan terhadap temperatur yang tinggi. 2. Komposit matriks keramik atau yang dikenal dengan istilah Ceramic Matrix Composite CMC. Adapun keuntungan yang diperoleh dari komposit matriks keramik seperti : a. Tahan pada temperatur tinggi creep. b. Kekuatan tinggi, ketahanan korosi, dan tahan aus. Sedangkan kelemahan komposit matriks keramik yaitu : a. Susah diproduksi dalam jumlah besar. b. Biaya mahal. 3. Komposit matriks polimer atau dikenal dengan istilah Polymer Matrix Composites PMC. Untuk pembuatan komposit ini, jenis polimer yang banyak digunakan antara lain adalah : a. Polimer termoplastik seperti poliester, nilon 66, polieter sulfon, polipropilen, dan polietereterketon. Komposit ini dapat didaur ulang. b. Polimer termoset untuk aplikasi temperatur tinggi seperti epoksida, bismaleimida BMI, dan poli imida PI. Komposit ini tidak dapat didaur ulang. Pada penelitian ini, jenis matriks yang digunakan adalah polimer termoset yaitu resin epoksi.

2.1.2.2 Berdasarkan Bahan Pengisi

Berdasarkan bahan pengisi yang digunakan, komposit dibagi menjadi tiga [1], yaitu: 1. Laminated Composite Komposit Laminat Merupakan jenis komposit yang terdiri dari dua lapis atau lebih yang digabung menjadi satu dan setiap lapisnya memiliki karakteristik sifat sendiri. 2. Particulate Composite Komposit Partikel Merupakan komposit yang menggunakan partikelserbuk sebagai pengisinya dan terdistribusi secara merata dalam matriksnya. Universitas Sumatera Utara 6 3. Fibrous Composite Komposit Serat Merupakan jenis komposit yang hanya terdiri dari satu lamina atau satu lapisan yang menggunakan penguat berupa serat fiber. Fiber yang digunakan bisa berupa glass fibers, carbon fibers, aramid fibers poly aramide, dan sebagainya. Fiber ini bisa disusun secara acak maupun dengan orientasi tertentu bahkan bisa juga dalam bentuk yang lebih kompleks seperti anyaman. Pada penelitian ini, jenis bahan pengisi yang digunakan adalah serat yaitu serat daun nanas.

2.1.2.3 Tipe – Tipe Komposit

Berdasarkan penempatannya ada beberapa tipe serat pada komposit [11], yaitu: 1. Komposit Serat Anyaman Komposit ini tidak mudah dipengaruhi pemisahan antar lapisan karena susunan seratnya mengikat antar lapisan. Susunan serat memanjangnya yang tidak begitu lurus mengakibatkan kekuatan dan kekakuan melemah. 2. Komposit Gabungan Komposit gabungan merupakan komposit gabungan antara tipe serat lurus dengan serat acak. Tipe ini digunakan supaya dapat menganti kekurangan sifat dari kedua tipe dan dapat menggabungkan kelebihannya. 3. Komposit Serat Panjang Tipe ini mempunyai susunan serat panjang dan lurus, membentuk lamina diantara matriksnya. Tipe ini mempunyai kelemahan pemisahan antar lapisan. 4. Komposit Serat Pendek Komposit ini adalah tipe komposit dengan serat pendek. Tipe ini dibedakan lagi menjadi tiga, yaitu : a. Serat dengan susunan lurus. b. Serat dengan susunan miring. c. Serat acak. Universitas Sumatera Utara 7 a b c Gambar 2.1 Tipe Komposit Serat Pendek [11] Pada penelitian ini, jenis serat yang digunakan adalah serat pendek dengan arah orientasi acak. a b c d Gambar 2.2 Tipe Komposit Serat a Komposit Serat Panjang b Komposit Serat Anyaman c Komposit Serat Pendek d Komposit Gabungan [11]

2.1.3 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Sifat Komposit

Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi sifat – sifat komposit yang dihasilkan antara lain [12] : 1. Faktor Letak Serat Serat adalah bahan pengisi matriks yang digunakan untuk dapat memperbaiki sifat dan struktur matriks yang tidak dimilikinya, juga diharapkan mampu menjadi bahan penguat matriks pada komposit untuk menahan gaya yang terjadi. Dalam pembuatan komposit tata letak dan arah serat dalam matriks yang akan menentukan kekuatan mekanik komposit, dimana letak dan arah dapat mempengaruhi kinerja komposit tersebut. Menurut tata letak dan arah serat diklasifikasikan menjadi tiga bagian yaitu: Universitas Sumatera Utara 8 a. One dimensional reinforcement, mempunyai kekuatan dan modulus maksimum pada arah axis serat. b. Two dimensional reinforcement planar, mempunyai kekuatan pada dua arah atau masing-masing arah orientasi serat. c. Three dimensional reinforcement, mempunyai sifat isotropic kekuatannya lebih tinggi dibanding dengan dua tipe sebelumnya. Pada pencampuran dan arah serat mempunyai beberapa keunggulan, jika orientasi serat semakin acak random maka sifat mekanik pada satu arahnya akan melemah, bila arah tiap serat menyebar maka kekuatannya juga akan menyebar ke segala arah maka kekuatan akan meningkat. 2. Panjang Serat Panjang serat dalam pembuatan komposit serat pada matriks sangat berpengaruh terhadap kekuatan. Ada dua penggunaan serat dalam campuran komposit yaitu serat pendek dan serat panjang. Serat panjang lebih kuat dibanding serat pendek. Serat alami jika dibandingkan dengan serat sintetis mempunyai panjang dan diameter yang tidak seragam pada setiap jenisnya. Oleh karena itu panjang dan diameter sangat berpengaruh pada kekuatan maupun modulus komposit. Panjang serat berbanding diameter serat sering disebut dengan istilah aspect ratio. Bila aspect ratio makin besar maka makin besar pula kekuatan tarik serat pada komposit tersebut. Serat panjang continous fiber lebih efisien dalam peletakannya daripada serat pendek. Akan tetapi, serat pendek lebih mudah peletakannya dibanding serat panjang. Panjang serat mempengaruhi kemampuan proses dari komposit serat. Pada umumnya, serat panjang lebih mudah penanganannya jika dibandingkan dengan serat pendek. Serat panjang pada keadaan normal dibentuk dengan proses filament winding, dimana pelapisan serat dengan matriks akan menghasilkan distribusi yang bagus dan orientasi yang menguntungkan. Ditinjau dari teorinya, serat panjang dapat mengalirkan beban maupun tegangan dari titik tegangan ke arah serat yang lain. Pada struktur continous fiber yang ideal, serat akan bebas tegangan atau mempunyai tegangan yang sama. Selama fabrikasi, beberapa serat akan menerima Universitas Sumatera Utara 9 tegangan yang tinggi dan yang lain mungkin tidak terkena tegangan sehingga keadaan di atas tidak dapat tercapai. Sedangkan komposit serat pendek, dengan orientasi yang benar, akan menghasilkan kekuatan yang lebih besar jika dibandingkan continous fiber. Hal ini terjadi pada whisker, yang mempunyai keseragaman kekuatan tarik setinggi 1500 kipsin 2 10,3 GPa. Komposit berserat pendek dapat diproduksi dengan cacat permukaan yang rendah sehingga kekuatannya dapat mencapai kekuatan teoritisnya. Faktor yang mempengaruhi variasi panjang serat chopped fiber composites adalah critical length panjang kritis. Panjang kritis yaitu panjang minimum serat pada suatu diameter serat yang dibutuhkan pada tegangan untuk mencapai tegangan saat patah yang tinggi. 3. Bentuk Serat Bentuk serat yang digunakan untuk pembuatan komposit tidak begitu mempengaruhi, yang mempengaruhi adalah diameter seratnya. Pada umumnya, semakin kecil diameter serat akan menghasilkan kekuatan komposit yang lebih tinggi. Selain bentuknya kandungan seratnya juga mempengaruhi. 4. Faktor Matriks Matriks dalam komposit berfungsi sebagai bahan mengikat serat menjadi sebuah unit struktur, melindungi dari perusakan eksternal, meneruskan atau memindahkan beban eksternal pada bidang geser antara serat dan matriks, sehingga matriks dan serat saling berhubungan. Pembuatan komposit serat membutuhkan ikatan permukaan yang kuat antara serat dan matriks. Selain itu matriks juga harus mempunyai kecocokan secara kimia agar reaksi yang tidak diinginkan tidak terjadi pada permukaan kontak antara keduanya. Untuk memilih matriks harus diperhatikan sifat-sifatnya, antara lain seperti tahan terhadap panas, tahan cuaca yang buruk dan tahan terhadap goncangan yang biasanya menjadi pertimbangan dalam pemilihan material matriks. Universitas Sumatera Utara 10 Bahan Polimer yang sering digunakan sebagai material matriks dalam komposit ada dua macam adalah termoplastik dan termoset. Termoplastik dan termoset ada banyak macam jenisnya, yaitu: a. Termoplastik, contohnya : polyamide PI, polysulfone PS, polyetheretherketone PEEK, polyhenylene sulfide PPS, polypropylene PP, polyethylene PE, dan sebagainya. b. Termoset, contohnya : epoksi, polyester, phenolic, plenol, resin amino, resin furan, dan sebagainya. 5. Faktor Ikatan Fiber Matriks Komposit serat yang baik harus mampu untuk menyerap matriks yang memudahkan terjadi antara dua fase. Selain itu komposit serat juga harus mempunyai kemampuan untuk menahan tegangan yang tinggi, karena serat dan matriks berinteraksi dan pada akhirnya terjadi pendistribusian tegangan. Kemampuan ini harus dimiliki oleh matriks dan serat. Hal yang mempengaruhi ikatan antara serat dan matriks adalah void, yaitu adanya celah pada serat atau bentuk serat yang kurang sempurna yang dapat menyebabkan matriks tidak akan mampu mengisi ruang kosong pada cetakan. Bila komposit tersebut menerima beban, maka daerah tegangan akan berpindah ke daerah void sehingga akan mengurangi kekuatan komposit tersebut. Pada pengujian tarik komposit akan berakibat lolosnya serat dari matriks. Hal ini disebabkan karena kekuatan atau ikatan interfacial antara matriks dan serat yang kurang besar. 6. Katalis Katalis ini digunakan untuk membantu proses pengeringan resin dan serat dalam komposit. Waktu yang dibutuhkan resin untuk berubah menjadi plastik tergantung pada jumlah katalis yang dicampurkan. Semakin banyak katalis yang ditambahkan maka makin cepat pula proses curing-nya. tetapi apabila pemberian katalis berlebihan maka akan menghasilkan material yang getas ataupun resin bisa terbakar. Universitas Sumatera Utara 11

2.2 RESIN EPOKSI

Resin epoksi termasuk ke dalam golongan termoset, sehingga dalam pencetakan perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut [13] : 1. Mempunyai penyusutan yang kecil pada pengawetan. 2. Dapat diukur dalam temperatur kamar dalam waktu yang optimal. 3. Memiliki viskositas yang rendah disesuaikan dengan material penyangga. 4. Memiliki kelengketan yang baik dengan material penyangga. Resin ini berbentuk cairan kental atau hampir padat, yang digunakan untuk material ketika hendak dikeraskan. Hardener untuk sistem curing pada temperatur ruang dengan resin epoksi pada umumnya adalah senyawa poliamid yang terdiri dari dua atau lebih grup amina. Curing time sistem epoksi bergantung pada kereaktifan atom hidrogen dalam senyawa amina. Reaksi curing pada sistem resin epoksi secara eksotermis, berarti dilepaskan sejumlah kalor pada proses curing berlangsung. Laju kecepatan proses curing bergantung pada temperatur ruang. Untuk kenaikan temperatur setiap 10 o C, maka laju kecepatan curing akan menjadi dua kali lebih cepat, sedangkan untuk penurunan temperaturnya dengan besar yang sama, maka laju kecepatan curing akan turun menjadi setengah dari laju kecepatan curing sebelumnya. Epoksi memiliki ketahanan korosi yang lebih baik dari pada polyester pada keadaan basah, namun tidak tahan terhadap asam. Epoksi memiliki sifat mekanik, listrik, kestabilan dimensi dan penahan panas yang baik [13]. Tahapan reaksi curing dari resin epoksi [14], yaitu: 1. Sebuah grup epoksi bereaksi dengan satu –NH yang terdapat pada amina, dimana setiap grup epoksi dibuka maka satu gugus hidroksil akan dihasilkan. CH 3 CH 3 NH 2 NH 2 NH 2 NH 2 CH 3 CH 3 N NH 2 NH 2 N H CH 2 OH OH CH 2 H Gambar 2.3 Reaksi Epoksi Tahap 1 [14] Universitas Sumatera Utara 12 2. Tahapan selanjutnya adalah proses pengikatan rantai satu sama lainnya atau sambung silang, untuk mencapai hal ini setiap molekul amina akan mempunyai lebih dari dua gugus –NH, terjadi saling mengikat antara rantai molekul ini menyebabkan peningkatan viskositas yang cepat. CH 3 CH 3 CH 3 OH OH CH 3 N NH 2 NH 2 N H CH 2 CH 2 H CH 3 OH OH CH 3 N NH 2 N H CH 2 CH 2 CH 2 OH Gambar 2.4 Reaksi Epoksi Tahap 2 [14] 3. Grup epoksi yang tidak bereaksi dapat berikatan dengan gugus hidroksil dari rantai yang lain dengan bantuan katalis amina dan panas matahari. CH 3 CH 3 CH 3 OH OH CH 3 N NH 2 N H CH 2 CH 2 CH 2 OH CH 3 OH O CH 3 N NH 2 N H CH 2 CH 2 CH 2 OH CH 3 CH 3 OH Gambar 2.5 Reaksi Epoksi Tahap 3 [14] Universitas Sumatera Utara 13

4. Berikut merupakan struktur epoksi yang sudah mengalami proses curing.

Gambar 2.6 Rumus Struktur Epoksi [14]

2.3 SERAT