2.2.6 Faktor resiko
Resiko tinggi terjadinya endometriosis ditemukan pada : A. Wanita yang ibu atau saudara perempuannya menderita
endometriosis. B. Wanita usia produktif 15 – 44 tahun.
C. Wanita dengan siklus menstruasi 27 hari atau kurang D. Usia menars yang lebih awal dari normal
E. Lama waktu menstruasi F. Adanya orgasme ketika menstruasi
G. Terpapar toksin dari lingkungan Faktor risiko termasuk usia, peningkatan jumlah lemak tubuh perifer, dan
gangguan haid , kebiasaan merokok, kebiasaan hidup, dan genetik. Faktor genetik berperan 6 – 9 kali lebih banyak dengan riwayat keluarga terdekat
menderita. Tabel 2.2 Faktor resiko endometriosis
2.2.7. Gejala klinis
Gejala klinis pada endometriosis akan memuncak pada keadaan premenstruasi, dan mereda setelah menstruasi selesai. Nyeri panggul adalah gejala
yang paling umum terjadi, gejala lain adalah dispareunia, dismenore, nyeri pada kandung kemih dan nyeri punggung bawah.
Universitas Sumatera Utara
Menurut survei yang dilakukan terhadap pasien perempuan di Inggris dan Amerika Serikat yang dirujuk ke universitas berbasis pusat endometriosis,
ditemukan bahwa 70 – 71 pasien mengalami gejala nyeri pelvis, 71 - 76 dengan dismenore, 44 dengan dispareunia, dan 15 - 20 dengan infertilitas
Kuohung, 2002. A. Nyeri saat menstruasi Dismenore
Gejala ini seringkali menjadi gejala awal dari timbulnya endometriosis. Pasien yang mengalami dymenorrhea dan tidak memiliki respon terhadap
kontrasepsi oral ataupun dengan pemberian anti-infalamasi non-streroid diduga kuat menderita endometriosis. Gejala yang sering terjadi pada wanita yang
menderita endometriosis adalah timbulnya nyeri yang luar biasa pada saat menstruasi sejak umur sangat muda, sejak dari usia menarche atau bahkan
sebelumnya. Bagaimanapun, nyeri pada menstruasi tidak dapat selalu dihubungkan dengan endometriosis karena gejala ini merupakan gejala
nonspesifik juga dapat terjadi pada keadaan fisiologis saat mentrasi. Bertambahnya derajat keparahan nyeri dan lama waktu dismenore sebanding
dengan perjalanan stadium endometriosis.
B. Sakit saat berhubungan seksual Dispareuni Ligamentum uterosakral, ligamentum broad, dan the poach of Douglas
merupakan beberapa area tersering ditemukannya endometriosis. Timbulnya endometriosis pada beberapa area tersebut dapat menyebabkan gejala yang
spesifik dan menetap. Beberapa area yang terlibat tersebut terletak berdekatan dengan kedua ujung vagina dan rektum, karena itu, setiap stimulasi fisik pada area
tersebut akan dapat menimbukan nyeri.
Universitas Sumatera Utara
C. Nyeri pelvis Sering ditemukan pada pasien endometriosis pada beberapa kasus nyeri
pada pasien tidak hanya dikaitkan dengan periode menstrusi atau aktifitas seksual, tetapi seringkali nyeri yang dirasakan merupakan nyeri yang kronik dan rasa tidak
nyaman pada bagian bawah pelvis disertai nyeri yang terus-menerus. Nyeri pada pelvis dihubungkan dengan adanya adhesi dan ditemukannya jaringan parut pada
pelvis. Penyebab yang pasti pada nyeri masih belum jelas, namun, adaanya substansi sitokin dan prostaglandin yang dihasilkan oleh implan endometriotik ke
cairan peritoneal merupakan salah satu penyebab Giudice, 2010. D. Nyeri punggung bawah
Endometriosis yang terjadi pada ligamen oterosakral dapat menghasilkan nyeri yang menjalar hingga ke punggung bagian belakang. Nyeri dari uterus juga
dapat menjalar ke area tersebut. E. Infertilitas
Terdapat hubungan antara endometriosis dan infertilitas. Ditemukan fakta bahwa satu dari tiga wanita infertil didiagnosis menderita endometriosis. Data
retrospektif menunjukkan bahwa 30 – 50 wanita dengan endometriosis akan menjadi infertil Alvero, 2007. Adanya adhesi, kerusakan ovarium dan tuba, juga
distorsi yang ditimbulkan sebagai efek dari bertambah parahnya perjalanan endometriosis juga menjadi faktor lain yang menyebabkan infertilitas. Selain
kerusakan yang terjadi pada organ terkait, dihasilkannnya beberapa substansi oleh endometrium yang tumbuh secara ektopik seperti prostaglandin dan sitokin juga
dipercaya menjadi salah satu faktor infertilitas lainnya. F. Nyeri pada kandung kemih dan Dysuria
Lesi superfisial pada kandung kemih biasanya asimtomatik. Lesi dapat menyerang otot dan menimbulkan nyeri saat berkemih, dan dysuria. Meskipun
keluhan ini tidak selalu muncul pada penderita endometriosis, namun keluhan nyeri pada kandung kemih, dysuria, dan urgensi pada wanita tetap menjadi gejala
Universitas Sumatera Utara
pada wantia yang terkena endometriosis, terutama jika keluhan ini disertai hasil kultur urin yang negatif.
G. Nyeri saat defekasi Nyeri defekasi merupakan gejala yang paling jarang muncul dibandingkan
dengaan gejala lain pada endometriosis dan biasanya hal ini mencerminkan adanya keterlibatan rektosigmoid dengan implan endometriotik Azzena, 1998.
Gejala ini dapat terjadi secara kronik, siklik, dan sering berhubungan dengan konstipasi, diare, atauapun hematokezia Remorgida, 2007.
2.2.8 Diagnosis