Sistematika Penulisan KEBIJAKAN PENAL DALAM PERATURAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR 2 TAHUN 2012

3. Tindak Pidana Ringan adalah yang dijelaskan dalam Bab I Pasal 1 Peraturan Mahkamah Agung Perma No 2 Tahun 2012 yakni tindak pidana yang terdapat dalam Pasal 364 KUHP pencurian ringan, Pasal 373 KUHP penggelapan ringan, Pasal 379 KUHP penipuan ringan, Pasal 384 KUHP perbuatan curang, Pasal 407 KUHP pengerusakkan ringan dan Pasal 482 KUHP penadahan ringan. 4. Pidana denda adalah jumlah maksimum hukuman denda yang diancamkan dalam KUHP kecuali Pasal 303 ayat 1 dan 2, dilipatgandakan menjadi 10.000 sepuluh ribu kali. 5. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana KUHP adalah buku tentang peraturan hidup norma yang ditetapkan oleh instansi kenegaraan yang berhak membuatnya, norma yang ditambah dengan ancaman hukuman yang merupakan penderitaan sanksi terhadap barang siapa yang melanggarnya 8 .

E. Sistematika Penulisan

I. Pendahuluan. Bab ini berisi tentang latar belakang, permasalahan dan ruang lingkup, tujuan dan kegunaan penelitian, kerangka teoritis dan konseptual serta sistematika penulisan yang juga diuraikan pada bab ini. II. Tinjauan Pustaka 8 C.S.T. Kansil,Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia,2002,Balai Pustaka, Jakarta, 2002, hlm 20 Bab ini membahas mengenai pengertian tindak pidana ,pengertian tindak pidana ringan, jenis-jenis tindak pidana ringan, pengertian kebijakan penal dan pengertian penegakan hukum yang berbasis hukum progresif. III. Metode Penelitian Merupakan bab yang menguraikan tentang langkah-langkah dalam pendekatan masalah, sumber dan jenis data, sumber informasi, prosedur pengumpulan dan pengolahan data serta analisis data. IV. Hasil Penelitian dan Pembahasan Bab ini berisikan tentang hasil dari berbagai hal yang menjadi permasalahan dalam skripsi ini, antara lain meliputi kebijakan penal serta latar belakang adanya kebijakan penal yang terkandung dalam Peraturan Mahkamah Agung Nomor 2 Tahun 2012 tentang Penyesuaian Batasan Tindak Pidana Ringan dan Jumlah Denda Dalam KUHP. V. Penutup Merupakan bab penutup dari penulisan skripsi ini yang memuat kesimpulan secara rinci dari hal penelitian dan pembahasan serta memuat saran penulis dengan permasalahan yang dikaji.

A. Pengertian Kebijakan Penal

Penanggulangan kejahatan dengan menggunakan hukum pidana merupakan bagian dari kebijakan kriminal. Menurut Marc Ancel, kebijakan kriminal adalah suatu usaha yang rasional dari masyarakat dalam menanggulangi kejahatan. 1 Pengertian kebijakan kriminal juga dikemukakan oleh G. Peter Hoefnagels yaitu bahwa, ”criminal policy is the rational organization of the social reaction to crime”. 2 Definisi lainnya yang dikemukakan oleh G. Peter Hoefnagels adalah: 1. Criminal policy is the science of responses; 2. Criminal policy is the science of crime prevention; 3. Criminal policy is a policy of designating human behaviour as crime; 4. Criminal policy is a rational total of the response of crime. 3 Penanggulangan kejahatan dengan menggunakan hukum pidana merupakan bagian dari kebijakan kriminal. Penanggulangan kejahatan tersebut adalah dalam rangka untuk mencapai tujuan akhir dari kebijakan kriminal itu sendiri,yaitu memberikan perlindungan masyarakat dalam rangka untuk mencapai kesejahteraan bagi masyarakat. Salah satu usaha untuk mencegah dan menanggulangi masalah kejahatan adalah dengan menggunakan hukum pidana penal policy. Masalah kebijakan hukum pidana tidak hanya sebatas membuat atau menciptakan suatu peraturan perundang-undangan yang mengatur hal-hal tertentu. Lebih dari itu, kebijakan hukum pidana memerlukan pendekatan yang menyeluruh yang melibatkan berbagai disiplin ilmu hukum Ba ✁✂ a ✄ a ☎ a ☎ ✆ A ✂✆ ✝✞ , ✟ ✠ ✠✡ , ☛☞ . ✌ ✍ ✎ , ✏✑ ✒ ✡ ✓ G. Peter Hoefnagels dalam Badra Nawawi Arief, ✔ ✕ ✍ ✖ ., hlm 2 3 ✔ ✕ ✍ ✖ . selain ilmu hukum pidana serta kenyataan di dalam masyarakat sehingga kebijakan hukum pidana yang digunakan tidak keluar dari konsep yang lebih luas yaitu kebijakan sosial dan rencana pembangunan nasional dalam rangka mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Menurut Sudarto, arti mengenai kebijakan penal yaitu : a. Dalam arti sempit ialah keseluruhan asas dan metode yang menjadi dasar dari reaksi terhadap pelanggaran hukum yang berupa pidana. b. Dalam arti luas ialah keseluruhan fungsi dari aparatur penegak hukum termasuk di dalamnya cara kerja dari pengadilan dan polisi. Dalam arti paling luas ialah keseluruhan kebijakan yang dilakukan melalui perundang-undangan dan badan-badan resmi yang bertujuan untuk menegakkan norma-norma sentral dari masyarakat. Sedangkan Menurut Ealau Dah Priwitt, kebijakan adalah sebuah ketetapan yang berlaku dicirikan oleh perilaku yang konsisten dan berulang, baik yang membantunya maupun yang mentaatinya atau yang terkena kebijakan itu. 4 Kebijakan penal bisa diartikan sebagai suatu prilaku dari semua pemeran untuk menetapkan suatu perbuatan sebagai bentuk tindakan pidana dengan tujuan-tujuan tertentu, yaitu untuk mencapai kesejahteraan dan melindungi masyarakat pada umumnya. Dengan demikian, hal ini berefek pada pembentukan atau pengkoreksian terhadap undang-undang, di mana perbuatan itu diancam dengan suatu sanksi yaitu berupa pidana. Berdasarkan tujuan di atas, menunjukkan bahwa kebijakan penal itu sangat berkaitan erat dengan kebijakan sosial, bahkan kebijakan- 4 Edi Suharto. Analisis Kebijakan Publik. 2005. Alfa Beta. Bandung. Hlm : 7.

Dokumen yang terkait

Proses Pelaksanaan Peraturan Walikota Medan Nomor 54 Tahun 2010 Tentang Rincian Tugas Pokok Dan Fungsi BadanPenanaman Modal Kota Medan (Studi Pada Pengawasan Badan Penanaman Modal Kota Medan)

0 124 257

Implementasi Peraturan Walikota Medan Nomor 20 Tahun 2011 Dalam Penerbitan Ijin Usaha Minimarket

0 59 102

Analisis Putusan Mahkamah Agung Nomor 101/K.Pdt.Sus/Bpsk/2013 Tentang Penolakan Klaim Asuransi Kendaraan Bermotor

22 248 119

Implementasi Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 1 Tahun 2010 Tentang Penyelenggaraan Administrasi Kependudukan (Studi Tentang Pengosongan Kolom Agama Pada Kartu Tanda Penduduk Aliran Kepercayaan “Parmalim” Di Kota Medan)

8 91 141

Efektivitas Penerapan Yurisprudensi Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 179/K/SIP/1961 Di Dalam Persamaan Hak Mewaris Anak Laki-Laki Dan Anak Perempuan Pada Masyarakat Suku Batak Toba Perkotaan (Studi Di Kecamatan Medan Baru)

2 68 122

Implementasi Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2013 Tentang Pemberdayaan Masyarakat Melalui Gerakan Pemberdayaan Dan Kesejahteraan Keluarga Ditinjau Dari Prespektif Hukum Administrasi Negara (Studi Di Kabupaten Kutai Timur)

2 168 113

Implementasi Peraturan Walikota Medan Nomor 28 Tahun 2011 Tentang Perizinan Usaha Warnet (Tinjauan Kebijakan Sosial Untuk Mencegah dan Mengatasi Perilaku Menyimpang Pengguna Warnet)

5 93 159

Implementasi Peraturan Walikota Medan Nomor 20 Tahun 2011 Dalam Penerbitan Ijin Usaha Minimarket

3 76 102

Pengujian Peraturan Kebijakan (Beleidsregel) Di Mahkamah Agung (Studi Putusan Mahkamah Agung Nomor 23 P/Hum/2009)

6 109 108

PEMIDANAAN KASUS TINDAK PIDANA PENCURIAN RINGAN SEBELUM DAN SESUDAH PERATURAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR 2 TAHUN 2012

0 3 78