Implementasi Jaminan Sosial Tenaga Kerja Dan Kesejahteraan Keluarga Karyawan PT Asam Jawa Medan

(1)

Ratih Utamaningsih adalah Staf di Pusat Informasi Kesehatan Reproduksi dan Gender Medan, Hayaruddin Siagian adalah Peneliti LIPI bidang Budaya

IMPLEMENTASI JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA DAN

KESEJAHTERAAN KELUARGA KARYAWAN

PT ASAM JAWA MEDAN

Ra tih Uta m a ning sih & Ha ya rud d in Sia g ia n

Abstract

The worker is very important in production process. In a company the worker is primary element. To get the best from the workers require the company give the best for them. The company has to do and fulfill the worker’s rights according to the law as the worker social safety. In the fact there are many companies which have not fulfilled the worker’s rights. It is one of the problems in Indonesia. This research studies how Asam Jawa Medan Company implementated the worker’s rights according to the law. Researchers collected data from 40 officials of Asam Jawa Medan Company. Data analysis shows that Asam Jawa Medan Company has fulfilled the worker’s rights.

Keywords: worker’s right, social safety

Pendahuluan

Di Indonesia saat ini pembangunan menitikberatkan pada bidang ekonomi yang menjadi penggerak utama. Hal ini mengakibatkan banyak perusahaan yang tidak terlepas dari konsekuensinya, di antaranya yang paling pelik adalah masalah tenaga kerja.

Dalam forum diskusi kompleksitas masalah tenaga kerja dikemukakan permasalahan-permasalahan yang masih hangat dibicarakan adalah ketentuan upah minimum yang disesuaikan dengan daerah masing-masing, pemutusan hubungan kerja (PHK), tenaga kerja di bawah usia kerja, syarat-syarat kerja, perlindungan tenaga kerja, penyelesaian perselisihan, kebebasan berserikat, hubungan industrial, serta hubungan kerja sama internasional dan jaminan sosial bagi tenaga kerja. Semuanya mengandung dimensi ekonomis, dan sosial. Dengan kata lain, masalah ketenagakerjaan tersebut mempunyai multidimensi, cakupannya sangat luas dan sangat kompleks. (www.nakertrans.go.id)

Salah satu yang akan dibicarakan dalam masalah tenaga kerja adalah mengenai jaminan

sosial tenaga kerja (Jamsostek). Dalam suatu perusahaan berskala besar dan berskala kecil, tenaga kerja merupakan modal dasar terlaksananya proses produksi serta memajukan perusahaan. Pada perusahaan tenaga kerja atau karyawan sebagai pelaksana utama tidak terlepas dari risiko yang dihadapinya. Risiko-risiko yang menimpa para karyawan tersebut dapat terjadi sewaktu-waktu baik pada waktu kerja maupun di luar kerja demi tuntutan perusahaan. Adapun risiko yang terjadi tidak dapat sepenuhnya dihindari yang tentunya akan membutuhkan biaya. Risiko yang menimpa karyawan dapat menimbulkan cacat sebahagian, cacat seumur hidup, bahkan dapat menimbulkan kematian. Semua risiko yang dialami kebanyakan diakibatkan dari hubungan kerja.

Jamsostek dilandasi filosofi kemandirian dan harga diri untuk mengatasi risiko sosial ekonomi. Kemandirian berarti tidak bergantung pada orang lain dalam membiayai perawatan pada waktu sakit, kehidupan di hari tua maupun keluarganya, bila meninggal dunia. Harga diri berarti jaminan tersebut diperoleh sebagai hak, dan bukan belas kasihan orang lain.


(2)

serius ditujukan kepada karyawan. Terutama karena sebagaian besar karyawan berasal dari lapisan kedudukan kondisi sosial ekonomi yang kebanyakan relatif rendah dan sudah menjadi kodrat bahwa manusia itu berkeluarga b e rk e w a j iba n me n a ng gun g k eb u t u h an keluarganya.

Kesejahteraan yang perlu diberikan bukan hanya karyawan sendiri tetapi juga keluarga yang harus tetap terpelihara termasuk saat karyawan kehilangan sebagaian atau seluruh penghasilannya akibat risiko kerja seperti kecelakaan kerja, sakit, meninggal dunia, dan hari tua.

Oleh karena itu perusahaan diwajibkan mengikutsertakan pekerjanya dalam program Jamsostek. Program ini memberikan perlindungan yang bersifat dasar, untuk menjaga harkat dan martabat manusia jika mengalami risiko-risiko sosial ekonomi dengan pembiayaan yang terjangkau oleh perusahaan dan karyawan. Pasalnya, menjadi peserta program Jamsostek merupakan hak bagi karyawan yang dijamin oleh undang-undang.

Di Indonesia sebanyak 115.000 perusahaan dengan jumlah peserta yang pernah terdaftar dan menerima kartu peserta Jamsostek, sampai akhir 2005 mencapai 28.809.000 karyawan. Namun dari jumlah itu yang diketahui sebagai peserta aktif hanya 7,9 juta karyawan. Padahal dalam UU No. 3 Tahun 1992 tentang Jamsostek menyebutkan suatu perusahaan wajib menjadi peserta Jamsostek jika mereka mempekerjakan lebih dari 10 karyawan dengan upah di atas Rp1000.000,- (www.yahoi.com).

Peserta Program Jamsostek diatur secara wajib melalui Undang-Undang No. 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja, sedangkan pelaksanaannya dituangkan dalam Peraturan Pemerintah No. 14 Tahun 1993, Keputusan Presiden No. 22 Tahun 1993 tentang Penyakit yang Timbul pada Hubungan Kerja dan Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.Per.05/Men/1993 tentang Petunjuk Teknis Pendaftaran Kepersertaan, Pembayaran Iuran, Pembayaran Santunan dan Pelayanan Jamsostek. Jamsostek adalah program publik yang memberikan perlindungan bagi tenaga kerja untuk mengatasi risiko sosial ekonomi tertentu yang penyelenggaraannya menggunakan mekanisme Asuransi Sosial. Sebagai program publik, Jamsostek memberikan hak dan membebani kewajiban secara pasti (copulsory)

bagi pengusaha dan karyawan berdasarkan Undang-Undang No.3 Tahun 1992, berupa santunan tunai dan pelayanan medis, sedangkan kewajiban peserta adalah tertib administrasi dan membayar iuran.

Dengan terbentuknya landasan hukum tenaga kerja diharapkan akan menjamin ketentraman dan keselamatan kerja serta kehidupan yang layak bagi kesejahteraan keluarga tenaga kerja khususnya. Untuk itu peneliti merasa tertarik mengkaji lebih dalam dengan mengangkat judul “Implementasi Jaminan Sosial Tenaga Kerja dan Kesejahteraan Keluarga Karyawan PT Asam Jawa Medan.”

Manusia dalam hidupnya menghadapi ketidakpastian, baik itu ketidakpastian spekulatif maupun ketidakpastian murni yang selalu menimbulkan kerugian. Ketidakpastian ini disebut dengan risiko (Asikin, et al., 1993: 77). Kebutuhan rasa aman merupakan motif yang kuat di mana manusia menghadapi sejumlah ketidakpastian yang cukup besar dalam kehidupan, misalnya untuk memperoleh pekerjaan, dan untuk memperoleh jaminan kehidupan apabila karyawan tertimpa musibah. Menurut Teori Abraham Maslow kebutuhan akan rasa aman merupakan tingkat kebutuhan yang kedua setelah kebutuhan psikologi seperti makan, minum, sandang, papan dan kebutuhan fisiologinya. Kebutuhan akan rasa aman ini bermacam-macam, salah satunya yakni rasa akan aman masa depan dan sebagainya (Siagian, 1999: 287). Untuk menghadapi risiko ini diperlukan alat yang dapat mencegah atau mengurangi timbulnya risiko itu yang disebut jaminan sosial.

Dengan demikian salah satu upaya pemberian perlindungan tenaga kerja adalah jaminan sosial tenaga kerja seperti yang terdapat dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara yang berbunyi sebagai berikut:

“Perlindungan tenaga kerja yang meliputi hak berserikat dan berunding bersama, keselamatan dan kesehatan kerja, dan jaminan sosial tenaga kerja yang mencakup jaminan hari tua, jaminan pemeliharaan kesehatan, jaminan terhadap kecelakaan, dan jaminan kematian serta syarat-syarat kerja lainnya perlu dikembangkan secara terpadu dan bertahap dengan mempertimbangkan dampak ekonomi dan moneternya, kesiapan sektor terkait, kondisi pemberian kerja, lapangan kerja dan kemampuan tenaga kerja. (Christine, 1997: 127)


(3)

Bertitik tolak dari hal tersebutlah mendorong lahirnya program yang memberikan jaminan perlindungan bagi tenaga kerja. Di berbagai negara diatur pada umumnya melalui berbagai bentuk. Di Indonesia hal ini dapat dilihat pada Undang-Undang No. 4 Tahun 1969 tentang Pokok Ketenagakerjaan serta diperkuat dengan Undang-Undang No. 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja yang merupakan langkah awal dalam memberikan landasan hukum penyelenggaraan jaminan sosial.

I L O ( I n t e r n a s i o n a l L a b o u r Organization) yang merupakan salah satu dari Badan Khusus PBB, juga memberikan pengertian jaminan sosial (Sosial Security) secara luas yaitu:

“Social security pada prinsipnya adalah sistem perlindungan yang diberikan oleh masyarakat untuk warganya, melalui berbagai usaha dalam menghadapi risiko-risiko ekonomi atau sosial yang dapat mengakibatkan terhentinya/sangat berkurangnya penghasilan (Husni, 2003: 53).

Senada dengan hal ini Kertonegoro mengatakan bahwa:

“Jaminan sosial merupakan konsepsi kesejahteraan yang melindungi risiko baik sosial maupun ekonomi masyarakat dan membantu perekonomian nasional dalam rangka mengoreksi ketidakadilan distribusi penghasilan dengan memberikan bantuan kepada golongan ekonomi rendah (Sentanoe, 1993: 10).

Jelas di sini jaminan sosial menjamin santunan sehingga tenaga kerja terlindungi terhadap ketidakmampuan bekerja dalam penghasilan dan menjamin kebutuhan dasar bagi keluarganya sehingga memiliki sifat menjaga nilai-nilai manusia terhadap ketidakpastian dan keputusasaan.

Pengertian Jamsostek yang tegas lagi dinyatakan dalam Undang-Undang No. 3 Tahun 1992 Pasal 1 Ayat (1), yang dimaksud dengan Jamsostek adalah sebagai berikut:

“Suatu perlindungan bagi tenaga kerja dalam bentuk santunan berupa uang sebagai pengganti penghasilan yang hilang atau berkurang dalam pelayanan sebagaimana akibat peristiwa atau keadaan yang dialami oleh tenaga kerja berupa kecelakaan kerja, sakit hamil, bersalin, hari tua dan meninggal dunia”(Manulang, 2001: 131).

Dari pengertian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa jaminan sosial mempunyai beberapa aspek, antara lain:

1. Memberikan perlindungan dasar untuk memenuhi kebutuhan hidup minimal bagi tenaga kerja serta keluarganya.

2. Dengan adanya upaya perlindungan dasar akan memberikan kepastian berlangsungnya arus penerimaan penghasilan, sebagai pengganti atau seluruh penghasilan yang hilang.

3. Menciptakan ketenangan kerja karena adanya upaya perlindungan terhadap risiko ekonomi maupun sosial.

4. Karena adanya upaya perlindungan dan terciptanya ketenangan tenaga kerja akan berdampak meningkatkan produktivitas kerja.

5. Dengan terciptanya ketenangan kerja pada akhirnya mendukung kemandirian dan harga diri manusia dalam menerima dan menghadapi risiko sosial ekonomi.

Pasal 1 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1969 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Mengenai Tenaga Kerja menyebutkan bahwa tenaga kerja adalah tiap orang yang mampu melakukan pekerjaan, baik di dalam maupun di luar hubungan kerja guna menghasilkan jasa atau barang untuk memenuhi kebutuhan masyarakat (Manulang, 2001: 3).

Dari definisi di atas, dapat lebih dipahami bahwa yang dimaksud dengan tenaga kerja yang melakukan pekerjaan di dalam hubungan kerja adalah tenaga kerja yang melakukan pekerjaan pada setiap bentuk usaha (perusahaan) atau perorangan dengan menerima upah, termasuk tenaga kerja yang melakukan pekerjaaan di luar hubungan kerja. Sedangkan tenaga kerja yang melakukan pekerjaan di luar hubungan kerja adalah orang yang bekerja sendiri tanpa ikatan dengan perusahaan atau perorangan, biasa disebut tenaga kerja bebas, misalnya dokter yang membuka praktik, pengacara (advokat), petani yang menggarap sawahnya sendiri dan lain-lain.

Keberadaan program Jamsostek sebagai upaya perlindungan hidup tenaga kerja di suatu perusahaan sangat besar manfaatnya. Selain mempunyai dampak positif bagi usaha-usaha peningkatan disiplin kerja dan peningkatan produktivitas kerja juga salah satu cara untuk meningkatkan kesejahteraan tenaga kerja dan keluarganya.


(4)

Upaya perlindungan karyawan perusahaan dalam bentuk penaikan upah, pemberian bonus dan program kesejahteraan lainnya, dirasakan belum menunjukan suatu jaminan karyawan terutama dalam kelangsungan hidupnya dengan tingkat kesejahteraan yang memuaskan. Oleh sebab itu perusahaan hendaknya:

a. Menganggap tenaga kerja sebagai patner yang aman membantu untuk mensukseskan tujuan usaha.

b. Memberikan imbangan yang layak terhadap jasa-jasa yang sudah dikerahkan oleh patner yaitu, berupa penghasilan yang layak dan jaminan-jaminan sosial tertentu, agar dengan demikian patnernya itu lebih terangsang untuk bekerja lebih produktif (berdaya guna dan berhasil guna).

c. Menjalin hubungan yang baik dengan para pekerjanya sehingga mereka merasa bahwa tenaga kerjanya itu perlu dikerahkan dengan baik, seakan-akan mereka bekerja pada perusahaan miliknya, perusahaan yang perlu dikembangkan dengan penuh tanggung jawab. (Kartasaputra, et al., 1989: 7).

Perusahaan dapat berkembang dan berjalan lancar apabila didukung oleh jumlah tenaga kerja yang cukup, upah yang disesuaikan dengan kondisi kebutuhan dan tersedianya Jamsostek. Terciptanya suasana hal di atas akan membentuk hubungan kerja yang saling membutuhkan dan saling menguntungkan.

Sebagai langkah yang ditempuh dalam menjamin hidup karyawan, perusahaan sangat perlu untuk memasukkan para karyawannya dalam program Jamsostek. Program ini dikelolah oleh PT Jamsostek (Persero) berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 1995 tentang Penetapan Badan Penyelenggara Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja.

Beberapa tujuan program jaminan sosial meliputi:

1. Meningkatkan produktivitas pada karyawan p e ru s a h a an , s e h in g g a me n i mb u lk an peningkatan produksi perusahaan.

2. Mempercepat terjadinya proses pemerataan hasil pembangunan, mengurangi kesenjangan dalam bidang pemeliharaan dan pelayanan kesehatan bagi masyarakat, tenaga kerja dan keluarga.

3. M e n ing k atk a n p er a n s e r t a s ek to r perusahaan swasta secara bergotong royong bersama-sama dengan pemerintah.

4. T e r l ak s a n any a p o l a p e me l i h a r a an kesehatan yang efektif, efisien dan rasional (Majalah JAMSOSTEK, 1995: 42).

Dengan demikian program Jamsostek, di samping menguntungkan bagi perusahaan karena bisa mengalihkan risiko yang harus ditanggung kepada pihak lain, juga dapat meningkatkan produksi perusahaan. Jamsostek juga sangat dibutuhkan oleh tenaga kerja untuk menjaga harga dirinya agar tidak terkesan untuk minta dikasihani bila terkena musibah.

Dari penjelasan di atas menunjukan bahwa program Jamsostek berdasarkan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1993 beserta peraturan-peraturan pelaksanaannya bersifat dan bertujuan untuk melindungi karyawan.

Menurut Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1993 Pasal 6 ayat (1), bahwa ruang lingkup jaminan sosial meliputi: Jaminan Kecelakaan Kerja, Jaminan Kematian, Jaminan Hari Tua, dan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan.

Kecelakaan kerja merupakan peristiwa yang dapat menyebabkan kerugian harta benda dan atau hilangnya nyawa manusia yang akibatnya dapat merugikan tenaga kerja, serta pengusaha dan masyarakat pada umumnya. Setiap kecelakaan menyebabkan penderitaan bagi keluarganya. Apabila kecelakaan kerja itu mengakibatkan kematian atau cacat permanen maka keluarganya akan menderita kesusahan. S e l a i n i t u s e t i ap k e c e l ak a a n a k an mengakibatkan kerugian, baik berupa upah maupun waktu.

Anggapan bahwa kecelakaan itu merupakan takdir adalah suatu pemikiran yang keliru. Setiap kecelakaan selalu ada faktor penyebabnya dan penyebab itu tentunya dapat dicegah dan dikurangi.

S e b ab - s eb ab k e c e l ak a a n b i sa dikelompokan menjadi dua sebab utama yaitu sebab teknis dan sebab manusia. Sebab-sebab teknis biasanya menyangkut masalah-masalah kondisi di pabrik, misalnya peralatan kerja tidak diberi pengamanan, ventilasi tidak cukup. Sedangkan sebab-sebab manusia biasanya dikarenakan oleh sikap ceroboh, tidak mampu menjalankan tugas dengan baik, mengantuk dan sebagainya.

Oleh karena itu untuk menanggulangi kecelakaan kerja yang berpengaruh terhadap hilangnya sebahagian atau seluruh penghasilan, maka perlu adanya bantuan jaminan kecelakaan kerja. Mengingat gangguan mental akibat


(5)

kecelakaan kerja relatif sifatnya sehingga sulit ditetapkan derajat cacatnya maka jaminan atau santunan hanya diberikan dalam hal terjadi cacat mental tetap yang mengakibatkan tenaga kerja yang bersangkutan tidak bekerja lagi.

Untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan mengenai kecelakaan kerja, maka perlu disebutkan hal-hal apa saja yang merupakan kecelakaan kerja sebagai patokan baik karyawan, perusahaan maupun lembaga yang ditunjuk sebagai pengelola atas jaminan kecelakaan kerja, agar mudah dipahami dan dimengerti sehingga di kemudian hari tidak salah paham. Hal-hal yang dapat dimasukan sebagai kecelakaan kerja dalam UU No. 3 Tahun 1992 adalah sebagai berikut:

1. Kecelakaan yang terjadi di tempat kerja atau di lingkungan tempat kerja.

2. Kecelakaan kerja yang terjadi dalam perjalanan berangkat dan pulang ke dan dari tempat kerja, sepanjang melalui perjalanan yang wajar dan biasa dilakukan setiap hari. 3. Kecelakaan kerja yang terjadi di tempat lain

dalam rangka tugas atau secara langsung bersangkut paut dengan penugasan dan tidak ada unsur kepentingan pribadi.

4. Kecelakaan kerja yang terjadi di luar jam kerja tetapi masih dalam waktu kerja seperti jam istirahat sebagaimana diatur oleh undang-undang.

5. Kecelakaan kerja yang terjadi pada waktu melakukan kerja lembur yang harus dibuktikan dengan surat perintah lembur. 6. Perkelahian di tempat kerja, termasuk

kecelakaan kerja (Christine, 1997: 135). Selain yang temasuk kecelakaan kerja pada waktu kerja di atas, juga di luar waktu kerja dapat dikelompokan sebagai kecelakaan kerja, seperti:

1. Kecelakaan kerja yang terjadi pada waktu melaksanakan kegiatan olah raga yang harus dibuktikan dengan surat tugas dari perusahaan.

2. Kecelakaan kerja yang terjadi pada waktu mengikuti pendidikan yang merupakan tugas dari perusahaan dan harus dibuktikan dengan surat tugas.

3. Kecelakaan kerja yang terjadi di sebuah perkemahan yang berada di lokasi kerja, di luar jam kerja dan di luar waktu kerja (waktu istirahat) serta bersangkutan bebas dari setiap urusan pekerjaan (Christine, 1997: 137).

Di samping itu juga dapat disebut sebagai kecelakaan kerja UU No. 3 1992: 13 adalah sebagai berikut:

1. Suatu kasus meninggal mendadak dalam hubungan kerja karena suatu alasan, baik di lokasi kerja karena satu alasan, baik di lokasi kerja maupun dalam perjalanan dalam lokasi kerja, tanpa sempat mengalami rawat inap atau mengalami rawat inap tetapi tidak melebihi 24 jam terhitung sejak pada jam di tangan dokter/para medis langsung meninggal dunia.

2. Penyakit yang timbul karena hubungan kerja yang terjadi secara tiba-tiba melalui proses dalam jangka waktu tertentu.

3. Cacat akibat kecelakaan kerja (Christine, 1997: 140).

Begitu pula penyakit yang ditimbulkan adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan atau lingkungan kerja dan masyarakat umum biasanya tidak terkena. Daftar penyakit yang timbul dalam hubungan kerja dapat dilihat dalam Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1993 tentang Penyakit yang Timbul karena Hubungan Kerja, yaitu:

1. Pnemokoniosis yang disebabkan debu mineral pembentuk jaringan parut (sisikosis, a n t r a k o s i l i k o s i s , a s b e s t o s i s ) d a n silikotuberkolosis yang silikosisnya merupakan faktor utama penyebab cacat atau kematian. 2. Penyakit paru dan saluran pernapasan

(bronkhopulmoner) yang disebabkan oleh debu kapas, vlas, henep, sisal (bissinosis). 3. Penyakit paru dan saluran pernapasan

(bronkhopulmoner) yang disebabkan oleh debu logam keras.

4. Asma akibat kerja yang disebabkan oleh penyebab sensitisasi dan zat perangsang yang dikenal dalam proses pekerjaan.

5. Alveolitis allergika yang disebabkan oleh faktor dari luar sebagai akibat penghirupan debu organik.

4. Penyakit lainnya yang telah ditetapkan kepada keputusan ini (Christine, 1997: 143).

Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa kecelakaan kerja, baik yang terjadi pada waktu kerja atau di luar waktu kerja dan timbul penyakit akibat kerja, kesemua itu menimbulkan kerugian bagi karyawan dan berhak mendapat jaminan kecelakaan kerja.

Kecelakaan kerja merupakan tanggung jawab perusahaan. Oleh sebab itu pembiayaan


(6)

program ini sepenuhnya ditanggung oleh perusahaan. Artinya iuran kecelakaan kerja dari setiap tenaga kerja ditanggung oleh pengusaha. Dengan demikian karyawan yang mendapat kecelakaan kerja berhak mendapat jaminan kerja sesuai dengan Permenaker No: Per –04 /MEN/1993 yang terdiri dari:

1. Pengangkutan dari tempat kejadian ke rumah sakit yang terdekat ataupun ke rumahnya.

2. Pemeriksaan, pengobatan dan perawatan di rumah sakit.

3. Biaya pemakamam (Sendjun, 2001: 94). Selain jaminan di atas, kepada tenaga kerja yang tertimpa kecelakaan kerja juga diberikan santunan berupa uang yang terdiri dari:

a. Santunan sementara tidak mampu bekerja sebagai pengganti upah.

b. Santunan cacat sebagaian untuk selama-lamanya.

c. Santunan cacat total untuk selama-lamanya. d. Santunan kematian (Sendjun, 2001: 94).

Besarnya santunan jaminan kecelakaan kerja yang dialami karyawan sesuai dengan PP No.14 tahun 1993 dapat dibagi sebagai:

1. Santunan sementara tidak mampu bekerja (STMB) 4 bulan pertama 100 % x upah sebulan dan bulan seterusnya 50 % x upah sebulan.

2. Santunan cacat:

a. Santunan cacat sebahagian untuk selama-lamanya dibayarkan secara sekaligus dengan besarnya % sesuai tabel x 60 % sesuai tabel x 60 bulan upah.

b. Santunan berskala sebesar Rp 25.000,- (dua puluh lima ribu rupiah) selama 24 bulan.

c. Biaya pemakaman sebesar Rp 200.000,- (Sendjun, 2001: 96).

Jaminan kematian adalah suatu jaminan bagi tenaga kerja yang meninggal dunia bukan diakibatkan kecelakaan kerja yang mengakibatkan terputusnya penghasilan dan sangat berpengaruh pada kehidupan sosial ekonomi bagi keluarga yang ditinggalkan (Manulang, 2001: 134). Diperlukan jaminan kematian dalam upaya meringankan beban keluarga, baik dalam bentuk biaya pemakaman maupun santunan dalam bentuk uang.

Dari pengertian di atas menunjukan bahwa karyawan dipandang sebagai insani yang perlu dibantu, sehingga keluarga yang ditinggalkan tidak terbebankan dengan putusnya nafkah keluarga, dan sebaliknya keluarga yang ditinggalkan dapat memanfaatkan santunan yang diberikan untuk mencari nafkah lain.

Jaminan kematian dibayarkan sekaligus sebesar Rp 1.200.000,- (satu juta dua ratus ribu rupiah) yang terdiri dari:

1. Santunan kematian sebesar Rp 1000.000,- 2. Biaya pemakaman sebesar Rp 200.000,-

(Kertonegoro, et al., 1993: 36).

Tunjangan kematian yang diberikan terhadap karyawan diambil dari iuran setiap bulannya yang dibayarkan kepada PT Jamsostek. Besarnya iuran menurut peraturan yang berlaku adalah sebesar 0,30% dari upah sebulan (PP No. 14 1993 Pasal 9) dan sepenuhnya ditanggung oleh perusahaan.

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 1993, orang yang berhak menerima warisan ditetapkan sebagai berikut:

1. Jaminan kematian dibayarkan sekaligus kepada janda/duda, atau anak.

2. Dalam hal ahli waris atau wasiat lainnya tidak ada biaya pemakaman dibayarkan kepada pengusaha atau pihak lain yang mengurus pemakamannya.

Dari uraian di atas dengan menetapkan yang berhak menjadi ahli waris dari jaminan kematian akan memberikan dampak yang positif, artinya orang yang sepatutnya menerima warisan tidak diklaim orang lain, dan warisan yang diterima kepada keluarga yang berhak menerimanya dapat dimanfaatkan untuk bekal hidup.

Hari tua merupakan risiko kehidupan yang dapat mengakibatkan terputusnya upah, karena pada usia tua umumnya kemampuan bekerja sudah berkurang sehingga karyawan diberhentikan dari pekerjaannya. Dengan terputusnya pekerjaan dan upah dari perusahaan tentunya biaya hidup adalah hasil tabungan semasa kerja. Namun dapat dibayangkan kondisi tenaga kerja di Indonesia dengan upah yang belum begitu layak dengan kata lain hanya cukup untuk kehidupan sehari-hari. Dengan demikian kesempatan tenaga k e r j a un tu k me n y i sih k an s eb a g aia n penghasilannya kemungkinannya sangat kecil.


(7)

Melihat permasalahan di atas, maka sangat perlu diadakan program yang sangat berpengaruh bagi masa depan/hari tua bagi karyawan terutama yang penghasilannya rendah.

Program Jaminan hari tua diselenggarakan dengan cara atau sistem tabungan hari tua (provident fund), di mana iuran dari pengusaha dan tenaga kerja setiap bulan dikredit pada rekening tenaga kerja secara individual, dan mendapat bunga setiap tahun.

Kemanfaatan dari jaminan hari tua berupa pembayaran saldo tabungan pada saat timbul hak peserta yaitu:

1. Mencapai umur 55 tahun,

2. Mengalami cacat total dan tetap sehingga tidak bisa bekerja lagi,

3. Meninggal dunia,

4. Mengalami PHK setelah peserta setidak-tidaknya lima tahun,

5. Pergi keluar negeri atau pulang ke negeri a s a l u n t u k t i d a k k e mb a l i l a g i (Kertonegoro, et al., 1993: 35).

Besarnya saldo tabungan tersebut tergantung dari iuran, bunga dan masa kepesertaan. Menurut Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992, besarnya iuran jaminan hari tua ditetapkan sebagai berikut:

a. Pengusaha menanggung iuran sebesar 3,70 %.

b. Tenaga kerja menanggung iuran sebesar 2 % (Christine, 1997: 140).

Jadi besarnya iuran yang harus dibayar pengusaha setiap bulannya adalah sebesar 5,7 % yang dihitung dari upah sebulan dari tenaga kerja. Pembayaran jaminan hari tua dapat dibayarkan sekaligus atau secara berkala. Pembayaran sekaligus dapat dilakukan apabila jumlah seluruh jaminan hari tua kurang dari Rp 3.000.000,- (tiga juta rupiah). Pembayaran secara berkala dapat dilakukan apabila seluruh jaminan hari tua mencapai Rp 3.000.000,- atau lebih dilakukan paling lama 5 tahun (PP No. 14 1993 pasal 24).

Pembayaran jaminan hari tua secara sekaligus atau berkala merupakan pilihan dari tenaga yang bersangkutan sendiri.

Pemeliharaan kesehatan bagi karyawan perusahaan tidak dapat dilepaskan sebagai sarana penunjang dalam meningkatkan produktivitas serta kesejahteraan karyawan yang buruk akan mengakibatkan kecenderungan tingkat absensi yang meningkat, sehingga

produktivitas menjadi rendah. Berbagai program kesehatan kebijaksanaan dari perusahaan terhadap karyawannya menandakan bahwa pihak perusahaan, menyadari akan pentingnya faktor kesehatan dalam menunjang peningkatan produktivitas kerja karyawan.

Program jaminan pemeliharaan kesehatan yang merupakan salah satu dari program Jamsostek, bukan saja untuk memelihara tingkat produktivitas atau disiplin tetapi juga memelihara eksistensi dan kualitas hidup tenaga kerja.

Jika dibandingkan dengan tingkat rata-rata pendapatan tenaga kerja, biaya pelayanan kesehatan relatif cukup mahal. Bahkan dari waktu ke waktu mengalami peningkatan pembiayaan, sehingga iuran jaminan sepenuhnya ditanggung oleh perusahaan. Bagi yang masih lajang sebesar 3 % dari upah sebulan dan yang sudah berkeluarga sebesar 6 % dari upah sebulan.

Dengan mengikuti jaminan pemeliharaan kesehatan manfaat yang diperoleh bagi karyawan adalah:

1. Memperoleh kepastian pelayanan medis pada saat membutuhkan.

2. Tidak lagi diperlukan pembiayaan dokter, obat, uang muka dan biaya rumah sakit/ dan bersalin.

3. Terpeliharanya kesehatan bagi diri dan keluarga demi kelangsungan dan kebahagiaan hidup

Sementara itu, bagi perusahaan juga memperoleh manfaat sebagai berikut:

1. Kepastian pembiayaan kesehatan tenaga kerja serta keluarganya.

2. Tidak lagi direpotkan dengan berbagai masalah kesehatan tenaga kerja serta keluarganya.

3. Diperolehnya atau didapatkannya tenaga kerja yang sehat, stabil dan produktif (Majalah Jamsostek, 1996: 3).

Jaminan pemeliharaan kesehatan tenaga kerja dan keluarganya memerlukan pelayanan medis dan spesifik dan pembiayaan yang rasional untuk menghindari berbagai penyalahgunaan dan biaya yang berlebihan. Usaha ini hanya bisa dilakukan oleh badan penyelenggara yang khusus dan profesional serta bisa diperoleh efisiensi dan efektivitas yang tinggi melalui prinsip gotong-royong antara peserta yang jumlahnya besar dan merata.


(8)

Jaminan pemeliharaan kesehatan diberikan dalam bentuk pelayanan medis sebagai paket jaminan pemeliharaan kesehatan dasar, paket tersebut dari:

1. Rawat inap tingkat pertama, terutama berupa: pemeriksaan dan pengobatan oleh dokter umum dan dokter gigi, pemeriksaan kehamilan, tindakan medis sederhana.

2. Rawat jalan lanjutan, terutama berupa: pemeriksaan dan pengobatan oleh dokter spesialis.

3. Rawat inap di rumah sakit, antara lain berupa: pemeriksaan dan pengobatan oleh dokter, tindakan medis, menginap dan makan pada kelas II rumah sakit pemerintah atau kelas III rumah sakit swasta. Lamanya hari rawat yang ditanggung maksimum 60 hari per kasus per tahun, sudah termasuk perawatan khusus (ICCU/ICU) ditanggung maksimum 20 hari per kasus per tahun. 4. Pertolongan persalinan, terutama berupa:

tindakan medis oleh dokter atau bidan yang menginap di rumah sakit.

5. Penunjang diagnosis, terutama berupa: pemeriksaan laboraturium, radiologi, Electro Encephalogy (EEG), Electro Cardiography (ECG), Ultrasonography (USG), Computerized Tomography (CT) Scaning sesuai tersedianya fasilitas tersebut. 6. Pelayanan khusus terutama berupa

penggantian maksimum biaya kacamata Rp 50.000,-, prothese mata Rp 100.000,-, prothese gigi Rp 80.000,-, prothese tangan Rp 125.000,-, prothese kaki Rp 150.000,-, alat Bantu dengan Rp 1.000.000,-.

7. Pelayanan gawat darurat, terutama berupa: pemeriksaaan, pengobatan, tindakan medis dan rawat inap (jika perlu) ( Kertonegoro, 1993: 36).

Jaminan pemeliharaan kesehatan bukan saja dilaksanakan terhadap tenaga kerja itu sendiri tentu juga keluarga tenaga kerja dengan 3 orang anak. Dengan demikian tenaga kerja dan keluarganya dapat meningkatkan kesehatannya tanpa harus memikirkan biaya kesehatan dan kesejahteraan keluarganya dapat tercapai.

Jamsostek tidak hanya memberi ganti rugi dan pelayanan penyembuhan semata-mata, tetapi lebih komprehensif. Kemanfaatan lainnya adalah seperti: Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) ikut menunjang usaha-usaha pencegahan kecelakaan dan penyakit akibat kerja melalui Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). Di

samping itu JKK juga memberi prothetse anggota badan dan alat bantu seperti kursi roda bagi penderita cacat tenaga kerja, Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK) juga ikut membantu upaya-upaya pendidikan kesehatan, pencegahan penyakit dan pemulihan kesehatan.

Dengan demikian kemanfaatan JKK meliputi usaha-usaha prevensi, kompensasi, dan rehabilitasi. JPK memberi pelayanan promotif (peningkatan), preventif pencegahan, kuratif (penyembuhan dan rehabilitatif). Sedangkan jaminan hari tua dan jaminan kematian dapat membantu biaya pendidikan anak-anak tenaga kerja secara selektif melalui pemberian beasiswa.

Metode Penelitian

Tipe penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif analisis. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran atau melukiskan kenyataan yang ada tentang masyarakat atau kelompok orang tertentu di lapangan secara analisis yang prosesnya meliputi penguraian hasil observasi dari suatu gejala yang diteliti atau lebih (Irawan, 2004: 35). Metode ini bertujuan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan suatu objek yang diteliti dalam hal ini adalah menggambarkan implementasi jaminan sosial tenaga kerja dan kesejahteraan keluarga karyawan yang diberikan PT Asam Jawa Medan.

Adapun populasi dalam penelitian ini adalah seluruh karyawan yang bekerja di Kantor Pusat PT Asam Jawa Medan yang berjumlah 40 orang. Sampel adalah suatu bagian dari populasi yang akan diteliti yang dianggap dapat menggambarkan populasinya. Menurut Arikunto, Jika populasi kurang dari 100 maka sampel dapat diambil seluruhnya, tetapi apabila lebih dari 100 orang maka diambil sampel sebesar 25% (Arikunto, 2002: 149). Dalam hal ini karena populasi kurang dari 100 orang maka seluruhnya dijadikan sampel. Maka sampel dari penelitian ini adalah semua karyawan yang bekerja di kantor pusat PT Asam Jawa Medan.

Penelitian ini dilaksanakan di PT Asam Jawa yang berkantor pusat di Jalan Gajahmada No. 40 Medan. Perusahaan ini bergerak di bidang perkebunan kelapa sawit dan merupakan perusahaan perkebunan swasta nasional. Di samping itu perusahaan ini telah melaksanakan program Jamsostek dengan memasukkan karyawannya sebagai peserta Jamsostek. PT


(9)

Asam Jawa juga telah melaksanakan berbagai bentuk pemberian kesejahteraan bagi karyawan juga keluarga karyawan tersebut.

Untuk mengetahui data atau informasi, keterangan atau fakta yang diperlukan peneliti dengan menggunakan teknik pengumpulan berupa observasi dan penyebaran angket.

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis data deskriptif kualitatif, yaitu dengan cara menjabarkan data yang diperoleh dari penelitian, kemudian dilakukan analisis data dengan menggambarkan kenyataan yang ada di tempat penelitian yang tersusun dalam bentuk tabel tunggal untuk memberikan penjelasan dan komentar-komentar.

Hasil Penelitian dan Pembahasan

Pada Perusahaan PT Asam Jawa Medan Jamsostek diselenggarakan oleh Badan Penyelenggara Jamsostek yakni PT Astek (Asuransi Tenaga Kerja) yang berkantor di Jalan Patimura No. 334 Medan.

Setiap bulannya karyawan yang telah ditunjuk oleh perusahaan sebagai pelaksana Jamsostek memberikan iuran kepada PT Astek (persero). Iuran berdasarkan jumlah yang tercantum dalam formulir Daftaran Tenaga Kerja yang telah diisi oleh karyawan yang bertugas sebagai pelaksana Jamsostek atas keterangan karyawan yang akan menjadi peserta Jamsostek. Dengan berpedoman pada Peraturan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia Nomor PER-05/MEN/1993 tentang Petunjuk Teknis Pendaftaran Kepesertaan, Pembayaran Iuran, Pembayaran Santunan, dan Pelayanan Jaminan Sosial Tenaga Kerja.

Jamsostek yang telah dilaksanakan oleh perusahaan, yaitu program Jaminan Kecelakaan Kerja, Jaminan Kematian, Jaminan Kesehatan serta Jaminan Hari Tua yang juga dilaksanakan oleh perusahaan sendiri yakni yayasan perusahaan dana pensiun PT Asam Jawa Medan.

Selain pelaksanaan jaminan sosial yang dijelaskan sebelumnya, juga di dalam keputusan kerja bersama antara karyawan dengan perusahaan menetapkan hal- hal yang berhubungan dengan pemberian kesejahteraan keluarga karyawan yaitu:

a. Rumah Tempat Tinggal

Kebutuhan yang amat mendasar salah satunya adalah rumah tinggal yang layak

huni. Di kebun semua karyawan mendapat perumahan yang layak huni dengan fasilitas listrik dan air. Bagi karyawan yang belum memiliki rumah sendiri, diberi kompensasi rumah sebesar 25 % dari gaji tiap bulannya. Sedangkan untuk karyawan pusat perusahaan memberikan bantuan rumah dengan memberikan tunjangan tidak tetap berupa penggantian uang sewa rumah yang diperoleh setiap tahun.

b. Pelayanan Kesehatan

Pemeliharaan kesehatan karyawan beserta keluarganya merupakan faktor yang menentukan keluarga tersebut dapat dikatakan sejahtera, atau dengan kata lain aspek kesehatan adalah salah satu indikator tingkat kesejahteraan. Sehubungan dengan hal tersebut, biaya pengobatan dan rawat inap seluruhnya menjadi tanggung jawab perusahaan yang akan diklaim oleh PT Astek. Perusahaan juga memberikan immunisasi hepatitis B kepada karyawan. Secara periodik melaksanakan Medical Chek Up kepada karyawan dan staf. perusahaan telah mengadakan 1 unit kendaraan ambulans yang dapat mempercepat pelayanan darurat ke rumah sakit PTP IV Torgamba (645 km) dari lokasi kebun, Rantau Prapat atau Medan. Sedangkan untuk karyawan pusat perusahaan juga mempunyai rumah sakit rujukan seperti RSU Permata Bunda dan RSU Gleneagles Medan.

c. Pendidikan

Untuk meringankan beban tanggungan karyawan, maka perusahaan akan menanggung anggota keluarga karyawan dengan berupa tunjangan tetap pendidikan yang diperoleh setiap tahun, dengan ketentuan sebagai berikut:

1. Maksimal 3 (tiga) orang anak dari hasil perkawinan yang sah (termasuk anak angkat/tiri yang sah), berusia di bawah 19 tahun, belum kawin dan tidak mempunyai penghasilan sendiri atau berusia di bawah 24 (dua puluh empat tahun) tetapi masih sekolah/ kuliah dengan dibuktikan surat keterangan dari sekolah/universitas. 2. Untuk yang masih sekolah perusahaan

juga memberikan 2 stel pakaian seragam sekolah setiap tahun.


(10)

d. Program Pensiun

Pimpinan PT Asam Jawa tidak akan membiarkan karyawannya yang purna tugas akan kehilangan penghasilannya, karena itu ditetapkan program pensiun. Hal ini ditujukan untuk kesejahteraan karyawan yang purna tugas tersebut. Program pensiun di PT Asam Jawa dilaksanakan oleh PT Astek dan juga oleh yayasan perusahaan sendiri. Setiap bulannya 5,7 % dari saldo gaji akan disetor ke PT Astek sedangkan yayasan yang dimiliki perusahaan tidak memungut iuran dari karyawannya tetapi perusahaan memberikan 8,4 % dari gaji mereka untuk masa pensiun mereka tiba. Dengan peranan yayasan ini, semua karyawan telah mengetahui, bahwa pada saat sesudah purna tugas nanti hidupnya akan tetap terjamin.

e. Bantuan Fasilitas Olah Raga

Kegiatan olah raga bagi karyawan merupakan salah satu usaha peningkatan kesehatan karyawan. Olah raga yang menonjol di perusahaan ini adalah sepak bola, bola voli, tenis meja, bulu tangkis, catur, bela diri dan golf khusus untuk karyawan staf dan untuk tingkat asisten ke atas. Semua jenis olah raga tersebut mendapat fasilitas dari perusahaan, baik peralatan maupun lapangan dan waktu latihan. Olah raga massal biasanya diadakan pada saat menjelang 17 Agustus pada setiap tahunnya.

f. Rekreasi

Rekreasi bersama dilaksanakan setiap 1 tahun secara priodik dengan biaya akomodasi, konsumsi dan transport ditanggung perusahaan. Begitu pula dengan penginapan karyawan bebas memilih penginapan yang diinginkan di Berastagi, Prapat dan tempat lain.

g. Tempat Ibadah

Untuk karyawan yang beragama Islam sebuah mesjid sudah dibangun permanen di emplasmen induk yang dapat menampung

±200 orang. Sedangkan untuk karyawan

yang beragama Kristen, di emplasmen induk di bangun gereja yang biasanya menampung 100 jemaat. Untuk karyawan pusat disediakan mushalla di kantor.

h. Menunaikan Ibadah Haji

Karyawan diberikan kesempatan untuk menunaikan ibadah haji dengan biaya sendiri. Untuk mendapatkan cuti menunaikan ibadah haji seorang karyawan harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:

1. Telah bekerja sekurang-kurangnya selama 3 tahun.

2. Hanya untuk 1 (satu) kali naik haji. 3. Surat permohonan ibadah haji harus

dilengkapi dengan surat resmi dari Departemen Agama mengenai quota yang diperoleh.

Karakteristik umum responden terbagi ke dalam 6 pertanyaan yang meliputi: jenis kelamin, usia, status perkawinan, pendidikan formal, lama bekerja, dan jumlah anak.

Tabel 1.

Distribusi Responden Menurut Jenis Kelamin

No. Jenis Kelamin F %

1. 2.

Pria Wanita

25 15

62,5 37,5

Jumlah 40 100,0

Sumber: Data Primer

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa dari keseluruhan responden yang berjumlah 40 orang, responden yang berjenis kelamin pria sebanyak 25 orang (62,5 %) dan responden yang berjenis kelamin wanita sebanyak 15 orang (40 %). Tabel di atas menunjukkan responden yang berjenis kelamin pria lebih dominan daripada responden wanita. Banyaknya responden yang berjenis kelamin pria pada dasarnya tidak berpengaruh terhadap hasil penelitian ini.

Tabel 2.

Distribusi Responden Berdasarkan Usia

No. Usia F %

1. 2. 3. 4.

< 25 tahun 25-35 tahun 36- 46 tahun >46 tahun

0 18 16 6

0 45,0 40,0 15,0

Jumlah 40 100,0


(11)

Pada Tabel 2 di atas dapat diketahui responden yang berusia 36-46 tahun berjumlah 16 orang (40 %) dan responden yang berumur 25-35 tahun sebanyak 18 orang (45%). Sedangkan responden yang berumur > 46 tahun

berjumlah hanya 6 orang. Kita tahu bahwa di atas umur 45 tahun adalah umur yang sangat produktif, menanggapi hal ini perusahaan merasa bahwa untuk meningkatkan produktivitas perusahaan, maka perusahaan harus mencari sumber daya manusia yang produktif, dalam hal ini perusahaan tidak memfokuskan pada usia produktif, akan tetapi difokuskan pada kemampuan responden menemukan ide-ide baru yang mampu meraih serta meningkatkan produksi perusahaan. Responden yang berumur kurang dari 25 tahun tidak ada.

Tabel 3.

Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan

No. Pendidikan F %

1. 2. 3.

Sarjana Diploma SMU/ Sederajat

21 10 9

52,5 25,0 22.5

Jumlah 40 100,0

Sumber: Data Primer

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat mayoritas responden PT Asam Jawa Medan dengan jumlah 21 orang (52,5%) adalah sarjana, dan menyandang gelar diploma adalah 10 orang (25%). Sedangkan pendidikan formal minimal SMU/Sederajat berjumlah hanya 9 orang (2,5%). Pada tabel di atas dapat diketahui bahwa pendidikan formal mayoritas responden adalah sarjana. Hal ini disebabkan perusahaan mengadakan penyaringan sumber daya manusianya guna meningkatkan kualitas dan kuantitas produktivitas perusahaan. Sedangkan karyawan yang memiliki pendidikan SMA ternyata dapat memberikan dedikasi yang dapat disejajarkan dengan para karyawan yang sarjana ataupun diploma. Rata-rata yang berpendidikan SMA merupakan karyawan yang telah bekerja cukup lama dan berada pada posisi di kantor pun cukup dihormati. Ini membuktikan bahwa perusahaan juga sangat menuntut prestasi dan dedikasi karyawan mereka.

Tabel 4.

Distribusi Responden Berdasarkan Lama Bekerja

No. Lama Bekerja F %

1. 2. 3. 4.

< 1 Tahun 1-10 tahun 11-20 tahun > 20 tahun

0 8 25 7

0 20,0 62,5 17,5

Jumlah 40 100,0

Sumber: Data Primer

Pada Tabel 4 di atas dapat diketahui bahwa rata-rata responden bekerja di atas 11- 20 tahun yakni sebanyak 25 orang (62,5%). Para responden pada umumnya bekerja pada kurun waktu yang cukup lama disebabkan kemauan yang kuat dari dalam diri responden tersebut untuk meningkatkan karier melalui prestasi di perusahaan. Hal ini juga karena responden merasa aman dan nyaman bekerja. Apalagi sekarang ini sangat sulit mencari pekerjaan. Meskipun gaji mereka terbatas namun gaji tersebut mampu mencukupi kebutuhan mereka. Juga Terdapat sebanyak 7 orang (17,5) responden yang telah mengabdi lama selama lebih dari 20 tahun. Sedangkan Pada jawaban responden diketahui hanya 8 orang (20%) yang bekerja di bawah 1-10 tahun, hal ini disebabkan karena mereka baru bergabung dengan perusahaan.

Tabel 5.

Distribusi Responden Berdasarkan Status Perkawinan

No. Status Perkawinan F %

1. 2. 3. 4

Tidak Menikah Menikah Janda Duda

1 35 3 1

2,5 87,5 7,5 2,5

Jumlah 40 100,0

Sumber: Data Primer

Pada Tabel 5 di atas dapat diamati bahwa jumlah responden PT Asam Jawa Medan yang sudah menikah cukup tinggi yakni berjumlah 35 orang (87,5%) dari jumlah seluruh karyawan sebanyak 40 orang. Sedangkan yang belum menikah hanya satu orang saja (2,5%) dan bukanlah karyawan yang baru bekerja tetapi merupakan karyawan lama. Begitu pula terdapat 3 karyawan yang janda dan 1 karyawan duda. Dalam UU No. 3 1992 tentang Jamsostek meyebutkan suatu perusahaan wajib menjadi


(12)

peserta Jamsostek jika mereka mempekerjakan lebih dari 10 karyawan dengan upah di atas Rp 1000.000,-. Tanpa melihat status karyawan tersebut.

Tabel 6.

Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Anak

No. Jumlah Anak F %

1. 2. 3. 4.

0 1 –2 3-4 5-6

1 28 11 0

2,5 70,0 27,5 0

Jumlah 40 100,0

Sumber: Data Primer

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa responden yang memiliki jumlah anak 3-4 anak adalah 11 orang (27,5%) dan jumlah 1-2 anak sebanyak 28 orang (70%). Rata-rata responden telah memiliki anak. Juga anak-anak mereka telah duduk di bangku sekolah yang rata-rata masih SLTP.

Tabel 7.

Distribusi Responden Berdasarkaan Kesertaan pada Program Jamsostek

No Kategori F %

1. 2. 3.

Semua program Sebagian program Belum menjadi peserta

40 0 0

100,0 0 0

Jumlah 40 100,0

Sumber: Data Primer

Berdasarkan distribusi jawaban responden pada Tabel 7 di atas dapat diketahui bahwa karyawan telah menjadi peserta seluruh program Jamsostek. Hal ini terlihat dari jawaban responden (N = 40) yang menyatakan telah menjadi peserta Jamsostek dengan bukti memiliki kartu peserta Jamsostek dan saldo Jaminan Hari Tua. Program Jamsostek yang diikuti yakni Jaminan Kecelakaan Kerja, Jaminan Kematian, Jaminan Hari Tua dan Jaminan Kesehatan. Karyawan dinyatakan menjadi peserta Jamsostek dihitung setelah menjadi pegawai PT Asam Jawa Medan. Dengan demikian karyawan telah mempunyai hak untuk mendapatkan upah dan perlindungan kesehatan, perlindungan kecelakaan kerja dan lainnya sesuai dengan pasal 25 ayat (1)

Declaration of Human Right sebagai berikut:

“Setiap warga negara berhak atas hidup yang menjamin kesehatan dan keadaan baik

untuk dirinya dan keluarganya, termasuk soal makanan, pekerjaan, perumahan dan perawatan kesehatan serta usaha-usaha sosial yang diperlukan dan berhak atas jaminan di waktu mengalami pengangguran, janda, lanjut usia, atau mengalami kekurangan nafkah lain-lain karena diluar kekuasaannya”.

Tabel 8.

Persepsi Responden tentang Prosedur Menjadi Peserta Jamsostek

No. Kategori F %

1. 2. 3.

Sangat mudah Mudah Sulit

9 31 0

22,5 77,5 0

Jumlah 40 100,0

Sumber: Data Primer

Berdasarkan Tabel 8 dapat diketahui bahwa mayoritas responden menyatakan mudah sebanyak 31 orang (77,5 %) bagi mereka memperoleh Jamsostek. Bahkan sebanyak 9 orang (22,5 %) menyatakan sangat mudah untuk mendapatkan jaminan sosial tersebut. Di perusahaan diketahui bahwa bagian pelaksana Jamsostek adalah karyawan yang berada pada jabatan Pelaksana Administrasi Kesejahteraan Karyawan. Mereka mengutip iuran dari karyawan dan melaporkan kepada PT Astek. Berdasarkan pendapat seorang responden perusahaan tidak pernah mempersulit responden untuk mendapatkan jaminan tersebut, sebaliknya perusahaan membantu dalam mengurus jaminan sosial yang harus diterima oleh responden.

Tabel 9.

Penerimaan Santunan oleh Responden

No. Kategori F %

1. 2. 3.

Pernah

Beberapa jenis Jamsostek Tidak Pernah

31 9 0

82,5 17,5 0

Jumlah 40 100,0

Sumber: Data Primer

Pada tabel di atas dapat diketahui bahwa mayoritas responden yang terdiri dari 40 orang telah menerima santunan sebanyak 31 orang (77,5%) dan sebanyak 9 orang (22,5%) hanya beberapa menerima santunan. Hal ini dimungkinkan karyawan yang akan menerima santunan seperti jaminan kesehatan yang disediakan karyawan tidak dipergunakan dengan alasan karyawan tersebut malas karena fasilitas


(13)

kesehatan jauh dari rumah/tempat tinggal karyawan. Selain santunan kesehatan juga salah satunya adalah santunan kemalangan atau kematian, beberapa karyawan mengaku bersyukur karena tidak menerima santunan kematian .

Tabel 10.

Penggantian Biaya dari Perusahaan Jika Responden Mengalami Kecelakaan Kerja

No. Kategori F %

1. 2. 3.

Memadai Kurang memadai Tidak memadai

35 5 0

87,5 12.,5 0

Jumlah 40 100,0

Sumber: Data Primer

Pada Tabel 10 di atas dapat diketahui bahwa perusahaan sangat memperhatikan karyawannya ini dapat terlihat pada data di atas bahwa mayoritas responden menjawab memadai sebanyak 35 orang (87,5 %). Perusahaan mengganti seluruh biaya akibat kecelakaan kerja. Responden hanya perlu menunjukan bukti-bukti kecelakaan dengan memberikan fotokopi kuitansi dari rumah sakit dan apotek tempat mereka berobat. Karyawan yang mengalami kecelakaan kerja akan dirawat di rumah sakit rujukan dari perusahaan setelah itu fotokopi kuitansi tersebut akan menjadi bukti untuk mengajukan klaim ke Jamsostek yakni PT Astek. Begitu pula apabila karyawan mengalami kecelakaan yang cukup berat dan rumah sakit yang telah dirujuk tidak dapat menanganinya maka perusahaan pun bersedia memindahkan karyawan tersebut ke rumah sakit lain yang lebih baik. Responden mengaku untuk biaya kesehatan bagi mereka perusahaan telah memberikan yang terbaik. Dapat kita ketahui bahwa pengobatan kesehatan betul-betul mahal harganya apalagi di era seperti sekarang ini. Sehingga tidak dapat dipungkiri biaya kesehatan yang diberikan perusahaan telah mempengaruhi peningkatan kesejahteraan mereka dan ketentraman serta perasaan aman karyawan dalam bekerja pun dapat lebih produktif lagi. Sedangkan responden yang menjawab kurang memadai hanya 5 orang (12,5%). Hal ini dimungkinkan karyawan tersebut baru bekerja.

Tabel 11.

Pembayaran Gaji Karyawan yang Belum Bekerja Karena Kecelakaan Kerja

No. Kategori F %

1. 2. 3.

Semua dibayar Sebagaian dibayar Tidak dibayar

34 6 0

90,0 10,0 0

Jumlah 40 100,0

Sumber: Data Primer

Berdasarkan Tabel 11 di atas dapat diketahui bahwa perusahaan memberikan perhatian yang besar kepada karyawan dengan tetap membayarkan gaji terhadap karyawan yang tidak dapat bekerja. Perusahaan tidak tinggal diam membiarkan karyawannya yang terkena musibah atau yang sedang dalam kesulitan. Tetapi perusahaan tetap memotong uang transport karyawan yang tidak dapat bekerja dikarenakan sakit. Menurut beberapa responden mereka merasa perusahaan cukup memperhatikan sehingga kesejahteran karyawan tetap diutamakan. Terlihat dari data mayoritas responden menjawab perusahaan tetap membayar sebanyak 34 orang (90%). Tentunya ini sangat berpengaruh terhadap pemenuhan kebutuhan keluarga karyawan tentunya. Sedangkan responden yang menjawab hanya sebagian saja hal ini dikarenakan responden tersebut adalah karyawan yang baru masuk bekerja.

Tabel 12.

Santunan Bagi Karyawan yang Meninggal

No. Kategori F %

1. 2. 3.

Diberikan santunan Hanya orang tertentu Tidak diberikan

34 6 0

90,0 10,0 0

Jumlah 40 100,0

Sumber: Data Primer

Pada Tabel 12 di atas dapat diketahui bahwa perusahaan memberikan informasi pada karyawan tentang pemberian tunjangan kematian tentunya perusahaan akan melaksanakan kewajibannya dengan memberikan santunan kematian kepada karyawannya. Bagitu pula dengan biaya pemakaman. Mereka memberikan kepada pihak keluarga yang ditinggalkan. Menurut pengakuan responden, pemberian santunan kematian tersebut sangat membantu keluarga yang ditinggalkan Hal ini diketahui


(14)

dari jawaban responden sebanyak 34 orang (90%) dan hanya 6 orang (10%) saja yang menjawab hanya orang tertentu saja. Hal ini responden adalah karyawan yang baru bekerja. Hanya saja mayoritas responden tidak mengetahui secara pasti berapa besar jumlah biaya yang biasa diberikan kepada ahli waris sebagai santunan apabila ada karyawan yang meninggal dunia. Pihak perusahaan akan mengurus klaim jaminan kematian segera sehingga pihak keluarga karyawan yang ditinggalkan tidak perlu mengurus jaminan kematian tersebut. Selain itu sebagai rasa bela sungkawa para karyawan memberikan sumbangan ala kadarnya untuk memberikan kepada ahli waris tanpa mengurus biaya pemakaman.

Tabel 13.

Pemberian Bantuan Bagi Keluarga Karyawan yang Meninggal

No. Kategori F %

1. 2. 3.

Semua mendapat Hanya orang tertentu Tidak diberikan

36 4 0

90,0 10,0 0

Jumlah 40 100,0

Sumber: Data Primer

Pada Tabel 13 di atas dapat diketahui bahwa perusahaan juga turut serta membantu keluarga karyawan yang mengalami musibah sekalipun di luar hubungan kerja. Hal ini diketahui dari jawaban responden yang menjawab point 1 sebanyak 36 orang (90%). Sedangkan sebanyak 4 orang (10%) menjawab hanya orang tertentu saja. Hal ini dimungkinkan karyawan tersebut relatif baru bekerja dalam kata lain dalam proses masuk peserta jaminan kematian. Anggota keluarga yang mendapatkan bantuan hanya istri/suami dan anak. Selain itu sebagai rasa bela sungkawa para karyawan memberikan sumbangan ala kadarnya untuk memberikan kepada ahli waris tanpa mengurus biaya pemakaman.

Tabel 14. Fasilitas Kesehatan

No. Kategori F %

1. 2. 3.

Cukup Memadai Memadai Tidak Memadai

24 16 0

60,0 40,0 0

Jumlah 40 100,0

Sumber: Data Primer

Pada data Tabel 14 di atas dapat diketahui fasilitas yang disediakan oleh perusahaan cukup memadai. Hal ini diketahui dari jawaban responden sebanyak 24 orang (60%). Responden yang menjawab memadai berjumlah hanya 16 orang (40 %). Fasilitas yang diberikan perusahaan meliputi rawat inap, berobat, check

up, penggantian lensa kaca mata setiap tahun

serta perobatan dan perawatan gigi. Ini berlaku bagi seluruh anggota keluarga karyawan. Responden mengaku bahwa saat ini biaya rumah sakit sangat mahal sehingga jelas fasilitas yang diberikan oleh perusahaan telah membantu karyawan untuk menjaga kesehatan mereka. Tentunya dengan kesehatan yang cukup baik karyawan dapat bekerja lebih produktif lagi dan kesejahteraan keluarga mereka dapat terpenuhi.

Tabel 15.

Jaminan Hari Tua dari Perusahaan

No. Kategori F %

1. 2. 3.

Cukup Memadai Memadai Tidak Memadai

21 19 0

52,5 47,5 0

Jumlah 40 100,0

Sumber: Data Primer

Pada Tabel 15 dapat diketahui rata-rata responden mengaku bahwa jaminan hari tua yang akan mereka terima memadai sebanyak 19 orang (47,5%). Bahkan 21 orang (52.5%) menjawab sangat memadai. Walaupun mereka juga mengakui bahwa responden itu sendiri tidak tahu berapa besar jumlah pesangon yang akan mereka terima. Tetapi dengan pembayaran iuran yang berasal dari gaji mereka responden yakin perusahaan pasti memberikan yang terbaik kepada karyawannya. Masa kepesertaan sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun semenjak pembayaran iuran pertama program jaminan hari tua.

Tabel 16.

Distribusi Karyawan Berdasarkan Gaji per Bulan

No. Kategori (Rp) F %

1. 2. 3.

> 3.000.000

1.500.000-3.000.000 650.000-1.500.000

11 22 7

55,0 27,5 17,5

Jumlah 40 100,0


(15)

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui responden yang berpenghasilan Rp 650.000,-

Rp 1.500.000,- berjumlah 7 orang (17,5%) dan yang berpenghasilan Rp 1.500.000-

Rp 3.000.000,- berjumlah 22 orang (55%) dan di atas Rp 3.000.000 berjumlah 11 orang (17%). Ini berarti PT Asam Jawa telah menerapkan penghasilan karyawannya sesuai dengan UMR yang berlaku. Gaji pokok yang diberikan oleh PT Asam Jawa Medan kepada seluruh karyawanya adalah di atas Upah Minimum Provinsi (UMP) yakni Rp 660.000,-perbulan Tahun 2005. Beberapa responden merasa gaji yang mereka terima dapat mencukupi kebutuhan hidup mereka tetapi ada juga responden yang merasa gaji yang mereka terima saat ini walaupun sudah melebihi UMP tetap belum mencukupi kebutuhan mereka dikarena harga-harga yang terus naik dan sebagainya.

Tabel 17.

Penerimaan Tunjangan Hari-Hari Besar Agama

No. Kategori F %

1. 2. 3.

Menerima Kadang- kadang Tidak menerima

40 0 0

100,0 0 0

Jumlah 40 100,0

Sumber: Data Primer

Pada Tabel 17 di atas dapat diketahui bahwa mayoritas responden menjawab menerima 40 orang (100%). Hal ini berarti perusahaan memperhatikan karyawan dari segi tunjangan-tunjangan hari besar seperti Idul Fitri, Natal dan hari besar keagamaan lainnya. Responden mengakui dengan pemberian tunjangan tersebut responden tidak terlalu terbebani dalam mencukupi kebutuhan menjelang perayaan hari besar meliputi uang belanja kebutuhan makanan dan baju baru yang tentunya sangat besar biayanya apalagi disangkutkan dengan gaji yang mereka peroleh sehingga mereka betul-betul merasa senang dengan tunjangan yang diberikan perusahaan.

Tabel 18.

Penerimaan Bonus oleh Karyawan

No. Kategori F %

1. 2. 3.

Sangat sering Sering Tidak pernah

0 40

0

0 100,0

0

Jumlah 40 100,0

Sumber: Data Primer

Berdasarkan data Tabel 18 di atas dapat diketahui responden yang menerima bonus sebanyak 40 (100%). Hal ini berarti perusahaan memperhatikan kesejahteraan karyawannya. Menurut responden apabila perusahaan telah mencapai target produksi yang telah ditentukan oleh perusahaan maka bonus yang diterima karyawan minimum sekali setahun dengan jumlah lebih besar dari gaji karyawan. Selain bonus tunjangan tidak tetap yang diberikan perusahaan meliputi tunjangan sekolah anak karyawan, lembur, tunjangan jabatan, tunjangan golongan dan natura dan tunjangan kehadiran yang diberikan saat penerimaan gaji pokok bulanan. Tunjangan diberikan berdasarkan jabatan dan golongan reseponden masing-masing. Beberapa responden mengakui bahwa mereka juga sering menerima tunjangan tidak tetap berupa uang pengganti transportasi terutama apabila responden melakukan perjalanan dinas keluar kota maka perusahaan mengeluarkan Surat Perintah Perjalan Dinas (SPPD). Sedangkan Responden mengaku dengan pemberian berbagai tunjangan tidak tetap tersebut dapat meningkatkan serta mempertahankan kesejahteraan bagi keluarga karyawan. Responden betul-betul merasa terbantu dalam mencukupi kebutuhan sehari- hari mereka tanpa menggangu gaji yang mereka terima.

Tabel 19.

Cara Karyawan Memperoleh Tempat Tinggal

No. Kategori F %

1. 2.

3.

Bantuan perusahaan Bantuan keluarga dan Perusahaan Diperoleh sendiri

23 17

0

57,5 42,5

0

Jumlah 40 100,0

Sumber: Data Primer

Berdasarkan Tabel 19 di atas dapat diketahui bahwa responden 57,5 % atau sebanyak 23 orang bertempat tinggal sendiri atas bantuan dari perusahaan. Ini membuktikan adanya perhatian perusahaan terhadap kesejahteraan keluarga karyawan. Bantuan perusahaan dimasukkan ke dalam tunjangan perumahan. Tunjangan perumahan diberikan kepada responden berdasarkan jenjang dan golongan responden masing-masing. Responden yang menjawab poin 2 sebanyak 17 orang (42,5%). Menurut pengakuan responden mereka memperoleh bantuan keluarga berasal dari warisan.


(16)

Tabel 20.

Harapan Memiliki Rumah yang Layak Huni

No. Kategori F %

1. 2. 3.

Optimis

Tidak terlalu optimis Pesimis

32 8 0

100,0 20,0 0

Jumlah 40 100,0

Sumber: Data Primer

Pada Tabel 20 di atas dapat diketahui bahwa gaji yang diberikan dapat memiliki rumah yang layak bagi mereka. Hal ini diketahui dari jawaban responden yang menjawab poin 1 sebanyak 32 orang (80%). Oleh karena itu karyawan dapat menyisihkan tabungan mereka untuk membeli rumah bagi mereka tinggal bersama dengan keluarga tercinta. Seperti telah diketahui di atas bahwa perusahaan telah memberikan tunjangan perumahan kepada karyawan. Tunjangan perumahan yang diberikan kepada karyawan berdasarkan golongan dan jabatan masing-masing responden. Dan beberapa karyawan mengaku bahwa tunjangan yang diberikan menambah gaji pokok yang diberikan dan selain itu tunjangan tersebut juga cukup untuk mendapatkan rumah yang layak dalam persepsi masing-masing. Sedangkan karyawan menjawab kurang mencukupi sebanyak 8 (20 %). Hal ini dikarenakan karyawan tersebut belum memiliki jabatan yang tinggi sehingga tunjangan perumahan yang diberikan tidak terlalu besar.

Tabel 21.

Keinginan dan Optimisme Responden Menyekolahkan Anak

No Kategori F %

1. 2. 3.

Optimis Kurang optimis Tidak optimis

40 0 0

100,0 0 0

Jumlah 40 100,0

Sumber: Data Primer

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa mayoritas responden mempunyai keinginan besar menyekolahkan anaknya sampai pada pendidikan yang lebih tinggi. Hal ini diketahui dari jawaban responden di atas yang menjawab “ya” ada sebanyak 40 orang (100%) sehingga dimungkinkan kondisi kesejahteraan karyawan sudah membaik. Responden mengaku pada saat ini biaya sekolah sangat besar dan mahal harganya. Apalagi diketahui bahwa rata-rata responden memiliki anak yang telah

bersekolah. Jelas hampir seluruh responden merasa terbantu dengan pemberian beasiswa tersebut. Karena gaji yang mereka peroleh dapat dipergunakan untuk kebutuhan yang lain.

Tabel 22.

Perilaku Frekuensi Menabung Responden

No. Kategori F %

1. 2. 3.

Ya, ditabung Kadang- kadang Tidak di tabung

31 9 0

77,5 22,5 0

Jumlah 40 100,0

Sumber: Data Primer

Pada tabel di atas dapat diketahui bahwa mayoritas responden setiap bulannya menyisihkan sebagian gaji yang diterima untuk ditabung sebanyak 31 orang (77,5%). Hal ini berarti gaji yang diterima cukup layak dalam memenuhi kebutuhan. Sedangkan responden yang menjawab kadang-kadang sebanyak 9 orang (22,5 %) dimungkinkan gaji yang diterima karyawan dipergunakan lebih besar dalam memenuhi kebutuhan keluarga sehingga kesempatan untuk menabung tidak kontinu.

Dari hasil penelitian dengan menggunakan penyebaran kuesioner dan memberikan tabulasi ke dalam tabel tunggal maka dapat diambil kesimpulan umum bahwa implementasi Jamsostek dan kesejahteraan keluarga karyawan telah berjalan dengan baik di PT Asam Jawa Medan. Dalam hal mengenai Jamsostek dapat kita lihat pada Tabel 7 bahwa 100 % karyawan telah terdaftar menjadi peserta Jamsostek. Pelaksanaan Jamsostek telah seluruhnya diikuti oleh perusahaan seperti jaminan kecelakaan kerja, jaminan kesehatan, jaminan hari tua dan jaminan kematian. Dilihat pada Tabel 8 Karyawan juga tidak merasa kesulitan memahami prosedur Jamsostek terbukti jawaban karyawan 77,5 % hal ini dikarenakan dalam pelaksanaannya perusahaan betul-betul terlibat dalam memberikan keterangan mengenai Jamsostek.

Dalam hal penerimaan Jamsostek pada Tabel 9 sebanyak 77,5 % karyawan telah menerima santunan berupa santunan kesehatan dan santunan kematian sedangkan sisanya 22,5 % karyawan bersyukur belum pernah menerima santunan kematian. Pada Tabel 12 juga dapat dilihat bahwa 90 % mengaku bahwa perusahaan juga mengurus pemberian santunan biaya


(17)

pemakaman dan juga hal ini berlaku bagi keluarga karyawan.

Dalam hal penggantian biaya yang diberikan perusahaan terhadap karyawan yang mengalami kecelakaan juga cukup memadai pada Tabel 10 sebanyak 87 % karyawan mengatakan dengan tercukupinya biaya kesehatan yang diberikan tentunya mereka tidak perlu memikirkan biaya pengobatan sekarang yang begitu besar sehingga kebutuhan hidup tidak terganggu. Begitu juga pada Tabel 14 dapat dilihat karyawan mengaku dengan pemberian fasilitas kesehatan yang telah disediakan oleh perusahaan bagi keluarga mereka, sebanyak 40 % karyawan merasa senang karena fasilitas kesehatan yang diberikan perusahaan memadai bahkan 60 % karyawan mengatakan sangat memadai.

Pada Tabel 15 sebanyak 47,5 % karyawan mengatakan bahwa jaminan hari tua yang akan mereka dapat kelak memadai bahkan yang menjawab cukup memadai sebanyak 52,5%. hal ini jelas membuktikan karyawan tidak perlu merasa kuatir apabila masa purna tugas itu tiba karena jaminan hari tua yang mereka dapat kelak dilaksanakan dengan baik dan jujur oleh perusahaaan.

S e l a in Ja ms o s t e k p e mb e r i an kesejahteraan keluarga karyawan oleh PT Asam Jawa Medan juga telah terlaksana dengan baik hal ini dapat kita lihat pada Tabel 16 bahwa perusahaan telah menetapkan pemberian upah di atas UMR yang berlaku. Pemberian tunjangan-tunjangan oleh perusahaan juga telah berjalan dengan baik dapat kita lihat pada Tabel 17 sebanyak 100 % karyawan telah menerima tunjangan hari besar. Karyawan mengaku bahwa tunjangan hari besar yang mereka terima sudah dapat membantu mencukupi kebutuhan menjelang hari raya.

Pada Tabel 18 karyawan mengaku sebanyak 100 % karyawan menjawab sering menerima bonus. Selain bonus terlihat perusahaan juga memberikan kepada karyawan berupa tunjangan kehadiran, tunjangan golongan, natura, tunjangan jabatan, tunjangan perumahan. Karyawan mengaku dengan adanya banyak tunjangan yang diberikan dapat meningkatkan serta mempertahankan kesejahteraan bagi keluarga mereka.

Dalam hal menerima tunjangan perumahan pada Tabel 19 dapat dilihat bahwa 57 % karyawan memperoleh bantuan dari perusahaan sedangkan 42,4 % karyawan

mengaku selain bantuan perusahaan juga mendapatkan bantuan dari keluarga mereka yang merupakan hasil dari warisan. Pada Tabel 20 sebanyak 80 % karyawan merasa dapat mempunyai harapan memiliki rumah yang layak.

Dalam hal menyekolahkan anak karyawan pada Tabel 21 karyawan 100 % berkeinginan menyekolahkan anak dan 90 % karyawan merasa sangat bersemangat untuk menyekolahkan anak mereka sampai keperguruan tinggi terlihat pada Tabel 22. Tetapi sebanyak 10 % karyawan kurang bersemangat hal ini dikarenakan bahwa dibandingkan perusahaan perkebunan swasta lainnya beasiswa yang mereka terima sangat minim.

Pada Tabel 23 sebanyak 77,5 % karyawan dapat menabung sehingga ini membuktikan bahwa pemenuhan kebutuhan mereka telah tercukupi. Sedangkan sebanyak 22,5 % menjawab kadang-kadang ditabung, hal ini dimungkinkan kebutuhan yang mereka yang terlalu besar sehingga menabung pun tidak kontinu.

Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang dilakukan mengenai Implementasi Jamsostek dan Kesejahteraan Keluarga Karyawan maka kesimpulan umum yang dapat diperoleh adalah: 1. Seluruh karyawan PT Asam Jawa telah

me mp e r o l e h J a ms o s t e k . U mu m n y a responden merasa dengan adanya Jamsostek perusahaan peduli terhadap kesejahteraan keluarga karyawan itu sendiri. Baik di saat terjadi kecelakaan kerja maupun kematian. Jamsostek juga merupakan penghargaan t e r h ad ap k a ry a w an y an g t e l ah menyumbangkan tenaga dan pikiran kepada perusahaan tempat mereka bekerja.

2. Jaminan hari tua selain dilaksanakan oleh PT Astek juga dijalankan oleh Yayasan Dana Pensiun Perusahaan. Seluruh responden merasa pemberian jaminan hari tua mereka memadai sehingga mereka tidak perlu kuatir apabila masa purna tugas itu tiba.

3. Jaminan kesehatan juga sangat membantu karyawan dalam memperoleh kesehatan bagi keluarga mereka. Apalagi di saat ini biaya kesehatan yang sangat mahal sangat


(18)

mempengaruhi karyawan dalam memenuhi kehidupan bagi keluarga mereka.

4. Wujud kepedulian PT Asam Jawa Medan juga ditujukan oleh pemberian berbagai tunjangan dan fasilitas-fasilitas kerja bagi karyawannya seperti tunjangan tidak tetap yang diterima dalam bentuk tunjangan kehadiran, penggantian uang transport, upah lembur, dan lain- lain. Berdasarkan hasil penelitian responden mengaku karyawan merasa terbantu dalam mencukupi kehidupannya.

5. Dalam hal kepemilikan rumah PT Asam Jawa Medan juga memberikan tunjangan p e ru ma h a n b ag i k a ry a wa n ny a . Berdasarkan hasil penelitian bahwa tunjangan perumahan yang diberikan dapat memberikan harapan kepada karyawan untuk memiliki rumah yang layak bagi keluarga tercinta.

6. Berdasarkan hasil penelitian dengan adanya beasiswa yang diberikan oleh PT Asam Jawa terhadap keluarga karyawan dirasakan sangat membantu dalam menyekolahkan anak mereka sampai ke perguruan tinggi. Mereka juga sangat bersemangat dalam menyekolahkan anak mereka setinggi-tingginya walaupun didapatkan beberapa responden mengaku bahwa beasiswa yang diberikan perusahaan terhadap karyawannya sangat minim dibandingkan perusahaan perkebunan kelapa sawit swasta lainnya.

7. Implementasi Jamsostek dan kesejahteraan keluarga karyawan yang telah dilakukan oleh PT Asam Jawa Medan ternyata sangat membantu karyawannya dalam mencapai kesejahteraan bagi keluarga mereka

Saran

Hasil penelitian ini pada akhirnya mencoba memberi masukan atau saran yang ditujukan kepada semua pihak yang berkepentingan, di sini penulis mencoba memberi saran antara lain:

1. Pemberian beasiswa yang minim dirasakan beberapa karyawan sehingga untuk menyekolahkan anak mereka tidak begitu dapat mencukupi biaya sekolah yang besar sehingga diharapkan kepada pihak PT Asam Jawa dapat lebih meningkatkan jumlah pemberian beasiswa tersebut agar semua karyawan merasa senang dan terbantu.

2. Pihak perusahaan PT Asam Jawa Medan sudah memberikan kebijakan yang arif tentang pelaksanaan Jamsostek begitu pula ditambah dengan pemberian tunjangan tetap dan tunjangan tidak tetap. Hal ini menunjukan bahwa PT Asam Jawa sudah memberikan contoh yang baik dalam u s a h a p e n i n g k a t an k e s e j ah t e r a a n karyawan. Untuk itu agar cara yang sudah ditempuh dapat dipertahankan dan dapat ditingkatkan. 3 . Dalam tingkat mencapai tujuan

kesejahteraan karyawan yang lebih optimal ternyata PT Asam Jawa Medan telah memberikan apa yang menjadi hak karyawan. Untuk itu kepada karyawan d ih a r ap k an d a p a t m e n i n gk a tk an p r o d u k t i v i t a s n y a aga r p e mb e r i an k e s e j ah t e r aa n d a p at d i t i n g k at k an d a n dip e r t ah a n k an .

Daftar Pustaka

Abud, Abdul Ghani, 1987, Keluarga Muslim

dan Berbagai Macam Masalahnya,

Pustaka Bandung.

Arikunto, Suharsimi, 1993, Prosedur Penelitian

Suatu Pendekatan Praktik, Rineka Cipta,

Yogyakarta, 1993

Asikin, Zainal, et al, 1993, Dasar-dasar Hukum

Perburuhan, Raja Grafindo Persada

Indonesia

Cohen, Bruce C. 1992, Sosiologi Suatu

Pengantar, Rineka Cipta, Jakarta, 1992.

Hasibuan, S.P. Malayu, H., 2003, Manjemen

Sumber Day Manusia. Bumi Aksara.

Jakarta.

Husni, Lalu, 2003, Pengantar Hukum

Ketenagakerjaan Indonesia, PT Rineka

Cipta, Jakarta.

Kansil, Christine, 1997, Pokok- Pokok Hukum

JAMSOSTEK, Pustaka Sinar Harapan.

Kertonegoro, Sentanoe. Et al, 1993, Prinsip dan

Praktik Jaminan Sosial Tenaga Kerja,


(1)

dari jawaban responden sebanyak 34 orang (90%) dan hanya 6 orang (10%) saja yang menjawab hanya orang tertentu saja. Hal ini responden adalah karyawan yang baru bekerja. Hanya saja mayoritas responden tidak mengetahui secara pasti berapa besar jumlah biaya yang biasa diberikan kepada ahli waris sebagai santunan apabila ada karyawan yang meninggal dunia. Pihak perusahaan akan mengurus klaim jaminan kematian segera sehingga pihak keluarga karyawan yang ditinggalkan tidak perlu mengurus jaminan kematian tersebut. Selain itu sebagai rasa bela sungkawa para karyawan memberikan sumbangan ala kadarnya untuk memberikan kepada ahli waris tanpa mengurus biaya pemakaman.

Tabel 13.

Pemberian Bantuan Bagi Keluarga Karyawan yang Meninggal

No. Kategori F %

1. 2. 3.

Semua mendapat Hanya orang tertentu Tidak diberikan

36 4 0

90,0 10,0 0 Jumlah 40 100,0

Sumber: Data Primer

Pada Tabel 13 di atas dapat diketahui bahwa perusahaan juga turut serta membantu keluarga karyawan yang mengalami musibah sekalipun di luar hubungan kerja. Hal ini diketahui dari jawaban responden yang menjawab point 1 sebanyak 36 orang (90%). Sedangkan sebanyak 4 orang (10%) menjawab hanya orang tertentu saja. Hal ini dimungkinkan karyawan tersebut relatif baru bekerja dalam kata lain dalam proses masuk peserta jaminan kematian. Anggota keluarga yang mendapatkan bantuan hanya istri/suami dan anak. Selain itu sebagai rasa bela sungkawa para karyawan memberikan sumbangan ala kadarnya untuk memberikan kepada ahli waris tanpa mengurus biaya pemakaman.

Tabel 14. Fasilitas Kesehatan

No. Kategori F %

1. 2. 3.

Cukup Memadai Memadai Tidak Memadai

24 16 0

60,0 40,0 0 Jumlah 40 100,0

Sumber: Data Primer

Pada data Tabel 14 di atas dapat diketahui fasilitas yang disediakan oleh perusahaan cukup memadai. Hal ini diketahui dari jawaban responden sebanyak 24 orang (60%). Responden yang menjawab memadai berjumlah hanya 16 orang (40 %). Fasilitas yang diberikan perusahaan meliputi rawat inap, berobat, check up, penggantian lensa kaca mata setiap tahun serta perobatan dan perawatan gigi. Ini berlaku bagi seluruh anggota keluarga karyawan. Responden mengaku bahwa saat ini biaya rumah sakit sangat mahal sehingga jelas fasilitas yang diberikan oleh perusahaan telah membantu karyawan untuk menjaga kesehatan mereka. Tentunya dengan kesehatan yang cukup baik karyawan dapat bekerja lebih produktif lagi dan kesejahteraan keluarga mereka dapat terpenuhi.

Tabel 15.

Jaminan Hari Tua dari Perusahaan

No. Kategori F %

1. 2. 3.

Cukup Memadai Memadai Tidak Memadai

21 19 0

52,5 47,5 0 Jumlah 40 100,0

Sumber: Data Primer

Pada Tabel 15 dapat diketahui rata-rata responden mengaku bahwa jaminan hari tua yang akan mereka terima memadai sebanyak 19 orang (47,5%). Bahkan 21 orang (52.5%) menjawab sangat memadai. Walaupun mereka juga mengakui bahwa responden itu sendiri tidak tahu berapa besar jumlah pesangon yang akan mereka terima. Tetapi dengan pembayaran iuran yang berasal dari gaji mereka responden yakin perusahaan pasti memberikan yang terbaik kepada karyawannya. Masa kepesertaan sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun semenjak pembayaran iuran pertama program jaminan hari tua.

Tabel 16.

Distribusi Karyawan Berdasarkan Gaji per Bulan

No. Kategori (Rp) F %

1. 2. 3.

> 3.000.000

1.500.000-3.000.000 650.000-1.500.000

11 22 7

55,0 27,5 17,5

Jumlah 40 100,0


(2)

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui responden yang berpenghasilan Rp 650.000,- – Rp 1.500.000,- berjumlah 7 orang (17,5%) dan yang berpenghasilan Rp 1.500.000- – Rp 3.000.000,- berjumlah 22 orang (55%) dan di atas Rp 3.000.000 berjumlah 11 orang (17%). Ini berarti PT Asam Jawa telah menerapkan penghasilan karyawannya sesuai dengan UMR yang berlaku. Gaji pokok yang diberikan oleh PT Asam Jawa Medan kepada seluruh karyawanya adalah di atas Upah Minimum Provinsi (UMP) yakni Rp 660.000,-perbulan Tahun 2005. Beberapa responden merasa gaji yang mereka terima dapat mencukupi kebutuhan hidup mereka tetapi ada juga responden yang merasa gaji yang mereka terima saat ini walaupun sudah melebihi UMP tetap belum mencukupi kebutuhan mereka dikarena harga-harga yang terus naik dan sebagainya.

Tabel 17.

Penerimaan Tunjangan Hari-Hari Besar Agama

No. Kategori F %

1. 2. 3.

Menerima Kadang- kadang Tidak menerima

40 0 0

100,0 0 0 Jumlah 40 100,0

Sumber: Data Primer

Pada Tabel 17 di atas dapat diketahui bahwa mayoritas responden menjawab menerima 40 orang (100%). Hal ini berarti perusahaan memperhatikan karyawan dari segi tunjangan-tunjangan hari besar seperti Idul Fitri, Natal dan hari besar keagamaan lainnya. Responden mengakui dengan pemberian tunjangan tersebut responden tidak terlalu terbebani dalam mencukupi kebutuhan menjelang perayaan hari besar meliputi uang belanja kebutuhan makanan dan baju baru yang tentunya sangat besar biayanya apalagi disangkutkan dengan gaji yang mereka peroleh sehingga mereka betul-betul merasa senang dengan tunjangan yang diberikan perusahaan.

Tabel 18.

Penerimaan Bonus oleh Karyawan

No. Kategori F %

1. 2. 3.

Sangat sering Sering Tidak pernah

0 40

0

0 100,0

0 Jumlah 40 100,0

Sumber: Data Primer

Berdasarkan data Tabel 18 di atas dapat diketahui responden yang menerima bonus sebanyak 40 (100%). Hal ini berarti perusahaan memperhatikan kesejahteraan karyawannya. Menurut responden apabila perusahaan telah mencapai target produksi yang telah ditentukan oleh perusahaan maka bonus yang diterima karyawan minimum sekali setahun dengan jumlah lebih besar dari gaji karyawan. Selain bonus tunjangan tidak tetap yang diberikan perusahaan meliputi tunjangan sekolah anak karyawan, lembur, tunjangan jabatan, tunjangan golongan dan natura dan tunjangan kehadiran yang diberikan saat penerimaan gaji pokok bulanan. Tunjangan diberikan berdasarkan jabatan dan golongan reseponden masing-masing. Beberapa responden mengakui bahwa mereka juga sering menerima tunjangan tidak tetap berupa uang pengganti transportasi terutama apabila responden melakukan perjalanan dinas keluar kota maka perusahaan mengeluarkan Surat Perintah Perjalan Dinas (SPPD). Sedangkan Responden mengaku dengan pemberian berbagai tunjangan tidak tetap tersebut dapat meningkatkan serta mempertahankan kesejahteraan bagi keluarga karyawan. Responden betul-betul merasa terbantu dalam mencukupi kebutuhan sehari- hari mereka tanpa menggangu gaji yang mereka terima.

Tabel 19.

Cara Karyawan Memperoleh Tempat Tinggal

No. Kategori F %

1. 2.

3.

Bantuan perusahaan Bantuan keluarga dan Perusahaan Diperoleh sendiri

23 17

0

57,5 42,5

0 Jumlah 40 100,0

Sumber: Data Primer

Berdasarkan Tabel 19 di atas dapat diketahui bahwa responden 57,5 % atau sebanyak 23 orang bertempat tinggal sendiri atas bantuan dari perusahaan. Ini membuktikan adanya perhatian perusahaan terhadap kesejahteraan keluarga karyawan. Bantuan perusahaan dimasukkan ke dalam tunjangan perumahan. Tunjangan perumahan diberikan kepada responden berdasarkan jenjang dan golongan responden masing-masing. Responden yang menjawab poin 2 sebanyak 17 orang (42,5%). Menurut pengakuan responden mereka memperoleh bantuan keluarga berasal dari warisan.


(3)

Tabel 20.

Harapan Memiliki Rumah yang Layak Huni

No. Kategori F %

1. 2. 3.

Optimis

Tidak terlalu optimis Pesimis

32 8 0

100,0 20,0 0 Jumlah 40 100,0

Sumber: Data Primer

Pada Tabel 20 di atas dapat diketahui bahwa gaji yang diberikan dapat memiliki rumah yang layak bagi mereka. Hal ini diketahui dari jawaban responden yang menjawab poin 1 sebanyak 32 orang (80%). Oleh karena itu karyawan dapat menyisihkan tabungan mereka untuk membeli rumah bagi mereka tinggal bersama dengan keluarga tercinta. Seperti telah diketahui di atas bahwa perusahaan telah memberikan tunjangan perumahan kepada karyawan. Tunjangan perumahan yang diberikan kepada karyawan berdasarkan golongan dan jabatan masing-masing responden. Dan beberapa karyawan mengaku bahwa tunjangan yang diberikan menambah gaji pokok yang diberikan dan selain itu tunjangan tersebut juga cukup untuk mendapatkan rumah yang layak dalam persepsi masing-masing. Sedangkan karyawan menjawab kurang mencukupi sebanyak 8 (20 %). Hal ini dikarenakan karyawan tersebut belum memiliki jabatan yang tinggi sehingga tunjangan perumahan yang diberikan tidak terlalu besar.

Tabel 21.

Keinginan dan Optimisme Responden Menyekolahkan Anak

No Kategori F %

1. 2. 3.

Optimis Kurang optimis Tidak optimis

40 0 0

100,0 0 0 Jumlah 40 100,0

Sumber: Data Primer

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa mayoritas responden mempunyai keinginan besar menyekolahkan anaknya sampai pada pendidikan yang lebih tinggi. Hal ini diketahui dari jawaban responden di atas yang menjawab “ya” ada sebanyak 40 orang (100%) sehingga dimungkinkan kondisi kesejahteraan karyawan sudah membaik. Responden mengaku pada saat ini biaya sekolah sangat besar dan mahal harganya. Apalagi diketahui bahwa rata-rata responden memiliki anak yang telah

bersekolah. Jelas hampir seluruh responden merasa terbantu dengan pemberian beasiswa tersebut. Karena gaji yang mereka peroleh dapat dipergunakan untuk kebutuhan yang lain.

Tabel 22.

Perilaku Frekuensi Menabung Responden

No. Kategori F %

1. 2. 3.

Ya, ditabung Kadang- kadang Tidak di tabung

31 9 0

77,5 22,5 0 Jumlah 40 100,0

Sumber: Data Primer

Pada tabel di atas dapat diketahui bahwa mayoritas responden setiap bulannya menyisihkan sebagian gaji yang diterima untuk ditabung sebanyak 31 orang (77,5%). Hal ini berarti gaji yang diterima cukup layak dalam memenuhi kebutuhan. Sedangkan responden yang menjawab kadang-kadang sebanyak 9 orang (22,5 %) dimungkinkan gaji yang diterima karyawan dipergunakan lebih besar dalam memenuhi kebutuhan keluarga sehingga kesempatan untuk menabung tidak kontinu.

Dari hasil penelitian dengan menggunakan penyebaran kuesioner dan memberikan tabulasi ke dalam tabel tunggal maka dapat diambil kesimpulan umum bahwa implementasi Jamsostek dan kesejahteraan keluarga karyawan telah berjalan dengan baik di PT Asam Jawa Medan. Dalam hal mengenai Jamsostek dapat kita lihat pada Tabel 7 bahwa 100 % karyawan telah terdaftar menjadi peserta Jamsostek. Pelaksanaan Jamsostek telah seluruhnya diikuti oleh perusahaan seperti jaminan kecelakaan kerja, jaminan kesehatan, jaminan hari tua dan jaminan kematian. Dilihat pada Tabel 8 Karyawan juga tidak merasa kesulitan memahami prosedur Jamsostek terbukti jawaban karyawan 77,5 % hal ini dikarenakan dalam pelaksanaannya perusahaan betul-betul terlibat dalam memberikan keterangan mengenai Jamsostek.

Dalam hal penerimaan Jamsostek pada Tabel 9 sebanyak 77,5 % karyawan telah menerima santunan berupa santunan kesehatan dan santunan kematian sedangkan sisanya 22,5 % karyawan bersyukur belum pernah menerima santunan kematian. Pada Tabel 12 juga dapat dilihat bahwa 90 % mengaku bahwa perusahaan juga mengurus pemberian santunan biaya


(4)

pemakaman dan juga hal ini berlaku bagi keluarga karyawan.

Dalam hal penggantian biaya yang diberikan perusahaan terhadap karyawan yang mengalami kecelakaan juga cukup memadai pada Tabel 10 sebanyak 87 % karyawan mengatakan dengan tercukupinya biaya kesehatan yang diberikan tentunya mereka tidak perlu memikirkan biaya pengobatan sekarang yang begitu besar sehingga kebutuhan hidup tidak terganggu. Begitu juga pada Tabel 14 dapat dilihat karyawan mengaku dengan pemberian fasilitas kesehatan yang telah disediakan oleh perusahaan bagi keluarga mereka, sebanyak 40 % karyawan merasa senang karena fasilitas kesehatan yang diberikan perusahaan memadai bahkan 60 % karyawan mengatakan sangat memadai.

Pada Tabel 15 sebanyak 47,5 % karyawan mengatakan bahwa jaminan hari tua yang akan mereka dapat kelak memadai bahkan yang menjawab cukup memadai sebanyak 52,5%. hal ini jelas membuktikan karyawan tidak perlu merasa kuatir apabila masa purna tugas itu tiba karena jaminan hari tua yang mereka dapat kelak dilaksanakan dengan baik dan jujur oleh perusahaaan.

S e l a in Ja ms o s t e k p e mb e r i an kesejahteraan keluarga karyawan oleh PT Asam Jawa Medan juga telah terlaksana dengan baik hal ini dapat kita lihat pada Tabel 16 bahwa perusahaan telah menetapkan pemberian upah di atas UMR yang berlaku. Pemberian tunjangan-tunjangan oleh perusahaan juga telah berjalan dengan baik dapat kita lihat pada Tabel 17 sebanyak 100 % karyawan telah menerima tunjangan hari besar. Karyawan mengaku bahwa tunjangan hari besar yang mereka terima sudah dapat membantu mencukupi kebutuhan menjelang hari raya.

Pada Tabel 18 karyawan mengaku sebanyak 100 % karyawan menjawab sering menerima bonus. Selain bonus terlihat perusahaan juga memberikan kepada karyawan berupa tunjangan kehadiran, tunjangan golongan, natura, tunjangan jabatan, tunjangan perumahan. Karyawan mengaku dengan adanya banyak tunjangan yang diberikan dapat meningkatkan serta mempertahankan kesejahteraan bagi keluarga mereka.

Dalam hal menerima tunjangan perumahan pada Tabel 19 dapat dilihat bahwa 57 % karyawan memperoleh bantuan dari perusahaan sedangkan 42,4 % karyawan

mengaku selain bantuan perusahaan juga mendapatkan bantuan dari keluarga mereka yang merupakan hasil dari warisan. Pada Tabel 20 sebanyak 80 % karyawan merasa dapat mempunyai harapan memiliki rumah yang layak.

Dalam hal menyekolahkan anak karyawan pada Tabel 21 karyawan 100 % berkeinginan menyekolahkan anak dan 90 % karyawan merasa sangat bersemangat untuk menyekolahkan anak mereka sampai keperguruan tinggi terlihat pada Tabel 22. Tetapi sebanyak 10 % karyawan kurang bersemangat hal ini dikarenakan bahwa dibandingkan perusahaan perkebunan swasta lainnya beasiswa yang mereka terima sangat minim.

Pada Tabel 23 sebanyak 77,5 % karyawan dapat menabung sehingga ini membuktikan bahwa pemenuhan kebutuhan mereka telah tercukupi. Sedangkan sebanyak 22,5 % menjawab kadang-kadang ditabung, hal ini dimungkinkan kebutuhan yang mereka yang terlalu besar sehingga menabung pun tidak kontinu.

Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang dilakukan mengenai Implementasi Jamsostek dan Kesejahteraan Keluarga Karyawan maka kesimpulan umum yang dapat diperoleh adalah: 1. Seluruh karyawan PT Asam Jawa telah

me mp e r o l e h J a ms o s t e k . U mu m n y a responden merasa dengan adanya Jamsostek perusahaan peduli terhadap kesejahteraan keluarga karyawan itu sendiri. Baik di saat terjadi kecelakaan kerja maupun kematian. Jamsostek juga merupakan penghargaan t e r h ad ap k a ry a w an y an g t e l ah menyumbangkan tenaga dan pikiran kepada perusahaan tempat mereka bekerja.

2. Jaminan hari tua selain dilaksanakan oleh PT Astek juga dijalankan oleh Yayasan Dana Pensiun Perusahaan. Seluruh responden merasa pemberian jaminan hari tua mereka memadai sehingga mereka tidak perlu kuatir apabila masa purna tugas itu tiba.

3. Jaminan kesehatan juga sangat membantu karyawan dalam memperoleh kesehatan bagi keluarga mereka. Apalagi di saat ini biaya kesehatan yang sangat mahal sangat


(5)

mempengaruhi karyawan dalam memenuhi kehidupan bagi keluarga mereka.

4. Wujud kepedulian PT Asam Jawa Medan juga ditujukan oleh pemberian berbagai tunjangan dan fasilitas-fasilitas kerja bagi karyawannya seperti tunjangan tidak tetap yang diterima dalam bentuk tunjangan kehadiran, penggantian uang transport, upah lembur, dan lain- lain. Berdasarkan hasil penelitian responden mengaku karyawan merasa terbantu dalam mencukupi kehidupannya.

5. Dalam hal kepemilikan rumah PT Asam Jawa Medan juga memberikan tunjangan p e ru ma h a n b ag i k a ry a wa n ny a . Berdasarkan hasil penelitian bahwa tunjangan perumahan yang diberikan dapat memberikan harapan kepada karyawan untuk memiliki rumah yang layak bagi keluarga tercinta.

6. Berdasarkan hasil penelitian dengan adanya beasiswa yang diberikan oleh PT Asam Jawa terhadap keluarga karyawan dirasakan sangat membantu dalam menyekolahkan anak mereka sampai ke perguruan tinggi. Mereka juga sangat bersemangat dalam menyekolahkan anak mereka setinggi-tingginya walaupun didapatkan beberapa responden mengaku bahwa beasiswa yang diberikan perusahaan terhadap karyawannya sangat minim dibandingkan perusahaan perkebunan kelapa sawit swasta lainnya.

7. Implementasi Jamsostek dan kesejahteraan keluarga karyawan yang telah dilakukan oleh PT Asam Jawa Medan ternyata sangat membantu karyawannya dalam mencapai kesejahteraan bagi keluarga mereka

Saran

Hasil penelitian ini pada akhirnya mencoba memberi masukan atau saran yang ditujukan kepada semua pihak yang berkepentingan, di sini penulis mencoba memberi saran antara lain:

1. Pemberian beasiswa yang minim dirasakan beberapa karyawan sehingga untuk menyekolahkan anak mereka tidak begitu dapat mencukupi biaya sekolah yang besar sehingga diharapkan kepada pihak PT Asam Jawa dapat lebih meningkatkan jumlah pemberian beasiswa tersebut agar semua karyawan merasa senang dan terbantu.

2. Pihak perusahaan PT Asam Jawa Medan sudah memberikan kebijakan yang arif tentang pelaksanaan Jamsostek begitu pula ditambah dengan pemberian tunjangan tetap dan tunjangan tidak tetap. Hal ini menunjukan bahwa PT Asam Jawa sudah memberikan contoh yang baik dalam u s a h a p e n i n g k a t an k e s e j ah t e r a a n karyawan. Untuk itu agar cara yang sudah ditempuh dapat dipertahankan dan dapat ditingkatkan.

3 . Dalam tingkat mencapai tujuan

kesejahteraan karyawan yang lebih optimal ternyata PT Asam Jawa Medan telah memberikan apa yang menjadi hak karyawan. Untuk itu kepada karyawan d ih a r ap k an d a p a t m e n i n gk a tk an p r o d u k t i v i t a s n y a aga r p e mb e r i an k e s e j ah t e r aa n d a p at d i t i n g k at k an d a n dip e r t ah a n k an .

Daftar Pustaka

Abud, Abdul Ghani, 1987, Keluarga Muslim dan Berbagai Macam Masalahnya, Pustaka Bandung.

Arikunto, Suharsimi, 1993, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Rineka Cipta, Yogyakarta, 1993

Asikin, Zainal, et al, 1993, Dasar-dasar Hukum Perburuhan, Raja Grafindo Persada Indonesia

Cohen, Bruce C. 1992, Sosiologi Suatu Pengantar, Rineka Cipta, Jakarta, 1992. Hasibuan, S.P. Malayu, H., 2003, Manjemen

Sumber Day Manusia. Bumi Aksara. Jakarta.

Husni, Lalu, 2003, Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, PT Rineka Cipta, Jakarta.

Kansil, Christine, 1997, Pokok- Pokok Hukum JAMSOSTEK, Pustaka Sinar Harapan. Kertonegoro, Sentanoe. Et al, 1993, Prinsip dan

Praktik Jaminan Sosial Tenaga Kerja, Jakarta.


(6)

Lanny, Ramli, 1997, Jaminan sosial tenaga kerja Indonesia, Airlangga Universitas Press.

Manulang, Sendjun, 2001, Pokok Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, PT Rineka Cipta, Jakarta.

Nawawi, Hadari, 1991, Metode Penelitian Bidang Sosial, Gajah Mada Universitas Press, Yogyakarta.

Nurdin, Fahdi, 1989, Pengantar Studi Pekerjaan Sosial, Angkasa Bandung.

Partowisastro, Koestoer, 1983, Dinamika Psikologi Sosial, Gajah Mada Universitas Press, Yogyakarta.

Siagian S.P, 1999, Manajemen Sumber Daya Manusia, PTRajawali Press, Jakarta. Simanjuntak, Payaman, J, 1994, Pengantar

Ekonomi Sumber Daya Manusia, LPFE Universitas Indonesia, Jakarta

Singarimbun, Masri, 1995, Metode Penelitian Survei, LEP3S, Jakarta.

Soehartono,Irawan, 2004, Metode Penelitian Sosial, PT Remaja Rosdakarya, Bandung. Suharsimi, Arikunto, 1993, Prosedur Penelitian,

Bina Aksara, Jakarta

Wahab, Solichin Abdul, 1991, Analisis Kebijaksanaan Dari Formulasi Keimplementasi Kebijakan Negara, Bumi Aksara, Jakarta..

Sumber-sumber lain:

Majalah Jamsostek, Edisi 4 April – Mei 1996 Majalah Jamsostek, Edisi 7 Oktober –

September 1995

www.yahoi.com (Jamsostek, Jakarta), Suara Karya “Jamsostek TingkatkanTarget Laba dan Kepesertaan” Minggu, 19 Februari 2006.)

www.nakertrans.go.id. (Prof. Dr. Payaman J. Simanjuntak.)

Forum Diskusi Kompleksitas Masalah Tenaga Kerja.