Pengujian Asumsi Klasik Analisis DataVerifikatif

Sumber: Gujarati, 2003: 351 Dimana R i 2 adalah koefisien determinasi yang diperoleh dengan meregresikan salah satu variabel bebas X 1 terhadap variabel bebas lainnya. Jika nilai VIF nya kurang dari 10 maka dalam data tidak terdapat Multikolinieritas Gujarati, 2003: 362.  Uji Heteroskedastisitas Situasi heteroskedastisitas akan menyebabkan penaksiran koefisien-koefisien regresi menjadi tidak efisien dan hasil taksiran dapat menjadi kurang atau melebihi dari yang semestinya. Dengan demikian, agar koefisien-koefisien regresi tidak menyesatkan, maka situasi heteroskedastisitas tersebut harus dihilangkan dari model regresi. Untuk menguji ada tidaknya heteroskedastisitas digunakan uji-rank Spearman yaitu dengan mengkorelasikan masing-masing variabel bebas terhadap nilai absolut dari residual. Jika nilai koefisien korelasi dari masing-masing variabel bebas terhadap nilai absolut dari residual error ada yang signifikan, maka kesimpulannya terdapat heteroskedastisitas varian dari residual tidak homogen Gujarati, 2003: 406.  Uji Autokorelasi Autokorelasi didefinisikan sebagai korelasi antar observasi yang diukur berdasarkan deret waktu dalam model regresi atau dengan kata lain error dari observasi yang satu dipengaruhi oleh error dari observasi yang sebelumnya. Akibat dari adanya autokorelasi dalam model regresi, koefisien regresi yang diperoleh menjadi tidak effisien, artinya tingkat kesalahannya menjadi sangat besar dan 2 1 1 i R VIF   koefisien regresi menjadi tidak stabil. Untuk menguji ada tidaknya autokorelasi, dari data residual terlebih dahulu dihitung nilai statistik Durbin-Watson D-W: Sumber : Gujarati, 2003: 467 Kriteria uji: Bandingkan nilai D-W dengan nilai d dari tabel Durbin-Watson:  Jika D-W d L atau D-W 4 – d L , kesimpulannya pada data terdapat autokorelasi  Jika d U D-W 4 – d U , kesimpulannya pada data tidak terdapat autokorelasi  Tidak ada kesimpulan jika : d L  D-W  d U atau 4 – d U  D-W 4 – d L Sumber : Gujarati, 2003: 47 Apabila hasil uji Durbin-Watson tidak dapat disimpulkan apakah terdapat autokorelasi atau tidak maka dilanjutkan dengan runs test. Interprestasi dari nilai koefisien korelasi: a. Kalau r = -1 atau mendekati -1, maka hubungan antara kedua variabel kuat dan mempunyai hubungan yang berlawanan jika X naik maka Y turun atau sebaliknya. b. Kalau r = +1 atau mendekati +1, maka hubungan yang kuat antara variabel X dan variabel Y dan hubungannya searah. Sedangkan harga r akan dikonsultasikan dengan tabel interprestasi nilai r sebagai berikut:   t t 1 2 t e e D W e       Tabel 3.9 Interpretasi Koefisien Korelasi Interval Koefisien Tingkat Hubungan 0,00 – 0,199 Sangat rendah 0,20 – 0,399 Rendah 0,40 – 0,599 Sedang 0,60 – 0,799 Kuat 0,80 – 1,000 Sangat Kuat Sumber: Sugiyono, 2012:184. d Koefisiensi Determinasi Analisis Koefisiensi Determinasi KD digunakan untuk melihat seberapa besar variabel independen X berpengaruh terhadap variabel dependen Y yang dinyatakan dalam persentase. Besarnya koefisien determinasi dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Sumber: Riduwan dan Sunarto, 2007:81. Dimana: Kd = Seberapa jauh perubahan variabel Y dipergunakan oleh variabel X r² = Kuadrat koefisien korelasi Kd = r 2 x 100

3.2.5.2 Pengujian Hipotesis

Selanjutnya untuk menguji apakah pengaruh pengawasan intern dan pengelolaan keuangan daerah terhadap kinerja pemerintah daerah signifikan, baik secara bersama-sama simultan maupun secara parsial individual, dilakukan uji signifikansi. Pengujian dimulai dari pengujian simultan, dan apabila hasil pengujian simultan signifikan dilanjutkan dengan uji parsial. Gambar 3.1 Daerah Penerimaan dan Penolakan Hipotesis Variabel Pengawasan Intern dan Pengelolaan Keuangan Daerah terhadap Kinerja Pemerintah daerah Daerah yang diarsir merupakan daerah penolakan, dan berlaku sebaliknya. Jika F hitung jatuh di daerah penolakan atau FhitungFtabel 00, maka Ho ditolak diterima, artinya dari uji ini bahwa secara bersama-sama simultan terdapat pengaruh dan signifikan antara variabel pengawasan intern dan pengelolaan keuangan daerah terhadap kinerja pemerintah daerah. ✡ ☛ ☞

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dilakukan penulis pada bab sebelumnya, maka penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Pengawasan intern pada pemerintahan Kota Bandung secara umum sudah sangat baik. Berdasarkan lingkungan pengendalian, aktivitas pengendalian,dan pemantauantermasuk dalam kategori sangat baik. Hanya saja dalam penaksiran resiko pemerintah dalam menggunakan mekanisme atau mengenali resiko masih dibawah ideal. 2. pengelolaan keuangan daerah di Pemerintah Kota Bandung sudah berjalan dengan baik, hal tersebut terlihat dengan adanya empat komponen pokok pengelolaan keuangan yaitu, perencanaan, pelaksanaan, pelaporan, dan pertanggungjawaban, serta telah sesuainya pelaksanaan pengelolaan keuangan daerah dengan azas umum pengelolaan keuangan daerah yang diatur dalam Permendagri Permendagri No.58 Tahun 2005 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah. Pelaksanaan pengelolaan keuangan daerah pada Pemerintah Kota Bandung ternyata masih memiliki kelemahan yang ditemukan oleh peneliti, yaitu kemampuan pegawai dalam mengelola keuangan daerah masih kurang, karena terbatasnya jumlah personel pemerintah daerah yang berlatar belakang pendidikan akuntansi. ✌✍✍ 3. Kinerja pemerintah Kota Bandung secara umum sudah baik. Dalam indikator menunjukan efektivitas masih dibawah ideal, artinya masih ada target kinerja dalam pembangunan kota bandung yang belum tercapai sesuai dengan sasaran target. karena masih ada pembangunan yang belum terlaksana dikarenakan masih rendahnya kualitas pembangunan dan kelemahan perencanaan dalam menetapkan target-target capaian kinerja belum efektif. 4. Pengawasan intern dan pengelolaan keuangan daraerah secara bersama – sama mempunyai korelasi yang cukup dan memberikan kontribusi atau pengaruh sebesar 37,9 terhadap kinerja pemerintahan daerah dimana semakin baik pengawasan intern dan pengelolaan keuangan daerah maka akan semakin baik pula kinerja pemerintahan daerah pada dinas di Kota Bandung dan sebaliknya, semakin tidak baik pengawasan intern dan pengelolaan keuangan daerah maka, kinerja pemerintah daerah akan semakin buruk. Diantara variabel independen, pengawasan intern memberikan pengaruh yang lebih besar terhadap kinerja pemerintah daerah pada dinas di wilayah Kota Bandung. Pengawasan intern daerah secara parsial memberikan pengaruh sebesar 19,2 terhadap kinerja pemerintah daerah, sementara pengelolaan keuangan daerah secara parsial memberikan 18,8 terhadap kinerja pemerintah daerah. Pengaruh pengawasan intern dan pengelolaan keuangan daerah tersebut masih tergolong ke dalam skor yang cukup erat. Disebabkan oleh kualitas sumberdaya manusia yang masih minim serta sarana serta prasarana masih

Dokumen yang terkait

Pengaruh Pengelolaan Keuangan Daerah Dan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah Terhadap Kinerja Pemerintah Daerah (Study Kasus Pada Dinas Pengelolaan Keuangan Dan Aset Daerah Di Pemerintah Kota Bandung)

3 29 3

Pengaruh Pengawasan Intern Dan Pengelolaan Keuangan Daerah Terhadap Kinerja Pemerintah Daerah (Survei Pada Dinas-Dinas Di Kota Bandung)

0 2 8

Pengaruh Pengawasan Intern dan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah Terhadap Kinerja Pemerintah Daerah (Survei pada Satuan Kerja Perangkat Daerah Kota Bandung)

11 37 65

Pengaruh Pengawasan Intern dan Pengelolaan Keuangan Daerah terhadap Kinerja Pemerintah Daerah (Survei pada Dinas SKPD Pemerintah Kota Bandung)

1 23 44

Pengaruh Pengawasan Intern Dan Fungsi Pemeriksaan Intern Terhadap Kinerja Pemerintah Daerah (Survey Pada Dinas Di Pemerintah Kota Bandung)

1 21 121

PENGARUH PENGAWASAN, PENERAPAN SISTEM AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH, DAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP KINERJA Pengaruh Pengawasan, Penerapan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah, Dan Pengelolaan Keuangan Daerah Terhadap Kinerja Pemerintah Daerah.

0 5 16

PENGARUH PENGAWASAN INTERN PEMERINTAH TERHADAP KINERJA PENGELOLAAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH : Studi Kasus pada Pemerintah Daerah Kabupaten Bandung.

0 4 54

PENGARUH PENGAWASAN INTERN PEMERINTAH TERHADAP KINERJA PENGELOLAAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH : Studi Kasus pada Pemerintah Daerah Kabupaten Bandung - repository UPI S PEA 1006670 Title

0 0 5

PENGARUH PENGAWASAN INTERNAL, SISTEM AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH DAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP KINERJA KEUANGAN DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN KARANGANYAR (Survey pada DPPKAD Kabupaten Karanganyar)

0 2 11

PENGARUH PENGAWASAN INTERN DAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP KINERJA PEMERINTAH DAERAH ( Penelitian Pada Pemerintah Kabupaten Jepara)

0 0 19