Sanksi Pidana dalam Kecelakaan Lalu Lintas

kecelakaan lalu lintas dengan korban luka berat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 229 ayat 4, dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 lima tahun danatau denda paling banyak Rp. 10.000.000,00 sepuluh juta rupiah. 3. Dalam hal kecelakaan sebagaimana dimaksud pada ayat 3 yang mengakibatkan orang lain meninggal dunia, dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 enam tahun danatau denda paling banyak Rp. 12.000.000,00 dua belas juta rupiah. Pasal 311 1. Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat Setiap orang yang dengan sengaja mengemudikan kendaraan bermotor dengan cara atau keadaan yang membahayakan bagi nyawa atau barang dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 satu tahun atau denda paling banyak Rp. 3.000.000,00 tiga juta rupiah. 2. Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 mengakibatkan kecelakaan lalu lintas dengan kerusakan kendaraan danatau barang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 229 ayat 2, pelaku dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 dua tahun atau denda paling banyak Rp. 4.000.000,00 empat juta rupiah. 3. Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 mengakibatkan kecelakaan lalu lintas dengan korban luka ringan dan kerusakan kendaraan danatau barang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 229 ayat 3, pelaku dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 empat tahun atau denda paling banyak Rp.8.000.000,00 delapan juta rupiah. 4. Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 mengakibatkan kecelakaan lalu lintas dengan korban luka beratsebagaimana dimaksud dalam Pasal 229 ayat 4, pelaku dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 sepuluh tahun atau denda paling banyak Rp. 20.000.000,00 dua puluh juta rupiah. 5. Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat 4 mengakibatkan orang lain meninggal dunia, pelaku dipidana dengan pidana penjara paling lama 12 dua belas tahun atau denda paling banyak Rp. 24.000.000,00 dua puluh empat juta rupiah. Pasal 312 Setiap orang yang mengemudikan kendaraan bermotor yang terlibat kecelakaan lalu lintas dan dengan sengaja tidak menghentikan kendaraannya, tidak memberikan pertolongan, atau tidak melaporkan kecelakaan lalu lintas kepada Kepolisian Negara Republik Indonesia terdekat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 231 ayat 1 huruf a, huruf b, dan huruf c tanpa alasan yang patut dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 tiga tahun atau denda paling banyak Rp. 75.000.000,00 tujuh puluh lima juta rupiah. Selain pidana penjara, kurungan, atau denda, pelaku tindak pidanalalu lintas dapat dijatuhi pidana tambahan berupa pencabutan Surat Izin Mengemudi atau ganti kerugian yang diakibatkan oleh tindak pidana lalu lintas hal ini di muat dalam Pasal 314 Undang-Undang Nomor 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Dalam Pasal 281 Undang- Undang Nomor 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan juga menjelaskan bahwa:“ Setiap orang yang mengemudikan kendaraan bermotor dijalan yang tidak memiliki SIM sebagaimana dimaksud dalam Pasal 77 ayat 1 dipidana dengan pidana kurungan paling lama 4 empat bulan atau denda paling banyak Rp.1.000.000.satu juta rupiah”.

1.5 Upaya Penanggulangan Kejahatan

Upaya adalah usaha, akal, ikhtiar guna mencapai jalan keluar dan sebagainya. Dan penanggulangan adalah proses atau cara menanggulangi. Jadi upaya penanggulangan adalah usaha, ikhtiar guna mencapai suatu maksud dengan suatu proses atau menanggulangi suatu kejahatan. Upaya-upaya yang dilakukan dalam proses penegakan hukum untuk menanggulangi tindak kejahatan dibagi menjadi sebagai berikut a. Upaya Represif Upaya penanggulangan kejahatan dapat ditempuh dengan: 1. Penerapan hukum pidana criminal law application. 2. Pencegahan tampa pidana prevention without punishment. 3. Mempengaruhi pandangan masyarakat mengenai kejahatan dan pemidanaan lewat media massa Influencing views of society on crime andpunishment. 16 16 Barda Nawawi Arief, 2011. Kebijakan Hukum Pidana. Semarang:Bunga Rampai. hlm.5 Upaya penanggulngan kejahatan menurut G. Peter Hoefnagels diatas adalah upaya penanggulangan kejahatan yang lebih meinitikberatkan pada sifat represif penindasanpemberantasanpenumpasan sesudah terjadinya kejahatan. Upaya penanggulangan kejahatan yang lebih menitikberatkan pada sifat preventif pencegahanpenangkalanpengendalian sebelum kejahatan terjadi. Upaya ini lebih bersifat pencegahan terhadap terjadinya kejahatan, sasaran utamanya adalah mengenai faktor-faktor kondusif mengenai terjadinya kejahatan. Faktor-faktor itu antara lain adalah berpusat pada masalah atau kondisi- kondisi sosial secara langsung maupun tidak langsung yang dapat menimbulkan kejahatan. Dilihat dari sudut pandang kriminal secara makro dan global, upaya preventif menduduki posisi kunci dan strategis dari upaya politik kriminal. Upaya-upaya preventif misalnya kegiatan patrol dan pengawasan di dalam masyarakat secara berkelanjutan oleh pihak polisi dan aparat keamanan lainnya. Upaya preventif ini adalah untuk memperbaiki kondisi-kondisi sosial tertentu. Dengan demikian, dilihat dari sudut kriminal, keseluruhan kegiatan preventif melalui upaya itu mempunyai kedudukan yang strategis, memegang posisi kunci yang harus diintensifkan dan diefektifkan. Kegagalan dalam menggarap posisi strategis ini justru berakibat fatal bagi usaha-usaha dalam menanggulangi kejahatan. b. Upaya Preventif Upaya penanggulangan kejahatan yang lebih menitikberatkan pada sifat preventif pencegahanpenangkalanpengendalian sebelum kejahatan terjadi.Upaya ini lebih bersifat pencegahan terhadap terjadinya kejahatan, sasaran utamanya adalah mengenai faktor-faktor kondusif mengenai terjadinya kejahatan. Faktor-faktor itu antara lain adalah berpusat pada masalah atau kondisi- kondisi sosial secara langsung maupun tidak langsung yang dapat menimbulkan kejahatan. Dilihat dari sudut pandang kriminal secara makro dan global, upaya preventif menduduki posisi kunci dan strategis dari upaya politik kriminal. Upaya-upaya preventif misalnya kegiatan patrol dan pengawasan di dalam masyarakat secara berkelanjutan oleh pihak polisi dan aparat keamanan lainnya. Upaya preventif ini adalah untuk memperbaiki kondisi-kondisi sosial tertentu. Dengan demikian, dilihat dari sudut kriminal, keseluruhan kegiatan preventif melalui upaya itu mempunyai kedudukan yang strategis, memegang posisi kunci yang harus diintensifkan dan diefektifkan. Kegagalan dalam menggarap posisi strategis ini justru berakibat fatal bagi usaha-usaha dalam menanggulangi kejahatan.

Dokumen yang terkait

Penentuan Jalur Alternatif untuk Menghindari Kemacetan Lalu Lintas dengan Menggunakan Algoritma Dijkstra (Studi Kasus: Simpang Empat Waspada Medan)

19 115 45

Hubungan Beban Lalu Lintas dan Structural Number terhadap Prediksi Mulainya Retak dan Perkembangannya

1 42 74

UPAYA POLISI LALU LINTAS DALAM RANGKA PENERTIBAN DAN PENINDAKAN TERHADAP PENGENDARA KENDARAAN BERMOTOR YANG TIDAK MEMILIKI SURAT IZIN MENGEMUDI (SIM)

1 29 65

Peran Kepolisian Dalam Menanggulangi Tingginya Tingkat Kecelakaan Lalu Lintas Terhadap Pengendara Yang Tidak Memiliki Surat Izin Mengemudi (SIM) (Studi di Polresta Bandar Lampung)

0 6 64

Perancangan Sistem Informasi Permohonan Penerbitan Surat Izin Mengemudi (SIM) Berbasis Web Pada Unit Pelayanan SIM Satuan Lalu Lintas Kepolisian Resor Kota Besar Bandung

9 62 148

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENERBITAN SURAT IZIN MENGEMUDI (SIM) DI SATUAN LALU LINTAS KEPOLISIAN RESORT PALU | Salim | Katalogis 8957 29402 1 PB

0 0 8

PERAN KEPOLISIAN DALAM MENANGGULANGI TINGGINYA TINGKAT KECELAKAAN LALU LINTAS DI JALAN RAYA TERHADAP PENGENDARA YANG TIDAK MEMILIKI SURAT IZIN MENGEMUDI (SIM) (Studi Di Polresta Bandar Lampung)

0 1 12

UPAYA DIREKTORAT LALU LINTAS KEPOLISIAN DAERAH LAMPUNG DALAM PENANGGULANGAN PELANGGARAN TERHADAP PENGENDARA KENDARAAN BERMOTOR YANG TIDAK MEMILIKI KELENGKAPAN SURAT (Jurnal Ilmiah)

0 0 18

PERAN SATUAN LALU LINTAS (SATLANTAS) DALAM MENANGGULANGI TINGGINYA TINGKAT KECELAKAAN LALU LINTAS (Studi di Polres Cilacap)

0 0 13

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - PERAN SATUAN LALU LINTAS (SATLANTAS) DALAM MENANGGULANGI TINGGINYA TINGKAT KECELAKAAN LALU LINTAS (Studi di Polres Cilacap) - repository perpustakaan

0 3 7