Struktur Komunitas Makrozoobenthos Di Perairan Sungai Bingai Kecamatan Binjai Barat Kota Binjai Sumatera Utara

STRUKTUR KOMUNITAS MAKROZOOBENTHOS DI PERAIRAN SUNGAI BINGAI KECAMATAN BINJAI BARAT KOTA BINJAI SUMATERA UTARA
NAVISA FAIRUZ 100302035
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2015
Universitas Sumatera Utara

STRUKTUR KOMUNITAS MAKROZOOBENTHOS DI PERAIRAN SUNGAI BINGAI KECAMATAN BINJAI BARAT KOTA BINJAI SUMATERA UTARA SKRIPSI
NAVISA FAIRUZ 100302035
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2015
Universitas Sumatera Utara

STRUKTUR KOMUNITAS MAKROZOOBENTHOS DI PERAIRAN SUNGAI BINGAI KECAMATAN BINJAI BARAT KOTA BINJAI SUMATERA UTARA SKRIPSI
NAVISA FAIRUZ 100302035
Skripsi Sebagai Satu Diantara Beberapa Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Perikanan di Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2015
Universitas Sumatera Utara

LEMBAR PENGESAHAN


Judul Usulan : Struktur Komunitas Makrozoobenthos di Perairan Sungai Bingai Kecamatan Binjai Barat Kota Binjai Sumatera Utara

Nama

: Navisa Fairuz

NIM : 100302035

Program Studi : Manajemen Sumberdaya Perairan

Disetujui Oleh: Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Hasan Sitorus, M.S Ketua Pembimbing

Indra Lesmana. S.Pi, M.Si Anggota Pembimbing

Mengetahui

Dr. Ir. Yunasfi, M.Si Ketua Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan


Universitas Sumatera Utara

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI
Saya menyatakan bahwa Skripsi yang berjudul “Struktur Komunitas Makrozoobenthos di Perairan Sungai Bingai Kecamatan Binjai Barat Kota Binjai Sumatera Utara”, menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya saya dan bukan merupakan duplikasi sebagian atau seluruhnya dari karya orang lain, kecuali bagian yang sumber informasi dicantumkan.
Pernyataan ini dibuat dengan sebenar-benarnya secara sadar dan bertanggung jawab dan saya bersedia menerima sanksi pembatalan skripsi apabila terbukti melakukan duplikasi terhadap skripsi atau karya ilmiah orang lain yang sudah ada.
Medan, Januari 2015
Navisa Fairuz NIM. 100302035
Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK
NAVISA FAIRUZ. Struktur Komunitas Makrozoobentos di Perairan Sungai Bingai Kecamatan Binjai Barat Kota Binjai. Dibimbing oleh HASAN SITORUS dan INDRA LESMANA.
Sungai Bingai merupakan perairan dimana dilakukannya beragam aktifitas manusia yang dapat menyebabkan pencemaran dan penurunan kadar kualitas air di sungai tersebut. Pengkajian kualitas perairan dapat diketahui dengan analisis biologi seperti makrozoobentos. Penelitian mencakup pengambilan dan pengidentifikasian makrozoobentos dan pengukuran parameter fisika kimia perairan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa di perairan Sungai Bingai terdapat 3 kelas yang terdiri dari 7 genus. Kelas gastropoda yang banyak ditemukan di Sungai Bingai Kecamatan Binjai Barat Kota Binjai. Pada setiap stasiun menunjukkan nilai keanekaragaman jenis makrozoobenthos sedang. Perairan Sungai Bingai tidak memiliki jenis makrozoobenthos yang mendominansi karena nilai yang diperoleh mendekati 0. Kata Kunci : Sungai Bingai, Komunitas Makrozoobentos, Kualitas Air.
Universitas Sumatera Utara

ABSTRACT
NAVISA FAIRUZ. Struktur Komunitas Makrozoobentos di Perairan Sungai Bingai Kecamatan Binjai Barat Kota Binjai. Dibimbing oleh HASAN SITORUS dan INDRA LESMANA.
Sungai Bingai merupakan perairan dimana dilakukannya beragam aktifitas manusia yang dapat menyebabkan pencemaran dan penurunan kadar kualitas air di sungai tersebut. Pengkajian kualitas perairan dapat diketahui dengan analisis biologi seperti makrozoobentos. Penelitian mencakup pengambilan dan pengidentifikasian makrozoobentos dan pengukuran parameter fisika kimia perairan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa di perairan Sungai Bingai terdapat 3 kelas yang terdiri dari 7 genus. Kelas gastropoda yang banyak ditemukan di Sungai Bingai Kecamatan Binjai Barat Kota Binjai. Pada setiap stasiun menunjukkan nilai keanekaragaman jenis makrozoobenthos sedang. Perairan Sungai Bingai tidak memiliki jenis makrozoobenthos yang mendominansi karena nilai yang diperoleh mendekati 0. Kata Kunci : Sungai Bingai, Komunitas Makrozoobentos, Kualitas Air.
Universitas Sumatera Utara

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Medan pada tanggal 20 Januari 1993. Penulis merupakan putri ketiga dari empat bersaudara dari ayah Desprianto dan Ibu Jurmiah. S.Pdi. Penulis menyelesaikan pendidikan di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Binjai pada tahun 2010 dan pada tahun 2010 penulis diterima di Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB/UMB). Penulis melaksanakan Kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Unit Pelaksana Teknis Daerah Pusat Informasi dan Pengembangan Ikan Hias (UPTD PIP Ikan Hias) di Medan pada bulan Juli sampai dengan Agustus 2013. Selama mengikuti kegiatan perkuliahan, penulis aktif sebagai Anggota seksi Minat dan Bakat , Ikatan Mahasiswa Manajemen Sumberdaya Perairan (IMMASPERA) tahun 2011 – 2012 dan sebagai sekretaris bidang Keolahragaan, Pemerintahan Mahasiswa Fakultas Pertanian tahun 2014 – 2015.
Universitas Sumatera Utara

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat serta hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Struktur Komunitas Makrozoobenthos di Perairan Sungai Bingai Kecamatan Binjai Barat Kota Binjai Sumatera Utara”.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibunda Jurmiah S.Pdi dan Ayahanda Desprianto, Abangda Muhammad Fadhli, SH. Kakanda Raudha Fadila Isna, S.Pd, serta Adinda Putri Sakina Najwa yang selalu memberikan do’a dan dukungan. Terima kasih juga penulis sampaikan kepada seluruh keluarga besar penulis. Serta kepada Bapak R. Gatot Pahlawan, kepala UPTD BBI Tuntungan yang juga telah memberikan banyak inspirasi dalam penulisan skripsi ini
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. Ir. Hasan Sitorus, M.S selaku ketua komisi pembimbing dan Bapak Indra Lesmana, S.Pi M.Si selaku anggota komisi pembimbing serta Pegawai dan Seluruh Staf Pengajar di Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan.
Terima kasih juga diucapkan kepada Kepala Kesatuan Bangsa Politik dan Linmas Kota Binjai, Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Binjai yang telah mengizinkan penulis melakukan penelitian sehingga penelitian dalam keadaan lancar. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. Ir. Sumono, MS selaku Kepala Laboratorium Riset dan Teknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara dan Bapak Rudi selaku analis substrat dasar sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi.
Universitas Sumatera Utara

Terima kasih kepada Atikah Asry, S.Pi, Teuku Irfan L Setiady, Muhammad Zulfahmi, Rianda Putra, Irfandhi Hamzah Nasution, Ronald Fadli Naibaho, Rewaldy Inson Siregar, Khairunnisa, S.Pi, Siti Aisyah, S.Pi, Windy, Madiah Handayani, Eulis Safina, S.Pi, Friyuanita Lubis, S.Pi, Heri Syahputra Siregar, Andreas Humala Marpaung, Maria Christie Sembiring, S.Pi dan temanteman mahasiswa Manajemen Sumberdaya Perairan 2010 yang telah memberikan bantuan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat untuk menambah ilmu pengetahuan pada bidang Manajemen Sumberdaya Perairan.
Medan, Januari 2015 Penulis
Universitas Sumatera Utara

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK .................................................................................................
ABSTRACT ................................................................................................

RIWAYAT HIDUP ...................................................................................
KATA PENGANTAR ..............................................................................
DAFTAR ISI ............................................................................................. vi
DAFTAR GAMBAR ................................................................................
DAFTAR TABEL......................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................
PENDAHULUAN...................................................................................... Latar Belakang .............................................................................. Perumusan Masalah ...................................................................... Kerangka pemikiran ...................................................................... Tujuan Penelitian .......................................................................... Manfaat penelitian.........................................................................
TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... Sungai........................................................................................... Makroozobenthos Dan Peranannya..............................................
METODE PENELITIAN ........................................................................ Tempat dan Waktu Penelitian ...................................................... Deskripsi Tempat Penelitian ........................................................ Bahan dan Alat Penelitian............................................................ Prosedur Penelitian....................................................................... Penentuan Lokasi Pengambilan Sampel ............................. Teknik Pengambilan Sampel Makrozoobenthos................. Parameter Penelitian............................................................ Analisis data ................................................................................. Komposisi Jenis.................................................................. Kepadatan Zoobenthos....................................................... Indeks Keanekaragaman Jenis............................................ Indeks Keseragaman Jenis.................................................. Indeks Dominansi jenis ......................................................

i
ii
iii
iv
viii
ix
x
1 1 2 3 4 4
5 5 6
12 12 12 13 13 13 15 15 16 16 16 17 17 18


Universitas Sumatera Utara

HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................. Hasil ............................................................................................ Parameter Fisika Kimia Perairan pada Setiap Stasiun ......... Struktur Komunitas Makrozoobentos .................................. Analisis Data ................................................................................ Komposisi Jenis .................................................................. Kepadatan Makrozoobentos................................................ Indeks Keanekaragaman Jenis ............................................ Indeks Keseragaman Jenis .................................................. Indeks Dominansi Jenis....................................................... Pembahasan................................................................................... Parameter Fisika Kimia Perairan pada Setiap Stasiun ......... Analisis Data ................................................................................. Komposisi Jenis ................................................................... Kepadatan Makrozoobentos................................................. Indeks Keanekaragaman Jenis ............................................. Indeks Keseragaman Jenis ................................................... Indeks Dominansi Jenis........................................................
KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

19 19 19 19 20 20 21 21 22 23 24 25 26 26 28 29 30 30
31

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR GAMBAR

No. Teks

Halaman

1. Kerangka Pemikiran .................................................................................


3

2. Peta Lokasi Penelitian .............................................................................. 12

3. Foto Lokasi Stasiun I................................................................................. 13

4. Foto Lokasi Stasiun II................................................................................ 14

5. Foto Lokasi Stasiun III............................................................................... 14

6. Kepadatan makrozoobentos .................................................................... 21

7. Indeks Keanekaragaman Jenis.................................................................. 22

8. Indeks Keseragaman Jenis........................................................................ 22

9. Indeks Dominansi Jenis ............................................................................ 23

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR TABEL

No. Teks

Halaman

10. Nilai Parameter Fisika Kimia Perairan Sungai Bingai ................................ 11. Klasifikasi Makrozoobenthos.................................................................... 12. Nilai Komposisi Jenis Pada Setiap Stasiun ................................................

19 20 20

Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK
NAVISA FAIRUZ. Struktur Komunitas Makrozoobentos di Perairan Sungai Bingai Kecamatan Binjai Barat Kota Binjai. Dibimbing oleh HASAN SITORUS dan INDRA LESMANA.
Sungai Bingai merupakan perairan dimana dilakukannya beragam aktifitas manusia yang dapat menyebabkan pencemaran dan penurunan kadar kualitas air di sungai tersebut. Pengkajian kualitas perairan dapat diketahui dengan analisis biologi seperti makrozoobentos. Penelitian mencakup pengambilan dan pengidentifikasian makrozoobentos dan pengukuran parameter fisika kimia perairan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa di perairan Sungai Bingai terdapat 3 kelas yang terdiri dari 7 genus. Kelas gastropoda yang banyak ditemukan di Sungai Bingai Kecamatan Binjai Barat Kota Binjai. Pada setiap stasiun menunjukkan nilai keanekaragaman jenis makrozoobenthos sedang. Perairan Sungai Bingai tidak memiliki jenis makrozoobenthos yang mendominansi karena nilai yang diperoleh mendekati 0. Kata Kunci : Sungai Bingai, Komunitas Makrozoobentos, Kualitas Air.
Universitas Sumatera Utara

ABSTRACT
NAVISA FAIRUZ. Struktur Komunitas Makrozoobentos di Perairan Sungai Bingai Kecamatan Binjai Barat Kota Binjai. Dibimbing oleh HASAN SITORUS dan INDRA LESMANA.

Sungai Bingai merupakan perairan dimana dilakukannya beragam aktifitas manusia yang dapat menyebabkan pencemaran dan penurunan kadar kualitas air di sungai tersebut. Pengkajian kualitas perairan dapat diketahui dengan analisis biologi seperti makrozoobentos. Penelitian mencakup pengambilan dan pengidentifikasian makrozoobentos dan pengukuran parameter fisika kimia perairan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa di perairan Sungai Bingai terdapat 3 kelas yang terdiri dari 7 genus. Kelas gastropoda yang banyak ditemukan di Sungai Bingai Kecamatan Binjai Barat Kota Binjai. Pada setiap stasiun menunjukkan nilai keanekaragaman jenis makrozoobenthos sedang. Perairan Sungai Bingai tidak memiliki jenis makrozoobenthos yang mendominansi karena nilai yang diperoleh mendekati 0. Kata Kunci : Sungai Bingai, Komunitas Makrozoobentos, Kualitas Air.
Universitas Sumatera Utara

PENDAHULUAN
Latar Belakang Sungai merupakan suatu bentuk ekosistem akuatik yang mempunyai peran
penting dalam daur hidrologi dan berfungsi sebagai daerah tangkapan air (catchment area) bagi daerah disekitarnya, sehingga kondisi suatu sungai sangat dipengaruhi oleh karakteristik yang dimiliki oleh lingkungan disekitarnya. Sebagai suatu ekosistem, perairan sungai mempunyai berbagai komponen biotik dan abiotik yang saling berinteraksi membentuk suatu jalinan fungsional yang saling mempengaruhi. Komponen pada ekosistem sungai akan terintegrasi satu sama lainnya membentuk suatu aliran energi yang akan mendukung stabilitas ekosistem tersebut (Setiawan, 2009)
Sungai adalah badan air yang mengalir ke satu arah. Air sungai dingin dan jernih serta mengandung sedikit sedimen makanan. Aliran air dan gelombang secara konstan memberikan oksigen pada air. Suhu air bervariasi sesuai dengan ketinggian dan garis lintang. Salah satu sungai di kota Binjai Provinsi Sumatera Utara yang dimanfaatkan untuk kepentingan sumber kebutuhan sehari-hari oleh masyarakat setempat adalah sungai Bingai dimana sungai ini memiliki hulu sungai yang terletak di Namukur Kabupaten Langkat.
Seperti sungai pada umumnya, Sungai Bingei juga mengalami pencemaran yang ditimbulkan akibat dari limbah domestik dan limbah pertanian yang menyebabkan kualitas air diperairan air tersebut menurun dan warna air di sungai tersebut kecoklatan. Kondisi perairan tersebut akan mempengaruhi kehidupan makrozoobenthos di habitat dari perairan Sungai Bingai tersebut.
Universitas Sumatera Utara

Makrozoobenthos berperan penting dalam proses mineralisasi dan pendaur-ulangan bahan organik maupun sebagai salah satu sumber makanan bagi organisme konsumen yang lebih tinggi. Selain itu benthos berfungsi juga menjaga stabilitas dan geofisika sedimen. Penurunan komposisi, kelimpahan dan keanekaragaman dari makrozoobenthos biasanya merupakan indikator adanya gangguan ekologi yang terjadi pada sungai tersebut. Oleh karena itu peran makrozoobenthos dalam keseimbangan ekosistem perairan dapat menjadi indikator kondisi ekologi terkini pada kawasan sungai tersebut (Setiawan, 2009). Perumusan Masalah
Sungai Bingei yang terletak di Binjai Kota merupakan sungai yang melintasi beberapa kabupaten dan kota diantaranya daerah hulu Kotalimbau, Kecamatan Namoukur, Kabupaten Deli Serdang kearah hilir antara Kota Binjai dan Kecamatan Selesai Kabupaten Deli Serdang. Sungai Bingai digunakan untuk aktifitas manusia seperti pertanian, keperluan sehari-hari dan kegiatan keramba jarring apung (KJA).
Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan permasalahan yang terjadi antara lain:
1. Bagaimana kualitas air Sungai Bingei akibat dampak dari aktifitas manusia didaerah perairan tersebut?
2. Bagaimana struktur komunitas makrozoobenthos di perairan Sungai Bingai Kecamatan Binjai Barat dikaitkan dengan parameter fisika kimia air.
Universitas Sumatera Utara

Kerangka Pemikiran Sungai Bingai merupakan perairan dimana dilakukannya beragam aktifitas
manusia yang dapat menyebabkan pencemaran dan penurunan kadar kualitas air di sungai tersebut. Adanya penurunan kualitas air di Sungai Bingai tersebut mempengaruhi struktur komunitas makrozoobenthos didalamnya. Dari sinilah di lakukan penelitian mengenai struktur komunitas makrozoobenthos dengan pengambilan beberapa sampel air untuk diteliti. Dapat dilihat seperti kerangka pemikiran yang dapat dilihat pada Gambar 1.
Sungai Bingai

Aktivitas Manusia

Limbah Pertanian

Limbah Rumah Tangga

Parameter Fisika

Parameter Kimia

Suhu pH Kecepatan Arus KOS

DO

BOD

Pencemaran Air

Struktur Komunitas Makrozoobenthos
Gambar 1. Kerangka Pemikiran


Universitas Sumatera Utara

Tujuan Penelitian 1. Menganalisis struktur komunitas makrozoobentos di Sungai Bingai Kecamatan Binjai Barat Kota Binjai Sumatera Utara 2. Menganalisis parameter fisika kimia dikaitkan dengan struktur komunitas makrozoobenthos di perairan Sungai Bingai Kecamatan Binjai Barat Sumatera Utara.
Manfaat Penulisan Adapun manfaat dari penelitian ini antara lain : 1. Sebagai sumber belajar untuk menambah pengetahuan tentang Makrozoobenthos. 2. Untuk memberikan informasi dan pedoman bagi masyarakat sekitar dalam pemanfaatan Sungai Bingai 3. Sebagai acuan dalam pengelolaan dan pelestarian biota Sungai Bingai di Kecamatan Binjai Barat Kota Binjai Sumatera Utara.
Universitas Sumatera Utara

TINJAUAN PUSTAKA
Sungai Air permukaan yang ada seperti sungai dan situ banyak dimanfaatkan
untuk keperluan manusia seperti tempat penampungan air, alat transportasi, mengairi sawah dan keperluan peternakan, keperluan industri, perumahan, sebagai daerah tangkapan air, pengendali banjir, ketersediaan air, irigasi, tempat memelihara ikan dan juga sebagai tempat rekreasi. Sebagai tempat penampungan air maka sungai dan situ mempunyai kapasitas tertentu dan ini dapat berubah karena aktivitas alami maupun antropogenik. Sebagai contoh pencemaran sungai dan situ dapat berasal dari (1) tingginya kandungan sedimen yang berasal dari erosi, kegiatan pertanian, penambangan, konstruksi, pembukaan lahan dan aktivitas lainnya; (2) limbah organic dari manusia, hewan dan tanaman (3) kecepatan pertambahan senyawa kimia yang berasal dari aktivitas industri yang membuang limbahnya ke perairan (Hendrawan, 2005).
Ketiga hal tersebut merupakan dampak dari meningkatnya populasi manusia, kemiskinan dan industrialisasi. Penurunan kualitas air akan menurunkan dayaguna, hasil guna, produktivitas, daya dukung dan daya tampung dari sumberdaya air yang pada akhirnya akan menurunkan kekayaan sumberdaya alam. Untuk menjaga kualitas air agar tetap pada kondisi alamiahnya, perlu dilakukan pengelolaan dan pengendalian pencemaran air secara bijaksana (Hendrawan, 2005).
Menurut Dinas PU, sungai sebagai salah satu sumber air mempunyai fungsi yang sangat penting bagi kehidupan dan penghidupan masyarakat.
Universitas Sumatera Utara

sedangkan PP No. 35 Tahun 1991 tentang sungai, Sungai merupakan tempattempat dan wadah-wadah serta jaringan pengaliran air mulai dari mata air sampai muara dengan dibatasi kanan dan kirinya serta sepanjang pengalirannya oleh garis sempadan. Makroozobenthos Dan Peranannya
Bentos merupakan organism air hidupnya terdapat pada substrat dasar suatu perairan baik bersifat sesil maupun vigil. Berdasarkan sifat hidupnya bentos dibedakan menjadi fitobentos yang bersifat tumbuhan serta zoobentos yang bersifat hewan (Barus, 2004).
Bentos organisme dasar perairan, baik berupa hewan maupun tumbuhan, baik yang hidup di permukaan dasar ataupun dasar perairan. Berdasarkan ukuran tubuhnya, bentos dibedakan menjadi tiga kelompok yaitu makrobentos, mesobentos, dan mikrobentos. Makrobentos merupaka organisme yang mempunyai ukuran lebih dari 1,0 milimeter seperti molusca, mesobentos merupakan organisme yang mempunyai ukuran 0,1 – 1,0 milimeter seperti cidaria dan mikrobentos merupakan organisme yang memliki ukuran kurang dari 0,1 milimeter (Fachrul, 2007 diacu oleh Iliana, 2014).
Makrozoobentos merupakan organisme yang menempati substrat dasar perairan, baik di atas maupun di dalam sedimen dasar perairan. Organisme ini dapat dibagi menjadi dua grup besar yaitu makrozoobentos dan mikrozoobentos. Makrozoobentos adalah organisme yang tersaring dengan saringan. Kehidupan makrozoobentos dipengaruhi oleh faktor biotik dan abiotik. Faktor abiotik yang mempengaruhi diantaranya produsen, sedangkan faktor abiotik berupa substrat
Universitas Sumatera Utara


dasar, kandungan kimia dan fisika air, serta kecepatan arus (Moss, 1980; Lind, 1985; Horne and Goldman, 1994 diacu oleh Sitepu, 2012).
Perubahan peruntukan kawasan tanpa pengendalian yang tepat dapat menyebabkan perubahan kualitas lingkungan perairan. Makrozoobentos merupakan salah satu organisme akuatik menetap di dasar perairan yang memiliki pergerakan relative lambat serta daur hidup relatif lama sehingga memiliki kemampuan merespon kondisi kualitas air secara terus menerus. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa komponen biota akuatik (ikan, plankton dan bentos) dapat difungsikan untuk biomonitoring kondisi lingkungan (Ives et al. 1999 diacu oleh Setiawan dkk. 2008).
Salah satu faktor yang menjadikan makrozoobenthos sebagai bioindikator untuk kualitas perairan dilihat berdasarkan sifatnya yaitu bersifat ubiquitous yaitu sebarannya luas, jumlah spesies lebih banyak dapat memberikan spektrum respon terhadap tekanan lingkungan. Selain itu cara hidup makrozoobenthos yang relatif menetap (sedentary) pada habitatnya dan juga memiliki siklus hidup lebih panjang memungkinkan menjelaskan perubahan temporal (Rosenberg and Resh, 1993 diacu oleh Musthofa, dkk. 2014).
Makrozoobenthos yaitu organisme dasar perairan yang hidup diatas maupun di dalam sedimen dasar perairan dan relatif hidupnya menetap merayap, atau menggali lubang. Makrozoobenthos memiliki peranan penting dalam jaringjaring makanan. Fase larva dari makrozoobenthos menjadi sumber makanan bagi sebagian besar organisme yang hidup di daerah estuari. Disamping itu, makrozoobenthos juga meningkatkan kadar oksigen didalam sedimen atau substrat dengan membuat lubang pada substrat (bioturbasi). Makrozoobenthos
Universitas Sumatera Utara

yang memiliki habitat hidup relative menetap, pergerakan terbatas, hidup didalam dan didasar perairan sangat baik digunakan sebagai indikator biologis suatu perairan. Kelimpahan dan keanekaragaman makrozoobenthos pun sangat dipengaruhi oleh perubahan kualitas air dan substrat tempat hidupnya (Ulfah, dkk. 2012).
Berdasarkan cara hidupnya, bentos di bedakan atas 2 kelompok yaitu: infauna dan epifauna. Infauna adalah kelompok makrozoobentos yang hidup terbenam di dalam lumpur (berada di dalam substrat), sedangkan epifauna adalah kelompok makrozoobentos yang menempel di permukaan dasar perairan. Keberadaan hewan akuatik seperti hewan bentos dapat digunakan sebagai parameter biologi dalam pemantauan kualitas air sungai secara kontinyu, karena hewan bentos dapat menghabiskan seluruh hidupnya di lingkungan tersebut. Dalam memantau kualitas air sungai secara biologi, idealnya melibatkan seluruh komunitas (full community) yang melibatkan seluruh taksa yang ada pada tingkat tropik (tropic lavel) yang berbeda, namun hal ini sangat sulit dilakukan sehingga dalam prakteknya digunakan kelompok tunggal (single group) seperti makroinvertebrata bentik ( Firstyananda, 2012).
Kelompok makrozoobenthos merupakan kelompok hewan yang relatif menetap di dasar perairan dan kerap digunakan sebagai petunjuk biologis (indikator) kualitas perairan. Pada saat ini penggunaan bioindikator menjadi sangat penting untuk memperlihatkan hubungan antara lingkungan biotik dengan non-biotik. Bioindikator atau indikator ekologis merupakan taksa atau kelompok organisme yang sensitif dan dapat dijadikan petunjuk bahwa mereka dipengaruhi
Universitas Sumatera Utara

oleh tekanan lingkungan akibat dari kegiatan manusia dan destruksi sistem biotic (McGeoch, 1998 dalam Alis dan Fajar, 2007 dalam Zulkifli. Dkk. 2012).
Peranan makrozoobentos dalam perairan sangat penting sekali, terutama dalam struktur rantai makanan dan struktur rantai aliran energi, dimana dalam suatu ekosistem sungai, makrozoobentos bertindak sebagai konsumen primer (herbivor) dan konsumen sekunder (karnivor), selanjutnya mereka akan dimakan oleh top carnivor. Kebanyakan tipe makannya mikrofagus, makrofagus dan detritivor. Sebagai makanannya antara lain: fitoplankton, alga, perifiton, makrofita, bakteri, senyawa organik di dalam lumpur, zooplankton, maupun sesama makrozoobentos. Demikian pentingnya peranan makrozoobentos dalam ekosistem, sehingga bila makrozoobentos terganggu, akan menyebabkan ekosistem akan terganggu pula ( Sitepu, 2012)
Selanjutnya Odum (1993) membedakan hewan benthos berdasarkan caramakannya, yaitu pemakan penyaring (filter feeder), contohnya kerang dan pemakan deposit (deposit feeder), contohnya siput. Disamping itu, benthos dapat juga dibedakan berdasarkan pergerakannya yaitu hewan bentik yang hidupnya menetap (sesil) dan hewan bentik yang hidupnya relative berpindah ( motil).
Benthos adalah organisme yang melekat pada dasar perairan atau yang hidup dalam sedimen di dasar perairan (Odum, 1993). Organisme ini mempunyai peranan yang cukup penting dalam mempercepat proses dekomposisi materi organik. Hewan bentos, terutama yang bersifat herbivor dan detritivor, dapat menghancurkan makrofit akuatik yang hidup maupun yang mati dan serasah yang masuk ke dalam perairan menjadi potongan-potongan yang lebih kecil, sehingga mempermudah mikroba untuk menguraikannya menjadi nutrien bagi produsen
Universitas Sumatera Utara

perairan. Benthos juga merupakan sumber makanan yang alami bagi ikan (Rosmelina, 2009 dalam Fauziah, dkk, 2012).
Makrozoobenthos merupakan biota air yang mudah terpengaruh oleh adanya bahan pencemar kimiawi serta keberadaan lumpur, pasir dan arus air. Hal ini disebabkan makrozoobenthos pada umumnya tidak dapat bergerak cepat dan habitatnya di dasar perairan yang merupakan penumpukan bahan pencemar kimia, lumpur serta pasir. Perubahan substrat dan penambahan bahan pencemar akan berpengaruh terhadap kepadatan, komposisi dan tingkat keragaman zoobenthos (Fauziah, dkk, 2012).
Menurut Hasliandah (2003) Zoobentos merupakan hewan yang sebagian atau seluruh siklus hidupnya berada di dasar perairan, baik yang menempel, merayap maupun menggali lubang. Hewan ini memegang beberapa peran penting dalam perairan seperti dalam proses dekomposisi dan mineralisasi material organik yang memasuki perairan, serta menduduki beberapa tingkatan trofik dalam rantai makanan. Keragaman jenis merupakan parameter yang sering digunakan untuk mengetahui tingkat kestabilan yang mencirikan kekayaan jenis dan keseimbangan suatu komunitas. Faktor-faktor tang mempengaruhi keragaman jenis dan dominasi antara lain kerusakan habitat alami, pencemaran kimiawi, dan perubahan iklim.
Kelompok organisme yang dominan yang meyusun makrozoobenthos adalah dari kelompok Polychaeta, Crustacea, Echinodermata dan moluska. Polychaeta banyak terdapat sebagai organisme pembentuk tabung dan penggali, Crustacea terutama golongan Ostracoda yang umumnya mendiami daerah permukaan. Molusca biasanya terdiri dari spesies-spesies Bivalvia dan beberapa
Universitas Sumatera Utara

Gastropoda yang hidup di permukaan, serta Echinodermata terutama dari bintang laut atau bintang ular (Haslindah, 2003).
Menurut Mason (1981) dalam Setiawan (2009) beberapa alasan makroozobenthos sering digunakan sebagai bioindikator pencemaran di suatu lingkungan perairan adalah sebagai berikut:
1. Prosedur samplingnya relative sudah berkembang dimana telah tersedia kunci identifikasi untuk sebagian besar kelompok biota
2. Hidup menetap (sesil) dan mobilitasnya rendah sehingga dapat digunakan untuk menduga kualitas suatu perairan fimana komunitas organisme tersebut berada.
3. Organisme ini mudah ditangkap dan dianalisis. Pada dasarnya, jika limbah organik dibuang kesuatu basan perairan, maka akan timbul serangkaian peristiwa seiring dengan berjalannya waktu. Hal ini menciptakan kondisi lingkungan yang berbeda dan mengasilkan komunitas akuatik yang berubah secara suksesif di bperairan tersebut. Struktur komunitas makrozoobenthos dalam konfisi perairan tertentu. Komunitas adalah populasi yang hidup pada suatu lingkungan tertentu atau habitat fisik tertentu yang saling berintertaksi dan secara bersama membentuk tingkat trofik. Didalam komunitas, jenis organisme yang dominan akan mengendalikan komunitas tersebut, sehingga jika jenis organisme yang dominan tersebut hilang akan menimbulkan perubahanperubahan penting dalam komunitas, bukan hanya komunitas biotiknya tetapi juga dalam lingkungan fisik (Iliana, 2014).
Universitas Sumatera Utara

METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Juli sampai dengan bulan
September 2014 di perairan Sungai Bingai, Kecamatan Binjai Barat Kota Binjai Sumatera Utara. Deskripsi Area Penelitian
Sungai Bingei merupakan sungai yang mengaliri sepanjang kota Binjai. Air disungai ini berwana kecoklatan dan terkadang dibeberapa tempat mengeluarkan bau yang tidak sedap sehingga dapat mengganggu lingkungan disekitarnya. Meski begitu banyak warga yang tinggal di pinggiran sungai tersebut melakukan aktivitas sehari-hari menggunakan air tersebut, misalnya untuk MCK, mengairi sawah atau kegiatan keramba jarring apung. Adapun peta dari Sungai Bingei dapat dilihat dari Gambar 2.
Gambar 2. Peta lokasi penelitian
Universitas Sumatera Utara

Bahan dan Alat Penelitian Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel air sungai,
alkohol 70%. Alat-alat yang digunakan adalah Surber net, pipet tetes, bola duga, stopwatch, pH meter, termometer, peralatan untuk titrasi, ice box, botol sampel, kantong plastik, kertas label dan alat-alat tulis. Prosedur Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode sampling dan prosedur penelitian menggunakan purposive sampling dimana perairan Sungai Bingei dijadikan sebagai lokasi penelitian. Data yang diperoleh merupakan data primer berupa pengukuran dari parameter kualitas air seperti fisika, kimia serta biologi (makrozoobenthos), yang diukur langsung di lapangan dan kemudian dianalisis di laboratorium. Penentuan Lokasi Pengambilan Sampel
Penelitian ini dilakukan dengan pengambilan sampel di tiga stasiun. Stasiun I yaitu di Jembatan Besi berada di tengah-tengah atau pusat Kota Binjai yang merupakan daerah Pemukiman. Lokasi stasiun I dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Foto lokasi stasiun I
Universitas Sumatera Utara

Kemudian Stasiun II dari penelitian ini berada di Payaroba yang merupakan tempat kegiatan keramba jaring apung, dimana pada keramba tersebut membudidayakan Ikan Nila Thailand atau Nila Bangkok. Lokasi penelitian pada Stasiun II tersebut dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4. Foto Lokasi Stasiun II Lalu kemudian Stasiun III terletak diantara pertemuan dua sungai besar di Kota Binjai yaitu Sungai Bingei dan Sungai Mencirim. Lokasi ini merupakan hilir dari kedua sungai tersebut yang kemudian mengalir hingga ke Deli Serdang. Lokasi penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5. Foto Lokasi Stasiun III
Universitas Sumatera Utara

Teknik Pengambilan Sampel Makrozoobenthos Makrozoobenthos diambil dengan menggunakan Surber net. Setelah
sampel diperoleh lalu disaring setelah itu dimasukkan kedalam botol sampel dan diawetkan dengan menggunakan alkohol 70% dan diberi label menurut stasiun pengambilan sampel. Setelah itu sampel diidentifikasi di Laboratorium Parameter Penelitian
Parameter utama yang diukur adalah : - Komposisi jenis - Kepadatan makrozoobentos - Indeks keanekaragaman jenis - Indeks keseragaman jenis - Indeks dominansi jenis Parameter pendukung adalah faktor fisika kimia perairan antara lain : - Suhu diukur dengan termometer - pH diukur dengan menggunakan pH meter. - Oksigen terlarut diukur dengan menggunakan metode titrasi Winkler. - BOD (Biochemical Oxygen Demmand) diukur menggunakan titrasi Winkler. - Kecepatan arus diukur dengan menggunakan bola dan stopwatch - Kandungan organik substrat
Universitas Sumatera Utara

Analisis Data

Komposisi Jenis

Komposisi jenis ditentukan dengan perhitungan jumlah spesies dan jumlah

individu pada setiap spesies serta proporsinya, dengan rumus :

P

=





100%

Keterangan : ni = Jumlah individu jenis ke-i

N = Jumlah total individu.

Kepadatan Makrozoobenthos Kepadatan zoobenthos dapat diukur dengan menghitung jumlah individu
per satuan luas (ind/m2) menurut Odum (1993) dengan rumus : 10000
K= Keterangan: K = Indeks kepadatan (ind/m2)
a = Luas tangkapan atau luas bukaan mulut Ekman grabb (cm2) b = Jumlah total individu zoobenthos yang tertangkap dalam a (ind).

Indeks Keanekaragaman Jenis
Untuk melihat keanekaragaman jenis zoobenthos digunakan indeks
keanekaragaman Shannon Wienner (Odum, 1993) dengan rumus sebagai berikut :

H′ = �
=1
Keterangan: H’ = Indeks keanekaragaman jenis
Pi = ni/N

Universitas Sumatera Utara

ni = Jumlah individu jenis ke-i

N = Jumlah total individu

Keterangan: H’ < 1; Keragaman rendah, penyebaran individu tiap jenis

rendah dan kestabilan komunitas rendah. 1 ≤ H’ ≤ 3 ; Keragaman sedang,

penyebaran jumlah individu tiap jenis sedang dan kestabilan komunitas sedang.

H’ > 3; Keragaman tinggi, penyebaran jumlah individu tiap jenis tinggi dan

kestabilan komunitas tinggi

Indeks Keseragaman Jenis

Jika terjadi penurunan keanekaragaman maka akan mencapai

keseragaman, maka keseimbangan komunitas tersebar merata. Rumus yang

digunakan untuk Indeks Keseragaman adalah Krebs (1978) diacu oleh Fitriana

(2006) seperti di bawah ini: Keterangan :

H′ E′ = Ln S

E’ = indeks keseragaman (Evenness index)

H’= indeks keanekaragaman Shannon-Wiener

S = jumlah spesies

Kriteria tingkat keseragaman spesies berdasarkan indeks keseragaman (E’)

adalah sebagai berikut:

0 ≤ E < 0,4 : keseragaman rendah

0,4 ≤ E < 0,6 : keseragaman sedang

0,6 ≤ E ≤ 1,0 : keseragaman tinggi

Universitas Sumatera Utara

Indeks Dominansi jenis Untuk melihat ada atau tidaknya jenis yang mendominasi pada suatu
ekosistem dapat dilihat dari nilai indeks dominansi Simpson (Odum, 1993) dengan rumus sebagai berikut :

C = �(Pi)2
=1
Keterangan: C = Indeks dominansi jenis Pi = ni/N ni = Jumlah individu jenis ke-i N = Jumlah total individu
Nilai C (indeks dominansi) jenis ini berkisar antara 0-1, jika nilai C mendekati nol berarti tidak ada jenis yang mendominasi dan apabila nilai C mendekati 1 berarti terdapat jenis yang mendominasi perairan tersebut.
Universitas Sumatera Utara

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Parameter Fisika Kimia Perairan pada Setiap Stasiun Penelitian

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, nilai parameter fisika kimia

yang diperoleh dari setiap stasiun dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Nilai Parameter Fisika Kimia Perairan Sungai Bingai pada setiap stasiun

penelitian

Parameter
Fisika: Suhu Kecepatan arus Kecerahan Kimia: DO pH BOD5 KOS (C organik)

Satuan Stasiun 1

Stasiun 2

Stasiun 3

0C 26 - 30 26 - 30 26 - 30

m/s

0,3 - 0,6

0,1 – 0,6

0,1 - 0,5

cm 30 - 90 30 - 90 25 - 60

Mg/l 4 - 5

3,8 - 5

3,5 – 4,2

6,7 – 8,4

7,1 – 7,9

6,9 – 7,8

Mg/l 1 – 1,5

1 – 1,6

1 – 1,7

(%) 0,07 – 0,19 0,07 – 0,19 0.04 – 0,22

Struktur Komunitas Makrozoobenthos pada Setiap Stasiun Penelitian Dari penelitian yang telah dilakukan di Sungai Bingai diperoleh
makrozoobenthos yang di temukan pada 3 stasiun penelitian yang terbagi dalam 7 genus yaitu Littorina, Thiara, Faunus, Melanoides, Quoiya, Tubifex dan Aeshna. Total individu yang paling banyak ditemukan adalah jenis Thiara. Klasifikasi makrozoobenthos yang diperoleh pada setiap stasiun penelitian di perairan sungai Bingai dapat dilihat pada Tabel 2.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 2. Klasifikasi Makrozoobenthos yang Diperoleh pada Setiap Stasiun Penelitian di Perairan Sungai Bingai

Kelas Gastropoda
Insekta Oligochaeta

Famili Thiaridae
Planaxidae Littorinidae Aeshnidae Tubifisidae

Genus Faunus Melanoides Thiara Quoiya Littorina Aeshna Tubifex

Jumlah individu 40 251 305 21 237 5 5

Analisis Data Komposisi Jenis
Komposisi jenis yang diperoleh selama penelitian di sungai Bingai

berkisar antara 0 – 37,34 %. Stasiun yang memiliki nilai komposisi jenis tertinggi

adalah stasiun 1 dengan nilai 37,34% dan yang terendah juga berada di stasiun 1

dengan nilai 0. Nilai komposisi jenis pada setiap stasiun dapat dilihat pada Tabel

3.

Tabel 3. Nilai Komposisi Jenis Pada Setiap Stasiun

Nama Genus
Littorina Thiara Faunus Melanoides Quoiya Tubifex Aeshna

Stasiun 1 22,82 34,02 4,14 37,34 1,65 -

Komposisi Jenis (%)
Stasiun 2 34,71 35,84 3,77 22,26 2,64 0,75

Stasiun 3 25,13 35,75 5,58 28,49 2,79 0,83 1,39

Kepadatan Makrozoobentos Kepadatan makrozoobentos di perairan Sungai Bingai yang diperoleh
selama penelitian berkisar antara 0,241 – 0,358 ind/m2. Stasiun yang memiliki nilai kepadatan makrozoobenthos tertinggi terdapat pada Stasiun 3 dengan nilai

Universitas Sumatera Utara

0,358 ind/m2. Sedangkan nilai kepadatan makrozoobentos terendah terdapat pada stasiun 1 dengan nilai 0,241 ind/m2. Nilai kepadatan makrozoobentos yang terdapat pada setiap stasiun dapat dilihat pada Gambar 6.

ind/m2

Kepadatan Makrozoobentos

0,4 0,35
0,3 0,241
0,25 0,2
0,15 0,1
0,05 0

0,265

0,358

Stasiun 1

Stasiun 2

Stasiun 3

Gambar 6. Diagram Kepadatan Makrozoobenthos Indeks Keanekaragaman Jenis
Indeks Keanekaragaman Jenis makrozoobentos di perairan Sungai Bingai yang diperoleh selama penelitian berkisar antara 1,27 – 1,42. Stasiun yang memiliki nilai Indeks Keanekaragaman Jenis tertinggi terdapat pada Stasiun 3 dengan nilai 1,42. Sedangkan nilai Indeks Keanekaragaman Jenis terendah terdapat pada stasiun 1 dengan nilai 1,27. Nilai Indeks Keanekaragaman Jenis yang terdapat pada setiap stasiun dapat dilihat pada Gambar 7.

Universitas Sumatera Utara

Indeks Keanekaragaman Jenis

1,45 1,42

1,4

1,35 1,32

1,3 1,27

1,25

1,2

1,15

Stasiun 1

Stasiun 2

Stasiun 3

Gambar 7. Diagram Indeks Keanekaragaman Jenis Indeks Keseragaman Jenis
Nilai indeks keseragaman jenis yang diperoleh selama penelitian berkisar antara 0,73 – 0,79. Indeks keseragaman jenis terendah terdapat pada stasiun 3 yang merupakan wilayah pertemuan sungai dengan nilai 0,73. Sedangkan nilai indeks keseragaman jenis tertinggi terdapat pada stasiun 1 dengan nilai 0,79. Stasiun 1 merupakan tempat pemukiman penduduk. Nilai Indeks Keseragaman Jenis yang terdapat pada setiap stasiun dapat dilihat pada Gambar 8.

Indeks Keseragaman Jenis

0,8 0,79
0,79

0,78

0,77

0,76

0,75 0,74 0,74 0,73 0,73

0,72

0,71

0,7 Stasiun 1

Stasiun 2

Stasiun 3

Gambar 8. Diagram Indeks Keseragaman Jenis

Universitas Sumatera Utara

Indeks Dominansi Jenis Indeks Dominansi Jenis makrozoobentos di perairan Sungai Bingai yang
diperoleh selama penelitian berkisar antara 0,27 – 0,52. Stasiun yang memiliki nilai Indeks Dominansi Jenis tertinggi terdapat pada Stasiun 1 dengan nilai 0,52. Sedangkan nilai Indeks Dominansi Jenis terendah terdapat pada stasiun 3 dengan nilai 0,27. Nilai Indeks Dominansi Jenis yang terdapat pada setiap stasiun dapat dilihat pada Gambar 9.

Indeks Dominansi Jenis
0,6 0,52
0,5

0,4 0,3
0,3 0,27

0,2

0,1

0 Stasiun 1

Stasiun 2

Stasiun 3

Gambar 9. Indeks dominansi jenis

Universitas Sumatera Utara

Pembahasan Parameter Fisika Kimia Perairan pada Setiap Stasiun Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di perairan Sungai Bingai suhu yang terdapat pada setiap stasiun berkisar antara 26 – 30oC, pengukuran suhu diantara ketiga stasiun relatif memiliki rentang waktu yang sama. Nilai suhu terendah yaitu 26 oC, disebabkan oleh pengkuran suhu dilakukan saat setelah hujan sehingga mempengaruhi suhu diperairan sungai Bingai. Sedangkan suhu tertinggi adalah 30 oC yang disebabkan pengukuran dilakukan pada siang hari.
Kecepatan arus pada setiap stasiun berkisar antara 0,1 – 0,6 m/s. Nilai kecepatan arus terendah yaitu 0,1 m/s diukur pada saat kondisi air yang relatif bergerak tenang sedangkan kecepatan arus tertinggi dengan yaitu nilai 0,6 m/s diukur pada saat setelah hujan turun sehingga kecepatan arus air meningkat. Kecepatan arus disetiap stasiun dapat mempengaruhi kehidupan makrozoobentos di sungai tersebut.
Nilai kecerahan sungai berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa kecerahan di sungai tempat lokasi penelitian berkisar antara 25 – 90 cm. Tinggi rendahnya nilai kecerahan didalam suatu perairan dapat dipengaruhi oleh zat-zat terlarut yang masuk ke dalam air sehingga dapat mempengaruhi masuknya cahaya matahari kedalam badan air tersebut. Hal ini sesuai dengan literatur Barus (2004) yang menyatakan banhwa terjadinya penurunan nilai penetrasi cahaya disebabkan oleh kurangnya intensitas cahaya matahari yang msuk kedalam badan perairan, adanya kekeruhan oleh zat-zat terlarut. Nilai kecerahan yang terdapat pada lokasi stasiun 1 dan stasiun 2 relatif sama karena pada stasiun 1 merupakan lokasi
Universitas Sumatera Utara

limbah rumah tangga yang ringan dan pada stasiun 2 merupakan lokasi pembudidayaan ikan dimana nilai kecerahan 30 – 60 cm cukup baik untuk produksi perikanan. Sedangkan pada stasiun 3 dengan nilai kecerahan 25 – 60 cm karena lokasi tersebut merupakan tempat pertemuan 2 sungai antara sungai Bingai dan sungai Mencirim.
Nilai DO pada setiap stasiun berkisar antara 3,5 – 5 mg/l. Berdasarkan literatur Wardoyo (1981) yang menyatakan bahwa konsentrasi oksigen terlarut yang dapat mendukung kehidupan organisme akuatik secara normal tidak kurang dari 2 mg/l. Maka dengan nilai konsentrasi DO tersebut dapat dikatakan bahwa secara keseluruhan perairan sungai Bingai tersebut masih mampu mendukung kehidupan organisme akuatik didalamnya.
Nilai pH yang diperoleh berkisar antara 6,7 – 8,4. Nilai pH terendah dan tertinggi terdapat pada stasiun 1. Menurut Odum (1993) yang menyatakan bahwa perairan dengan pH 6 – 9 merupakan perairan dengan kesuburan yang cukup tinggi karena memiliki kisaran pH yang dapat membantu dalam proses perombakan bahan organic yang ada dalam perairan menjadi mineral yang dapat diasimilasikan oleh organisme perairan. Oleh karena itu, nilai pH disungai Bingai masih termasuk baik untuk keberlangsungan kehidupan makrozoobentos.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan nilai BOD5 terendah berada pada stasiun 1 dengan kisaran nilai 1 – 1,5 mg/l. sedangkan nilai BOD5 tertinggi berada pada stasiun 3 dengan nilai 1 – 1,7 mg/l. menurut Brower dkk., dalam Sitorus (2008) menyatakan bahwa nilai konsentrasi BOD5 menunjukkan suatu kualitas perairan masih tergolong baik apabila konsumsi O2 selama 5 hari berkisar sampai 5 mg/l. Nilai BOD5 pada setiap stasiun termasuk rendah akan tetapi banyaknya
Universitas Sumatera Utara

oraganisme yang dijumpai smembuktikan bahwa sungai Bingai masih tergolong baik untuk kehidupan organisme.
Kadar organik substrat yang diuji dalam penelitian ini adalah kandungan C organik yang terdapat didalam substrat. Nilai C organik tertinggi terdapat pada stasiun 3 dengan nilai 0,22 %. Ini disebabkan karena pada stasiun 3 merupakan tempat pertemuan 2 sungai antara sungai Bingai dan sungai Mencirim. Kedua sungai tersebut sama-sama membawa zat-zat organik yang terbawa arus lalu kemudian bertemu disatu titik sehingga terjadi percampuran zat-zat organik. Selain itu, dari pengukuran zat organik ini dapat diketahui jenis substratnya, seperti pada stasiun 3 yang kandungan C organiknya tertinggi memiliki jenis substrat yang berlumpur. Sedangkan pada stasiun 1 nilai C organiknya terendah memiliki jenis substrat yang berpasir. Analisis Data Komposisi Jenis
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di sungai Bingai Kecamatan Binjai Barat Kota Binjai Sumatera Utara, ditemukan sekitar 7 jenis makrozoobenthos yang terdiri dari 3 Kelas yang terdiri dari Gastropoda, Insekta, dan Oligochaeta. Pada Kelas Gastropoda terdapat 3 Famili yaitu Famili Thiaridae, Planaxidae, Littorinidae. Sedangkan pada Kelas Insekta Terdapat Famili Aeshnidae dan pada Kelas Oligochaeta terdapat Famili Tubifisidae. Family Thiaridae ditemukan 3 genus yakni Faunus, Melanoides dan Thiara. Famili Planaxidae ditemukan 1 genus yaitu Quoiya dan Famili Littorinidae ditemukan 1 genus yaitu Littorina dari kelas Insekta terdapat 1 Famili yaitu Aeshnidae dengan
Universitas Sumatera Utara

genus Aeshna dan pada kelas Oligochaeta terdapat 1 Famili yaitu Tubifisisdae dengan genus Tubifex.
Komposisi jenis tertinggi untuk stasiun 1 adalah Melanoides, nilai Komposisi Jenis untuk Melanoides yaitu 37,34 % . Untuk jenis Thiara juga memiliki nilai komposisi jenis yang tinggi pada stasiun 1 dengan nilai 34,02% nilai komposisi jenis terendah di stasiun 1 yaitu Aeshna dan Tubifex dengan nilai 0 ini dikarenakan Aeshna dan Tubifex kurang mampu untuk dapat bertahan pada substrat berpasir yang terdapat pada stasiun 1, oleh sebab itu genus Aeshna dan Tubifex sulit ditemukan di stasiun 1 tersebut.
Untuk genus Thiara dan Littorina termasuk jenis makrozoobentos yang mudah ditemukan pada stasiun 2. Thiara memiliki nilai komposisi jenis tertinggi di stasiun 2 dengan nilai 35,84 % sedangkan Littorina memiliki nilai komposisi jenis berkisar 34,71 %. Nilai komposisi jenis terendah pada stasiun 2 yaitu jenis Tubifex dengan nilai komposisi jenis 0 karena Tubifex sama sekali tidak ditemukan di stasiun 2. Sedangkan jenis Aeshna juga memiliki nilai komposisi terendah yaitu 0,75% pada stasiun 2.
Pada stasiun 3 nilai Komposisi jenis tertinggi adalah jenis Thiara dengan nilai 35,75% sedangkan nilai komposisi jenis terendah pada stasiun 3 adalah Tubifex dengan nilai 0,83%. Tubifex dapat ditemukan di stasiun 3 dikarenakan pada stasiun 3 yang merupakan titik pertemuan antara Sungai Mencirim dan Sungai Bingai sehingga substrat yang terdapat pada titik tersebut adalah lumpur dimana Tubifex mampu hidup di substrat tersebut karena banyaknya kandungan bahan organik. Hal ini sesuai dengan literatur Djarijah (1996) yang menyatakan bahwa cacing sutra (Tubifex) hidup di perairan tawar, dasar perairan yang disukai
Universitas Sumatera Utara

adalah berlumpur dan mengandung bahan organik. Makanan utamanya adalah bagian-bagian organik yang terurai dan mengendap didasar perairan tersebut.
Berdasarkan uraian komposisi jenis diatas menunjukkan bahwa komposisi jenis yang tertinggi di Sungai Bingai Kecamatan Binjai Barat Kota Binjai Sumatera Utara adalah Kelas Gastropoda. Sesuai dengan literatur dari Iliana (2010) yang menyatakan bahwa hal ini disebabkan karena kelas Gastropoda dapat ditemukan di berbagai jenis substrat, baik substrat berbatu, berpasir maupun berlumpur. Hasil penelitian juga menunjukkan kelas Gastropoda mendominasi komposisi jenis makrozoobentos. Sedangkan nilai Komposisi Jenis terendah untuk semua stasiun adalah Kelas Aeshnidae dengan genus Aeshna dan Kelas Oligochaeta dengan genus Tubifex Kepadatan Makrozoobentos
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di Sungai Bingai nilai kepadatan makrozoobentos tertinggi terdapat pada stasiun 3 dengan nilai 0,358 ind/m2. Nilai kepadata