Informasi yang disampaikan tentu berupa sebuah ide, gagasan keterangan, atau pesan. Alat berkomunikasi yang digunakan yaitu bahasa sebagai sebuah sistem
lambang, tanda-tanda baik berupa gambar, warna, ataupun bunyi, dan gerak gerik tubuh. Berdasarkan alat yang digunakan ini dibedakan adanya dua macam
komunikasi, yaitu komunikasi nonverbal dan verbal atau komunikasi bahasa. Komunikasi nonverbal adalah komunikasi yang menggunakan alat bukan bahasa,
seperti bunyi peluit, cahaya lampu, api, semafor, dan termasuk juga alat komunikasi dalam masyarakat hewan. Selanjutnya komunikasi verbal atau
komunikasi bahasa adalah komunikasi yang menggunakan bahasa sebagai alatnya Chaer dan Agustina, 2004:17
—20.
Austin dalam Pateda, 1987 membagi pernyataan-pernyataan = kalimat verbal atas lima uraian yang terdiri atas : a verdictives, b exercitives, c commissives,
d behabitives, dan e expositives. Yang dimaksud dengan komunikasi verbal verdictives
adalah pernyataan
yang berisi
keputusan. Komunikasi
verbalexercitives berhubungan dengan perjanjian, perintah, nasihat, dan dorongan. Selanjutnya komunikasi verbal commissives adalah komunikasi yang dicirikan
oleh perjanjian. Komunikasi verbal behabitives berhubungan dengan tingkah laku sosial kita karena seserorang beroleh keberuntungan. Termasuk di sini tantangan,
komentar, ikut berduka cita. Terakhir expositives, yakni komunikasi verbal yang memberikan penjelasan, perincian kepada seseorang.
Dalam berinteraksi penutur dan lawan tutur hendaklah menjaga kesantunan dalam berbicara. Hal ini dilakukan untuk terjalinnya komunikasi yang baik untuk
menjaga pesan agar dapat diterima dengan oleh lawan tutur, sehingga lawan tutur
merespon dan mengikuti pesan penutur. Perlu diperhatikan bahwa kesantunan dapat dilihat dari panjang pendeknya tuturan, karena semakin panjang tuturan
yang digunakan maka komunikasi tersebut semakin sopan. Begitupun sebaliknya, semakin pendek tuturannya maka akan cenderung komunikasi tersebut tidaklah
santun.
2.2 Kekerasan Verbal
Kekerasan verbal berarti ketidaksantunan yang merupakan kebalikan dari kesantunan. Robert Baron dalam Koswara, 1988 menyatakan bahwakekerasan
adalah tingkah laku individu yang ditujukan untuk melukai atau mencelakakan individu lain yang tidak menginginkan datangnya tingkah laku tersebut. Definisi
dari Baron ini mencakup empat faktor tingkah laku, yaitu tujuan untuk melukai atau mencelakakan, individu yang menjadi pelaku, individu yang menjadi korban
dan ketidakinginan si korban menerima tingkah laku si pelaku. Kekerasan menurut Francois Chirpaz 2000:226 kekerasan adalah kekuatan yang
sedemikian rupa dan tanpa aturan yang memukul dan melukai bagi jiwa maupun badan, kekerasan juga mematikan entahdengan memisahkan orang dari
kehidupannya atau dengan menghancurkan dasar kehidupannya. Melalui penderitaan atau kesengsaraan yang diakibatkannya, kekerasan tampak sebagai
representasi kejahatan yang diderita manusia, tetapi bisa juga ia lakukan kepada orang lain http:jiptupn-gdl-teddyfajar-146-3-babii, diakses 11 November 2014,
pukul 12.30 WIB.
Kekerasan adalah dalam prinsip dasar dalam hukum publik dan privat romawi yang merupakan sebuah ekspresi baik yang dilakukan secara fisik ataupun secara
verbal yang mencerminkan pada tindakan agresi dan penyerangan pada kebebasan atau martabat seseorang yang dapat dilakukan oleh perorangan atau sekelompok
orang umumnya berkaitan dengan kewenangannya yakni bila diterjemahkan secara bebas dapat diartinya bahwa semua kewenangan tanpa mengindahkan
keabsahan penggunaan atau tindakan kesewenang-wenangan itu dapat pula dimasukan
dalam rumusan
kekerasan ini
http:id.wikipedia.orgwikiKekerasandiakses 17 Desember 2014, 14:20 WIB.
Verbalisme berasal dari kata Latin, verbum yang berarti perkataan atau ucapan. Verbalisme dapat sekadar berarti sebagai ungkapan verbal verbal expression,
entah istilah untuk menyebut sesuatu, atau pengungkapan lewat kata-kata untuk mengungkapkan gagasan dan menyatakan pengertian. Verbal atau verbalisme juga
dapat dipergunakan untuk menyebut tulisan atau uraian yang mempergunakan terlalu banyak kata, sedang isinya terlalu sedikit, tanpa isi atau terlalu sedikit, atau
sama sekali tak menyentuh topik yang sedang dibicarakan, alias omong kosong. Akan tetapi, verbalisme juga merupakan pendirian. Verbalisme lalu menjadi sikap
yang lebih menjunjung tinggi kata daripada kenyataan yang diungkapkan, istilahpermasalahan yang ada di belakangnya, dan rumusan daripada kebenaran
yang dikandungnyahttp:id.wikipedia.orgwikiVerbalismediakses pada 17 Desember 2014, pukul 14: 12 WIB.
Jehel mengambarkan bahwa dalam kekerasan terkandung dominasi pihak lain dalam berbagai bentuknya: fisik, verbal, maupun melalui gambar. Penggunaan
kekuatan, manipulasi, fitnah, pemberitaan yang tidak benar, pengondisian yangmerugikan, kata-kata yang memojokkan, dan penghinaan merupakan