Sarang Burung Walet TINJAUAN PUSTAKA

27 Lisin Lysine adalah suatu asam amino yang diberi nomenklatur 2,6- diaminohexanoic acid. Lisin juga memiliki rumus kimia H 2 N-[CH 2 ] 4 - CHNH 2 -COOH IUPAC, 1983. Metionin Methionine adalah suatu asam amino yang diberi nomenklatur 2- amino-4-methylthiobutanoic acid dengan rumus kimia CH 3 -S-[CH 2 ] 2 - CHNH 2 -COOH IUPAC, 1983. Metionin merupakan prekursor dari glutathione. Glutathione adalah organosulfur tri-peptide -glutamyl- cysteinyl-glycine yang diproduksi dari metabolisme dari metionin. Glutathione juga dibentuk dari penggabungan tiga asam amino, yaitu sistein, glutamat dan glisin Fitzpatrick et al., 2012. Glutathione adalah thiol non protein yang paling banyak berada pada sel mamalia. Glutathione bertindak sebagai agen reduktor utama dan pertahanan antioksidan dengan mempertahankan tight control dari status redoks Franco dan Cidlowski, 2012. Treonin Threonine adalah suatu asam amino yang diberi nomenklatur 2- amino-3-hydroxybutanoic acid. Treonin juga memiliki rumus kimia CH 3 - CHOH-CHNH 2 -COOH IUPAC, 1983. Valin valine adalah suatu asam amino yang diberi nomenklatur 2-amino-3-methylbutanoic acid. Valin juga memiliki rumus kimia CH 3 2 CH-CHNH 2 -COOH IUPAC, 1983. Alanin Alanine adalah suatu asam amino yang diberi nomenklatur 2- aminopropanoic acid dengan rumus kimia CH 3 -CHNH 2 -COOH IUPAC, 28 1983. Pada hepar, alanin dideaminasi menjadi piruvat, yang bertindak sebagai substrat untuk gluconeogenesis Bordbar et al., 2011. Asam aspartat Aspartic acid adalah suatu asam amino yang diberi nomenklatur 2- Aminobutanedioic acid dengan rumus kimia HOOC-CH 2 -CHNH 2 -COOH IUPAC, 1983. Asam glutamat Glutamic acid, disebut juga sebagai glutamat, adalah suatu asam amino yang diberi nomenklatur 2-Aminopentanedioic acid dengan rumus kimia HOOC-[CH 2 ] 2 -CHNH 2 -COOH IUPAC, 1983. Glutamat adalah prekursor dari antioksidan glutathione Fitzpatrick et al., 2012. Glutamat adalah asam amino fungsional yang memiliki peram seperti menjadi mediator untuk cell signaling, regulator untuk reaksi oksidatif dan memiliki fungsi sebagai barrier sekaligus respon imun Wu et al., 2014. Glutamat juga berperan sebagai neurotransmitter dan antikanker Dutta et al., 2013. Glisin Glycine adalah suatu asam amino yang diberi nomenklatur Aminoethanoic acid dengan rumus kimia CH 2 NH 2 -COOH IUPAC, 1983. Glisin adalah asam amino yang paling sederhana, dengan hanya satu grup amino, satu grup karboksil dan dua atom hydrogen yang semuanya berikatan pada satu atom karbon. Karena ukurannya yang kecil, glisin adalah sangat mudah beradaptasi. Selain sebagai pembentuk berbagai macam protein, glisin merupakan prekursor dari antioksidan glutathione Fitzpatrick et al., 2012. 29 Selain itu, glisin adalah substrat penting untuk sintesis dari berbagai biomolekul seperti kreatin, porfirin dan nukleotida purin Petrat et al., 2011. Prolin Proline adalah suatu asam amino yang diberi nomenklatur Pyrrolidine-2-carboxylic acid. Prolin juga memiliki rumus kimia sebagai berikut IUPAC, 1983. Serin Serine adalah suatu asam amino yang diberi nomenklatur 2-Amino-3- hydroxypropanoic acid. Serin juga memiliki rumus kimia HO-CH 2 - CHNH 2 -COOH IUPAC, 1983. Sistein Cysteine adalah suatu asam amino yang diberi nomenklatur 2- Amino-3-mercaptopropanoic acid dengan rumus kimia HS-CH 2 -CHNH 2 - COOH IUPAC, 1983. Sistein adalah prekursor dari antioksidan glutathione Fitzpatrick et al., 2012. Sistein dapat bersifat sebagai antioksidan. Sistein mudah teroksidasi menjadi sistin. Rasio thioldisulfide dalam sitoplasma menentukan status redoksnya Dröge, 2005. Namun, peningkatan sistein pada plasma total berhubungan dengan peningkatan massa lemak dan obesitas Elshorbagy et al., 2012; Badaloo et al., 2012. Tirosin Tyrosine adalah suatu asam amino yang diberi nomenklatur 2- Amino-3-4-hydroxyphenyl-propanoic acid. Tirosin juga memiliki rumus kimia sebagai berikut IUPAC, 1983. 30 Kalsium adalah mineral yang paling banyak ditemukan dalam tubuh manusia. Gigi dan tulang mengandung sebagian besar kalsium dan sisanya terdapat dalam sel-sel saraf, jaringan tubuh, darah dan cairan tubuh lainnya. Kalsium merupakan salah satu mineral yang paling penting bagi tubuh manusia. Kalsium membantu membentuk dan memelihara kesehatan gigi dan tulang. Kadar kalsium yang tepat dalam kehidupan sehari-hari dapat membantu mencegah osteoporosis. Kalsium memiliki peran dalam tubuh seperti membentuk tulang dan gigi yang kuat, pembekuan darah, mengirim dan menerima sinyal saraf, kontraksi dan relaksasi otot-otot, pelepasan hormon dan bahan kimia lainnya dan menjaga detak jantung normal Evert, 2013a. Fosfor adalah mineral yang membentuk 1 dari berat total tubuh seseorang. Hal ini hadir dalam setiap sel tubuh. Sebagian besar fosfor dalam tubuh ditemukan dalam tulang dan gigi. Fungsi utama fosfor adalah dalam pembentukan tulang dan gigi. Fosfor mememgang peranan penting dalam bagaimana tubuh menggunakan karbohidrat dan lemak. Fosfor juga diperlukan bagi tubuh untuk membentuk protein yang berguna dalam pertumbuhan, pemeliharaan, serta perbaikan sel dan jaringan. Fosfor juga membantu tubuh membuat ATP, molekul yang digunakan tubuh untuk menyimpan energi. Fosfor bekerja dengan vitamin B. Fosfor memiliki peran dalam fungsi ginjal, kontraksi otot, detak jantung normal dan nerve signaling. Adapun kebutuhan dalam kehidupan sehari-hari adalah sebagai berikut. 31 1. Usia 0-6 bulan: 100 mghari 2. Usia 7-12 bulan: 275 mghari 3. Usia 1-3 tahun: 460 mghari 4. Usia 4-8 tahun: 500 mghari 5. Usia 9-18 tahun: 1.250 mghari 6. Orang dewasa: 700 mghari 7. Wanita hamil atau menyusui: a. Usia kurang dari 18 tahun: 1.250 mghari b. Usia lebih dari 18 tahun: 700 mghari Evert, 2013c. Zat besi adalah mineral yang ditemukan pada setiap sel tubuh. Zat besi dianggap sebagai mineral penting karena dibutuhkan dalam pembentukan sel darah merah. Tubuh manusia membutuhkan zat besi untuk membuat oxygen- carrying protein, hemoglobin dan mioglobin. Hemoglobin dapat ditemukan dalam sel-sel darah merah dan mioglobin dapat ditemukan dalam otot. Zat besi juga membentuk banyak protein dalam tubuh Evert, 2013b. Epidermal Growth Factor EGF seperti semua growth factor, berikatan dengan reseptor spesifik pada permukaan sel responsif. Aktivitas pada reseptor EGF merupakan aktivitas tirosin kinase, yang diaktifkan untuk merespon ikatan EGF. Kinase domain dari reseptor EGF adalah memfosforilasi reseptor EGF itu sendiri autofosforilasi serta protein lain, dalam transduksi sinyal cascade, yang berasosiasi dengan reseptor setelah aktivasi tersebut. EGF memiliki efek proliferatif pada sel-sel yang berasal 32 dari lapisan mesoderm dan ektoderm, terutama pada keratinosit dan fibroblast. EGF menunjukkan efek pertumbuhan negatif pada karsinoma tertentu serta sel-sel folikel rambut King, 2013.

BAB III METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental yang menggunakan metode rancangan acak terkontrol dengan pola post test-only control group design. Sebanyak 25 ekor tikus putih Rattus norvegicus jantan dewasa galur sprague dawley berumur 3-4 bulan yang dipilih secara acak dan dibagi menjadi 5 kelompok, dengan pengulangan sebanyak 5 kali, digunakan sebagai subjek penelitian.

B. Tempat dan Waktu

Penelitian dilakukan di Animal House Fakultas Kedokteran Universitas Lampung, sedangkan persiapan sarang burung walet dan persiapan etanol dilakukan di Laboratorium Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Lampung, uji antioksidan DPPH untuk menentukan dosis sarang burung walet dilakukan di Laboratorium Analisis Jurusan Tekhnologi Hasil Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung dan pembuatan preparat beserta pengamatannya dilakukan di Laboratorium Patologi Anatomi dan 34 Histologi Fakultas Kedokteran Universitas Lampung. Penelitian ini dilaksanakan selama 14 hari pada tanggal 25 Desember 2014 - 7 Januari 2015.

C. Populasi dan Sampel

Populasi penelitian ini adalah tikus putih Rattus norvegicus jantan galur sprague dawley berumur 3-4 bulan yang diperoleh dari Laboratorium Non Ruminansia dan Satwa Harapan Fakultas Peternakan IPB. Sampel penelitian yang digunakan sebanyak 25 ekor tikus yang dipilih secara acak dan dibagi dalam 5 kelompok dengan pengulangan sebanyak 5 kali n=5, sesuai dengan rumus Frederer. Menurut Frederer, rumus penentuan sampel untuk uji eksperimental adalah: t –1 n–115 Dimana t merupakan jumlah kelompok percobaan dan n merupakan jumlah pengulangan atau jumlah sampel tiap kelompok. Penelitian ini menggunakan 5 kelompok perlakuan sehingga perhitungan sampel menjadi: 5 –1 n–115 4n –415 4n19 n4,75 Jadi, sampel yang digunakan tiap kelompok percobaan sebanyak 5 ekor n4,75 dan jumlah kelompok yang digunakan adalah 5 kelompok sehingga penelitian ini menggunakan 25 ekor tikus putih dari populasi yang ada. 35 Adapun kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. a. Aktif bergerak. b. Berjenis kelamin jantan. c. Memiliki berat badan 250-400 gram. d. Berusia 3-4 bulan. Adapun kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. a. Tampak sakit penampakan rambut kusam, rontok, atau botak dan aktivitas kurang atau tidak aktif, keluarnya eksudat yang tidak normal dari mata, mulut, anus, genital. b. Terdapat penurunan berat badan lebih dari 10 setelah masa adaptasi di laboratorium. c. Mati selama masa pemberian perlakuan.

D. Identifikasi Variabel dan Definisi Operasional

1. Identifikasi Variabel

a. Variabel independen adalah sarang burung walet. b. Variabel dependen adalah gambaran histopatologi hepar.

2. Definisi Operasional

Adapun definisi operasional yang digunakan untuk memudahkan pelaksanaan penelitian dan agar penelitian tidak menjadi terlalu luas yaitu sebagai berikut. 36 Tabel 3. Identifikasi variabel dan definisi operasional Variabel Definisi Skala Sarang burung walet Sarang burung walet dalam penelitian ini adalah patahan sarang burung walet yang dilarutkan dalam air. Untuk mendapatkan dosis sarang burung walet, digunakan uji antioksidan α, α-diphenyl-β- picrylhydrazyl DPPH. Kemudian dicari kadar efektifnya menggunakan spektrofotometri pada absorbansi 517nm Kedare dan Singh, 2011; Umayah dan Amrun, 2007. Dosis sarang burung walet Dosis I : ½x dosis efektif uji antioksidan DPPH. Dosis II : 1x dosis efektif uji antioksidan DPPH. Dosis III : 2x dosis efektif uji antioksidan DPPH. Numerik Gambaran histopatologi hepar Gambaran histopatologi hepar tikus dilihat dengan melakukan pengamatan sediaan histopatologi menggunakan mikroskop dan dinilai berdasarkan sistem skoring Manja Roenigk. Tiap preparat jaringan hepar dibaca dalam lima lapangan pandang yaitu pada keempat sudut dan bagian tengah preparat dengan pembesaran 400x. Setiap lapangan pandang dihitung 20 hepatosit dan dikalikan dengan skor masing-masing sel. Dengan skor masing-masing sel sebagai berikut. 1 : Normal 2 : Degenerasi parenkimatosa 3 : Degenerasi hidropik 4 : Nekrosis Kemudian dicari rerata skor untuk semua lapang pandang pada setiap tikus Tamad et al., 2011. Numerik

Dokumen yang terkait

Pengaruh Hormon Testosteron Undekanoat (TU) Dan Medroksiprogesteron Asetat (MPA) Terhadap Konsentrasi Spermatozoa dan Histologi Spermatogenesis Tikus Jantan (Rattus Novergicus L) Galur Sprague Dawley

4 46 157

Analisis Profil Protein dan Asam Amino Sarang Walet Putih (Collocalia fuciphago) dengan Menggunakan SDS-PAGE dan KCKT

3 21 68

Uji Aktivitas Ekstrak Etanol 96% Daun Sambiloto (Andrographis paniculata (Burm.f.) Nees) Terhadap Kualitas Sperma Pada Tikus Jantan Galur Sprague- Dawley Secara In Vivo dan Aktivitas Spermisidal Secara In Vitro

0 15 104

Uji Aktivitas Hepatoprotektif Ekstrak Air Sarang Burung Walet Putih (Collocalia fuciphaga Thunberg, 1821). Terhadap Aktivitas SGPT & SGOT Pada Tikus Putih Jantan Galur Sprague-Dawley

0 23 107

EFEK KULIT MANGGIS (Garcinia mangostana L.) YANG DIEKSTRAKSI ETANOL 40% TERHADAP AKTIVITAS AST DAN ALT PADA TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) JANTAN GALUR SPRAGUE DAWLEY YANG DIINDUKSI ISONIAZID

2 10 69

EFEK EKSTRAK KULIT PISANG KEPOK (Musa acuminata) TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGI ULKUS GASTER TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) GALUR Sprague dawley YANG DIINDUKSI ASPIRIN

4 31 82

EFEK PROTEKTIF THYMOQUINONE TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGI GINJAL TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) GALUR Sprague dawley YANG DIINDUKSI RIFAMPISIN

1 12 70

EFEK PROTEKTIF THYMOQUINONE TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGI HEPAR TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) GALUR Sprague dawley YANG DIINDUKSI RIFAMPISIN

2 35 76

Ragam jenis ektoparasit pada hewan uji coba tikus putih (Rattus norvegicus) galur sprague dawley

2 11 47

Ragam jenis ektoparasit pada hewan uji coba tikus putih (Rattus norvegicus) galur sprague dawley

1 9 94