diminimimalkan, maka bank melakukan serangkaian analisa untuk meyakinkan apakah calon nasabah itu layak diberikan kredit.
Adapun prinsip yang diterapkan dalam pemberian kredit adalah prinsip 5C yaitu character, capacity, capital, collateral, dan condition of economic Kasmir,
2004: 235. Dari kelima prinsip tersebut akan dilihat mana yang memiliki pengaruh paling besar. Character berkaitan dengan watak calon debitur. Lembaga
keuangan mencari data tentang sifat-sifat pribadi, watak, dan kejujuran dari pimpinan perusahaan dalam memenuhi kewajiban finansialnya. Capacity atau
kapasitas usaha diukur dari lamanya usaha, dan kemampuan dalam menghasilkan laba. Selanjutnya adalah faktor capital yang menunjukkan posisi finansial debitur
secara keseluruhan. Bank atau lembaga keuangan harus mengetahui bagaimana perimbangan antara hutang dan jumlah modal sendiri calon debitur. Collateral
adalah jaminan condition of economics menunjukkan keadaan perekonomian calon debitur yang terukur melalui pemenuhan kebutuhan ekonominya.
Penelitian ini merujuk dari penelitian sebelumnya yang menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pemberian kredit mikro pada bank BTPN di
Sumatera Utara. Hasil penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa secara simultan variabel lama usaha, kapasitas usaha, karakter debitur, dan sektor
ekonomi yang dibiayai berpengaruh terhadap keputusan kredit. Secara parsial variabel kapasitas usaha berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap
keputusan kredit Vida dkk, 2011. Penelitian lain yang juga menganalisis tentang keputusan kredit perbankan dilakukan oleh Siregar dan Rudiantoro 2011 besaran
jaminan, jangka waktu kredit dan kualitas laporan keuangan menunjukkan hasil yang berbeda dimana variabel lama usaha dan kualitas laporan keuangan tidak
berpengaruh positif terhadap keputusan pemberian kredit. Sedangkan untuk variabel kapasitas usaha memiliki hasil yang sama yaitu berpengaruh positif. Oleh
karena itu, penelitian ini dimaksudkan untuk mengkonfirmasi kembali mengenai faktor apa saja yang dapat mempengaruhi keputusan kredit perbankan khususnya
kredit mikro dengan mengambil judul Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan Pemberian Kredit Usaha Mikro Kecil Menengah Studi kasus
pada Bank Negara Indonesia . Dalam penelitian ini, peneliti hanya akan melihat
variabel lama usaha, sistem pembukuan keuangan, jumlah jaminan, sektor ekonomi yang dibiayai dan karakteristik debitur sebagai faktor yang akan
mempengaruhi keputusan pemberian kredit mikro.
1.2 Perumusan Masalah
1. Apakah lama usaha berpengaruh terhadap keputusan pemberian kredit mikro
perbankan? 2.
Apakah sistem pembukuan yang digunakan berpengaruh terhadap keputusan pemberian kredit mikro perbankan?
3. Apakah jumlah jaminan berpengaruh terhadap keputusan pemberian kredit
mikro perbankan? 4.
Apakah sektor ekonomi yang dibiayai berpengaruh terhadap keputusan pemberian kredit mikro perbankan?
5. Apakah karakteristik debitur berpengaruh terhadap keputusan pemberian
kredit mikro perbankan?
1.3 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh lama usaha terhadap keputusan
pemberian kredit mikro perbankan. 2.
Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh sistem pembukuan yang digunakan terhadap keputusan pemberian kredit mikro perbankan.
3. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh jumlah jaminan terhadap
keputusan pemberian kredit mikro perbankan. 4.
Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh sektor ekonomi terhadap keputusan pemberian kredit mikro perbankan.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Sebagai bahan pertimbangan kepada pihak perbankan faktor-faktor mana
yang berpengaruh signifikan terhadap keputusan kredit. 2.
Sebagai bahan masukan kepada debitur dan calon debitur mengenai faktor apa saja yang berpengaruh signifikan terhadap keputusan kredit.
3. Bagi penelitian berikutnya agar dapat menjadi masukan.
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Landasan Teori 2.1.1. Pengertian UMKM
Sesuai dengan Undang- Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah UMKM :
a. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan danatau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur
dalam Undang-Undang ini. Usaha Mikro memiliki kriteria aset maksimal sebesar 50 juta dan omzet sebesar 300 juta.
b. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan
anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah
atau usaha besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini. Usaha Kecil memiliki kriteria aset sebesar 50 juta
sampai dengan 500 juta dan omzet sebesar 300 juta sampai dengan 2,5 miliar.
c. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan
anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha kecil
atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam undang-undang ini. Usaha menengah memiliki
kriteria aset sebesar 500 juta sampai dengan 10 miliar dan omzet sebesar 2,5 miliar sampai dengan 50 miliar.
Terdapat beberapa acuan definisi yang digunakan berbagai instansi di Indonesia, yaitu:
• UU No.9 tahun 1995 tentang mengatur kriteria usaha kecil berdasarkan nilai
aset tetap di luar tanah dan bangunan paling besar Rp 200 juta dengan omzet per tahun maksimal Rp 1 milyar. Sementara itu berdasarkan Inpres
No.10 tahun 1999 tentang usaha menengah, batasan aset tetap di luar tanah dan bangunan untuk usaha menengah adalah Rp 200 juta hingga Rp 10
milyar. •
Kementerian Koperasi dan UKM menggolongkan suatu usaha sebagai usaha kecil jika memiliki omset kurang dari Rp 1 milyar per tahun. Untuk usaha
menengah batasannya adalah usaha yang memiliki omset antara Rp 1 sampai dengan Rp 50 milyar per tahun.
• Departemen Perindustrian dan Perdagangan menetapkan bahwa industri kecil
dan menengah adalah industri yang memiliki nilai investasi sampai dengan Rp 5 milyar. Sementara itu usaha kecil di bidang perdagangan dan industri
juga dikategorikan sebagai usaha yang memiliki aset tetap kurang dari Rp