Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penyaluran Kredit Bank Umum Pada Usaha Kecil Menengah di Jawa Timur.

(1)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Jurusan Ekonomi Pembangunan

Diajukan Oleh : HADI HENDRA SETIAWAN

0511010116 / FE / IE

FAKULTAS EKONOMI

JURUSAN STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

JAWA TIMUR


(2)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Jurusan Ekonomi Pembangunan

Diajukan Oleh : HADI HENDRA SETIAWAN

0511010116 / FE / IE

FAKULTAS EKONOMI

JURUSAN STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

JAWA TIMUR


(3)

Syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT, dan sholawat serta salam kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW atas segala karunia, rahmad taufik, hidayah dan ridlo-Nya yang di berikan kepada penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan judul “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penyaluran

Kredit Bank Umum Pada Usaha Kecil Menengah di Jawa Timur”.

Penyusunan skripsi ini di maksudkan untuk memenuhi salah satu persyaratan guna untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi Jurusan Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan di Universitas Pembangunan Nasional “VETERAN” Jawa Timur.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis sepenuhnya menyadari masih terdapat banyak kekurangan, mengingat keterbatasan pengetahuan dan pengalaman yang masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, segala masukkan dan saran yang bersifat membangun, menyempurnakan bagi skripsi ini penulis akan menerima dengan terbuka.

Tiada kata-kata yang paling indah yang mampu penulis haturkan sebagai rasa terima kasih atas bantuan, bimbingan, doa, dorongan yang bersifat materiil maupun spiritual. Pada kesempatan ini, mulai dari awal hingga terselesainya skripsi ini penulis mengucapkan rasa hormat menyampaikan terima kasih yang sebenar-benarnya kepada : 1. Bapak Prof. DR. Ir. Teguh Soedarto, MP. selaku Rektor Universitas Pembangunan

Nasional”VETERAN” Jawa Timur.


(4)

Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “ VETERAN” Jawa Timur.

4. Bapak Drs. Ec. Wiwin Priana, MT. selaku Dosen Pembimbing Utama. Yang telah meluangkan banyak waktu dan memberikan bimbingan hingga terselesaikan skripsi ini.

5. Almamaterku tercinta Universitas Pembangunan Nasional “VETERAN’ Jawa Timur. 6. Seluruh Bapak / Ibu Tata Usaha, Staf karyawan serta Dosen Pengajar Fakultas

Ekonomi, yang telah memberikan pengetahuannya dan bantuan selama proses belajar mengajar di Universitas Pembangunan Nasional “VETERAN” Jawa Timur. Demi memperluas wawasan terhadap dunia ilmu pengetahuan pada umunya dan disiplin ilmu ekonomi pada khususnya.

7. Terima kasih buat Ayah dan Bunda tercinta yang telah memberikan doa dan dukungan baik moril maupin materiil dan segala cinta kasihnya sekaligus penelitian ini merupakan wujud dari bakti dan hadiah penulis dalam mengerjakan skripsi ini dengan baik.

8. Terima kasih buat Kakak ku Yustinus Hadi Setiyono dan saudara-saudara saya serta keluarga besar saya yang telah memberikan nasehat dan motifasi selama ini sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

9. Terima kasih buat Mas Riko Setya Wijaya, SE ( Dosen Lab Ekonomi) yang selalu siap sedia membantu dalam menyelesaikan skripsi ini dengan baik.


(5)

iii

Semoga Allah SWT memberikan balasan yang tidak terhingga kepada Semua pihak yang telah memberikan bantuannya sehingga terselesaikannya penulisan skripsi ini.

Akhir kata, dengan segala kerendahan hati, harapan penulis semoga skripsi ini berguna dan bermanfaat bagi diri penulis, pembaca dan semua pihak-pihak yang berkepentingan.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarokatuh


(6)

DAFTAR ISI

HALAMAN

KATAPENGANTAR ... i

DAFTAR ISI... iv

DAFTAR TABEL... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN... xi

ABSTRAKSI ... xii

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 5

1.3. Tujuan Penelitian ... 6

1.4. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu ... 7

2.2. Landasan Teori... 12

2.2.1. Tinjauan Umum Tentang Bank... 12

2.2.1.1. Pengertian Bank ... 12

2.2.1.2. Jenis - Jenis Bank ... 13

2.2.1.3. Pengertian Bank Umum ... 16

2.2.1.4. Usaha - Usaha Bank Umum... 16


(7)

2.2.1.5. Bank Umum Berdasarkan Kepemilikan... 17

2.2.1.6. Tugas dan Fungsi Bank... 20

2.2.2. Kredit ... 21

2.2.2.1. Pengertian Kredit ... 21

2.2.2.2 Tujuan Kredit ... 21

2.2.2.3. Fungsi Kredit... 23

2.2.2.4. Unsur- Unsur Kredit dan Macam- Macam Kredit ... 24

2.2.2.5. Kebijakan Perkreditan... 34

2.2.2.6. Penilaian Kredit... 34

2.2.2.7. Syarat Kredit ... 35

2.2.2.8. Kredit Usaha Kecil ( KUK ) ... 36

2.2.2.9. Teori Penawaran Kredit ... 37

2.2.2.9.1. Hukum Penawaran ... 39

2.2.2.10. Teori Permintaan Kredit... 40

2.2.2.10.1. Hukum Permintaan ... 42

2.2.3. Pengusaha Kecil ... 43

2.2.3.1. Pengertian Pengusaha Kecil... 43

2.2.3.2. Hubungan Antara Jumlah Pengusaha Kecil Dengan Penyaluran Kredit Usaha Kecil... 47

2.2.4. Inflasi... 48

2.2.4.1. Pengertian Inflasi ... 48

2.2.4.2. Macam- Macam Inflasi ... 48


(8)

2.2.4.3. Cara Mencegah Inflasi ... 49

2.2.4.4. Pengaruh Inflasi ... 51

2.2.5 Tingkat Suku Bunga Kredit... 52

2.2.5.1. Tingkat Suku Bunga Kredit. ... 52

2.2.5.2. Hubungan Antara Tingkat Suku Bunga Dengan Penyaluran Kredit Usaha Kecil... 53

2.2.6. Kurs Valuta Asing... 55

2.2.6.1. Pengertian Kurs Valuta Asing... 55

2.2.6.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Valuta Asing ... 56

2.2.6.3. Sistem Penetapan Kurs Valuta Asing ... 58

2.3. Kerangka Pikir ... 59

2.4. Hipotesis... 61

BAB III: METODELOGI PENELITIAN 3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel... 62

3.2. Teknik Penentuan Sampel... 64

3.3. Jenis dan Sumber Data ... 64

3.3.1. Jenis Data ... 64

3.3.2. Sumber Data... 65

3.4. Teknik Pengumpula Data... 65

3.5. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis ... 66

3.5.1. Teknik Analisis ... 66

3.5.2. Uji Hipotesis ... 68


(9)

3.6. Pendekatan Asumsi BLUE

(Best Linear Unbiased Estimator) ... 71

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Obyek Penelitian ... 77

4.1.1. Kondisi Geografis di Jawa Timur ... 77

4.1.2. Kondisi Perkembangan Investasi di Jawa Timur ... 78

4.2. Deskripsi Hasil Penelitian ... 80

4.2.1 Penyaluran Kredit Pada Sektor Usaha Kecil ... 80

4.2.2 Jumlah Pengusaha Kecil ... 82

4.2.3 Perkembangan Tingkat Inflasi ... 83

4.2.4 Tingkat Suku Bunga Kredit ... 84

4.2.5 Perkembangan Kurs Valuta Asing ... 86

4.3. Hasil Analisis Asumsi Regresi Klasik (blue / Best Linier Uniblased Estimator) ... 87

4.3.1. Analisis dan Penguji Hipotesis ... 91

4.3.2. Uji Hipotesis Secara Simultan ... 93

4.3.3. Uji Hipotesis Secara Parsial ... 95

4.4. Pembahasan ... 101


(10)

viii BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ... 104 5.2 Saran ... 107 DAFTAR PUSTAKA


(11)

Tabel 1. Penyaluran Kredit Pada Sektor Usaha Kecil di Jawa Timur Tahun

1993-2008 (dalam Miliar) ... 81

Tabel 2. Jumlah Pengusaha Kecil di Jawa Timur Tahun 1993-2008 (dalam Orang) ... 82

Tabel 3. Perkembangan Tingkat Inflasi Tahun 1993-2008 (dalam Persentase) ... 83

Tabel 4. Tingkat Suku Bunga Kredit Tahun 1993-2008 (dalam Persentase) .. 85

Tabel 5. Perkembangan Kurs Valuta Asing Tahun 1993-2008 (dalam Rupiah)... 86

Tabel 6. Tes Multikolinier... 89

Tabel 7. Tes Heterokedastisitas Dengan Korelasi Rank Spearman ... 90

Tabel 8. Analisis Varian (ANOVA) ... 93

Tabel 9. Hasil Analisis Jumlah Pengusaha Kecil (X1), Tingkat Inflasi (X2), Tingkat Suku Bunga Kredit (X3), dan Kurs Valuta Asing Terhadap Jumlah Kredit yang Disalurkan ... 95


(12)

Gambar 1 : Penawaran Kredit Dalam Kurva LM... 38

Gambar 2 : Kurva Penawaran... 39

Gambar 3 : Permintaan Kredit Dalam Kurva IS ... 41

Gambar 4 : Kurva Permintaan... 42

Gambar 5 : Kerangka Konseptual Paradigma Penelitian ... 61

Gambar 6 : Kurva Distribusi Penolakan atau Penerimaan Hipotesis Secara Simultan ... 69

Gambar 7 : Kurva Distribusi Penolakan atau Penerimaan Hipotesis Secara Parsial... 71

Gambar 8 : Kurva Durbin Watson... 73

Gambar 9 : Kurva Statistik Durbin Watson ... 88

Gambar 10 : Distribusi Kriteria Penerimaan atau Penolakan Hipotesis Secara Simultan atau Keseluruhan ... 94

Gambar 11 : Kurva Distribusi Hasil Analisis Secara Parsial Faktor Jumlah Pengusaha Kecil (X1) Terhadap Perkembangan Jumlah Kredit yang Disalurkan (Y) ... 96

Gambar 12 : Kurva Distribusi Hasil Analisis Secara Parsial Faktor Tingkat Inflasi (X2) Terhadap Perkembangan Jumlah Kredit yang Disalurkan (Y) ... 97

Gambar 13 : Kurva Distribusi Hasil Analisis Secara Parsial Faktor Tingkat Suku Bunga Kredit (X3) Terhadap Perkembangan Jumlah Kredit yang Disalurkan (Y) ... 99

Gambar 14 : Kurva Distribusi Hasil Analisis Secara Parsial Faktor Kurs Valuta Asing (X4) Terhadap Perkembangan Jumlah Kredit yang Disalurkan (Y) ... 100


(13)

Hadi Hendra Setiawan

Abstraksi

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Jumlah Pengusaha Kecil (X1), Tingkat Inflasi (X2), Tingkat Suku Bunga Kredit (X3), Kurs Valuta Asing (X4),

Dan Perkembangan Jumlah Kredit Yang Disalurkan (Y) sebagai variabel terikatnya. Data dalam penelitian ini menggunakan data sekunder yaitu data time series pada tahun 1993 sampai dengan 2008, data tersebut kemudian dianalisis dengan menggunakan teknik analisis regresi linier berganda.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwasanya adalah Jumlah Pengusaha Kecil (X1), Tingkat Inflasi (X2), Tingkat Suku Bunga Kredit (X3), Kurs Valuta Asing

(X4) secara bersama-sama berpengaruh terhadap Perkembangan Jumlah Kredit yang

Disalurkan (Y). Ditunjukkan dengan Fhitung = 23,791> Ftabel = 3,36 yang berarti

bahwa secara keseluruhan faktor-faktor variabel bebas berpengaruh secara simultan dan nyata terhadap jumlah kredit yang disalurkan.

Sedangkan berdasarkan hasil pengujian secara parsil, variabel Jumlah Pengusaha Kecil (X1) dan Tingkat Suku Bunga Kredit (X3) berpengaruh secara nyata

positif dan nyata negatif terhadap perkembangan Jumla Kredit yang Disalurkan (Y), hal ini dapat ditunjukan pada uji t, dimana nilai thitung > ttabel. Sedangkan hasil

pengujian parsial, variabel Tingkat Inflasi (X2) dan Kurs Valuta Asing (X4) tidak

berpengaruh secara nyata positif dan nyata negatif terhadap perkembangan Jumla Kredit yang Disalurkan (Y), hal ini dapat ditunjukan pada uji t dimana nilai thitung <

ttabel.

Kata kunci : Jumlah Kredit Yang Disalurkan, Jumlah Pengusaha Kecil, Tingkat Inflasi, Tingkat Suku Bunga Kredit, Kurs Valuta Asing.


(14)

1 1.1. Latar Belakang

Di Negara berkembang pada umumnya memiliki masalah pembangunan yang merupakan kegiatan yang harus dilaksanakan secara terus menerus dalam rangka mencapai tujuan dan cita-cita bangsa dan negara. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan pada saat ini untuk mencapai sasaran dimasa depan dalam berbagai bidang dan bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat adil, makmur, dan merata. Pembangunan ekonomi dapat juga diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan oleh suatu negara yang bersangkutan.

Salah satu sarana yang mempunyai peran penting dalam menyerasikan serta menyeimbangkan pemerataan pembangunan, stabilitas yang sehat dan dinamis dan pertumbuhan ekonomi adalah ”Sektor Perbankan”. Lembaga perbankan telah diarahkan untuk secepatnya dapat memperluas jangkauan pelayanannya keseluruh pelosok tanah air.

Menurut laporan tahunan Bank Indonesia dijelaskan, bahwa sejalan dengan perkembangan perekonomian dunia, perkembangan nasional sejak tahun 1967 mengalami pasang surut. Perkembangan perbankan yang terlampau cepat pada tahun 1989 dan tahun 1990 yang diikuti dengan tajamnya persaingan, yang


(15)

menyebabkan banyak bank yang kurang memperhatikan prinsip kehati-hatian, khususnya dalam pemberian kredit.

Tingginya tingkat suku bunga kredit menyebabkan banyak terjadinya kredit macet. Untuk itu maka suku bunga diupayakan agar serendah mungkin, sehingga dapat mendorong kegiatan investasi, dan tidak mengakibatkan pengalihan modal keluar negeri (Sukirno, 1995:112).

Memperhatikan betapa pentingnya peran perbankan sebagai lembaga keuangan, maka perbankan dituntut mempunyai peran ganda sebagai penunjang keefektifan pelaksanaan kebijaksanaan moneter dan sebagai lembaga yang bertugas menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya dalam bentuk kredit. Pemberian kredit dalam perekonomian berpengaruh terhadap pembangunan, hal ini ditandai dengan bertambah luasnya pelayanan dan intensitas penggunaan-penggunaan kredit sebagai sarana dan prasarana untuk menambah permodalan dalam bentuk perluasan usaha, dalam hal ini berupa kredit usaha kecil guna mendorong investasi dan produksi dalam negara, kredit usaha kecil senantiasa ditingkatkan dan persyaratannya disempurnakan agar pemanfaatannya dapat lebih optimal.

Kredit adalah penyerahan barang, jasa, atau uang dari satu pihak (kreditor/atau pemberi pinjaman) atas dasar kepercayaan kepada pihak lain (nasabah atau pengutang/borrower) dengan janji membayar dari penerima kredit (debitur) kepada pemberi kredit (kreditur) pada tanggal yang telah disepakati kedua belah pihak.


(16)

Perkembangan penyaluran kredit dari tahun ketahun selalu mengalami kenaikan dan penurunan adalah salah satu permasalahan yang dihadapi oleh perekonomian indonesia. Melihat perkembangan kredit investasi tersebut yang mengalami ketidakstabilan (naik turun), maka pemerintah perlu membuat kebijakan-kebijakan, salah satu kebijaksanaan moneter adalah dalam bidang perkreditan.

Melihat hal tersebut diatas maka banyak kebijakan pemerintah, sistem perbankan diarahkan untuk membantu para pengusaha kecil tersebut dalam menunjang permodalan pengusaha kecil. Beraneka ragam jenis kredit yang ditawarkan kepada masyarakat semata-mata untuk membantu memecahkan permasalahan mereka di bidang keuangan. Salah satu jenis kredit yang ditawarkan pihak perbankan adalah Kredit Usaha Kecil (KUK). Kredit usaha kecil ini khususnya diberikan kepada Usaha Kecil Menengah (UKM) yang akan memulai usahanya, dengan segala kekurangan yang dimiliki oleh pengusaha khususnya dibidang permodalan, maka Kredit Usaha Kecil ini diharapkan dapat membantu para pengusaha untuk memulai usahanya, dengan syarat para debitur atau nasabah dapat mengembalikan dana yang dipinjam dari suatu lembaga keuangan dalam hal ini adalah Bank Umum.

Di dalam hal ini pengelolaan kegiatan perbankan untuk pemberian kredit harus senantiasa beradasarkan kepada prinsip kehati-hatian, mengingat dana yang dikelola bank adalah milik masyarakat. Pengelolaan yang baik diharapkan akan dapat menjaga kepercayaan masyarakat terhadap dunia perbankan


(17)

khususnya dalam pemberian kredit. Disamping langkah tersebut juga akan mengendalikan resiko kredit macet. Sarana yang mempunyai peran strategis dalam pelaksanaan kredit adalah bank, dimana bank (menurut undang-undang No.7 Tahun 1992) memiliki pengertian sebagai badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan, dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Disini dapat dilihat bahwa fungsi bank pada umumnya adalah menerima berbagai bentuk simpanan dari masyarakat untuk kemudian disalurkan dalam bentuk kredit, baik bersumber dari dana yang diterima dari masyarakat maupun berdasarkan atas kemampuannya untuk menciptakan daya beli baru serta memberikan jasa-jasa lalu lintas pembayaran dan peredaran uang (Drs.Martono,SU). Oleh karena itu peranan perbankan diharapkan dapat lebih ditingkatakan untuk memperluas dan memeperbesar pemberian kredit kepada para pengusaha, guna menumbuhkan dan meningkatkan usaha serta peranannya dibidang ekonomi yaitu didalam perubahan pertumbuhan perekonomian nasional.

Meningkatkan peranan pengusaha kecil tidak saja sangat penting dilihat dari aspek pengusaha yang bersangkutan. Akan tetapi juga sangat penting dilihat dari aspek sosial ekonomi karena pada umumnya pengusaha kecil bersifat padat karya, maksudnya ialah dapat banyak menyerap tenaga kerja. Apabila penyaluran kredit kepada pengusaha kecil semakin besar jumlahnya maka akan menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang semakin besar pula, akan tetapi penyaluran kredit tergantung dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya


(18)

seperti jumlah pengusaha kecil, tingkat inflasi, tingkat suku bunga kredit, dan kurs valuta asing. Semuanya diusahakan dalam suatu keserasian, keselarasan, dan keseimbangan sesuai dengan prioritas yang telah ditetapkan.

Dengan ini upaya pengembangan sektor-sektor perbankan yang sehat dan pengaturan perbankan yang sehat serta pemerintah terus mendorong terciptanya suatu iklim yang dapat memungkinkan dunia perbankan Indonesia dapat tumbuh dengan bebas, berdasarkan mekanisme pasar, sehingga dapat menjalankan fungsi sebagai sumber pembiayaan pembangunan, kiranya kredit sebagai langkah awal dalam proses pembangunan ekonomi akan dapat terwujud dan meningkat. Untuk itu diadakan penelitian guna mencari informasi tentang ”Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penyaluran Kredit Bank Umum Pada Usaha Kecil Menengah (UKM) di Jawa Timur”.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Apakah jumlah pengusaha kecil, tingkat inflasi, tingkat suku bunga kredit, dan kurs valas berpengaruh terhadap penyaluran kredit Bank Umum pada Usaha Kecil Menengah di Jawa Timur?

2. Dari keempat faktor diatas, faktor apakah yang mempunyai pengaruh paling dominan terhadap penyaluran kredit Bank Umum pada Usaha Kecil Menengah di Jawa Timur?


(19)

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah maka tujuan penelitian adalah : 1. Untuk mengetahui apakah jumlah pengusaha kecil, tingkat inflasi, tingkat

suku bunga kredit, dan kurs valas berpengaruh terhadap Penyaluran Kredit Bank Umum pada Usaha Kecil Menengah di Jawa Timur.

2. Untuk mengetahui faktor-faktor manakah yang paling dominan terhadap Penyaluran Kredit Bank Umum pada Usaha Kecil Menengah di Jawa Timur.

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak antara lain : 1. Sebagai media latihan bagi penulis untuk menerapkan ilmu dan teori yang

diperoleh selama masa perkuliahan.

2. Sebagai penambahan informasi dan referensi untuk melengkapi perbendaharaan perpustakaan di Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa Timur.

3. Sebagai hasil penelitian yang juga diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang memerlukan serta dapat digunakan untuk penelitian serupa pada lingkup yang lebih luas lagi.


(20)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh pihak lain yang dapat di pakai sebagai bahan masukan serta pengkajian dalam penelitian ini dilakukan oleh:

1. Ivana Amalia (2006 : x) “Perkembangan Jumlah Kredit Yang di Salurkan Pada Pengusaha Kecil dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya pada bank umum di Jawa Timur”. Variabel yang digunakan adalah Jumlah Dana Bank (X1) Tingkat Suku Bunga Kredit (X2), pengusaha kecil (X3), jumlah kantor Bank (X4), dan Penyaluran Kredit Usaha Kecil (Y). Hasil penguji menunjukkan bahwa secara simultan keempat variabel terhadap penyaluran kredit usaha kecil, hal ini diketahui uji F yaitu F hitung = 45,774 > F tabel = 4,48 sedangkan secara parsial keempat variabel bebas tersebut berpengaruh secara nyata dan positif terhadap penyaluran kredit. Hal ini diketahui dari uji t yaitu t hitung (3,254) >t tabel 2,228 Untuk Variabel X1 yaitu jumlah dana bank.

2. Bagus Wardhany (2007 : x) “Faktor yang mempengaruhi penyaluran kredit bank umum di Jawa Timur.” Variabel yang digunakan adalah inflasi (X1), tingkat suku bunga (X2), gross domestic regional bruto (X3),


(21)

jumlah kantor bank (X4) dan penyaluran kredit (Y). Teknik analisis yang digunakan adalah regresi liner berganda. Dari hasil penelitian didapat kesimpulan bahwa dengan pengujian secara simultan diketahui F hitung = 7,971 F tabel = 5,19 berarti variabel inflasi, tingkat suku bunga, gross domestic regional produk dan jumlah kantor bank umum tersebut secara bersama-sama berpengaruh secara simultan terhadap variabel terikat penyaluran kredit. Sedangkan jika menggunakan uji t parsial dapat diketahui gross domestik regional (X3) tidak berpengaruh secara nyata terdapat penyaluran kredit dengan t hitung = 3,005 > t tabel = 2,571 yang berarti bahwa variabel inflasi, tingkat suku bunga, GDP dan jumlah kantor bank umum memiliki pengaruh parsial atau secara sendiri-sendiri terhadap penyaluran kredit bank umum Jatim tidak berubah kebenarannya.

3. Purwaningrum (2000:x) Penelitian yang berjudul “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penyaluran Kredit Usaha Kecil di Kabupaten Bojonegoro”. Variabel terikat (Y) yang digunakan adalah jumlah KUK yang disalurkan . Sedangkan variabel bebas (X) yang digunakan meliputi : tingkat suku bunga kredit (X1), tingkat inflasi (X2),jumlah dana yang dihimpun (X3), dan jumlah penggusaha kecil (X4), Hasil penelitian diketahui bahwa variabel bebas yaitu tingkat suku bunga kredit, tingkat inflasi, jumlah dana bank dan jumlah pengusaha kecil berpengaruh nyata secara simultan dengan variabel terikat.Hal ini diketahui dari uji F yaitu Fhitung (95,973) > F tabel. Sedangkan dalam pengujian parsial diketahui


(22)

bahwa tingkat suku bunga, jumlah dana bank, dan jumlah pengusaha kecil berpengaruh nyata terhadap penyaluran kedit, hal ini diketahui dari t hitung (3,932) >t tabel (2,447) untuk variabel jumlah pengusaha kecil. Sedangkan tingkat inflasi tidak berpengaruh secara nyata terhadap penyaluran kredit. Hal ini diketahui dari t hitung (-2,545) < t tabel (2,447) untuk variabel tingkat inflasi.

4. Kurniasih (2000:x) Penelitian yang berjudul “Beberapa Faktor Yang Mempengaruhi Peyaluran Proyek Kredit Mikro Melalui Bank Pengkreditan Rakyat Bagi pengusaha Kecil di Jawa Timur”.Variabel Terikat (Y) yang digunakan adalah meliputi : tingkat suku bunga Kredit (X1), jumlah tabungan (X2), dan jumlah pengusaha kecil (X3). Hasil pengujian menunjukkan bahwa secara simultan ketiga variabel terhadap penyaluran kredit, hal ini diketahui uji F yaitu F hitung (612,225) >F tabel (4,07). Sedangkan secara parsial ketiga variabel bebas tersebut berpengaruh secara nyata dan positif terhadap penyaluran kredit. Hal ini diketahui dari uji t yaitu t hitung (4,119) > t tabel (2,306) untuk variabel X1 yaitu tingkat suku bunga kredit.

Penelitian ini juga mempergunakan literature-literature seperti jurnal penelitian yang berisikan fakta yang berhubungan dengan penelitian sebagai berikut :


(23)

1. Kusnarto dan Hendratri, (2001:39) Jurnal Penelitian Ilmu Ekonomi, Berjudul “Beberapa Faktor Yang Mempengaruhi Kredit Di Jawa Timur.

a) Variabel Dependen (Y) adalah kredit investasi, sedangkan Variabel bebas (X) terdiri dari dana Bank Umum (X1), Suku Bunga Kredit (X2), dan Jumlah Investor (X3). Secara simultan diperoleh hasil F hit = 100,190 dan F tabel = 14,76 maka F hit > F tabel sehingga seluruh Variabel bebas berpengaruh terhadap penyaluran kredit investasi.

b) Sedangkan hasil pengujian secara parsial diketahui untuk dana bank umum t hit sebesar 4,4547 dan t tabel sebesar 2,4469 maka t hit > t tabel, sehingga Variabel Dana Bank Umum (X1) berpengaruh positif terhadap penyaluran Kredit Investasi. Untuk Suku Bunga Kredit nilai t hit = 2,4228 dan t tabel = -2,4469 maka t hit < t tabel sehingga Variabel Suku Bunga Kredit (X2) tidak berpengaruh terhadap penyaluran kredit investasi. Dan untuk jumlah investor nilai t hit = 3,5505 dan t tabel = 2,4669 maka t hitung > t tabel sehingga Variabel Jumlah Investor (X3) ada pengaruh secara parsial jumlah investor terhadap penyaluran kredit investasi.


(24)

2. Muchtolifah (2001:6) jurnal Berjudul “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Alokasi Kredit Pada Bank Umum Dalam Wilayah Kerja Di Bank Indonesia.

a) Variabel Terikat (Y) adalah alokasi kredit, sedangkan Variabel independen terdiri dari Suku Bunga Kredit (X1). Dana Masyarakat (X2). Dan Kredit Likuiditas Bank Indonesia (X3). Dalam pengujian secara simultan menunjukkan bahwa nilai F hit = 112,006 dan F tabel = 3,29 maka F hit >F tabel sehingga dalam hubungan secara keseluruhan faktor-faktor suku bunga kredit dana masyarakat dan KLBI berpengaruh secara singnifikan terhadap jumlah alokasi kredit. b) Sedangkan Pengujian secara parsial dengan menggunakan uji t untuk

Suku Bunga Kredit (X1) t hit = -2,4747 t tabel =2,447 maka Ho ditolak pada tingkat kepercayaan 0,05 dengan df 6, sehingga secara individu tingkat suku bunga kredit berpengaruh terhadap jumlah alokasi kredit, hal ini menunjukkan bahwa jika suku bunga kredit meningkat alokasi kredit akan turun. Untuk Dana Masyarakat diperoleh t hit = 4,548 dan t tabel 2,447 maka t hitung > t tabel sehingga Dana Masyrakat berpengaruh terhadap alokasi kredit.

Penelitian yang dilakukan peneliti pada kesempatan kali ini berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya. Perbedaannya terletak pada variabel yang digunakan adalah loan to deposit ratio(LDR) (X1), tingkat suku bunga (X2), jumlah pengusaha kecil (X3) dan jumlah kantor


(25)

bank (X4). Sedangkan variabel Y adalah penyaluran kredit usaha kecil dan dilakukan pada tahun dan di daerah yang berbeda.

2.2. Landasan Teori

2.2.1. Tinjaun Umum Tentang Bank 2.2.1.1. Pengertian Bank

Definisi bank itu bermacam-macam, namun pada dasarnya satu sama dengan lainnya. Kalaupun berbeda hanya nampak pada tugas atau usaha bank. Terdapat beberapa pengertian tentang bank, seperti dinyatakan oleh beberapa penulis sebagai berikut :

a. Menurut UU pokok perbankan No.7 tahun 1992, menyatakan bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

b. Menurut R.G. Hawtrey (Sayatno, 1993), menyatakan bank adalah pemberian kredit tanpa mempermasalahkan apakah kredit itu berasal dari deposito atau tabungan yang diterima atau berasal penciptaan kredit yang dilakukan oleh bank itu sendiri.

c. Menurut Prof. G. M. Verry Stuart (Simorangkir, 2000:10), dalam bukunya menyatakan bahwa bank adalah badan yang bertujuan untuk memuaskan kebutuhan kredit, baik dengan alat- alat penukaran baru dengan uang giral.


(26)

d. Menurut Somary (Suradjiman, dkk, 1997:82), menyatakan bank adalah badan yang aktif memberikan kredit kepada nasabah baik kredit jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang.

Berdasarkan beberapa definisi yang dikemukakan diatas maka yang dimaksud dengan bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan penyalurannya kembali kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup orang banyak.

2.2.1.2. Jenis-Jenis Bank

1. Dilihat dari segi fungsinya :

Menurut UU Pokok Perbankan Nomor 14 Tahun 1967 jenis perbankan menurut fungsinya terdiri dari :

a. Bank Umum

b. Bank Pembangunan c. Bank Tabungan d. Bank Pasar e. Bank Desa f. Lumbung Desa g. Bank Pegawai h. Dan bank lainnya.


(27)

Namun setelah keluar UU Pokok Perbankan Nomor 7 Tahun 1992 ditegaskan lagi dengan keluarnya UU RI No.10 Tahun 1998. Maka jenis perbankan terdiri dari :

a. Bank Umum.

Bank Umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. b. Bank Perkreditan Rakyat (BPR).

Bank Perkreditan Rakyat (BPR) adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.

2. Dilihat dari segi kepemilikannya : a. Bank Pemerintah.

Dimana baik akte pendirian maupun modalnya dimiliki oleh pemerintah sehingga seluruh keuntungan bank ini dimiliki oleh pemerintah.

b. Bank Milik Swasta Nasional.

Bank jenis ini seluruh atau sebagian besarnya dimilikii oleh swasta nasional serta akte pendiriannyapun didirikan oleh swasta, begitu pula pembagian keuntungannya untuk swasta pula.


(28)

c. Bank Milik Koperasi.

Kepemilikan saham-saham bank ini dimiliki oleh perusahaan yang berbadan hukum koperasi.

d. Bank Milik Asing.

Bank jenis ini merupakan cabang dari bank yang ada di luar negeri, baik milik swasta asing ataupun pemerintah asing.

e. Bank Milik Campuran.

Kepemilikan saham bank campuran dimiliki oleh pihak asing dan pihak swasta nasional. Kepemilikan sahamnya secara mayoritas di pegang oleh warga negara indonesia.

3. Dilihat dari segi statusnya : a. Bank Devisa.

Bank Devisa merupakan bank yang dapat melaksanakan transaksi ke luar negeri atau yang berhubungan dengan mata uang asli secara keseluruhan.

b. Bank Non Devisa.

Bank Non Devisa merupakan bank yang belum mempunyai izin untuk melaksanakan transaksi seperti halnya bank devisa. (Kasmir, 2003:32).


(29)

2.2.1.3. Pengertian Bank Umum

a. Menurut Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 Pengertian Bank Umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Sifat jasa yang diberikan adalah umum, dalam arti dapat memberikan seluruh jasa perbankan yang ada. (Kasmir, 2003:61)

b. Bank Umum adalah lembaga keuangan yang menerima deposito atau simpanan dari masyarakat (depositor) yang dibayarkan atas permintaan dan memberikan kredit serta jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran dan peredaran uang. (Iswardono, 1991:61)

2.2.1.4. Usaha-Usaha Bank Umum.

Usaha-usaha Bank Umum meliputi :

1. Menghimpun dana dalam masyarakat dalam bentuk simpanan yang berupa giro,deposito berjangka, sertifikat deposito, tabungan dan atau bentuk lainnya.

2. Memberikan Kredit.

3. Menertibkan surat pengakuan hutang.

4. Memindahkan uang baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk kepentingan nasabah.


(30)

6. Membeli melalui pelelangan agunan baik semua maupun sebagian dalam hal debitur tidak memenuhi kewajibannya kepada Bank, dengan ketentuan agunan yang dibeli tersebut wajib dicairkan secepatnya. 7. Melakukan kegiatan anjak piutang, usaha kartu kredit dan usaha wali

amanat.

8. Menyediakan pembiayaan bagi nasabah berdasarkan prinsip bagi hasil sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan dalam peraturan pemerintah. 9. Melakukan kegiatan lain yang lazim dilakukan oleh bank, sepanjang

tidak bertentangan Undang-Undang dan Peraturan Perundang-undangan. (harijanto, 1999:25-26)

2.2.1.5.Bank Umum Berdasarkan Kepemilikan

Bank Umum di Indonesia pada umumnya dapat dibedakan menjadi : 1. Bank Umum Milik Negara (BUMN).

Bank ini biasa disebut bank milik pemerintah karena seluruh sahamnya dimiliki oleh pemerintah. Dalam operasionalnya bank-bank pemerintah tersebut beroperasi seperti layaknya bank-bank umum swasta dan tidak ada perlakuan khusus dari pemerintah. Pemberlakuan khusus pada bank pemerintah hanya terletak pada pengangkatan pengurus, dewan direksi serta dewan pengawas yang kesemuanya diatur oleh peraturan pemerintah.


(31)

Contoh bank-bank umum milik pemerintah dewasa ini antara lain : - Bank Negara Indonesia 1946 (BNI)

- Bank Rakyat Indonesia (BRI) - Bank Tabungan Negara (BTN) - Bank Mandiri

2. Bank Pemerintah Daerah.

Bank ini biasa disebut sebagai Bank Pembangunan Daerah (BPD), bank-bank tersebut didirikan dengan undang-undang tersendiri yaitu undang-undang No.13 tahun 1968. Dengan diundangkannya UU No.7 tahun 1992, maka bank-bank pembangunan daerah tersebut harus merubah status hukumnya menjadi perusahaan daerah yang ditetapkan berdasarkan peraturan daerah masing-masing.

Contoh BPD yang ada dewasa ini antara lain : - BPD DKI Jakarta

- BPD Jawa Barat - BPD Jawa Tengah - BPD Jawa Timur 3. Bank Swasta Nasional.

Bank swasta nasional dalam kegiatan operasionalnya terbagi menjadi dua yaitu Bank Umum Devisa dan Bank Umum Bukan Devisa. Bentuk hukum Bank Umum Swasta Nasional yang telah beroperasi pada saat ini adalah Perseroan Terbatas (PT).


(32)

Contoh Bank Swasta Nasional antara lain : - Bank Central Asing (BCA) - Bank Niaga

- Bank Lippo - Bank Mega 4. Bank Asing.

Sesuai dengan PP No. 3 tahun 1968 pemerintah mengijinkan 10 bank asing membuka cabangnya di Indonesia. Paket kebijakan 27 Oktober 1988 memberi kelonggaran kepada kantor cabang pembantu di 8 kota yaitu : Jakarta, Surabaya, Semarang, Bandung, Denpasar, Ujung Pandang, dan Batam.

Contoh bank-bank asing yang selama ini diijinkan beroperasi di Indonesia antara lain sebagai berikut :

- City Bank

- ABN AMRO Bank - Standart Chartered Bank - Bank of Tokyo

5. Bank Campuran.

Bank Campuran adalah bank umum yang didirikan bersama oleh suatu bank atau lebih bank umum yang berkedudukan di Indonesia dan atau badan hukum Indonesia yang dimiliki sepenuhnya oleh warga negara


(33)

Indonesia dengan satu atau lebih bank yang berkedudukan di luar negeri.

Contoh Bank Campuran : - Bank Finconesia - Bank Merincorp - Inter Pacific Bank

- Mitsubishi Buana Bank (Harijanto, 1999 : 22-24)

2.2.1.6.Tugas dan Fungsi Bank

Pada dasarnya bank mempunyai tugas-tugas berikut : a. Menarik uang dari masyarakat.

b. Memberikan kredit (pinjaman) kepada orang atau badan usaha yang membutuhkan.

c. Memberikan jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran dan peredaran uang.

(Harijanto, 1997 : 14)

Tugas-tugas tersebut merupakan aktifitas perbankan yang erat hubungannya dengan dunia perdagangan dan keuangan. Antara tugas dan fungsi pokok perbankan tidak dapat dipisahkan satu sama lain.

Fungsi pokok perbankan adalah sebagai alat penarikan dana yang ada di masyarakat baik uang kartal atau tunai maupun uang giral, sebagai


(34)

penyalur dana masyarakat yang menyediakan jasa perdagangan internasional.

2.2.2. Kredit

2.2.2.1. Pengertian Kredit

Dalam bahasa latin kredit disebut “credere” yang artinya percaya. Maksudnya si pemberi kredit percaya kepada si penerima kredit, bahwa kredit yang disalurkannya pasti akan dikembalikan sesuai dengan perjanjian. Sedangkan bagi si penerima kredit berarti menerima kepercayaan, sehingga mempunyai kewajiban untuk membayar kembali pinjaman tersebut sesuai dengan jangka waktunya. (Kasmir, 2003:101)

Pengertian kredit menurut Undang-Undang Perbankan No.10 tahun 1998 adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara pihak bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. (Kasmir, 2003:102)

2.2.2.2. Tujuan Kredit

Pemberian suatu fasilitas kredit mempunyai beberapa tujuan yang hendak dicapai yang tentunya tergantung dari bank itu sendiri. Tujuan


(35)

pemberian kredit juga tidak akan terlepas dari misi masing-masing bank tersebut didirikan.

Dalam praktiknya tujuan pemberian suatu kredit adalah sebagai berikut :

1. Mencari Keuntungan.

Tujuan utama pemberian kredit adalah untuk memperoleh keuntungan. Hasil keuntungan ini diperoleh dalam bentuk bunga yang diterima oleh bank sebagai balas jasa dan biaya administrasi kredit yang dibebankan kepada nasabah. Keuntungan ini sangat penting untuk kelangsungan hidup bank, disamping itu keuntungan juga dapat membesarkan usaha bank. 2. Membantu Usaha Nasabah.

Tujuan selanjutnya adalah untuk membantu usaha nasabah yang memerlukan dana, baik dana untuk investasi maupun dana untuk modal kerja. Dengan dana tersebut, maka pihak debitur akan dapat mengembangkan dan memperluas usahanya. Dalam hal ini baik bank ataupun nasabah sama-sama diuntungkan.

3. Membantu Pemerintah.

Tujuan lainnya adalah membantu pemerintah dalam berbagai bidang, antara lain sebagai berikut :


(36)

a. Penerimaan pajak dari keuntungan yang diperoleh nasabah dari bank.

b. Membuka kesempatan kerja, dalam hal ini untuk kredit usaha pembangunan baru atau perluasan usaha yang akan membutuhkan tenaga kerja baru, sehingga dapat menyedot tenaga kerja yang masih menganggur.

c. Meningkatkan jumlah barang dan jasa, jelas sekali bahwa sebagian besar kredit yang disalurkan akan dapat meningkatkan jumlah produksi barang dan jasa yang beredar di masyarakat, sehingga akhirnya masyarakat akan memiliki banyak pilihan.

d. Menghemat devisa negara, terutama untuk produk-produk yang sebelumnya di impor dan apabila sudah dapat diproduksi sendiri didalam negeri dengan fasilitas kredit yang ada jelas akan dapat menghemat devisa negara.

e. Meningkatkan devisa negara, apabila produk dari kredit yang dibiayai untuk keperluan expor. (Kasmir, 2003:105-106)

2.2.2.3. Fungsi Kredit

Fungsi kredit perbankan didalam kehidupan perekonomian, perdagangan dan keuangan dalam garis besarnya adalah sebagai berikut :

a. Kredit dapat meningkatkan daya guna dari modal atau uang. b. Kredit dapat meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang.


(37)

c. Kredit dapat pula meningkatkan daya guna peredaran uang. d. Kredit sebagai salah satu alat stabilitas ekonomi.

e. Kredit dapat meningkatkan pemerataan pembangunan.

f. Kredit sebagai alat untuk meningkatkan hubungan internasional. (Harijanto, 1996:3)

2.2.2.4. Unsur-Unsur Kredit dan Macam-Macam Kredit

Adapun unsur-unsur yang terkandung didalam pemberian suatu fasilitas kredit adalah sebagai berikut :

1. Kepercayaan.

Kepercayaan merupakan suatu unsur keyakinan bagi si pemberi kredit bahwa kredit yang diberikan benar-benar diterima kembali di masa yang akan datang sesuai dengan jangka waktu kredit. Kepercayaan diberikan oleh bank sebagai dasar utama yang melandasi mengapa suatu kredit berani dikucurkan. Oleh karena itu sebelum kredit dikucurkan maka harus dilakukan penelitian dan penyelidikan lebih dahulu secara mendalam tentang kondisi nasabah, baik secara intern maupun ekstern. Penelitian dan penyelidikan tentang kondisi pemohon kredit sekarang dan masa lalu, untuk menilai kesungguhan dan etika baik nasabah terhadap bank.


(38)

2. Kesepakatan.

Disamping unsur percaya didalam kredit juga mengandung unsur kesepakatan antara si pemberi kredit dengan si penerima kredit. Kesepakatan ini dituangkan dalam suatu perjanjian dimana masing-masing pihak menandatangani hak dan kewajibannya masing-masing-masing-masing. Kesepakatan ini kemudian dituangkan dalam akad kredit dan ditandatangani oleh kedua pihak sebelum kredit tersebut dikucurkan. 3. Jangka Waktu.

Setiap kredit yang diberikan memiliki jangka waktu tertentu, jangka waktu ini mencakup masa pengembalian kredit yang telah disepakati. Jangka waktu tersebut bisa berbentuk jangka pendek (di bawah 1 tahun), jangka menengah (1-3 tahun), atau jangka panjang (di atas 3 tahun). Jangka waktu merupakan batas waktu pengembalian angsuran kredit yang sudah disepakati kedua belah pihak. Untuk kondisi tertentu jangka waktu ini dapat di perpanjang sesuai kebutuhan.

4. Resiko.

Akibat adanya tenggang waktu, maka pengembalian kredit akan memungkinkan munculnya suatu resiko tidak tertagihnya atau macet pemberian suatu kredit. Semakin panjang suatu jangka waktu kredit maka semakin besar resikonya, demikian pula sebaliknya. Resiko ini menjadi tanggungan bank, baik resiko yang disengaja maupun oleh resiko yang tidak disengaja. Misalnya karena bencana alam atau


(39)

bangkrutnya usaha nasabah tanpa ada unsur kesengajaan lainnya sehingga nasabah tidak mampu lagi melunasi kredit yang diperolehnya. 5. Balas Jasa.

Bagi bank balas jasa adalah merupakan keuntungan atau pendapatan atas pemberian suatu kredit. Dalam bank jenis konvensional balas jasa kita kenal dengan nama bunga. Disamping balas jasa dalam bentuk bunga, bank juga membebankan kepada nasabah biaya administrasi kredit yang juga merupakan keuntungan bank. Bagi bank yang berdasarkan prinsip syariah balas jasanya ditentukan dengan bagi hasil.

(Kasmir, 2003:103-104)

Macam-macam kredit menurut Suhardjono, 2003 : dapat dibedakan antara lain menjadi : pengelompokan kredit menurut penarikannya, pengelompokan kredit berdasarkan ciri dan tujuan penggunaan, pengelompokan kredit berdasarkan cara pelunasannya, pengelompokan kredit berdasarkan jangka waktu dan sektor ekonomi.

A. Kredit Menurut Penarikannya. Kredit dibedakan menjadi :

1. Pinjaman Rekening Koran (R/K)

Pinjaman Rekening Koran adalah pinjaman yang diberikan bank pada nasabahnya dengan batas plafond yang sudah ditetapkan. Nasabah menarik pinjaman sesuai dengan kebutuhannya. Bunga


(40)

yang dibayar hanya untuk jumlah pinjaman yang benar-benar telah ditariknya.

2. Pinjaman Persekot.

Pinjaman Persekot adalah pinjaman yang penarikannya dilakukan sekaligus pada saat realisasi. Sedangkan pelunasannya dilakukan angsuran secara bulanan atau musiman yang besarnya telah ditetapkan menurut suatu cara perhitungan tertentu.

B. Kredit Menurut Ciri dan Tujuan Penggunaan. Kredit dapat dibedakan menjadi :

1. Kredit Modal Kerja.

Kredit Modal Kerja adalah fasilitas kredit yang dipergunakan untuk membiayai aktiva lancar dan atau menggantikan hutang dagang, serta membiayai sementara kegiatan operasional rutin (sehari-hari) perusahaan (misalnya perusahaan jasa transportasi, perhotelan, rumah makan dan sebagainya) baik yang bersifat langsung maupun tidak langsung.

2. Kredit Investasi.

Kredit Investasi adalah fasilitas kredit yang diberikan untuk membantu pembiayaan pemohon dalam memperoleh barang modal selain tanah yang tercermin dalam aktiva tetap perusahaan. Dalam memberikan kredit investasi tersebut harus diperhatikan kemampuan keuangan untuk mengangsur pokok kredit setiap periode tertentu,


(41)

sehingga resiko bank semakin berkurang. Dalam mengangsur pokok kredit tersebut diupayakan agar dilakukan tepat waktu supaya tidak terjadi penggelembungan pada tahun terakhir (mendekati saat jatuh tempo).

3. Kredit Konsumtif.

Kredit Konsumtif adalah kredit yang diberikan untuk membiayai kebutuhan konsumtif yang diperlukan pemohon dan sumber pembayaran kembali kreditnya berasal dari penghasilan atau gaji pemohon.

4. Kredit Transaksi Khusus.

Kredit Transaksi Khusus adalah fasilitas yang hanya sekali pakai yang disetujui untuk suatu tujuan atau beberapa tujuan tertentu. 5. Kredit Tidak Langsung.

Kredit Tidak Langsung adalah kredit yang tidak memerlukan disposisidana secara langsung pada saat kredit tersebut disetujui. C. Kredit Menurut Cara Pelunasannya.

Kredit dapat dibedakan menjadi :

1. Kredit dengan angsuran tetap merupakan kredit-kredit yang tergolong kredit konsumtif, yang dalam angsuran tetap tersebut telah dimasukkan angsuran untuk pokok dan bunga.

2. Kredit dengan plafon menurun secara periodik pada umumnya ditujukan pada kredit jangka panjang. Untuk mengurangi resiko


(42)

yang ditanggung oleh bank, maka setiap periode tertentu nasabah harus mengangsur sebagai pokoknya, sehingga plafon pinjamannya menurun, sedangkan pembayaran bunganya disesuaikan saldo pinjaman yang dipergunakan.

3. Kredit dengan plafon tetap pada umumnya ditujukan untuk kredit modal kerja yang berjangka waktu pendek, misalnya 1 tahun, akan tetapi sebelum jangka waktu kredit berakhir telah dilakukan perpanjangan kembali.

D. Kredit Menurut Jangka Waktu. Kredit dapat dibedakan menjadi :

1. Kredit jangka pendek adalah kredit yang diberikan kepada calon debitur dengan jangka waktu paling lama satu tahun.

2. Kredit jangka menengah adalah fasilitas kredit yang diberikan untuk jangka waktu lebih dari satu tahun, namun kurang atau sama dengan tiga tahun.

3. Kredit jangka panjang adalah kredit yang diberikan kepada calon debitur lebih dari tiga tahun.

E. Kredit Menurut Besarnya Kredit. Kredit dapat dibedakan menjadi : 1. Kredit Usaha Kecil.

Sesuai dengan ketentuan bank indonesia, Kredit Usaha Kecil (KUK) adalah kredit atau pembiayaan dari bank untuk investasi atau modal


(43)

kerja, yang diberikan dalam Rupiah atau Valuta Asing kepada nasabah usaha kecil dengan plafon kredit keseluruhan maksimum Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) untuk pembiayaan usaha yang produktif.

2. Kredit Menengah.

Kriteria usaha menengah adalah kegiatan usaha dengan omset penjualan diatas Rp 1 miliar. Dengan kriteria tersebut, maka kredit menengah adalah kredit yang besarnya diatas Rp 500 juta sampai dengan Rp 50 miliar (kriteria yang juga dipakai BRI), yang sumber pembayaran kreditnya berasal dari cashflow usaha/ perorangan. Misalnya : kredit modal kerja komersial, kredit investasi menengah dan sebagainya.

3. Kredit Besar.

Kriteria usaha besar adalah kegiatan usaha dengan omset penjualan diatas Rp 100 miliar. Dengan kriteria tersebut, maka kredit besar adalah kredit yang besarnya lebih dari Rp 50 miliar yang sumber pembayaran kembali kreditnya berasal dari cash flow usaha. Kredit besar pada umumnya yang mengambil adalah pengusaha-pengusaha besar (konglomerat).


(44)

F. Kredit Menurut Sektor Ekonomi. Kredit dapat dibedakan menjadi :

1. Kredit sektor pertanian, perkebunan dan sarana pertanian, yang meliputi bidang :

- Pertanian tanaman pangan - Pertanian tanaman perkebunan - Perikanan

- Peternakan

- Kehutanan dan pemotongan kayu - Perburuhan

- Sarana pertanian

2. Kredit sektor pertambangan, yang meliputi bidang : - minyak dan gas bumi

- Biji logam - Batu bara

- Barang tambang lainnya.

3. Kredit sektor Perindustrian, yang meliputi bidang : - Industri makanan, minuman dan tembakau - Industri makanan ternak dan ikan

- Industri tekstil, sandang dan kulit - Industri kayu dan hasil-hasil kayu


(45)

- Industri kertas dan hasil-hasil kertas, percetakan dan penerbitan

- Industri pengolahan bahan kimia dan hasil kimia - Industri pengolahan hasil tambang dan non tambang - Industri logam dasar

- Industri barang-barang logam, mesin-mesin dan peralatan - Industri lainnya.

4. Kredit sektor ekonomi listrik, gas, dan air.

5. Kredit sektor ekonomi konstruksi, yang meliputi bidang : - Perumahan sederhana

- Pasar inpres

- Penyiapan tanah pemukiman transmigrasi - Percetakan sawah

- Jalan raya dan jembatan - Pelabuhan

- Imigrasi - Lainnya.

6. Kredit sektor ekonomi, perdagangan, restoran dan hotel, yang meliputi bidang :

- Ekspor barang, barang setengah jadi, barang jadi, jasa-jasa - Impor


(46)

- Pembelian dan pengumpulan barang dagangan dalam negeri

- Distribusi

- Perdagangan eceran - Restoran dan hotel

7. Kredit sektor ekonomi pengangkutan, pergudangan dan komunikasi yang meliputi bidang :

- Pengangkutan umum - Biro perjalanan - Pergudangan - Komunikasi

8. Kredit sektor ekonomi jasa-jasa dunia usaha, meliputi bidang : - Real estate

- Profesi selain dokter - Leasing

- Lainnya.

9. Kredit sektor ekonomi jasa-jasa sosial/masyarakat, yaitu meliputi : - Hubungan dan kebudayaan

- Kesehatan - Lainnya.


(47)

2.2.2.5. Kebijakan Perkreditan

Kebijakan ini adalah suatu ketentuan yang disusun guna dijadikan pedoman bagi pejabat-pejabat kredit di dalam proses pemutusan kredit, kebijakan disusun guna membantu manajemen bank dalam hal-hal sebagai berikut :

1. Melaksanakan standar perkreditan.

2. Memenuhi aturan yang telah ditetapkan oleh pimpinan/direksi dan peraturan moneter.

3. Adanya keseragaman didalam pengambilan keputusan. 4. Strategi perkreditan harus sejalan dengan keadaan bank.

(Harijanto, 1999:95-96)

2.2.2.6. Penilaian Kredit

Dalam rangka pemberian kredit selain memperoleh pendapatan dari pemberian kredit, bank juga menghadapi kemungkinan-kemungkinan tertimpa resiko. Oleh karena itu, sebelum permohonan kredit dikabulkan bank harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut :

1. Jumlah kredit yang diminta. 2. Penggunaan kredit oleh nasabah. 3. Perangkat tehnologi bank.


(48)

Proses penilaian ini berkaitan dengan analisis nasabah dikemudian hari supaya tidak menimbulkan kesulitan, artinya pada waktu kredit jatuh tempo nasabah dapat memenuhi kewajibannya dengan baik atau dengan kata lain nasabah tidak default artinya kegagalan nasabah dalam membayar kembali kredit yang ia terima. (Harijanto, 1999:96)

2.2.2.7. Syarat Kredit

Syarat-syarat kredit yang diberikan berdasarkan prinsip-prinsip perkreditan atau dengan kata lain orang yang diberi kredit harus memenuhi 5C, adalah : 1. Character (Kepribadian) artinya watak, kelakuan, tabiat dari debitur,

itikad baik atau kemauan untuk membayar kredit yang diambil.

2. Capacity (kemampuan atau kesanggupan) adalah kemampuan calon

nasabah dalam mengembangkan dan mengembalikan usahanya serta kesanggupannya dalam menggunakan fasilitas kredit yang diberikan.

3. Capital (modal) adalah modal usaha dari calon nasabah yang telah

tersedia atau telah ada sebelum mendapatkan fasilitas kredit.

4. Collateral (jaminan) mempunyai arti jaminan atau dalam istilah

perbankan adalah agunan. Agunan ini pada umumnya berupa barang, baik barang bergerak maupun barang tidak bergerak yang kesemuanya itu sangat bertalian dengan nilai kredit yang akan diterima oleh debitur.

5. Condition of economi (kondisi ekonomi) yang dimaksud disini adalah


(49)

mengenai keadaan usahanya dimasa kini dan masa mendatang yang kesemuanya ini sangat erat dengan tingkat bunga atas kredit yang diambil. (Harijanto, 1996:9)

2.2.2.8. Kredit Usaha Kecil (KUK)

Kredit Usaha Kecil yaitu Kredit yang diberikan kepada sejumlah nasabah dalam satu lokasi tertentu untuk proyek yang sama dengan jumlah pemohon dan jumlah plafon kredit keseluruhan besarnya ditentukan oleh bank pelaksana. Ciri khusus kredit ini yaitu kegiatan Usaha Kecil yang Total asetnya tidak melebihi Rp 600.000.000,- dan maksimum Kredit Rp 200.000.000,-. Obyek pengguna kredit adalah untuk membiayai usaha yang produktif dan Kredit Perumahan Rakyat (KPR) type 70 kebawah. (Mulyono,1993:4)

Dalam pengertian lain Kredit Usaha Kecil (KUK) tersebut termasuk juga kredit yang diberikan untuk pengadaan perumusan yaitu :

1. Perbaikan atau pemugaran rumah, baik type 70 kebawah maupun Kavling Siap Bangun (KBS).

2. Pemilik Rumah Toko (RUKO) oleh usaha kecil dengan luas tanah maksimum 20 m2 dan luas bangunan rumah dan toko tersebut masing-masing tidak lebih dari 70 m2, plafon kredit tidak melebihi Rp 250.000.000,-.


(50)

3. Pemilik Rumah type 70 kebawah (KPR s.d T-700) kredit ini diberikan untuk membiayai pembiayaan pemilikan rumah inti, rumah sederhana, atau rumah susun yang akan ditempati oleh nasabah dengan luas tanah maksimum 200 m2 dan luas bangunan tidak melebihi 70 m2

.

2.2.2.9. Teori Penawaran Kredit

Untuk memperoleh gambaran bagaimana sistem perbankan dapat menciptakan kredit, maka terlebih dahulu kita harus mengetahui pendekatan angka pengganda kredit. Dengan melihat pendekatan itu, sistem perbankan dapat menciptakan kredit bila mereka memperoleh tambahan deposito otonom. Begitu juga bila otoritas moneter mengendalikan uang primer, maka perubahan itu dapat menyebabkan perubahan jumlah kredit yang dapat ditawar dan diciptakan oleh sistem perbankan. Peranan ekonomi dari kredit yang diberikan oleh sistem perbankan tergantung dari tipe-tipe bank yang sedang diamati.

Pada prinsipnya bank-bank umum akan berusaha mendapatkan keuntungan yang maksimum dan kondisi ini mungkin tercapai bila biaya marginal dan pemberian kredit sama dengan manfaat marginal yang diperoleh bank tersebut. Ini berarti bank adalah pihak pemasok kredit harus mengkonversikan biaya atau memaksimumkan biaya atau memaksimumkan pendapatan. Langkah yang dapat ditempuh untuk maksud tersebut antara lain dengan cara mengatur atau mengelola komponen angka pengganda uang atau


(51)

kredit dan aktiva untuk bervariasi komponen angka pengganda dipengaruhi oleh tingkat suku bunga, perolehan atau manfaat yang diperoleh dari berbagai macam tabungan dan investasi, perilaku penabung dan tingkat penjatahan kredit. (Insukindro, 1993: 48)

Apabila jumlah penawaran dinyatakan dalam bentuk gambar sebagai berikut

Gambar 1 :

Penawaran Kredit Dalam Kurva LM Tingakat bunga (%)

LM ri

r0

0 Y0 Y1 Pendapatan Nasional (Y) Sumber : Nopirin, 1992, Ekonomi Moneter, Buku 1 Edisi Keempat penerbit

BPFE UGM, Yogyakarta

Kurva LM menggambarkan adanya keseimbangan dalam pasar uang. Pada tingkat pendapatan yang lebih tinggi (Yi) permintaan uang kas naik, oleh karena itu tingkat bunga (r1) harus juga tinggi untuk menurunkan permintaan uang kas. Sehingga permintaan uang kas tetap sama dengan jumlah uang yang


(52)

beredar. Oleh karena itu tingkat bunga (ro) harus lebih rendah untuk meningkatkan kembali pendapatan nasional semakin tinggi permintaan uang untuk transaksi.

2.2.2.9.1. Hukum Penawaran.

Hukum penawaran yang berbunyi ”Jumlah sesuatu barang tertentu yang ditawarkan di suatu pasar tertentu pada suatu saat-saat tertentu cenderung akan berubah-ubah secara langsung dengan harganya”.

Gambar 2 : Kurva Penawaran P (Price)

S C

B

0 D E Q

Sumber : Rosyidi, Suherman 1991, Pengantar Teori Ekonomi, Edisi Keempat, hal :221


(53)

Keterangan Gambar

1. Yang dimaksud dengan meningkatnya penawaran adalah :

a. Pada setiap tingkat harga tertentu, akan ditawarkan jumlah yang lebih besar daripada jumlah yang ditawarkan sebelumnya.

b. Bahwa suatu jumlah tertentu akan ditawarkan pada tingkat harga yang lebih rendah daripada tingkat harga sebelumnya.

2. Yang dimaksud dengan turunnya penawaran adalah :

a. Pada setiap tingkat harga tertentu, akan ditawarkan jumlah output yang lebih sedikit daripada jumlah yang ditawarkan sebelumnya.

b. Bahwa suatu tingkat output tertentu akan ditawarkan pada tingkat harga yang lebih tinggi daripada sebelumnya.

2.2.2.10. Teori Permintaan Kredit

Secara teoritis untuk menganalisa permintaan kredit digunakan kerangka aliran Fisher. Berdasarkan kerangka tersebut biasanya dianggap munculnya permintaan kredit berasal dari proses mengasumsi fungsi utilitas individu berdasarkan preferensi mereka mengenal konsumsi sekarang dan konsumsi yang akan datang.

Permintaan kredit didasarkan pada anggapan tidak ada penjatahan kredit. Dalam kasus dimana terdapat penjatahan kredit, maka peminjam potensial mungkin tidak dapat memperoleh kredit seperti yang diinginkan, walaupun dia berusaha membayar bunga yang lebih tinggi dari suku bunga


(54)

pasar. Hal ini dikarenakan tidak orang atau lembaga keuangan yang bersedia memberikan kredit pada tingkat suku bunga tersebut. Dengan demikian adanya penjatahan kredit akan berpengaruh terhadap permintaan kredit dari bank. (Insukindro, 1993: 115)

Apabila jumlah permintaan dinyatakan dalam bentuk gambar sebagai berikut :

Gambar 3 : Permintaan Kredit Dalam Kurva IS Tingkat bunga (%)

r0

r1

IS

0 Y0 Y1 Pendapatan Nasional (Y)

Sumber : Nopirin, 1992, Ekonomi Moneter, Buku 1 Edisi Keempat penerbit BPFE UGM, Yogyakarta.

Kurva IS merupakan dalam pasar uang. Y merupakan tingkat pendapatan, r adalah tingkat bunga (%).

Pada tingkat yang lebih tinggi (ro),keinginan pengusaha untuk melakukan investasi akan turun. Oleh karena itu pendapatan harus lebih rendah (Yo) untuk menurunkan tabungan sampai investasi kembali sama dengan tabungan (I=S). Apabila tingkat bunga rendah (r1), pengusaha akan


(55)

lebih mendorong untuk melakukan investasi. Oleh karena itu pendapatan lebih meningkat (Yo) untuk menurunkan investasi kembali sehingga tabungan sama dengan investasi.

2.2.2.10.1. Hukum Permintaaan

Hukum Permintaan yang berbunyi ”Apabila harga suatu barang dinaikkan, maka semakin berkuranglah jumlah yang diminta”.

Gambar 4 : Kurva Permintaan P (Price)

E1 P1

P2 E2

0 Q1 Q2

Sumber : Rosyidi, Suherman 1991, Pengantar Teori Ekonomi, Edisi Keempat, hal :220


(56)

Keterangan

1. Kalau terjadi penurunan harga, maka :

a. Mereka yang dahulu, sebelum harga barang yang bersangkutan turun, tidak dapat membelinya, maka kini sesudah turunnya harga, akan memperbanyak jumlah pembelian atau peminta, dan banyaknya jumlah pembeli itu sudah pasti akan menambah jumlah barang-barang yang diminta.

b. Tiap-tiap orang akan cenderung untuk membeli lebih banyak.

2. Kalau terjadi kenaikan harga, maka setiap orang akan merasa lebih miskin untuk barang itu (merasa lebih miskin menurut ukuran harga barang itu) sekalipun pendapatan uangnya tidak mengalami perubahan.

2.2.3. Pengusaha Kecil

2.2.3.1. Pengertian Pengusaha Kecil

Pengusaha kecil adalah pengusaha/perusahaan yang memiliki kekayaan bersih tidak melebihi Rp 40 juta dimana dalam kekayaan tersebut tidak termasuk rumah dan tanah yang telah ditempati dan nilai penjualan hasil usahanya rata-rata dalam 1 (satu) bulan tidak melebihi Rp 10 juta (Faried Wijaya, 1996:273).


(57)

Macam pengusaha kecil menurut kegunaannya sebagai berikut :

1. Pengusah kecil yang bergerak dibidang pemenuhan kebutuhan untuk keperluan rumah tangga, adapun macam dan jenis usaha dibidang itu adalah usaha kecil pembuatan meubel, pembuatan anyaman bambu dan rotan dan pembuatan genting.

2. Usaha yang bergerak dibidang pemenuhan makanan dan minuman, adapun jenis usahanya adalah usaha kecil pembuatan tahu dan tempe, usaha kecil minuman, usaha kecil minyak kelapa dan lain-lain.

3. Usaha kecil yang bergerak dibidang pemenuhan kebutuhan sandang, adapun jenis usahanya adalah bidang penenunan, pembuatan sepatu, pembuatan barang perak dan tembaga, dibidang pembatikan dan perkulitan.

Menurut pasal 1 ayat 1 Undang-undang No. 9 tahun 1995 tentang usaha yaitu ”usaha kecil adalah kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dan memenuhi kriteria kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan serta kepemilikan sebagaimana diatur dalam undang-undang itu.

Undang-undang No. 9 tahun 1995 dirumuskan persyaratan atau kriteria untuk dapat digolongkan dalam usaha kecil. Isi lengkap dari pasal 5 ayat 1 Undang-undang No. 9 tahun 1995 adalah sebagai berikut :


(58)

1. Kriteria usaha kecil sebagai berikut :

a. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 200 juta tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.

b. Memiliki penjualan tahunan paling banyak Rp 1 Milyar. c. Milik warga negara Indonesia.

d. Berdiri sendiri, bukan anak perusahaan yang dimiliki, dikuasai baik secara langsung maupun secara tidak langsung dengan usaha menengah maupun usaha besar.

e. Berbentuk usaha orang atau perorangan, badan usaha yang tidak berbadan hukum atau badan usaha yang berbadan hukum.

2. kriteria sebagaimana yang dimaksud dalam ayat 1 huruf a dan b, nilai nominalnya dapat diubah sesuai dengan perkembangan perekonomian, yang diatur dengan peraturan pemerintah.

Berdasarkan studi yang pernah dilakukan menunjukkan bahwa sektor usaha kecil memiliki profil atau gambaran sebagai berikut :

1. Industri ini adalah industri berskala kecil, baik dalam ukuran modal, jumlah produksi maupun jumlah tenaga kerja.

2. Perolehan modal umumnya berasal dari sumber tidak resmi seperti tabungan keluarga, pinjaman dari kerabat, atau pinjaman dari lainnya. 3. Karena skala kecil, maka sifat pengolahannya terpusat, demikian pula

pengambilan keputusan tanpa atau dengan sedikit pendelegasian fungsi dalam bidang-bidang pemasaran, keuangan, produksi dan sebagainya.


(59)

4. Tenaga kerja yang ada pada umumnya terdiri dari anggota keluarga atau kerabat.

5. Hubungan antara keterampilan teknis dan keahlian dalam pengolahan usaha industri kecil ini dengan pendidikan formal yang dimiliki para pekerja umumnya lemah.

6. Peralatan yang digunakan sangat sederhana dengan kapasitas output yang rendah.

Dari uraian diatas merupakan ciri-ciri yang melekat dalam diri struktur usaha kecil. Dari berbagai masalah yang dihadapi nampaknya masalah permodalan, manajemen, dan keterampilan sumber daya manusia masih menjadi persoalan yang selalu menghantui sektor usaha kecil memiliki kemampuan adaptif dan dinamis terhadap perubahan selama didukung oleh aspek lainnya.

Sektor usaha kecil mempunyai kemampuan beradaptasi yang sangat besar, penggunaan biaya over head pun sangat kecil dibandingkan dengan usaha skala besar, dan tidak kalah pentingnya usaha kecil mampu menyerap tenaga kerja yang cukup besar serta sangat cekatan dalam memasuki celah-celah pasar yang tidak dijangkau oleh produk perusahaan besar.


(60)

2.2.3.2. Hubungan Antara Jumlah Pengusaha Kecil Dengan Penyaluran Kredit Usaha Kecil

Selama ini para debitur (Pengusaha kecil) salah menjalin hubungan dengan bank dalam hal peminjaman dana atau kredit. Hal ini terjadi karena laternatif pembiayaan yang bersumber dari dana bank merupakan dana yang dominan untuk kegiatan mendirikan usaha kecil.

Jika debitur atau penduduk yang melakukan usaha kekurangan dana untuk pembiayaan usaha atau produknya, maka salah satu langkah alternatifnya adalah meminjam uang atau kredit di bank. Kredit yang disediakan oleh bank untuk para debitur atau pengusaha kecil adalah kredit usaha kecil dengan persyaratan, bahwa pengusaha kecil sebagai debitur harus bersedia untuk membayar bunga kredit sebagai pengganti biaya pinjaman kredit tersebut.

Dalam dunia usaha masih banyak sekali para pengusaha (khususnya pengusaha kecil) yang mengalami keterbatasan dana serta membutuhkan suntikan dana untuk terus dapat kegiatan operasionalnya dan tetap dapat menghasilkan produk-produk terbaiknya. Kredit bagi debitur sangat besar peranannya dalam mendorong mencapai tujuan perusahaan. Khususnya untuk kegiatan usaha kecil. (Suhardjono, 2003:15)

Jadi dapat diambil kesimpulan bahwa apabila semakin banyak pengusaha kecil atau penduduk yang melakukan usaha maka semakin banyak pula unit usaha yang bermunculan sehingga semakin besar pula permintaan


(61)

serta tingkat penyaluran kredit usaha kecilnya rata-rata mengalami masalah kekurangan dana atau modal untuk kepentingan pembiayaan usaha atau produknya.

2.2.4. Inflasi

2.2.4.1. Pengertian Inflasi

Inflasi adalah kecenderungan dari harga-harga untuk menaik secara umum dan terus menerus (Boediono, 1992:155).

Inflasi adalah suatu kondisi, ketika tingkat harga (agregat) meningkat secara terus menerus dan mempengaruhi individu, dunia usaha dan pemerintah (Puspopranoto, 2004:38).

Inflasi adalah proses kenaikan harga-harga umum barang-barang secara terus menerus (Nopirin, 1997:25).

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa inflasi adalah kecenderungan dari harga-harga umum barang-barang untuk menaik terus menerus dan mempengaruhi individu, dunia usaha serta pemerintah.

2.2.4.2. Macam-Macam Inflasi

1. Penggolongan pertama didasarkan atas ”parah tidaknya” inflasi tersebut, beberapa macam inflasi:


(62)

a. Inflasi ringan (di bawah 10% pertahun) b. Inflasi sedang (antara 10-30% pertahun) c. Inflasi berat (antara 30-100% pertahun)

2. Penggolongan kedua adalah atas dasar ”sebab-musabab”, dan inflasi, dibedakan menjadi 2, yaitu:

a. Inflasi yang timbul karena permintaan masyarakat akan berbagai barang terlalu kuat. Inflasi semacam ini disebut

demand inflation.

b. Inflasi yang timbul karena kenaikan ongkos produksi. Ini disebut cost inflation.

3. Penggolongan yang ketiga adalah berdasarkan dari ”asal inflasi”, dibedakan menjadi 2, yaitu:

a. Inflasi yang berasal dari dalam negeri (domestic inflation) b. Inflasi yang berasal dari luar negeri (imported inflation).

(Boediono, 1992:156-158).

2.2.4.3. Cara Mencegah Inflasi 1. Kebijaksanaan moneter.

Kebijakan pemerintah dalam mengendalikan perekonomian ke kondisi yang lebih baik dengan mengatur jumlah uang beredar. Melalui kebijakan moneter pemerintah dapat mempertahankan, menambah atau


(63)

mengurangi jumlah uang beredar untuk mempertahankan perekonomian dan mengendalikan inflasi.

Instrumen kebijakan moneter adalah :

a. Tingkat diskonto, merupakan tingkat bunga yang ditetapkan pemerintah atas bank-bank umum yang meminjam kepada bank sentral. Apabila pada keadaan tertentu tingkat bunga dinaikkan atau diturunkan maka dapat mengendalikan jumlah uang beredar.

b. Politik pasar terbuka (jual beli surat berharga)

Dengan cara menjual surat berharga bank sentral dapat menekan jumlah uang beredar sehingga laju inflasi dapat lebih rendah.

2. Kebijaksanaan fiscal.

Pengaturan tentang pengeluaran pemerintah serta perpajakan yang secara langsung dapat mempengaruhi permintaan total sehingga akan mempengaruhi harga. Inflasi dapat dicegah melalui penurunan permintaan total. Kebijakan fiskal berupa pengurangan pengeluaran pemerintah dan kenaikan pajak dapat mengurangi permintaan total sehingga inflasi dapat ditekan.

3. Kebijaksanaan yang berkaitan dengan output.

Kenaikan output dapat memperkecil laju inflasi, misalnya dengan kebijaksanaan penurunan bea masuk sehingga impor barang cenderung meningkat. Bertambahnya jumlah barang di dalam negeri cenderung menurunkan harga.


(64)

4. Kebijaksanaan penentuan harga dan indexing.

Dilakukan dengan penentuan ceiling harga, serta mendasarkan pada index harga tertentu untuk gaji ataupun upah (dengan demikian gaji atau upah secara riil tetap). Kalau index harga naik, maka gaji atau upah juga dinaikkan (Nopirin, 1997:34-35).

2.2.4.4. Pengaruh Inflasi

Beberapa pengaruh inflasi dalam perekonomian adalah sebagai berikut: 1. Pengaruh menguntungkan.

a. Bagi kelompok yang memiliki uang lebih, karena uang tersebut dapat diinvestasikan pada asset tanah, rumah dan dialokasikan di pasar uang. Asset tersebut akan mengalami kenaikan harga yang jauh lebih cepat dari pada bentuk asset lainnya sehingga pemilik asset akan mendapatkan keuntungan dari nilai asset tersebut.

b. Peminjam uang (debitur) akan diuntungkan apabila terjadi inflasi, terlebih apabila pinjamannya dalam jangka panjang.

c. Pengusaha yang melakukan pembelian barang pada saat ini dan dijual di waktu yang akan datang juga akan mengalami keuntungan karena harga beli pada waktu yang lalu lebih murah dari pada harga jualnya sekarang.


(65)

2. Pengaruh merugikan.

a. Kelompok berpendapatan rendah akan mengalami penurunan daya beli untuk membeli kebutuhan sehari-hari. Uang yang dimiliki mengalami penurunan daya beli sehingga secara riil pendapatan akan menurun seiring kenaikan inflasi.

b. Pemilik tabungan di bank juga akan mengalami kerugian apabila bunga yang diterima dari tabungan tersebut lebih rendah dari pada laju inflasi. Nilai riil tabungan akan terus mengalami pengurangan seiring terjadinya inflasi (Suparmono, 2004:138- 139).

2.2.5. Tingkat Suku Bunga Kredit

2.2.5.1. Pengertian Tingkat Suku Bunga Kredit

Bunga dapat diartikan sebagai balas jasa yang diberikan oleh bank yang berdasarkan prinsip konvensional kepada nasabah yang membeli atau menjual produk.

Bunga dapat juga diartikan sebagai harga yang harus dibayar kepada nasabah (yang memiliki simpanan) dengan yang harus dibayar oleh nasabah kepada bank (nasabah yang memperoleh pinjaman). (Kasmir, 2004:121)

Bunga juga dianggap sebagai kontrak prestasi antara pemakai kredit yang telah diterima oleh debitur dan bunga tersebut biasanya berupa uang. (Harijanto, 1999:99)


(66)

2.2.5.2. Hubungan Antara Tingkat Suku Bunga Dengan Penyaluran Kredit Usaha Kecil

Suku bunga deposito berkaitan langsung dengan suku bunga kredit, mengingat bahwa sumber dana bank untuk pemberian kredit adalah berasal dari para deposan. Sehingga tinggi rendahnya suku bunga deposito juga akan mencerminkan tinggi rendahnya suku bunga kredit. Semakin mahal harga yang dibayar oleh bank kepada deposan akan membawa dampak pada bunga kredit yang akan dibebankan kepada debitur. (Iswardono, 1991:121)

Kebijakan moneter yang mnggunakan suku bunga sebagai sasaran menengah akan menetapkan tingkat suku bunga yang ideal untuk mendorong usaha kecil. (Iswardono, 1991:159)

Penurunan kredit disebabkan pula oleh faktor-faktor permintaan seperti anggaran pemerintah yang menurun, adanya kapasitas yang belum dipakai dan lain-lain. Suku bunga yang tinggi pun mempengaruhi keuntungan dan kemauan untuk melakukan kegiatan usaha kecil. Dari segi penawaran, suku bunga deposito riil yang tinggi menyebabkan bank juga berhati-hati didalam pemberian kredit oleh karena biaya dan resiko yang meningkat. (Iswardono, 1991:180)

Untuk mendorong kredit usaha kecil beberapa langkah perlu dikaji misalnya dengan menaikkan tingkat suku bunga kredit sesuai dengan biaya dan resiko. Walaupun hal ini dapat meningkatkan biaya bagi peminjam


(67)

namun peminjaman dengan suku bunga yang berubah-ubah dapat lambat laun mengurangi suku bunga rata-rata. (Iswardono, 1991:180)

Teori keynes khususnya menekankan adanya hubungan langsung antara kesediaan orang membayar harga uang tersebut (tingkat bunga) dengan unsur permintaan akan uang dengan tujuan spekulasi. Permintaan besar apabila tingkat bunga rendah, dan sebaliknya permintaan kecil apabila tingkat bunga tinggi. (Boediono, 1985:83)

Yang kesimpulannya adalah tinggi rendahnya tingkat suku bunga bank akan mempengaruhi besar kecilnya kredit (usaha kecil) yang diminta oleh masyarakat. (Iswardono, 1991:139)

Apabila bunga kredit bank mahal maka akan berpengaruh pada hasrat masyarakat (debitur) untuk mengambil kredit yang akan digunakan untuk kegiatan usaha kecil. Kalau para debitur enggan untuk mengambil kredit untuk usaha kecil karena mahalnya dana untuk usaha kecil maka hal ini akan berpengaruh terhadap pertumbuhan. (Iswardono, 1991:121)

Apabila suku bunga kredit rendah maka para nasabah atau debitur akan berhasrat untuk mengambil kredit untuk usaha kecilnya, sehingga permintaan serta tingkat penyaluran kredit usaha kecil pun akan mengalami peningkatan.


(68)

2.2.6. Kurs Valuta Asing

2.2.6.1. Pengertian Kurs Valuta Asing

Valuta asing atau foreign exchange atau foreign currency dapat diartikan sebagai mata uang asing dan alat pembayaran lainnya yang digunakan untuk melakukan atau membiayai transaksi ekonomi dan keuangan internasional dan biasanya mempunyai catatan kurs resmi pada Bank Sentral atau Bank Indonesia. (Hady, 2001 : 24)

Mata uang yang sering digunakan sebagai alat pembayaran dan kesatuan hitung dalam transaksi ekonomi dan keuangan internasional disebut

hard currency, yaitu mata uang yang nilainya relatif stabil dan kadang-kadang mengalami apresiasi atau kenaikan nilai terhadap mata uang lainnya. Hard currency pada umumnya berasal dari negara-negara industri maju. Sedangkan

soft currency dalah mata uang lemah yang jarang digunakan sebagai alat

pembayaran dan kesatuan hitung karena nilainya relatif tidak stabil dan sering mengalami depresiasi atau penurunan nilai terhadap mata uang lainnya. Soft currency pada umumnya berasal dari negara-negara yang sedang berkembang. (Hady, 2001 : 24)

Kurs valuta asing atau kurs mata uang asing menunjukkan harga atau nilai mata uang suatu negara dinyatakan dalam nilai mata uang negara lain. Kurs valuta asing dapat didefinisikan sebagai jumlah uang domestik yang dibutuhkan, yaitu banyaknya rupiah yang dibutuhkan, untuk memperoleh satu unit mata uang asing. (Sukirno, 2004 : 392)


(69)

2.2.6.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Valuta Asing

Perubahan dalam permintaan dan penawaran suatu valas, yang selanjutnya menyebabkan perubahan dalam kurs valuta, disebabkan oleh faktor-faktor sebagai berikut :

a. Perubahan dalam citarasa masyarakat

Citarasa masyarakat mempengaruhi corak konsumsi mereka. Maka perubahan citarasa masyarakat akan mengubah corak konsumsi mereka atas barang-barang yang diproduksikan di dalam negeri maupun yang diimpor. Perbaikan kualitas barang-barang dalam negeri menyebabkan keinginan mengimpor berkurang dan ia dapat pula menaikkan ekspor. Sedangkan perbaikan kualitas barang-barang impor menyebabkan keinginan masyarakat untuk mengimpor bertambah besar. Perubahan-perubahan ini akan mempengaruhi permintaan dan penawaran valuta asing. (Sukirno, 2004 : 402)

b. Perubahan harga barang ekspor dan impor

Harga suatu barang merupakan salah satu faktor penting yang menentukan apakah suatu barang akan diimpor atau diekspor. Barang-barang dalam negeri yang dapat dijual dengan harga yang relatif murah akan menaikkan ekspor dan apabila harganya naik maka ekspornya akan berkurang, pengurangan harga barang impor akan menambah jumlah impor, dan sebaliknya, kenaikan harga barang impor akan mengurangi jumlah impor. Dengan demikian perubahan harga-harga barang ekspor


(70)

dan impor akan menyebabkan perubahan dalam penawaran dan permintaan atas mata uang negara tersebut. (Sukirno, 2004 : 402)

c. Kenaikan harga umum (inflasi)

Infalasi sangat besar pengaruhnya terhadap kurs pertukaran valuta asing. Inflasi yang berlaku pada umumnya cenderung untuk menurunkan nilai suatu valuta asing. Kecenderungan seperti ini disebabkan efek inflasi. Inflasi menyebabkan harga di dalam negeri lebih mahal dari harga-harga di luar negeri dan oleh sebab itu infalasi berkecenderungan menambah impor. Dan keadaan ini menyebabkan permintaan atas valuta asing bertambah. Inflasi menyebabkan barang-barang ekspor menjadi lebih mahal, oleh karena itu inflasi berkecenderungan mengurangi ekspor. Dan keadaan ini menyebabkan penawaran atas valuta asing berkurang, maka harga valuta asing akan bertambah yang berarti harga mata uang negara yang mengalami inflasi merosot. (Sukirno, 2004 : 402).

d. Perubahan suku bunga atau tingkat pengembalian investasi

Suku bunga dan tingkat pengembalian investasi sangat penting peranannya dalam mempengaruhi aliran modal. Suku bunga dan tingkat pengembalian investasi yang rendah cenderung akan menyebabkan modal dalam negeri mengalir ke luar negeri. Sedangkan suku bunga dan tingkat pengembalian investasi yang tinggi cenderung akan menyebabkan modal luar negeri masuk ke negara itu. Apabila lebih banyak mengalir ke suatu negara, permintaan atas mata uangnya bertambah, maka nilai mata uang


(71)

tersebut bertambah. Nilai mata uang suatu negara akan merosot apabila lebih banyak modal negara dialirkan ke luar negeri karena suku bunga dan tingkat pengembalian investasi yang lebih tinggi di negara-negara lain. (Sukirno, 2004 : 402)

e. Pertumbuhan ekonomi.

Efek yang akan diakibatkan oleh suatu kemajuan ekonomi kepada nilai mata uangnya tergantung pada corak pertumbuhan ekonomi yang berlaku. Apabila kemajuan ini terutama diakibatkan oleh perkembangan ekspor, maka permintaan atas mata uang negara itu bertambah lebih cepat dari penawarannya dan oleh karenanya nilai mata uang negara itu naik. Sebaliknya, apabila kemajuan tersebut menyebabkan impor bertambah dari permintaannya dan oleh karenanya nilai mata uang negara tersebut akan merosot. (Sukirno, 2004 : 403).

2.2.6.3. Fungsi Pasar Valuta Asing

Pasar valuta asing mempunyai beberapa fungsi pokok dalam membantu kelancaran lalu lintas pembayaran internasional yaitu :

1) Mempermudah penukaran valuta asing serta pemindahan dana dari satu negara ke negara lain.

2) Karena sering terdapat transaksi internasional yang tidak perlu segera diselesaikan pembayaran dan penyerahan barangnya, maka pasar valuta


(72)

asing memberikan kemudahan untuk dilaksanakannya perjanjian / kontrak jual beli dengan kredit.

3) Memungkinkan dilakukannya hedging. Hedging dilakukan apabila pada saat yang sama melakukan transaksi jual beli valuta asing di pasar yang berbeda, untuk menghilangkan / mengurangi resiko kerugian akibat perubahan kurs. (Nopirin, 1994 : 234)

2.2.3. Kerangka Pikir

Berdasarkan pemikiran yang telah digambarkan diatas dapat dijelaskan mengenai hubungan antara variabel yang berpengaruh dengan variabel yang dipengaruhinya sebagai berikut :

Jumlah Pengusaha Kecil (X1) adalah pengusaha/perusahaan yang memiliki kekayaan bersih tidak melebihi Rp 40 juta dimana dalam kekayaan tersebut tidak termasuk rumah dan tanah yang telah ditempati dan nilai penjualan hasil usahanya rata-rata dalam 1 (satu) bulan tidak melebihi Rp 10 juta (Faried Wijaya, 1996:273). Semakin tinggi tingkat Jumlah Pengusaha Kecil menyebabkan Unit Usaha Kecil akan meningkat, sehigga Jumlah Penyaluran Kredit Usaha Kecil Menengah mengalami peningkatan.

Tingkat Inflasi (X2) adalah suatu kondisi, ketika tingkat harga (agregat) meningkat secara terus menerus dan mempengaruhi individu, dunia usaha dan pemerintah (Puspopranoto, 2004:38). Apabila inflasi naik maka harga barang akan mengalami kenaikan dan sebaliknya apabila inflasi turun


(73)

maka harga barang mengalami penurunan. Oleh karena itu apabila penyaluran kredit usaha kecil meningkat akan mempengaruhi inflasi menurun dan harga barang akan menurun, sehingga menyebababkan Jumlah Penyaluran Kredit Usaha Kecil Menengah akan meningkat.

Tingkat Suku Bunga Kredit (X3) adalah sebagai harga yang harus dibayar kepada nasabah (yang memiliki simpanan) dengan yang harus dibayar oleh nasabah kepada bank (nasabah yang memperoleh pinjaman). (Kasmir, 2004:121). Bila tingkat suku bunga kredit turun maka investasi akan naik dan menyebabkan Jumlah Penyaluran Kredit Usaha Kecil Menengah akan meningkat.

Kurs Valas (X4) adalah sebagai mata uang asing dan alat pembayaran lainnya yang digunakan untuk melakukan atau membiayai transaksi ekonomi dan keuangan internasional dan biasanya mempunyai catatan kurs resmi pada Bank Sentral atau Bank Indonesia. (Hady, 2001 : 24). Meningkatnya kurs valuta asing menyebabkan naiknya usaha kecil sehingga Jumlah Penyaluran Kredit Usaha Kecil Menengah akan meningkat.


(74)

Gambar 5 : Kerangka Konseptual Paradigma Penelitian

Sumber: Penulis

2.2.4. Hipotesis

Hipotesis adalah dugaan yang masih perlu di uji kebenarannya berdasarkan faktor-faktor yang ada. Berdasarkan permasalahan dan landasan teori yang telah di uraikan di atas maka dapat di rumuskan hipotesis sebagai berikut.

1. Di duga bahwa terdapat pengaruh jumlah pengusaha kecil, tingkat inflasi, tingkat suku bunga kredit, kurs valuta asing terhadap penyaluran kredit usaha kecil menengah di Jawa Timur.

2. Di duga faktor tingkat suku bunga kredit mempunyai pengaruh yang lebih dominan terhadap penyaluran kredit usaha kecil menengah di Jawa Timur.

Jumlah Pengusaha Kecil (X1)

Unit Usaha Kecil

Tingkat Inflasi (X2) Harga Barang

Tingkat Suku Bunga Kredit (X3)

Investasi

Kurs Valuta Asing (X4)

Usaha Kecil

Jumlah Penyaluran Kredit


(1)

105

pembinaan manajemen usaha, banyaknya sarana promosi,jaringan pemasran baik industri kecil dan menengah agar semakin banyak jumlah unit usaha yang didirikan oleh para pengusaha sehingga akan menambah kredit yang akan disalurkan ke pengusaha kecil..

3. Pengujian secara parsial atau individu Tingkat Inflasi (X2) terhadap Perkembangan Jumlah Kredit yang di salurkan(Y). Diketahui hasil perhitungan secara parsial diperoleh t hitung = 0,832 < tabel = 2,201, maka Ho diterima dan Hi ditolak, pada level signifikan 5 % sehingga secara parsial Tingkat Inflasi (X2) tidak berpengaruh secara nyata positif terhadap Perkembangan Jumlah Kredit yang di salurkan (Y). Walaupun tingkat inflasi mengalami peningkatan ataupun penurunan maka tidak akan mempengaruhi banyaknya jumlah kredit yang disalurkan. Hal ini dikarena adanya peraturan dan kebijakan pemerintah pusat maupun pemerintah daerah untuk mengembangkan sektor UKM ( usaha mikro dan kecil ) dengan cara memberikan bunga kredit yang rendah dan ijin mendirikan usaha yang mudah.

4. Pengujian secara parsial atau individu Tingkat Suku Bunga Kredit (X3) terhadap Perkembangan Jumlah Kredit yang di salurkan(Y). Diketahui hasil perhitungan secara parsial diperoleh t hitung = -3,974 > t tabel = -2,201, maka Ho ditolak dan Hi diterima pada level signifikan 5 % sehingga secara parsial Tingkat Suku Bunga Kredit (X3) berpengaruh secara nyata negatif terhadap Perkembangan Jumlah Kredit yang di salurkan(Y). Hal ini disebabkan karena


(2)

106

di tingkat daerah ada peningkatan kebijakan yang secara khusus mengatur masalah perkreditan yaitu dengan memberikan pembinaan terhadap para pelaku UKM ( usaha mikro dan kecil ) yang berupa pendampingan dan pembinaan manajemen usaha dan perluasan peran dan fungsi perbankan untuk memudahkan memperoleh kredit dari lembaga perbankan yang juga diharapkan Kredit Usaha Rakyat dapat mempermudah UKM dalam mengakses permodalan perbankan sehingga tingkat suku bunga kredit turun akan menambah jumlah kredit yang disalurkan.

5. Pengujian secara parsial atau individu Kurs Valuta Asing (X4) terhadap Perkembangan Jumlah Kredit yang di salurkan (Y). Diketahui hasil perhitungan secara parsial diperoleh t hitung = -0,606 < t tabel = -2,201, maka Ho diterima dan Hi ditolak pada level signifikan 5 % sehingga secara parsial Kurs Valuta Asing (X4) tidak berpengaruh secara nyata negatif terhadap Perkembangan Jumlah Kredit yang di salurkan (Y). Hal ini disebabkan karena dengan melemahnya nilai tukar terhadap mata uang asing maka akan memicu kenaikan harga-harga barang yang dibeli dari luar negeri. Sehingga industri kecil yang menggunakan bahan baku impor akan terkena dampak tersebut. Walaupun tingkat Kurs Valuta Asing mengalami peningkatan ataupun penurunan maka tidak akan mempengaruhi banyaknya jumlah kredit yang disalurkan.


(3)

107

5.2. Saran

Berdasarkan analisis dan kesimpulan diatas dapat diajukan beberapa saran guna meningkatkan Penyaluran Kredit di Jawa Timur.

1. Pemerintah melalui bank sentral hendaknya mengendalikan tingkat suku bunga kredit sehingga para pengusaha kecil dapat menikmati kredit investasi tersebut.

2. Memperluas akses kredit kepada pengusaha kecil dengan cara mensosialisasikan kredit terutama redit modal kerja pada sektor usaha kecil yang nantinya akan menambah modal kerja para pengusaha kecil.

3. Memberikan rekommendasi kepada pemerintah pusat dan pemerintah daerah untuk mengkaji kembali penrapan peraturean – peraturan yang diindentifikasi menimbulkan high cost economy bagi pengembangan UMKM .


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Algifari, 2000, “Analisis Regresi”. Edisi Kedua, BPFE, Yogyakarta

Amalia, Ivana, 2006, “Perkembangan Jumlah Kredit yang Disalurkan Pada

Pengusaha Kecil dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya Pada Bank Umum di Jawa Timur”, Fakulta Ekonomi UPN “Veteran” Jawa

Timur, Surabaya

Boediono, 1985, “Ekonomi Moneter Seri Sinopis Pengantar Ilmu Ekonomi

No.5”, Edisi ketiga, Penerbit BPFE-UGM, Yogyakarta

_______, 1992, “Ekonomi Moneter”, Penerbit BPFE-UGM, Yogyakarta

Gujarati, Demodar, 1997, Diterjemahkan Oleh Sumarno Zain, “Ekonometrika

Dasar”, Penerbit Airlangga, Jakarta

Harijanto, 1996, “Kredit Bank dan Kebijaksanaan Moneter”, UPN “Veteran” Jawa Timur, Surabaya

_______, 1997, “Bank dan Lembaga Keuangan Bukan Bank”, UPN “Veteran” Jawa Timur, Surabaya

_______, 1999, “Bank dan Lembaga Keuangan”, UPN “Veteran” Jawa Timur, Surabaya


(5)

Kasmir, 2003, “Dasar-Dasar Perbankan”, Penerbit PT Raja Grafindo Persada, Jakarta

Kurniasih, 2000, “Beberapa Faktor yang Mempengaruhi Penyaluran Proyek

Kredit Mikro Melalui Bank Perkreditan Rakyat Bagi Pengusaha Kecil di Jawa Timur” , Falkutas Ekonomi UPN “Veteran” Jawa Timur,

Surabaya

Muchtolifah, 2001, Jurnal, “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Alokasi Kredit

Pada Bank Umum Dalam Wilayah Kerja Bank Indonesia”

Mulyono, Teguh Pudjo, 1993, “Manajemen Perkreditan Bagi Bank Komersial”, Edisi ketiga, Penerbit BPFE-UGM

Nopirin, 1992, “Ekonomi Moneter”, Edisi keempat, Penerbit BPFE-UGM, Yogyakarta

______, 1997, “Ekonomi Moneter”, Edisi keempat, Penerbit BPFE-UGM, Yogyakarta

Purwaningrum, 2000, “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penyaluran Kredit

Usaha Kecil di Kabupaten Bojonegoro”, Fakultas Ekonomi UPN

“Veteran” Jawa Timur, Surabaya

Rosyidi, Suherman, 2001, “Pengantar Teori Ekonomi”, Edisi keempat, Penerbit PT Raja Grafindo Persada, Jakarta

Sudrajat, MSW, 1998, “Mengenal Ekonometrika Pemula, Cetakan kedua”, Penerbit CV Atmico, Bandung


(6)

Sugiyono, 2001, “Metode Penelitian Administrasi”, Penerbit Alfabeta, Bandung

Suhardjono, 2003, “Manajemen Perkreditan Usaha Kecil dan Menengah”, Penerbit AMP. YKPN, Yogyakarta

Sukirno. Sadono, 1995, “Pengantar Teori Makro Ekonomi”, Edisi kedua, Penerbit PT Raja Grafindo Persada, Jakarta

Supranto. J, 2005, “Ekonometrik”, Edisi Revisi, Lembaga Penerbit Falkutas Ekonomi Universita Indonesia, Jakarta

Suradjiman, 1997, “Ekonomi 2 Untuk SMU Kelas 2”, Departmen Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta

Wardhany. Bagus, “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penyaluran Kredit

Bank Umum di Jawa Timur”, Fakultas Ekonomi UPN “Veteran” Jawa

Timur, Surabaya

Wijaya. Faried, 1996, “Perkreditan Bank dan Lembaga Keuangan”, Edisi satu, Penerbit BPFE-UGM, Yogyakarta