Analisis Pemanfaatan Kredit Bank Danamon Bagi Usaha Kecil Pada Pedagang Pasar Bakti Kota Medan

(1)

ANALISIS PEMANFAATAN KREDIT BANK DANAMON

BAGI USAHA KECIL PADA PEDAGANG PASAR BAKTI

KOTA MEDAN

SKRIPSI

DIAJUKAN OLEH:

050903082 SOLEMAN ALI S.

DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA

GUNA MEMENUHI SALAH SATU SYARAT UNTUK MEMPEROLEH

GELAR SARJANA (S-1) ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan oleh :

Nama : Soleman Ali S. NIM : 050903082

Departemen : Ilmu Administrasi Negara

Judul :Analisis Pemanfaatan Kredit Bank Danamon Bagi Usaha Kecil Pada Pedagang Pasar Bakti Kota Medan

Medan, Juni 2009

Pembimbing Ketua Departemen

Ilmu Administrasi Negara

Drs. Alwi Hashim Batubara, MSi.

NIP : 131 572 433 NIP : 131 568 391

Prof.Dr. Marlon Sihombing, M.A.

Dekan

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

NIP : 131 757 010


(3)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ... i

ABSTRAK ... iii

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

I.1. Latar Belakang ... 1

I.2. Perumusan Masalah ... 5

I.3. Tujuan Penelitian ... 6

I.4. Manfaat Penelitian ... 6

I.5. Kerangka Teori ... 7

I.5.1. Kredit Bank ... 7

I.5.2. Unsur-Unsur Kredit ... 9

I.5.3. Prinsip-Prinsip Pemberian Kredit ... 9

I.5.4. Fungsi dan Manfaat Kredit ... 13

I.5.5 Usaha Kecil ... 16

I.5.6 Karakteristik Usaha Kecil ... 17

I.5.7 Kriteria Usaha Kecil ... 19

I.5.8 Konsentrasi Usaha Kecil ... 20

I.6. Defenisi Konsep ... 21

I.7. Defenisi Operasional... 23

I.7. Sistematika Penulisan ... 24

BAB II METODE PENELITIAN ... 25

II.1. Bentuk Penelitian... 25

II.2. Lokasi Penelitian ... 25

II.3. Informan Penelitian ... 25

II.4. Teknik Pengumpulan Data ... 26

II.5. Teknik Analisis Data ... 27

BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN ... 28

III.1. Kondisi Perdagangan di Kota Medan ... 28

III.2. Kondisi Perdagangan Sektor Formal di Kota Medan ... 29


(4)

III.4. Kedudukan, Tugas Pokok Dan Fungsi ... 32

III.5. Susunan Organisasi ... 33

III.6. Tugas dan Wewenang Badan Pengawas ... 36

III.7. Tugas dan Wewenang Direksi ... 37

III.8. Gambaran Umum Pasar Bakti Kota Medan ... 38

BAB IV PENYAJIAN DATA ... 39

IV.1. Kriteria Informan Penelitian ... 39

IV.2. Hasil Wawancara ... 40

BAB V ANALISA DATA ... 70

V.1 Pelaksanaan Pemberian Kredit Bagi Usaha Kecil... 70

V.2. Pemanfaatan Kredit Bank Danamon Bagi Usaha Kecil Pada Pedagang Pasar Bakti Kota Medan ... 72

V.3. Hambatan Dalam Pemanfaatan Kredit Bank Danamon Bagi Usaha Kecil ... 74

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN-SARAN ... 77

VI.1. Kesimpulan ... 77

VI.2. Saran-Saran ... 78

DAFTAR PUSTAKA ... 79


(5)

ABSTRAKSI

ANALISIS PEMANFAATAN KREDIT BANK DANAMON BAGI USAHA KECIL PADA PEDAGANG PASAR BAKTI KOTA MEDAN

NAMA : Soleman Ali S. NIM : 050903082

Departemen : Ilmu Administrasi Negara Fakultas : Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Pembimbing : Drs. Alwi Hashim Batubara, MSi.

Masalah utama bagi sebagian besar pengusaha kecil adalah pemenuhan modal awal untuk memulai siklus kegiatan ekonomi. Karenanya pelayanan permodalan berupa kredit perlu diberikan dalam jangka waktu tertentu. Pemberian kredit bersifat sementara dengan tujuan peningkatan produksi yang diikuti dengan peningkatan pemasaran dan penciptaan surplus untuk menjadi tabungan sebagai awal dari pembentukan modal secara mandiri. Pelayanan permodalan pada intinya harus menciptakan surplus usaha dan dikelola secara tertib dan terbuka

Bank Danamon sebagai Bank yang tumbuh dan berkembang di Indonesia, memiliki komitmen untuk menjadi Bank pilihan yang juga mampu memberikan kontribusi positif bagi nasabah khususnya dan masyarakat luas pada umumnya. Melalui program Danamon Simpan Pinjam (DSP) juga membidik kredit pada sektor usaha berskala mikro dan kecil. Dengan melihat pentingnya kredit bagi pedagang pasar maka penulis tertarik melakukan penelitian untuk menyelesaikan permasalahan ini secara ilmiah. Dan berdasarkan pertimbangan di atas penulis memilih judul “Analisis Pemanfaatan Kredit Bank Danamon Bagi Usaha Kecil Pada Pedagang Pasar Bakti Kota Medan”.1

1

Kata Kunci (Key Word): Kredit Bank, Usaha Kecil dan Pedagang Pasar

Penelitian dilakukan di Perusahaan Daerah Pasar Bakti Kota Medan Propinsi Sumatera Utara. Daerah ini dipilih karena merupakan salah satu pasar yang sebagian besar pedagangnya banyak memanfaatkan fasisilitas kredit dari Bank Danamon. Dalam melakukan penelitian di lapangan metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif dan pengumpulan data dengan menggunakan teknik wawancara dan observasi. Penelitian ini betujuan untuk mengetahui manfaat dari dana kredit Bank Danamon yang telah diterima oleh Pedagang Pasar Bakti Kota Medan dan untuk mengetahui hambatan-hambatan dari pedagang Pasar Bakti dalam pemanfaatan dana kredit Bank Danamon.

Hasil penelitian yaitu Bank Danamon melalui layanan DSP cukup memberikan kemudahan bagi mereka yaitu para pedagang dalam mendapatkan pelayanan modal usaha Melalui layanan kredit Danamon Simpan Pinjam, dapat dilihat manfaat yang diperoleh para pedagang, yaitu: Pertama, pemenuhan modal usaha. Kedua, peningkatan keuntungan usaha dan Ketiga, adanya peningkatan pendapatan keluarga. Kebijaksanaan kredit dan suku bunga bersubsidi perlu diberikan dan harus ditempuh dengan cara lebih transparan dan jelas pemihakannya bagi usaha kecil. Sektor usaha kecil ini telah memberikan manfaat yang besar bagi masyarakat karena telah menciptakan beberapa peluang usaha yang dapat menyerap tenaga kerja yang banyak , sehingga membuat kondisi ekonomi Indonesia hingga kini dapat bertahan.


(6)

ABSTRAKSI

ANALISIS PEMANFAATAN KREDIT BANK DANAMON BAGI USAHA KECIL PADA PEDAGANG PASAR BAKTI KOTA MEDAN

NAMA : Soleman Ali S. NIM : 050903082

Departemen : Ilmu Administrasi Negara Fakultas : Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Pembimbing : Drs. Alwi Hashim Batubara, MSi.

Masalah utama bagi sebagian besar pengusaha kecil adalah pemenuhan modal awal untuk memulai siklus kegiatan ekonomi. Karenanya pelayanan permodalan berupa kredit perlu diberikan dalam jangka waktu tertentu. Pemberian kredit bersifat sementara dengan tujuan peningkatan produksi yang diikuti dengan peningkatan pemasaran dan penciptaan surplus untuk menjadi tabungan sebagai awal dari pembentukan modal secara mandiri. Pelayanan permodalan pada intinya harus menciptakan surplus usaha dan dikelola secara tertib dan terbuka

Bank Danamon sebagai Bank yang tumbuh dan berkembang di Indonesia, memiliki komitmen untuk menjadi Bank pilihan yang juga mampu memberikan kontribusi positif bagi nasabah khususnya dan masyarakat luas pada umumnya. Melalui program Danamon Simpan Pinjam (DSP) juga membidik kredit pada sektor usaha berskala mikro dan kecil. Dengan melihat pentingnya kredit bagi pedagang pasar maka penulis tertarik melakukan penelitian untuk menyelesaikan permasalahan ini secara ilmiah. Dan berdasarkan pertimbangan di atas penulis memilih judul “Analisis Pemanfaatan Kredit Bank Danamon Bagi Usaha Kecil Pada Pedagang Pasar Bakti Kota Medan”.1

1

Kata Kunci (Key Word): Kredit Bank, Usaha Kecil dan Pedagang Pasar

Penelitian dilakukan di Perusahaan Daerah Pasar Bakti Kota Medan Propinsi Sumatera Utara. Daerah ini dipilih karena merupakan salah satu pasar yang sebagian besar pedagangnya banyak memanfaatkan fasisilitas kredit dari Bank Danamon. Dalam melakukan penelitian di lapangan metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif dan pengumpulan data dengan menggunakan teknik wawancara dan observasi. Penelitian ini betujuan untuk mengetahui manfaat dari dana kredit Bank Danamon yang telah diterima oleh Pedagang Pasar Bakti Kota Medan dan untuk mengetahui hambatan-hambatan dari pedagang Pasar Bakti dalam pemanfaatan dana kredit Bank Danamon.

Hasil penelitian yaitu Bank Danamon melalui layanan DSP cukup memberikan kemudahan bagi mereka yaitu para pedagang dalam mendapatkan pelayanan modal usaha Melalui layanan kredit Danamon Simpan Pinjam, dapat dilihat manfaat yang diperoleh para pedagang, yaitu: Pertama, pemenuhan modal usaha. Kedua, peningkatan keuntungan usaha dan Ketiga, adanya peningkatan pendapatan keluarga. Kebijaksanaan kredit dan suku bunga bersubsidi perlu diberikan dan harus ditempuh dengan cara lebih transparan dan jelas pemihakannya bagi usaha kecil. Sektor usaha kecil ini telah memberikan manfaat yang besar bagi masyarakat karena telah menciptakan beberapa peluang usaha yang dapat menyerap tenaga kerja yang banyak , sehingga membuat kondisi ekonomi Indonesia hingga kini dapat bertahan.


(7)

BAB I PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang Masalah

Arah yang dituju dalam pengembangan usaha kecil adalah meningkatnya produktivitas, daya saing dan skala usaha perusahaan kecil. Kebijaksanaan pengembangan usaha kecil perlu didasarkan pada kepudulian untuk membina dan memberdayakan usaha kecil. Kebijakan ini bertumpu pada beberapa langkah terutama langkah-langkah yang berkaitan dengan upaya penguatan manajemen dan permodalan (Tangkilisan, 2003:103).

Masalah utama bagi sebagian besar pengusaha kecil adalah pemenuhan modal awal untuk memulai siklus kegiatan ekonomi. Karenanya pelayanan permodalan berupa kredit tersebut perlu diberikan dalam jangka waktu tertentu. Pemberian kredit bersifat sementara dengan tujuan peningkatan produksi yang diikuti dengan peningkatan pemasaran dan penciptaan surplus untuk menjadi tabungan sebagai awal dari pembentukan modal secara mandiri (Arifin dan Rachbini, 2001).

Pelayanan permodalan pada intinya harus menciptakan surplus usaha dan dikelola secara tertib dan terbuka. Acuannya adalah prinsip-prinsip: acceptable, dengan pengelolaan secara terbuka dan dapat dipertanggungjawabkan: profitable, memberikan pendapatan yang memadai dan mendidik masyarakat untuk mengelola kegiatan secara ekonomis; sustainable, hasilnya dapat dilestarikan oleh masyarakat sendiri dan replicable, pengelolaan dana dan pelestarian hasil dapat dilakukan dan dikembangkan oleh masyarakat dalam lingkungan yang lebih luas.


(8)

Dalam pelayanan permodalan tersebut diperlukan lembaga keuangan yang ideal dalam arti mempunyai ciri sosial dengan dasar kebersamaan dan ciri ekonomi dengan menerapkan prinsip ekonomi berupa prosedur dan kriteria perbankan. Kebersamaan diawali dengan saling mengenal , saling membantu dan menerapkan perhitungan ekonomi. Prinsip ekonomi mengandung empat unsur, yaitu unit kegiatannya menguntungkan, pembukuannya sederhana tetapi dapat dengan mudah digunakan sebagai pemeriksaan dan pengawasan, pembukuan kegiatannya terpisah dari kegiatan lain dan adanya otonomi dalam pengambilan keputusan.

Bank Danamon sebagai Bank yang tumbuh dan berkembang di Indonesia, memiliki komitmen untuk menjadi Bank pilihan yang juga mampu memberikan kontribusi positif bagi nasabah khususnya dan masyarakat luas pada umumnya. Melalui program Danamon Simpan Pinjam (DSP) juga membidik kredit pada sektor usaha berskala mikro dan kecil. DSP adalah sebuah divisi yang dikembangkan oleh Bank Danamon secara khusus untuk melayani dan membantu mengembangkan usaha berskala mikro dan kecil. Semua produk, proses, kantor cabang dan layanan di DSP dirancang dan dikembangkan secara khusus hanya untuk memenuhi kebutuhan pengusaha mikro dan kecil.

Berdasarkan data bersumber dari Biro Pusat Statistik dan Bank Dunia, di Indonesia ada sekitar 19,5 juta usaha berskala mikro dan kecil di seluruh Indonesia. 60% adalah pedagang yang berusaha di ribuan pasar tradisional di seluruh Indonesia. Pada bulan November 2003, Bank Danamon melakukan penelitian pasar. Dalam penelitian ini kami mewawancara 1000 pengusaha mikro dan kecil di 8 kota besar. Melalui penelitian ini diketahui bahwa 94% dari responden membutuhkan pinjaman, namun hanya 36% (yaitu 61% dari 60% yang mempunyai pinjaman pada saat penelitian dilakukan (currently


(9)

borrow), yang meminjam dari BRI dan bank komersial lainnya. Hanya 5% yang meminjam dari BPR (8% dari 60% - currently borrow). Sisanya meminjam dari teman, keluarga, rentenir, dan koperasi.

Melalui penelitian yang dilakukan oleh Bank Danamon, responden mengatakan bahwa persyaratan dan proses untuk meminjam uang di bank terlalu rumit, proses terlalu lama dan lokasi bank terlalu jauh dari tempat usaha, dan mereka tidak mempunyai waktu untuk datang ke bank karena harus menunggu toko/kios-nya. Sebagian besar mengatakan bahwa bank "menakutkan" dan bukan untuk mereka. Mereka membutuhkan layanan dan persyaratan yang sederhana, proses yang mudah dan cepat, kenyamanan bertransaksi dan kalau bisa transaksi dapat dilakukan di tempat mereka (http://www.danamon.co.id/ content_a.php?idCon=383&lng=1&mm=7&bn=39).

Dari riset ini, pihak Bank Danamon berkesimpulan bahwa kebijakan, produk dan proses yang berlaku di Bank Danamon saat itu memang tidak dirancang untuk melayani nasabah seperti ini. Oleh karena itulah diputuskan untuk membangun suatu organisasi khusus untuk melayani mereka. Maka lahirlah Danamon Simpan Pinjam (DSP). DSP memberikan apa yang nasabah butuhkan, yaitu: 1. Kesederhanaan yaitu persyaratan dan proses yang sederhana, yang diterjemahkan dalam persyaratan jaminan dan dokumentasi yang fleksibel dan sederhana; proses transaksi yang sederhana menggunakan cap jempol (teknologi biometrik). 2. Kecepatan yaitu proses persetujuan kredit dalam 2 hari untuk kredit dibawah Rp 50 juta dan 3 hari untuk kredit lebih dari Rp 50 juta. 3. Kenyamanan yaitu lokasi cabang berada dalam komunitas yang dilayani, transaksi dapat dilakukan di tempat kastemer, layanan jemput uang tunai setiap hari untuk menggalakkan kebiasaan menabung secara teratur. Dan 4. Solusi Total yaitu DSP melayani seluruh kebutuhan


(10)

perbankan kastemer baik bisnis maupun konsumtif, melalui kelengkapan produk dan layanan.

Wakil Direktur Utama PT Bank Danamon Indonesia Tbk Jos Luhukay menyatakan tingkat rasio kredit bermasalah (non performing loan/NPL) para pedagang pasar tradisional cenderung rendah. Atas dasar itu perseroan akan meningkatkan pengucuran kredit melalui Danamon Simpan Pinjam (DSP) hingga Rp11 triliun pada tahun 2008. Jos menuturkan perputaran uang di pasar tradisional sangat cepat sehingga tidak menimbulkan kesulitan bagi para pedagang untuk memenuhi kewajibannya. Hasilnya tingkat NPL selalu rendah dan terjaga. Atas dasar itu Danamon akan ekspansif dalam mengucurkan kredit kepada para pedagang pasar tradisional di seluruh Indonesia. Pada tahun ini perseroan menargetkan kredit hingga Rp11 triliun pada tahun 2008 melalui DSP.

Menurut Jos selama semester I/2008, penyaluran kredit DSP telah mencapai Rp9,5 triliun mencakup 452.000 pedagang di seluruh Indonesia dengan rentang kredit dari Rp2,5 juta hingga Rp500 juta. Suku bunga kredit yang diberikan 1 persen sampai 2,5 persen per bulan dan perseroan belum melakukan penyesuaian terhadap suku bunga acuan BI Rate. Untuk menjangkau nasabah lebih banyak, Danamon menargetkan bisa membentuk 1.200 unit pelayanan atau jaringan hingga akhir tahun, yang saat ini baru mencapai 950 unit.

Kontribusi DSP terhadap pendapatan Danamon, lanjut Jos cukup tinggi yaitu 16 persen sampai 20 persen. Hingga akhir tahun pertumbuhan kredit Danamon secara total ditargetkan mencapai 22 persen (YoY). Bahkan hingga pertengahan tahun pertumbuhan kredit telah mencapai 32 persen (http://ajisaka.dagdigdug.com/2008/07/22/nasabah-mikro-lebih-pruden/).


(11)

Sebagian besar pedagang yang ada di Pasar Bakti Kota Medan juga melakukan pinjaman kredit dari Bank Danamon yang disebabkan oleh banyak hal seperti yang dipaparkan di atas. Pada dasarnya, pedagang membutuhkan dana bagi peningkatan stok barang. Apalagi jika permintaan barang terus meningkat, maka butuh dukungan modal untuk pengadaan barang. Modal dapat didatangkan dari lembaga keuangan formal, seperti perbankan. Dengan melihat pentingnya kredit bagi pedagang pasar maka penulis tertarik melakukan penelitian untuk menyelesaikan permasalahan ini secara ilmiah. Dan berdasarkan pertimbangan di atas penulis memilih judul “Analisis Pemanfaatan Kredit Bank Danamon Bagi Usaha Kecil Pada Pedagang Pasar Bakti Kota Medan”.

I.2. Perumusan Masalah

Arikunto (1993: 17) menguraikan bahwa agar penelitian dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya, maka penulis harus merumuskan masalahnya sehingga jelas dari mana harus memulai, kemana harus pergi, dan dengan apa ia melakukan penelitian. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pentingnya perumusan masalah adalah agar diketahui arah jalan suatu penelitian.

Berdasarkan uraian yang telah dijabarkan pada latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan permsalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah ”Bagaimana Pemanfaatan Kredit Bank Danamon Bagi Usaha Kecil Pada Pedagang Pasar Bakti Kota Medan”.


(12)

I.3. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui manfaat dari dana kredit Bank Danamon yang telah diterima oleh Pedagang Pasar Bakti Kota Medan.

2. Untuk mengetahui hambatan-hambatan dari pedagang Pasar Bakti dalam pemanfaatan dana kredit Bank Danamon.

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini dilakukan agar dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Secara Subyektif. Sebagai suatu sarana untuk melatih dan mengembangkan kemampuan berfikir ilmiah, sistematis dan metodologis penulis dalam menyusun berbagai kajian literatur untuk menjadikn suatu wacana baru dalam memperkaya khazanah kognitif.

2. Secara Praktis. Memberikan data dan informasi yang berguna bagi semua kalangan terutama bagi pihak Bank Danamon yang telah memberikan pinjaman kredit bagi usaha kecil/ pedagang pasar agar dapat merencanakan lagi program yang tepat dalam rangka meningkatkan kinerja produksi usaha kecil/ pedagang pasar dan memberikan masukan bagi para pedagang pasar khususnya di tempat penelitian ini dilaksanakan agar dapat lebih memanfaatkan pinjaman kredit dari Bank Danamon untuk peningkatan keuntungan usaha.

3. Secara Akademis. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi baik secara langsung atau tidak bagi kepustakaan Departemen Ilmu Administrasi Negara dan bagi kalangan penulis lainnya yang tertarik untuk mengeksplorasi kembali kajian tentang pemnfaatan kredit bank bagi usaha kecil.


(13)

I.5. KERANGKA TEORI

Kerangka teori diperlukan untuk memudahkan penelitian, sebab ia merupakan pedoman berfikir bagi peneliti. Oleh karena itu, seorang peneliti harus terlebih dahulu menyusun suatu kerangka teori sebagai landasan berfikir untuk menggambarkan dari sudut mana ia menyoroti masalah yang dipilihnya.. Selanjutnya menurut Masri Singarimbun dan Sofyan Effendi (1989: 37), teori adalah serangkaian asumsi , konsep, konstruksi, definisi dan proposisi untuk menerangkan suatu fenomena sosial secara sistematis dengan cara merumuskan hubungan antar konsep.

I.5.1 Kredit Bank

Istilah kredit berasal dari Bahasa Latin “credere” yang berarti kepercayaan (dalam bahasa Inggris “faith” dan “trust”). Dapat dikatakan dalam hubungan ini bahwa kreditur (yang memberi kredit, lazimnya bank) dalam hubungan perkreditan dengan debitur (nasabah, penerima kredit) mempunyai kepercayaan, bahwa debitur dalam waktu dan dengan syarat-syarat yang telah disetujui bersama, dapat mengembalikan (membayar kembali) kredit yang bersangkutan (D. Gandaprawira 1992:1)

Dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 10 Tahun Tahun 1998 Tentang Perbankan, menggunakan dua istilah yang berbeda, namun mengandung makna yang sama untuk pengertian kredit. Penggunaan istilah tersebut tergantung pada kegiatan usaha yang dijalankan oleh bank, apakah bank dalam menjalankan kegiatan usahanya secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah. Bank yang menjalankan kegiatan usahanya secara konvensional menggunakan istilah kredit, sedangkan bank yang menjalankan


(14)

usahanya berdasarkan syariah menggunakan istilah pembiayaan berdasarkan prinsip syariah.

Istilah kredit disebutkan pada pasal 1 angka 11 UU No.10/1998 dan istilah pembiayaan berdasarkan prinsip syariah disebutkan pada pasal 1 angka 12 UU No.10/1998. Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. Sedangkan pembiayaan berdasarkan prinsip syariah adalah penyediaan uang atau tagihan yang dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil.

Dari rumusan kedua istilah kredit tersebut, perbedaannya terletak pada bentuk kontraprestasi yang akan diberikan nasabah peminjam dana (debitur) kepada bank (kreditur) atas pemberian kredit atau pembiayaannya. Pada bank konvensional kontraprestasinya berupa bunga, sedangkan bank syariah kontraprestasinya dapat berupa imbalan atau bagi hasil sesuai dengan persetujuan atau kesepakatan bersama. Baik kredit maupun pembiayaan berdasarkan prinsip syariah, sama-sama menyediakan uang atau tagihan atas dasar persetujuan atau kesepakatan bersama antara pihak bank dan pihak lain dengan kewajiban pihak peminjam atau pihak yang dibiayai untuk melunasi utangnya atau mengembalikannya beserta bunga, imbalan atau bagi hasil dalam tenggang waktu yang telah disepakati bersama. Dengan demikian, kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip


(15)

syariah merupakan perjanjian pinjam-meminjam (uang) yang dilakukan antara bank dan pihak lain, nasabah peminjam dana.

I.5.2 Unsur-Unsur Kredit

Berdasarka uraian tersebut, dapat disimpulkan unsur-unsur yang terdapat dalam kredit, yaitu:

1. Kepercayaan, yaitu adanya keyakinan dari pihak bank atas prestasi yang diberikannya kepada nasabah peminjam dana yang akan dilunasinya sesuai dengan jangka waktu yang diperjanjikan.

2. Waktu, yaitu adanya jangka waktu tertentu antara pemberian kredit dan pelunasannya, di mana jangka waktu tersebut sebelumnya terlebih dahulu disetujui atau disepakati bersama antara pihak bank dan nasabah peminjam dana.

3. Prestasi, yaitu adanya objek tertentu berupa prestasi dan kontraprestasi pada saat tercapainya persetujuan atau kesepakatan perjanjian pemberian kredit antara bank dan nasabah peminjam dana berupa uang dan bunga atau imbalan.

4. Risiko, yaitu adanya risiko yang mungkin akan terjadi selam jangka waktu antara pemberian dan pelunasan kredit tersebut, sehingga untuk mengamankan pemberian kredit dan menutup kemungkinan terjadinya wanprestasi dari nasabah peminjam dana, maka diadakanlah pengikatan jaminan dan agunan.

I.5.3. Prinsip-Prinsip Pemberian Kredit

Kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah yang diberikan oleh bank mengandug risiko, sehingga dalam setiap pemberian kredit atau pembiayaan berdasarkan


(16)

prinsip syariah harus memperhatikan asas-asas perkreditan atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah yang sehat dan berdasarkan prinsip kehati-hatian. Untuk itu sebelum memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah, bank harus melakukan penilaian yang seksama terhadap pelbagai aspek. Berdasarkan penjelasan pasal 8 Undang-Undang Perbankan yang Diubah, yang mesti dinilai oleh bank sebelum memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah adalah watak, kemampuan, modal agunan dan prospek usaha serta nasabah debitur yang kemudian terkenal dengan sebutan “ the five C of credit analysis” atau prinsip 5 C’s.

Pada sasarannya konsep 5 C’s ini akan dapat memberikan informasi mengenai I’tikad baik (willingness to pay) dan kemampuan membayar (ability to pay) nasabah untuk melunasi kembali pinjaman beserta bunganya (Dahlan Siamat 1995:99).

1. Penilaian Watak (Character)

Penilaian watak atau kepribadian calon debitur dimaksudkan untuk mengetahui kejujuran dan I’tikad baik calon debitur untuk melunasi atau mengembalikan pinjamannya, sehingga tidak akan menyulitkan bank dikemudian hari. Hal ini dapat diperoleh terutama didasarkan kepada hubungan yang telah terjalin antara bank dan (calon) debitur atau informasi yang diperoleh dari pihak lain yang megetahui moral, kepribadian dan perilaku calon debitur dalam kehidupan kesehariannya.

2. Penilaian Kemampuan (Capacity)

Bank harus meneliti tentang keahlian calon debitur dalam bidang usahanya dan kemampuan manajerialnya, sehingga bank yakin bahwa usaha yang akan


(17)

dibiayainya dikelola oleh orang-orang yang tepat, sehingga calon debiturnya dalam jangka waktu tertentu mampu melunasi atau mengembalikan pinjamannya.

Kalau kemampuan bisnisnya kecil, tentu tidak layak diberikan kredit dalam skala besar. Demikian juga jika trend bisnisnya atau kinerja bisnisnya menurun, maka kredit juga tidak semestinya diberikan. Kecuali jika penurunan itu karena kekurangan biaya. Sehingga dapat diantisipasi bahwa dengan tambahan biaya lewat peluncuran kredit, maka trend atau kinerja bisnisnya tersebut dipastikan akan semaki membaik (Munir Fuady 1996:23).

3. Penilaian Terhadap Modal (Capital)

Bank harus melakukan analisis terhadap posisi keuangan secara menyeluruh mengenai masa lalu dan yang akan datang, sehingga dapat diketahui kemampuan permodalan calon debitur dalam menunjang pembiayaan proyek atau usaha calon debitur yang bersangkutan.

Dalam praktek sekarang ini bank jarang sekali memberikan kredit untuk membiayai seluruh dana yang diperlukan nasabah. Nasabah wajib menyediakan modal sendiri, sedangkan kekurangannya itu dapat dibiayai dengan kredit bank. Jadi bank fungsinya hanyalah menyedikan tambahan modal, dan biasanya lebih sedikit dari pokoknya (Gatot Supramono 1995:33-34).

4. Penilaian Terhadap Agunan (Collateral)

Untuk menaggung pembiayaan kredit macet, calon debitur umumnya wajib menyediakan jaminan berupa agunan yang berkualitas tinggi dan mudah dicairkan yang nilainya minimal sebesar jumlah kredit atau pembiayaan yang diberikan kepadanya. Untuk itu sudah seharusnya bank wajib meminta agunan tambahan


(18)

dengan maksud jika calon debitur tidak dapat melunasi kreditnya, maka agunan tambahan tersebut dapat dicairkan guna menutupi pelunasan atau pengembalian kredit atau pembiayaan yang tersisa.

5. Penilaian Terhadap Prospek Usaha Nasabah Debitur (Condition of Economy)

Bank harus menganalisis keadaan pasar di dalam dan luar negeri, baik masa lalu maupun masa yang akan datang, sehingga masa depan pemasaran dan hasil proyek atau usaha calon debitur yang dibiayai bank dapat diketahui.

Selain memperhatikan hal-hal di atas, bank harus pula mengetahui mengenai tujuan penggunaan kredit dan rencana pengembangan kreditnya serta urgensi dari kredit yang diminta (Edy Putra Tje Aman 1989:15)

Di samping menggunakan prinsip pemberian kredit di atas, bank di dalam memberikan kredit juga menggunakan prinsip 3 R, yaitu:

1. Returns (Hasil Yang Diperoleh)

Returns, yakni hasil yang diperoleh oleh debitur, dalam hal ini ketika kredit telah dimanfaatkan dan diatisipasi oleh calon kreditur. Artiya perolehan tersebut mencukui untuk membayar kembali kredit beserta bunga, ongkos-ongkos, di samping membayar keperluan perusahaan yang lain seperti untuk cash flow, kredit lain jika ada dan sebagainya.

2. Repayment (Pembayaran Kembali)

Kemampuan bayar dari pihak debitur tentu saja juga mesti dipertimbangkan. Dan apakah kemampuan bayar tersebut match dengan schedule pembayaran kembali dari kredit yang akan diberikan itu. Ini juga hal yang tidak boleh diabaikan. 3. Risk Bearing Ability (Kemampuan Menanggung Resiko)


(19)

Hal lain yang perlu diperhatikan juga adalah sejauh mana terdapatnya kemampuan debitur untuk menanggung resiko. Misalnya dalam hal terjadi hal-hal di luar antisipasi kedua belah pihak. Terutama jika dapat menyebabkan timbulnya kredit macet. Untuk itu, harus diperhitungkan apakah misalnya jaminan dan / asuransi barang atau kredit sudah cukup aman untuk menutupi risiko tersebut (Munir Fuady 1996:25-27).

I.5.4. Fungsi dan Manfaat Kredit 1.5.4.1 Fungsi Kredit

Adapun fungsi kredit antara lain sebagai berikut :

1) Kredit dapat memajukan arus tukar menukar barang – barang dan jasa.

2) Kredit dapat mengaktifkan alat pembayaran yang tidak digunakan (idle) dari

golongan masyarakat yang berlebih dananya kepada golongan masyarakat yang kekurangan dana. Misalnya, bank memiliki produk tabungan dan deposito untuk menampung simpanan dana dari masyarakat yang berlebih dananya. Dari dana simpanan tersebut bank menyalurkan dana kepada masyarakat yang membutuhkan dalam bentuk kredit.

3) Kredit mengeluarkan pilihan alat lalulintas pembayaran yang baru selain uang,

karena seorang debitur dapat menarik dana atau melakukan pembayaran dengan menggunakan cek , bilyet giro atau perintah pembayaran yang lain.

4) Kredit sebagai pengendali harga, dalam hal andaikata ada perluasan jumlah uang

yang beredar di masyarakat, maka salah satu caranya adalah dengan jalan mempermudah dan mempermudah penberian kredit perbankan kepada masyarakat


(20)

sesuai dengan rumus Fisher Equation yang menyatakan bahwa uag beredar merupakan salah satu faktor yan berpengaruh terhadap harga : MV=PT, dimana M;Jumlah uang yang beredar, V;kecepatan laju edar, P; tingkat harga, T; jumlah barang jasa yang diperdagangkan.

5) Kredit dapat meningkatkan potensi ekonomi yang ada di masyarakat sebagai

tambahan modal bagi segala kalangan yang berkecimpung di dalam dunia usaha, mulai dari petani sampai dengan pengusaha.

1.5.4.2Manfaat Kredit

Manfaat kredit dilihat dari pihak-pihak yang berkepentingan antara lain (Hasibuan:88-90):

1. Manfaat kredit bagi bank, antara lain:

a) Bank memperoleh pendapatan berupa bungan yang diterima dari debitur,

sehingga akan meningkatkan laba bank.

b) Dengan menyalurkan kredit, bank sekaligus dapat memasarkan produk-produk pelayanan perbankan yang lainnya.

c) Bank memperoleh keuntungan dibidang sumber daya manusia khususnya dalam

dunia kredit perbankan, sehingga dimasa yang akan datang akan memiliki tenaga – tenaga perkreditan yang berkualitas.

2. Manfaat kredit bagi pemerintah atau negara, antara lain;

a) Kredit bank dapat dipakai sebagai alat untuk mendorong laju perekonomian

nasional.

b) Kredit dapat dijadikan alat pengendali moneter.


(21)

d) Kredit dapat meningkatkan pemerataan pendapatan.

e) Dapat meningkatkan pendapatan negara malalui pajak dari bunga.

3. Manfaat kredit bagi masyarakat luas, antara lain;

a) Dengan adanya kredit akan meningkatkan perluasan lapangan kerja sehingga

akan mengurangi penganguran.

b) Untuk kelompok masyarakat yang memiliki keahlian dan profesi tertentu dapat

terlibat dalam proses pemberian kredit, misalnya sebagai konsultan kredit dan lain- lain.

4. Manfaat kredit bagi pedagang, yaitu;

a) Sebagai sumber permodalan untuk menjaga kelangsungan atau meningkatkan

usahanya, dengan kredit, debitur dapat meningkatkan pengadaan barang dagangannya.

b) Dengan memperoleh kredit bank, maka secara tidak langsung akan

meningkatkan keuntungan usaha dengan adanya tambahan modal, sehingga debitur dapat memperoleh kesempatan untuk mendapatkan pelayanan fasilitas perbankan yang lainnya.

c) Bank akan menjaga privasi atau kerahasiaan nasabah.

d) Dalam meningkatkan usahanya, maka jangka waktu kedit dapat disesuaiakan

dengan kebutuhan.

e) Mengurangi tingkat penggunaan kredit rentenir oleh para pedagang pasar.

Di samping manfaat tersebut, kredit perbankan juga mempunyai manfaat bagi Nasabah (Debitur) antara lain: (Simorangkir, 2000:102-103)


(22)

a) Kepercayaan Bank terhadap Nasabah/ Debitur sehingga Bank selalu mengutamakan debitur yang mempunyai reputasi yang baik dalam hal penyediaan modal.

b) Peningkatan dan pengembangan usaha dari pengusaha kecil non formal menjadi formal.

c) Peningkatan keterampilan /kemampuan manajemen mengelolah usaha dengan baik

d) Membantu menyediakan lapangan kerja sehingga mengurangi penganguran

e) Meningkatkan pendapatan keluarga sehingga mampu meningkatkan kesejahteraan keluarga. Dengan demikian yang bersangkutan mampu menyekolahkan anak-anak sebagai asset utama kelangsungan usaha keluarga. Masa depan keluarga yang menjadi pasti dalam kelangsungan hidup bermasyarakat.

f) Ikut berpartisipasi dalam pembangunan dan lebih khusus sebagai pengusaha kecil / menengah yang mempertahankan basis ekonomi rakyat.

I.5.5. Usaha Kecil

Berdasarkan UU N0. 20/ 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil Dan Menengah yang dimaksud dengan Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung


(23)

maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini.

Pengertian kecil di dalam usaha kecil bersifat relatif, sehingga perlu ada batasannya, yang dapat menimbulkan definisi-definisi usaha kecil dari beberapa segi. Menurut M.Tohar dalam bukunya “Membuka Usaha Kecil” (1999:2) definisi usaha kecil dari berbagai segi tersebut adalah sebagai berikut :

a. Berdasarkan Total Aset

Berdasarkan total aset, pengusaha kecil adalah pengusaha yang memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 200.000.000,00 ( dua ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat membuka usaha.

b. Berdasarkan Total Penjualan Bersih Per Tahun

Berdasarkan hal ini pengusaha kecil adalah pengusaha yang memiliki hasil total penjualan bersih per tahun paling banyak Rp 1.000.000.000 ( satu miliar rupiah).

c. Berdasarkan Status Kepemilikan

Dari segi ini, didefinisikan bahwa pengusaha kecil adalah usaha berbentuk perseorangan, bisa berbadan hukum atau tidak berbadan hukum yang didalamnya termasuk koperasi.

Jenis usaha yang mempunyai kriteria seperti di atas oleh Bank Indonesia dikelompokkan sebagai kegiatan usaha yang perlu dibantu dengan kredit usaha kecil atau apabila telah berjalan bisa di fasilitasi dengan Kredit Modal Kerja.


(24)

Menurut hasil studi Lembaga Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, menunjukkan bahwa di Indonesia kriteria usaha kecil itu sangat berbeda-beda, tergantung pada fokus permasalahan yang dituju dan instansi yang berkaitan dengan sektor ini. Sedangkan di negara-negara lain, kriteria yang ada akhirnya turut menentukan ciri sektor usaha kecil, yang antara lain ditentukan oleh karyawan yang dimiliki perusahaan yang bersangkutan (Anoraga, 2002: 225).

Secara umum, sektor usaha kecil memiliki karakteristik sebagai berikut (Sudantoko, 2002: 225):

1. Sistem pembukuan yang relatif sederhana dan cenderung tidak mengikuti kaidah administrasi pembukuan standar. Kadangkala pembukuan tidak di-up to date, sehingga sulit untuk menilai kinerja usahanya.

2. Margin usaha yang cenderung tipis mengingat persaingan yang sangat tinggi. 3. Modal terbatas.

4. Pengalaman manajerial dalam mengelola perusahaan masih sangat terbatas.

5. Skala ekonomi yang terlalu kecil, sehingga sulit mengharapkan untuk mampu menekan biaya mencapai titik efisiensi jangka panjang.

6. Kemampun pemasaran dan negosiasi serta difersifikasi pasar sangat terbatas.

7. Kemampuan untuk memperoleh sumber dana dari pasara modal rendah, mengingat keterbatasan dalam sistem administrasinya. Untuk mendapatkan dana di pasar modal, sebuah perusahaan harus mengikuti sistem administrasi standar dan harus transparan.


(25)

I.5.7. Kriteria Usaha Kecil

Secara umum bentuk usaha kecil adalah usaha kecil yang bersifat perorangan, persekutuan atau yang berbadan hukum dalam bentuk koperasi yang didirikan untuk meningkatkan kesejahteraan para anggota, ketika menghadapi kendala usaha.

Dari bentuk usaha kecil tersebut, maka penggolongan usaha kecil di Indonesi adalah sebagai berikut:

1. Usaha Perorangan.

Merupakan usaha dengan kepemilikan tunggal dari jenis usaha yang dikerjakan, yang bertanggung jawab kepada pihak ketiga/pihak lain. maju mundurnya usahanya tergantung dari kemampuan pengusaha tersebut dalam melayani konsumennya. harta kekayaan milik pribadi dapat dijadikan modal dalam kegiatan usahanya.

2. Usaha Persekutuan.

Penggolongan usaha kecil yang berbentuk persekutuan merupakan kerja sama dari pihak-pihak yang bertanggung jawab secara pribadi terhadap kerja perusahaan dalam menjalankan bisnis.

Sedangkan, pada hakekatnya penggolongan usaha kecil, yaitu:

1. Industri kecil, seperti: industri kerajinan tangan, industri rumahan, industri logam, dan lain sebagainya.

2. Perusahaan berskala kecil, seperti: toserba, mini market, koperasi, dan sebagainya. 3. Usaha informal, seperti: pedagangan kaki lima yang menjual barang-barang

kebutuhan pokok.

Secara umum, kriteria pengusaha kecil diatur dalam Pasal 6 ayat (2) Undang- Undang Nomor 20 Tahun 2008, yaitu:


(26)

(a) Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 200.000.000,- (dua ratus juta), tidak termasuk tanah dan bagunan tempat usaha.

(b) Memiliki hasil penjualan tahunan, paling banyak Rp 1 M. (c) Milik Warga Negara Indonesia (WNI).

(d) Berdiri sendiri, tidak memiliki anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau berafiliasi.

(e) Berbentuk usaha perorangan, badan usaha tidak berbadan hukum atau badan usaha berbadan hukum dalam bentuk koperasi.

Dalam ayat (4)-nya, berbunyi: "kriteria sebagaimana yang disebutkan dalam huruf (a) dan (b), nilai nominalnya dapat diubah sesuai dengan perkembangan perekonomian, yang ditetapkan oleh Peraturan Pemerintah".

I.5.8. Konsentrasi Usaha Kecil

Ada beberapa area ekonomi yang biasanya menjadi konsentrasi usaha kecil, antara lain:

1. Manufaktur

jumlah usaha kecil manufaktur sangatlah banyak. Kategori ini meliputi perusahaan percetakan, pabrik, pembuat baja, pabrik peralatan rekreasi, manufaktur pakaian, perusahan mebel, perusahaan lemari dan perusahaan roti. Bisnis manufaktur meliputi pengubahan bahan baku menjadi produk yang dibutuhkan oleh masyarakat. Oleh karena itu, pemilik harus memahami produksi dan pemasaran dan bagaimana bisnis-bisnis ini berfungsi saling melengkapi satu dengan yang lainya.


(27)

2. Jasa

Sektor jasa merupakan suatu bidang yang beraneka ragam. Ada seratus peluang bisnis jasa. Jasa merupakan produk yang tidak dapat diraba (intengible product) yang secara fisik tidak dapat dimiliki dan yang meliputi kinerja atau karya.

3. Grosir (Wholeseling)

Grosir meliputi penjualan ke penjual yang lain, seperti pengecer, grosir yang lain, atau perusahaan industri. Perdagangan grosir sebagian besar terdiri dari usaha kecil. Pedagang bisnis merupakan suatu bisnis bebas, yang memegang kepemilikan barang di pasar. Perusahaan grosir kecil juga menjual beraneka ragam produk termasuk bahan makanan, supplies, mesin, peralatan rumah tangga, beras/ gandum, buah dan sayur-mayur. Bisnis ini melayani sebagai suatu mata rantai antara manufaktur dan pengecer atau pemakai industri.

4. Pengecer (Retailing)

Pengecer merupakan pedagang yang menjual barang-barang kepada konsumen akhir untuk keperluan pribadi. Perdagangan eceran meliputi semua kegiatan yang berhubungan secara langsung dengan penjualan barang atau jasa kepada konsumen akhir untuk keperluan pribadi (bukan untuk keperluan usaha). Namun demikian tidak tertutup kemungkinan adanya penjualan secara langsung dengan para pemakai industri karena tidak semua barang industri selalu dibeli dalam jumlah besar.

I.6. Defenisi Konsep

Konsep merupakan istilah atau definisi yang dipergunakan untu menggambarkan secara abstrak kejadian, kelompok, atau individu yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial


(28)

(Singarimbun dan Effendi, 1999:37). Agar memperoleh pembatasan yang jelas dari setiap konsep yang diteliti , maka penulis mengemukakan definisi konsep sebagai berikut:

1. Kredit Bank Danamon

Kredit bank merupakan perjanjian pinjam-meminjam (uang) yang dilakukan antara Bank Danamon dan pihak lain, nasabah peminjam dana yang dibuat atas dasar kepercayaan bahwa peminjam dalam tenggang waktu yang telah ditentukan akan melunasi atau mengembalikan uang atau tagihan tersebut kepada Bank Danamon disertai pembayaran sejumlah bunga, imbalan atau pembagian hasil keuntungan sebagai imbal jasanya.

2. Usaha Kecil

Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 200 juta (tidak termasuk tanah dan bangunan tempat membuka usaha) dan hasil total penjualan bersih per tahun paling banyak Rp 1miliar.

3. Pemanfaatan Kredit Bank Danamon Bagi Usaha Kecil

Dalam Kamus Tesaurus Bahasa Indonesia (Eko Endarmoko: 403), yang dimaksud dengan pemanfaatan adalah pemakaian, pendayagunaan, penggunaan dan eksploitasi. Jadi, yang dimaksud dengan pemanfaatan kredit Bank Danamon bagi usaha kecil adalah penggunaan uang/ pinjaman yang berasal dari perjanjian antara pihak Bank Danamon dengan nasabah peminjam dana untuk kepentingan tertentu yang sudah diterima oleh pengusaha kecil/ pedagang pasar.


(29)

I.7 Definisi Operasional

Definisi operasional adalah unsur penelitian sebagai unsur pelaksanaan bagaimana mengukur suatu variabel atau suatu informasi ilmiah yang membantu peneliti sehingga dari informasi tersebut diketahui bagaiman caranya mengukur variabel penelitian tersebut (Singarimbun, 1999: 46)

Adapun yang menjadi definisi operasional dalam penelitian ini adalah Pemanfaatan Kredit Bank Bagi Usaha Kecil Pada Pedagang Pasar Kota Medan dengan indikator:

1. Kemudahan dalam memperoleh kredit Bank Danamon yang dapat diukur dari:

a. Kesederhanaan yaitu persyaratan dan proses yang sederhana, yang diterjemahkan dalam persyaratan jaminan dan dokumentasi yang fleksibel dan sederhana.

b. Kecepatan yaitu kecepatan persetujuan pencairan kredit.

c. Kenyamanan yang dapat dilihat dari lokasi yang dekat dengan nasabah. 2. Peningkatan pengadaan barang dagangan dari kredit Bank Danamon yang

diperoleh.

3. Peningkatan keuntungan usaha yang dapat diukur dengan meningkatnya keuntungan yang diperoleh sebelum menggunakan kredit Bank Danamon dan setelah menggunakan kredit Bank Danamon.

4. Pendapatan yang dihasilkan dari kredit Bank Danamon yang telah diperoleh para pedagang pasar.


(30)

1.8. Sistematika Penulisan BAB I: PENDAHULUAN

Bab ini terdiri dari latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kerangka teori, definisi konsep, definisi operasional serta sistematika penulisan.

BAB II: METODE PENELITIAN

Bab ini terdiri dari metode penelitian, lokasi penelitian, informan penelitian, teknik pengumpulan data dan teknik analisa data.

BAB III: DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Bab ini berisikan gambaran umum mengenai daerah penelitian yang meliputi keadaan geografi, demografi, ekonomi, sosial budaya serta hal-hal yang berkaitan dengan masalah penelitian.

BAB IV: PENYAJIAN DATA

Bab ini membahas tentang hasil data yang diperoleh dari lapangan selama penelitian berlangsung dan juga dokumen-dokumen lain yang akan dianalisis.

BAB V: ANALISIS DATA

Bab ini berisikan tentang kajian dan analisis data yang diperoleh saat penelitian dan memberikan interpretasi terhadap masalah yang diajukan.

BAB VI: PENUTUP

Bab ini berisikan kesimpulan dari hasil penelitian yang dilakukan dan saran-saran


(31)

BAB II

METODE PENELITIAN

II.1. Bentuk Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini dalah metode penelitian deskriptif kualitatif. Sebagaimana menurut Nawawi (1990: 64), bahwa metode deskriptif adalah metode penelitian yang memusatkan perhatian pada masalah-masalah atau fenomena yang ada pada saat penelitian dilakukan atau masalah yang bersifat aktual, kemudian menggambarkan fakta-fakta tentang masalah yang diselidiki sebagaimana adanya, diiringi dengan interpretasi yang rasional dan akurat. Dengan demikian, penelitian ini menggambarkan fakta-fakta dan menjelaskan keadaan dari objek penelitian berdasarkan fakta-fakta sebagaimana adanya dan mencoba menganalisa kebenarannya berdasarkan data yang diperoleh.

II.2. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di PD Pasar Bakti Kota Medan yang beralamat di Jalan AR. Hakim No. 200 Medan, Sumatera Utara.

II.3. Informan Penelitian

Penelitian kualitatif tidak dimaksudkan untuk membuat generalisasi dari hasil penelitiannya. Oleh karena itu pada penelitian kualitatif tidak dikenal adanya populasi dan sampel. Subjek penelitian yang telah tercermin dalam fokus penelitian tidak ditentukan secara sengaja. Subjek penelitian ini menjadi informan yang akan memberikan berbagai


(32)

informasi yang diperlukan selama proses penelitian. Informan penelitian ini meliputi tiga macam, yaitu (1) informan kunci (key Informan), yaitu mereka yang mengetahui dan memiliki berbagai informasi pokok yang diperlukan dalam penelitian, (2) informan utama, yaitu mereka yang terlibat langsung dalam interaksi sosial yang diteliti, (3) informan tambahan, yaitu mereka yang dapat memberikan informasi walaupun tidak langsung terlibat dalam interaksi sosial yang sedang diteliti. (Hendrarso dalam Suyanto, 2005: 171-172)

Berdasarkan uraian di atas maka peneliti menentukan informan dengan menggunakan teknik purposive yaitu: penentuan informan tidak didasarkan atas strata, pedoman atau wilayah tetapi berdasarkan adanya tujuan tertentu yang tetap berhubungan dengan permasalahan penelitian, maka peniliti dalam hal ini menggunakan informan penelitian yang terdiri dari:

1. Informan Kunci, yaitu Pejabat Bank Danamon dan Pengamat Perusahaan Daerah Pasar Bakti Medan.

2. Informan Utama, yaitu pedagang pasar yang telah memperoleh kredit dari Bank Danamon.

II.4. Teknik Pengumpulan Data

Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. a. Data Primer, yaitu data yang langsung diperoleh dari lapangan yang diperoleh

melalui:

1. Wawancara, yaitu teknik pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan secara langsung dan terbuka kepada informan kunci atau pihak yang


(33)

berhubungan dan memiliki relevansi terhadap masalah yang berhubungan dengan penelitian.

2. Observasi, yaitu pengamatan lansung yang dilakukan oleh peneliti di lokasi penelitian sehingga data yang didapatkan adalah data yang akurat.

b. Data Sekunder, yaitu data yang diperoleh baik yang belum diolah maupun telah diolah, baik dalam bentuk angka maupun uraian. Dalam penelitian ini data-data sekunder yang diperlukan antara lain literatur yang relevan dengan judul penelitian seperti buku-buku, artikel, makalah, perarutan-peraturan, struktur organisasi, jadwal, waktu, petunjuk pelaksana, petunjuk teknis dan lain-lain yang memiliki relevansi dengan masalah yang diteliti.

II.5. Teknik Analisis Data

Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisa data deskriptif kualitatif, yaitu berusaha menyimpulkan data yang berhubungan dengan objek penelitian serta berusaha menjelaskan dan menggambarkan variabel penelitian secara mendalam dan mendetail, kemudian selanjutnya diberi interpretasi yang sesuai dengan tujuan yang telah dirumuskan. Data dari hasil wawancara akan diuraikan secara deskriptif dan dianalisa secara kualitatif.


(34)

BAB III

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

III.1. Kondisi Perdagangan di Kota Medan

Kegiatan pada sektor perdagangan di Kota Medan diantaranya terdiri dari kegiatan di pasar, plaza/mall, toko, restoran, PKL dan warung. Kegiatan perdagangan tersebut umumnya tergolong dalam kegiatan pada sektor perdagangan formal maupun sektor perdagangan informal.

Kegiatan yang termasuk sektor informal bersifat heterogen. Secara umum sektor informasi di daerah perkotaan dipandang sekedar melakukan peran dalam kehidupan kota dan terdiri dari beraneka ragam kegiatan usaha yang berkaitan dengan bidang pelayanan dan jasa pada tingkat bawah, seperti warung kopi, tukang sampah, pengamen jalanan, penyemir sepatu, PKL, dan pengencer barang. Kegiatan informal dapat dibedakan menjadi lima sub sektor yaitu perdagangan, jasa, angkutan, bangunan, dan industri kecil.

Adanya dorongan untuk masuk pada sektor informal karena tidak adanya hubungan kerja kontrak jangka panjang pada sektor informal, sehingga mobilitas angkatan kerja dalam sektor informal menjadi relatif tinggi. Hal ini merupakan salah satu faktor utama yang mempermudah tenaga kerja memasuki sektor ini. Jadi, diharapkan dapat bertindak sebagai suatu kekuatan penyangga antara kesempatan kerja dan pengangguran. Beberapa pencari kerja yang memperoleh pekerjaan tetap di sektor formal, bisa bekerja dalam sektor informal sementara atau waktu lama daripada menganggur sama sekali.

Kegiatan-kegiatan perekonomian sektor informal setidaknya memberikan pendapatan dan pekerjaan pada para penduduk, betapapun sedikit dan tidak tetapnya,


(35)

kepada penduduk yang hampir tidak bisa dibayangkan bagaimana mereka bisa mempertahankan kehidupan subsistensi mereka. Namun tidak mungkin diharapkan adanya kebijakan yang berorientasi pada kelangsungan kegiatan-kegiatan kecil dan tidak efisien yang menggunakan teknologi yang tradisional. Peningkat tingkat hidup penduduk menuntut perluasan sektor formal secepat mungkin. Oleh karena itu, perlu campur tangan pemerintah untuk membuat suatu kebijakan tentang keberadaan sektor informal khususnya PKL.

III.2. Kondisi Perdagangan Sektor Formal di Kota Medan

Salah satu yang dikemukakan dalam kegiatan perdagangan sektor formal adalah kegiatan pasar traditional yang terdapat di Kota Medan. Hasil retribusi pasar traditional yang dikelola oleh Perusahaan Daerah Pasar Kota Medan merupakan salah satu sumber pemasukan keuangan Kota Medan. Tidak adanya penambahan jumlah pasar oleh pemerintah mengakibatkan tidak tertampungnya pedagang di pasar-pasar yang dikelola oleh Perusahaan Daerah Pasar Kota Medan.

Mengenai ketersediaan sarana dan prasarana pasar di Kota Medan dapat dikemukakan pada tabel berikut.

Banyaknya Pasar Berdasarkan Kelas Yang Terdapat di Kota Medan

No. Tahun Kelas Jumlah

I-A I II II IV

1 1997 3 3 15 13 26 60 2 1998 3 3 15 13 26 60 3 1999 4 5 30 16 11 66 4 2000 4 5 29 14 11 63 5 2001 4 5 28 11 7 55 6 2002 4 5 29 9 9 56 7 2003 4 4 24 9 15 56 Sumber : Medan dalam angka Tahun 2001 dan Tahun 2003.


(36)

Keterangan tabel Kelas:

I-A: Adalah pasar yang bagunannya terdiri dari bagunan permanen dan mempunyai fasilitas yang baik seperti eskalator, tempat parkir, kamar mandi dan aliran listrik.

I: Adalah pasar yang bangunanya terdiri dari bangunan permanen dan semi permanen dan mempunyai fasilitas yang cukup seperti tempat parkir, kamar mandi dan aliran listrik.

II: Pasar yang bangunannya terdiri dari bangunan semi permanen dan mempunyai fasilitas yang belum memadai.

III: Adalah pasar yang bagunannya yang terdiri dari bagunan darurat yang belum mempunyai fasilitas yang layak.

IV: Adalah pasar yang mempergunakan lapangan sebagai tempat berjualan tanpa bangunan.

Kondisi pasar di Kota Medan sebenarnya belum memadai untuk memberikan pelayanan yang baik terhadap masyarakat menginga ada 24 pasar atau 42,86 % kelasnya yang masih tergolong kelas III dan kelas IV. Saat ini, pemerintah Kota Medan berkeinginan untuk membangun fasilitas ekomoni yang memadai yang mendukung pembangunan Kota Medan menuju mertopolitan.

Dalam rangka menciptakan suatu pasar yang bersih yang memperhatikan aspek lingkungan maka pemerintah kota merasa perlu untuk menertibkan kegiatan berjualan di pasat-pasar yang dikelola oleh PD. Pasar. Penertiban ini diatur dengan menertibkan Perda No. 31 Tahun 1993, tentang pemakaian Tempat Berjualan. Untuk mengefektifkan pelaksanaan peraturan tersebut maka PD. Pasar diberi kewenangan oleh Walikota untuk memberikan izin memakai tempat berjualan yang didasarkan pada ketentuan Pasal 3angka (4) Keputusan Walikotamadya Kepala daerah Tngkat II Medan No.188.342/834/SK/1994 tentang pelaksanaan Perda No. 31 Tahun 1993, sebagaimana dikemukakan di bawah ini:


(37)

(1) Surat Hak Sewa Sementara untuk kios/stand dan toko berlaku selama 3 tiga bulan. (2) Surat Hak Sewa Permanen untuk kios, stand dan toko berlaku selama setahun dan dapat diperpanjang. (3) Memberi izin untuk pendirian pasar sementara.

Penggunaan izin dimaksudkan agar pembangunan kios-kios untuk kegiatan berjualan, sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan. Pengelola pasar berhak melakukan tindakan atau sanksi hukum terhadap pedagang yang tidak mematuhi ketentuan peraturan yang berlaku, berupa peringatan hingga pencabutan tempat berjualan. Surat Izin Usaha Perusahaan (SIUP) dapat digunakan sebagai suatu instrumen untuk mengendalikan kegiatan perdagangan, dan melalui SIUP dapa dilakukan upaya pembinaan dan peningkatan pengetahuan terhadap pedagang. Untuk kegiatan usaha sektor informal bahwa pemberlakuan SIUP perlu diatur dan dilakukan penyesuaian sehingga tepat sasaran. Keberadaan SIUP dapat digunakan sebagai salah satu alat untuk mengarahkan kegiatan-kegiatan usaha sesuai dengan tata ruang kota.

III.3. Susunan Organisasi dan Tata Kerja Perusahaan Daerah Pasar Kota Medan

a. Daerah adalah Kota Medan;

b. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kota Medan; c. Kepala Daerah adalah Walikota Medan;

d. Wakil Kepala Daerah adalah Wakil Walikota Medan;

e. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Medan;


(38)

f. Sekretariat Daerah adalah Unsur Sataf Pemerintah Daerah Kota Medan yang dipimpin oleh seorang Sekretaris Daerah yang berada di bawah da bertanggug jawab kepada Walikota;

g. Sekretaris Daerah adalah Sekretaris Daerah Kota Medan;

h. Perusahaan Daerah adalah Perusahaan Daerah Pasar Kota Medan;

i. Pasar adalah suatu tempat transaksi jual beli umum yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana tempat berjualan secarateratur da langsung memperdagangkan barang dan jasa;

j. Badan Pengawas adalah Badan Pengawas Perusahaan Daerah Pasar Kota Medan; k. Direksi adalah Direksi Perusahaan Daerah Pasar Kota Medan;

l. Cabang adalah Unsur Pelaksana Perusahaan Daerah Pasar dalam melaksanakan tugasnya di bidang kegiatan administrasi maupun teknis di lapangan dalam suatu wilayah tertentu yang terdiri dari beberapa jumlah pasar di bawah pengeloaan Perusahaan Daerah Pasar Kota Medan;

m. Kepala Cabang adalah Kepala Cabang Perusahaan Daerah Pasar Kota Medan; n. Karyawan adalah Karyawan Perusahaan Daerah Pasar Kota Medan.

III.4. Kedudukan, Tugas Pokok Dan Fungsi

III.4.1. Kedudukan

1. Perusahaan Daerah Pasar adalah Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) bergerak dalam usaha sarana pasar;


(39)

2. Perusahaan Daerah Pasar diimpin oleh seorang Direktur Utama yang dalam melaksanakan tugasnya berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Daerah.

III.4.2. Tugas Pokok

1. Mewujudkan dan meningkatkan pelayanan umum kepada masyarakat di bidang sarana pasar.

2. Membantu dan menunjang kebijaksanaan umum Pemerintah Daerah dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat khususnya dalam penyediaan dan peningkatan sarana pasar.

3. Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD). III.4.3. Fungsi

1. Menyusun dan melaksanakan perencanaan pasar termasuk pembangunan, pemeliharaan dan pengawasan;

2. Melaksanakan pengelolaan pasar dan fasilitas lainnya; 3. Membina pedagang pasar;

4. Membantu menciptakan stabilitas harga dan kelancaran distribusi barang di pasar; 5. Melaksanakan usaha lain yang ditetapkan Direksi setelah mendapat persetujuaan

Kepala Daerah.

III.5. Susunan Organisasi

Susunan Organisasi Perusahaan Daerah Pasar Kota Medan terdiri dari: a. Badan Pengawas


(40)

1. Direksi Utama

2. Direksi Pengembangan dan Sumber Daya Manusia; 3. Direksi Admministrasi dan Keuangan;

4. Direksi Operasi. c. Unsur Staf terdiri dari:

1. Satuan Pengawasan Intern (SPI) terdiri dari: a. Seksi Pengawasan Umum dan Keuangan;

b. Seksi Pengawasan endapatan dan Pembangunan; 2. Bagian Kepegawaian terdiri dari:

a. Sub Bagian Administrasi dan Pengembangan Sumber Daya Manusia; b. Sub Bagian Penggajian dan Kesejahteraan.

3. Bagian Perencanaan terdiri dari:

a. Sub Bagian Perencanaan dan Pengembangan Pasar;

b. Sub Bagian Pengolahan Data dan Sistem Informasi Manajemen. 4. Bagian Umum tediri dari:

a. Sub Bagian Tata Usaha;

b. Sub Bagian Pengadaan dan Rumah Tangga. 5. Bagian Keuangan terdir dari:

a. Sub Bagian Anggaran; b. Sub Bagian Akuntansi; c. Sub Bagian Kas dan Pajak.

6. Bagian Hukum dan Humas terdiri dari: a. Sub Bagian Hukum;


(41)

b. Sub Bagian Humas. 7. Bagian Usaha terdiri dari:

a. Sub Bagian Pemasaran dan Perizinan; b. Sub Bagian Administrasi Penagihan. 8. Bagian Penertiban / kKebersihan terdiri dari:

a. Sub Bagian Penertiban; b. Sub Bagian Perawawatan; c. Sub Bagian Kebersihan. d. Unit Pelaksana terdiri dari:

1. Cabang I terdiri dari: a. Kaur Umum; b. Kaur Pendapatan; c. Kaur Penertiban;

d. 9 (sembilan) Kepala Pasar. 2. Cabang II terdiri dari:

a. Kaur Umum; b. Kaur Pendapatan; c. Kaur Penertiban;

d. 8 (delapan) Kepala Pasar. 3. Cabang III terdiri dari:

a. Kaur Umum; b. Kaur Pendapatan; c. Kaur Penertiban;


(42)

d. 8 (delapan) Kepala Pasar.

III.6. Tugas dan Wewenang Badan Pengawas

Badan Pengawas dipimpin oleh seorang ketua merangkap sebagai anggota badan pengawas yang dalam melaksanakan tugasnya berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Daerah.

III.6.1. Tugas

Badan Pengawas mempunyai tugas sebagai berikut:

a. melaksanakan pengawasan terhadap pengelolaan Perusahaan Daerah termasuk pelaksanaan rencana kerja dan Anggaran Perusahaan Daerah;

b. memberikan pendapat dan saran keada Kepala Daerah terhadap pengangkatan dan pemberhentian Direksi;

c. memberikan pendapat dan saran kepada Kepala Daerah terhadap Program Kerja yang diajukan oleh Direksi;

d. memberikan pendapat dan saran kepada Kepala Daerah terhadap Laporan Neraca dan Perhitungan Laba / Rugi;

e. memberikan pendapat dan saran atas Laporan Kinerja Perusahaan. III.6.2. Wewenang

Badan Pengawas mempunyai wewenang sebagai berikut:

a. memberikan peringatan kepada Direksi yang tidak melaksanakan tugas dan wewenang sesuai dengan program kerja yang telah disetujui;

b. memeriksa Direksi yang diduga merugikan Perusahaan; c. mengesahkan rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan;


(43)

d. menerima atau menolak pertanggung jawawaban Keuangan dan Program Kerja Direksi tahun berjalan.

III.7. Tugas dan Wewenang Direksi

III.7.1 Direksi dalam mengelola Perusahaan mempunyai tugas sebagai berikut: a. memimpin dan mengendalikan semua kegiatan Peusahaan;

b. menyampaikan Rencana Kerja 5 (lima) tahun dan Rencana Kerja Anggaran Perusahaan tahunan kepada Badan Pengawas untuk mendapat pengesahan;

c. melakukan perubahan terhadap program kerja setelahmendapat persetujuan Badan Pengawas;

d. membina,mengatur dan mengarahkan pegawai / karyawan; e. mengurus dan mengelola kekayaan Perusahaan;

f. menyelenggarakan administrasi umum dan keuangan; g. mewakili Perusahaan baik di dalam dan di luarpengadilan;

h. menyampaikan laoran berkala mengenai seluruh kegiatan termasuk Neraca da perhitungan Laba/ Rugi kepada Badan Pengawas.

III.7.2. Direksi dalam mengelola Perusahaan mempunyai wewenang sebagai berikut: a. mengangkat dan memberhentikan pegawai/ karyawan;

b. mengangkat, memberhenikan dan memidahtugaskan pegawai/ karyawan dari jabatannya di bawah Direksi;

c. menandatangani neraca dan perhitungan laba/ rugi; d. menandatangani ikatan hukum denga pihak lain.


(44)

a. mengadakan perjkanjian kerjasama dengan pihak ketiga;

b. meminjam dan meminjamkan uang perusahaan kepada pihka lain; c. mengikat peusahaan sebagai penjamon;

d. mengadakan perjanjian-perjanjian kerjasama usaha dan atau pinjaman yang mungkin dapat berakibat terhadp berkurangnya asset dan membebani anggaran perusahaan;

e. memindahtangankan atau menghipotekkan atau menggadaikan benda bergerak dan atau tidak bergerak milik perusahaan;

f. penyertaan modal dalam perusahaan lain.

III.8. Gambaran Umum Pasar Bakti Kota Medan

Pasar Bakti adalah salah satu pasar bagian cabang I dari Perusahaan Daerah Pasar Kota Medan yang terletak di jalan Bakti Medan. Pasar yang lebih dominan beraktivitas pada pagi hari hingga siang hari ini merupakan jenis pasar tradisional. Jenis-jenis dagangannya yang paling utama adalah kebutuhan rumah tangga dan kebutuhan pokok masyarakat sehari-hari. Pasar Bakti memiliki jumlah pedagang sebanyak 489 pedagang yang menjual berbagai jenis dagangan, seperti: kelontong, tukang emas, barang sampah, sembako, kain, cabe/ bawang, sayur-mayur dan lain-lain.

Struktur organisasi terdiri dari: kepala pasar yaitu Bapak Khairul A. Daulay, Satpam terdiri dari satu orang, bagian staf terdiri dari enam orang, bagian pengutip terdiri dari tiga orang dan bagian kebersihan terdiri dari tiga orang. Dilihat dari fasilitas yang tersedia,pasar bakti dapat dikatakan memiliki fasilitas yang memadai, seperti: tempat berjualan yang lumayan baik dan memiliki sarana fasilitas MCK/ toilet yang memadai.


(45)

BAB IV PENYAJIAN DATA

Dalam bab ini akan diuraikan hasil wawancara yang penulis coba sajikan dalam bentuk hasil wawancara tertulis. Adapun hasil wawancara ini merupakan salinan atas wawancara yang pernah dilakukan di tempat penelitianterhadap informan kunci (key informan) pada penelitian tentang pemanfaatan kredit Bank Danamon bagi usaha kecil pada pedagang Pasar Bakti Kota Medan.

Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada informan merupakan pertanyaan yang berasal dari panduan wawancara yang penulis susun sebagai instrumen dalam penelitian ini. Akan tetapi daftar pertanyaan ini bukanlah pertanyaan yang baku, di dalam pelaksanaan wawancara yang telah penulis lakukan, pertanyaan-pertanyaan tersebut mengalami perkembangan yang penulis sesuaikan dengan permasalahan penelitian ini.

IV.1. Kriteria Informan Penelitian

Pelaksanaan wawancara langsung dengan informan yang telah penulis lakukan ini dilakukan selama kurun waktu lebih kurang tiga minggu dengan melibatkan informan sebagaimana yang telah direncanakan pada proposal penelitian ini, yaitu:

1. Pejabat Bank Danamon, yaitu Credit Officer : 1 orang 2. Kepala Pasar Bakti : 1 orang 3. Pedagang Pasar : 6 orang


(46)

IV.2. Hasil Wawancara

A. Wawancara Langsung Dengan Bapak Subenthiren Sebagai Credit Officer Pada Bank Danamon.

(1) Pertanyaan tentang alasan utama para pedagang melakukan pinjaman pada Bank Danamon

“Pada dasarnya sebagian besar dari pedagang yang ada di pasar-pasar tradisional kurang mempunyai akses ke layanan perbankan. Melalui Danamon Simpan Pinjam (DSP), kami hadir untuk melayani mereka secara khusus. Danamon Simpan Pinjam (DSP) adalah salah satu bentuk layanan yang kami tujukan untuk memenuhi kebutuhan nasabah melalui layanan yang lebih sederhana baik dari segi produk, proses dan persyaratan sehingga mampu memberikan kesan sederhana dan bersahabat. Kemudian sebagai bukti kami untuk memberikan kemudahan dalam pelayanan, kami membangun unit Danamon Simpan Pinjam yang berdekatan dengan pasar agar para pedagang mudah untuk melakukan transaksi-transaksi di Bank Danamon”.

Dari penjelasan informan di atas dapat diketahui bahwa pihak Bank Danamon hadir dengan memberikan pelayanan perbankan yang lebih mudah bagi para pedagang pasar. Hal ini terlihat dari hadirnya Danamon Simpan Pinjam yang memberikan pelayanan yang lebih sederhana baik dilihat dari segi produk yang ada, proses dan persyaratan. Bank Danamon juga membuka unit Danamon Simpan Pinjam yang berdekatan dengan pasar sebagai bukti untuk memberikan kemudahan bagi nasabah dalam memperoleh pelayanan dari Bank Danamon.

(2) Pertanyaan tentang pemanfaatan kredit yang diperoleh melalui Bank Danamon.

“Dilihat dari latar belakangnya, para pedagang itu mengajukan kredit adalah sebagai modal usaha. Pada dasarnya, mereka membutuhkan dana bagi peningkatan stok barang. Apalagi jika permintaan barang terus meningkat, maka butuh dukungan modal untuk pengadaan barang dagangan dan dengan kredit ini sayat melihat adanya potensi besar bagi pengembangan usaha pedagang tradisional.


(47)

Dari penjelasan informan di atas dapat diketahui bahwa para pedagang memanfaatkan pinjaman dari Bank Danamon sebagai modal usaha. Dengan pinjaman itu, para pedagang dapat meningkatkan barang-barang dagangan. Selain itu juga pedagang akan mampu mengembangkan usahanya lagi.

(3) Pertanyaan tentang berapa lama waktu yang diberikan oleh pihak Bank Danamon bagi para pedagang dalam mendapatkan pinjaman kredit.

“Untuk kredit di bawah Rp 50 juta, kami memberikan waktu selama dua hari yang dimulai pada saat nasabah membuat surat permohonan. Kemudian kami melakukan survei, untuk mengetahui apakah mereka memang memiliki usaha tersebut dan setelah itu kami dapat mencairkan dana pinjamannya. Tetapi untuk kredit di atas itu waktunya lebih dari dua hari. Kalau dilihat, para pedagang rata-rata mengambil pinjaman di bawah Rp 50 juta sehingga mereka hanya membutuhkan waktu dua hari saja untuk pencairan uangnya”.

Dari penjelasan informan di atas dapat diketahui bahwa Bank Danamon memberikan kemudahan kepada para nasabah Danamon Siman Pinjam. Untuk kredit di bawah Rp 50 juta mereka memberikan waktu hanya dua hari untuk mencairkan pinjamannya. Ini memang merupakan komitmen bagi Bank Danamon untuk memberikan pelayanan yang terbaik kepada nasabahnya.

(4) Pertanyaan apakah para nasabah/ pedagang yang sudah mendapatkan pinjaman diberikan kesempatan untuk memperoleh fasilitas perbankan yang lainnya.

“Bagi nasabah yang kami nilai baik dan tidak pernah mengalami keterlambatan dalam pembayaran kami menawarkan kepada mereka untuk penambahan pinjaman tanpa membuat surat pengajuan lagi. Sistemnya adalah para nasabah hanya akan melanjutkan masa pinjamannya sesuai dengan besarnya jumlah pinjaman yang diinginkan. Selain itu, kami juga memiliki produk-produk layanan seperti: Dana Simpan Plus, Kredit Motor Plus dan


(48)

Kredit Griya. Ini juga merupakan produk dalam paket Danamon Simpan Pinjam”.

Dari penjelasan informan di atas dapat diketahui bahwa Bank Danamon memberikan kesempatan kepada nasabahnya yang dinilai baik dengan memberikan tambahan pinjaman. Danamon Simpan Pinjam juga meyediakan produk-produk yang lain seperti: Dana Simpan Plus, Kredit Motor Plus dan Kredit Griya bagi para nasabahnya dan produk ini bisa dinikmati oleh para nasabahnya juga.

(5) Pertanyaan apakah yang ingin dicapai oleh pihak Bank Danamon dengan hadirnya Danamon Simpan Pinjam.

“Dengan konsep Community Banking kami memiliki komitmen untuk memberikan kontribusi yang positif kepada komunitas melalui keterlibatan bersama antara team unit DSP dan masyarakat komunitas setempat untuk melakukan kegiatan seperti: Menciptakan lingkungan komunitas yang bersih dan sehat, menciptakan kesempatan kerja bagi masyarakat disekitar komunitas dan turut aktif dalam berbagai kegiatan sosial komunitas”.

Dari penjelasan informan di atas dapat diketahui bahwa Bank Danamon memberikan kemudahan yang diberikan bagi para nasabah yang tercermin dari lokasi unit yang memang dekat dengan tempat bekerja maupun tempat tinggal nasabah. Hal ini karena DSP memiliki konsep community banking, yaitu konsep membangun unit yang berakar kepada komunitas di mana unit tersebut berada. Hubungan yang terjalin bukan hanya berdasarkan bisnis namun juga persahabatan yang tulus.

(6) Pertanyaan tentang apa yang perlu lagi dilakukan oleh Bank Danamon untuk menarik simpati para pedagang pasar agar mau memanfaatkan kredit dari Bank Danamon.

“Untuk selanjutnya kami akan membuat distribusi unit DSP menyebar secara nasional. Kami menargetkan unit DSP akan berkembang terus dengan


(49)

produktifitas yang tinggi, dengan demikian tujuan kami untuk dapat membantu nasabah khususnya dan masyarakat Indonesia pada umumnya menjadi lebih baik akan segera terwujud”.

Dari penjelasan informan di atas dapat diketahui bahwa Bank Danamon akan menargetkan unit DSP terus berkembang untuk memberikan pelayanan perbankan yang lebih baik dan mudah kepada para nasabah. Dengan demikian, Bank Danamon dapat mewujudkan tujuannya untuk dapat membantu nasabah khususnya dan masyarakat Indonesia pada umumnya menjadi lebih baik, baik dari segi pemberian pinjaman berupa kredit maupun bentuk palayanan perbankan lainnya yang memang merupakan kebutuhan bagi masyarakat pada umumnya.

B.. Wawancara Langsung Dengan Bapak Khairul A. Daulay Sebagai Kepala Pasar Bakti Kota Medan.

(1) Pertanyaan tentang mengapa pedagang yang ada di Pasar Bakti ini tertarik melakukan pinjaman pada Bank Danamon.

“Dulu awalnya kita memang ada MoU perjanjian dengan orang Danamon dengan memberikan fasilitas yang lebih tepat kepada para pedagang dalam penyediaan modal. Dilihat dari kecepatan administrasinya cukup cepat kemudian bunganya cukup rendah kira-kira 2,5-3 %. Dan pedagang di sini cukup banyak yang minjam sama rentenir, kalau sama rentenir minjamnya tidak bisa banyak. Pinjaman dari Bank Danamon syaratnya lebih mudah dan manajemennya cukup bagus dalam mengelola kredit”.

Dari penjelasan informan di atas dapat diketahui bahwa pihak Bank Danamon sebelumnya telah membuat suatu perjanjian dengan PD Pasar Bakti untuk memberikan fasilitas kredit dengan persyaratan yang lebih mudah kepada para pedagang dalam penyediaan modal. Selain untuk modal, Bank Danamon juga memberikan fasilitas kredit kepada para pedagang untuk menghindari praktek kredit rentenir yang ada di pasar-pasar


(50)

tradisional, karena kalau dilihat dari bunga pinjaman yang diberikan, Bank Danamon lebih memberikan bunga yang rendah dibandingkan dengan kredit rentenir.

(2) Pertanyaan tentang pemanfaatan kredit dari Bank Danamon bagi para pedagang

”Kalau dilihat dari permohonan yang mereka ajukan itu, kreditnya digunakan untuk modal usaha. Kemudian ada juga yang mereka gunakan untuk pengembangan usaha dan ada juga yang digunakan untuk memenuhi keperluan hidupnya. Tapi yang pastinya para pedagang itu menggunakan kredit untuk modal usaha dan ini pun memang sesuai dengan visi dan misinya Bank Danamon untuk memberikan penyediaan modal usaha bagi para pedagang”. Dari penjelasan informan di atas dapat diketahui bahwa para pedagang memanfaatkan kredit dari Bank Danamon itu yang utamanya adalah untuk modal usaha. Selainitu, kredit tersebut juga digunakan untuk pengembangan usaha menjadi lebih luas lagi dan ada juga yang menggunakan kredit untuk memnuhi keperluan hidu para pedagang. Tetapi yang utamanya kredit tersebut digunakan sebagai modal usaha. Hal ini juga sejalan dengan tujuan Bank Danamon memberikan kredit sebagai penyediaan modal bagi para pedagang melalui Danamon Simpan Pinjam.

(3) Pertanyaan tentang kegiatan apa saja yang sudah dilakukan oleh pihak Bank Danamon untuk menarik simpati para pedagang.

”Dulu mereka mengadakan kegiatan gotong-royong dalam rangka untuk mebersihkan pasar di sini. Mereka ada memberikan sumbangan berupa tong sampah, sapu dan mereka ada juga membuat spanduk-spanduk serta mereka ada juga memberikan sumbangan pot bunga. Tetapi untuk perbaikan fasilitas pasar belum ada”.

Dari penjelasan informan di atas dapat diketahui bahwa pihak Bank Danamon mengadakan kegiatan gotong-royong bersama dalam rangka mencipatakan pasar yang bersih sebagai rasa terima kasih atas kepercayaan para pedagang yang telah memanfaatkan


(51)

fasilitas kredit dari Bank Danamon. Bank Danamon juga memberikan sumbangan berupa tong sampah, sapu dan pot bunga.

(4) Pertanyaan tentang kesulitan yang terjadi antara pihak Bank Danamon dengan para pedagang dalam memperoleh kredit

”Kesulitannya bapak rasa tidak ada ya, karena Bank Danamon cukup memberikan kemudahan kepada pedagang dalam memperoleh kredit, tetapi kalau dilihat sekarang Bank Danamon sudah tidak efektif lagi dalam memberikan pelayanan seperti yang sebelumnya, karena hal ini diakibatkan seringnya pergantian di dalam manajemen Bank Danamon ”.

Dari penjelasan informan di atas dapat diketahui bahwa antara pihak Bank Danamon dengan pedagang tidak terjadi kesulitan dalam proses mendapatkan kredit, karena pihak Bank Danamon sudah memberikan kemudahan bagi para pedagang.

(5) Pertanyaan apakah yang perlu diperhatikan oleh pihak Bank Danamon untuk menarik simpati para pedagang agar tertarik untuk memanfaatkan fasilitas kredit dari Bank Danamon

”Pelayanannya, karena akhir-akhir ini sepertinya Bank Danamon sudah kurang dalam pelayanannya. Mereka sudah jarang melakukan sosialisai ke sini untuk memperkenalkan produk mereka akibatnya sekarang ini para pedagang menjadi tidak tertarik lagi. Dan sekarang ini sepertinya pedagang lebih tertarik untuk minjam dari Bank NISP, karena mereka memberikan pelayanan yang lebih efektif lagi ”.

Dari penjelasan informan di atas dapat diketahui bahwa Bank Danamon kurang efektif dalam memberikan pelayanan. Mereka sudah jarang untuk melakukan sosialisasi.


(52)

C. Wawancara Langsung Dengan Pedagang Yang Telah Mendapatkan Kredit Bank Danamon.

Pada bagian ini penulis hanya memaparkan hasil wawancara dengan pedagang pasar sebanyak enam orang dari beberapa pedagang yang diwawancarai. Alasannya karena dari beberapa pedagang yang diwawancarai jawabannya hampir sama semua.

a. Ibu Feri Tarigan sebagai pedagang sayur-mayur

(1) Pertanyaan tentang mengapa Bapak/ Ibu melakukan pinjaman kepada Bank Danamon. “Pada waktu itu, pihak Bank Danamon datang ke sini dan kemudian mereka menawarkan pinjaman uang melalui Danamon Simpan Pinjam. Mereka mengatakan bahwa syarat-syarat untuk memperoleh kredit mudah dan cepat. Kemudian saya langsung saja mengajukan kredit dengan mengisi surat permohonan. Dan memang benar syarat-syaratnya cukup mudah dan sederhana dengan memberikan agunan berupa surat kios tempat kita berjualan kemudian esoknya mereka melakukan survei dan setelah itu dana pinjaman cair”.

Dari penjelasan informan di atas dapat diketahui bahwa pihak Bank Danamon memberikan kredit kepada pedagang dengan syarat yang cukup mudah dan sederhana. Sehingga pedagang lebih tertarik untuk memperoleh kredit dari Bank Danamon. Pedagang hanya diminta untuk menyediakan agunan berupa surat kios dan kemudian pihak Bank Danamon mensurvei kembali dan setelah itu pinjaman dapat dicairkan.

(2) Pertanyaan tentang berapa lama waktu yang Bapak/ Ibu butuhkan untuk memperoleh dana pinjaman dari Bank Danamon.

”...setelah mereka mensurvei ke sini, kemudian besoknya mereka datang untuk memberitahukan bahwa pinjaman sudah dapat diambil ke Bank Danamon. Kalau dihitung-hitung waktunya dimulai pada saat pengajuan sampai cair itu kira-kira dua hari”.

Dari jawaban informan di atas dapat diketahui bahwa, Ibu Feri hanya membutuhkan waktu dua hari dalam pencairan pinjaman dari Bank Danamon yang dimulai pada saat


(53)

nasabah mengajukan permohonan kredit sampai pinjaman dicairkan. Hal ini sesuai dengan program yang dibuat oleh Bank Danamon melalui Danamon Simpan Pinjam, yaitu proses persetujuan kredit dalam 2 hari untuk kredit dibawah Rp 50 juta.

(3) Pertanyaan tentang pemanfaatan pinjaman yang diperoleh dari bank Danamon bagi pedagang pasar.

”Pinjaman yang ibu peroleh itu ibu gunakan untuk penambahan modal usaha, selain itu uang tersebut digunakan untuk membayar utang-utang kepada rentenir dan membayar kebutuhan keluarga lainnya”.

Dari jawaban informan di atas dapat diketahui bahwa Ibu Feri melakukan pinjaman dari Bank Danamon untuk penambahan modal usaha. Selain itu, Ibu feri juga menggunakan uang tersebut untuk mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari dan untuk membayar utang-utang.

(4) Pertanyaan apakah dengan memperoleh kredit dari Bank Danamon, Bapak/ Ibu dapat meningkatkan pengadaan barang dagangan.

”Ya, dengan uang tersebut ibu dapat meningkatkan barang-barang dagangan ibu menjadi lebih banyak, karena para pembeli itu selalu mencari barang dagangan yang lebih banyak karena mereka berpikir harganya lebih murah dari pada pedagang yang barang jualannya sedikit”.

Dari penjelasan informan di atas dapat diketahui bahwa dengan memperoleh kredit dari Bank Danamon, pedagang mendapatkan tambahan modal usaha sehingga dapat meningkatkan pengadaan barang dagangan menjadi lebih banyak. Dengan modal tersebut pedagang dapat menambah barang dagangan sehingga pembeli merasa tertarik untuk membeli barang-barang dagangan tersebut.


(54)

(5) Pertanyaan apakah ada peningkatan keuntungan usaha yang Bapak/ Ibu dapatkan setelah memperoleh kredit dari Bank Danamon.

”Kalau berbicara masalah untung yang ibu peroleh pasti ada, karena dengan penambahan barang dagangan otomatis keuntungan dagang ibu meningkat dari sebelumnya, tapi keuntungan tersebut belum sesuai dengan yang ibu harapkan, karena melihat sekarang sudah banyak pedagang yang menjual barang dagangan sama seperti yang ibu jual”.

Berdasarkan penjelasan informan di atas, Ibu Feri memang mengalami peningkatan keuntungan usaha dari sebelumnya. Hal ini dapat dilihat dari adanya peningkatan barang dagangan yang secara otomatis dapat meningkatkan keuntungan usaha yang diperoleh Ibu Feri. Tetapi, Ibu Feri merasa keuntungan yang diperoleh belum sesuai dengan yang diharapkan karena persaingan yang ada di pasar yaitu semakin banyaknya pedagang yang menjual barang dagangan yang sama.

(6) Pertanyaan apakah manfaat lain yang Bapak/ Ibu peroleh dengan meningkatnya keuntungan usaha.

”...manfaatnya pasti pendapatan ibu bertambah dan pendapatan tersebut dapat ibu gunakan untuk membiayai keperluan hidup keluarga sehari-hari karena mengingat sekarang ini biaya hidup semakin meningkat”.

Dari penjelasan informan di atas, diketahui bahwa dengan meningkatnya keuntungan usaha, Ibu Feri dapat meningkatkan pendapatan keluarga sehingga mampu meningkatkan kesejahteraan kehidupan keluarga sehari-hari.

(7) Pertanyaan apakah setelah Bapak/ Ibu memperoleh kredit dari Bank Danamon, Bapak/ Ibu juga diberi kesempatan untuk mendapatkan pelayanan fasilitas perbankan yang lainnya.


(55)

”Waktu itu kan pinjaman kami sudah berjalan empat bulan, kemudian dia mengatakan bahwa ibu nasabah yang baik, pembayaran kredit ibu tidak pernah macet, jadi ibu boleh minjam lagi. Awalnya kami minjam Rp 10 juta dan pihak Bank danamon memberikan ibu kesempatan untuk melanjutkan pinjaman lagi sebesar Rp 5 juta”.

Dari penjelasan informan di atas, dapat diketahui bahwa pihak Bank Danamon memberikan kesempatan kepada pedagang untuk memperoleh fasilitas perbankan yang lainya yaitu dengan menawarkan penambahan pinjaman karena pihak Bank Danamon menilai bahwa Ibu Feri adalah nasabah yang baik karena ibu pembayaran kredit ibu tidak pernah macet.

(8) Pertanyaan apakah bapak/ ibu pernah mengalami hambatan atau kesulitan dalam mengajukan kredit.

”Ibu rasa tidak ada ya kesulitan pada saat ibu mengajukan kredit pada Bank Danamon karena pihak Danamon kan memberikan persyaratan yang cukup mudah dan permohonan yang ibu ajukan belum pernah ditolak sebelumnya. Tapi mungkin kesulitannya bisa dlihat dari bunganya ya, mungkin pihak Bamk Danamon dapat menurunkan suku bunganya lagi”.

Dari penjelasan tersebut, terlihat bahwa Ibu Feri merasa tidak ada kesulitan yang cukup berarti dengan memanfaatkan kredit dari Bank Danamon, karena Bank Danamon sudah cukup memberikan kemudahan bagi pedagang untuk memperoleh kredit. Hanya saja Ibu Feri merasa bunga yang diberikan oleh Bank Danamon dirasa cukup tinggi.

(9) Pertanyaan tentang apa yang perlu dilakukan oleh Bank Danamon agar para pedagang lebih tertarik untuk melakukan pinjaman ke Bank Danamon.

”...itulah tadi yang menurut ibu perlu diperhatikan oleh Bank danamon yaitu mengenai bunga pinjaman yang diberikan. Untuk ke depannya menurut ibu, pihak bank Danamon perlu menurunkan suku bunga pinjaman agar lebih rendah, kan bisa dilihat kemampuan dari pedagang di sini”.


(1)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

VI.1. Kesimpulan

Setelah melakukan pengumpulan data berupa hasil wwancara dengan berbagai pihak yang penulis anggap menguasai masalah penelitian ini, terdapat beberapa hal yangdapat disimpulkan berhubungan dengan penelitian tentang Analisis Pemanfaatan Kredit Bank Danamon Bagi Usaha Kecil, antara lain:

1. Kepedulian Bank Danamon kepada nasabah perbankan mikro khususnya pedagang pasar tradisional serta pengembangan ekonomi kerakyatan diwujudkan dengan diluncurkannya layanan baru yang disebut "Danamon Simpan Pinjam" (DSP). DSP memberikan kemudahan, baik dari persyaratan yang lebih mudah serta waktu untuk pencairan pinjaman tidak lama, plus kemudahan persyaratan lainnya. Kemudahan yang diberikan juga tercermin dari lokasi unit yang memang dekat dengan tempat bekerja maupun tempat tinggal nasabah. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan oleh para pedagang yang ada pada Pasar Bakti Kota Medan, menyatakan bahwa Bank Danamon melalui layanan DSP cukup memberikan kemudahan bagi mereka dalam mendapatkan pelayanan modal usaha.

2. Melalui layanan kredit Danamon Simpan Pinjam, dapat dilihat manfaat yang diperoleh para pedagang, yaitu: Pertama, pemenuhan modal usaha. Moda usaha merupakan hal yang penting bagi setiap usaha kecil khususnya pedagang dalam memulai siklus kegiatan usaha. Para pedagang yang ada pada Pasar Bakti Kota Medan menggunakan kredit sebagai pemenuhan modal dalam meingkatkan


(2)

pengadaan barang dagangan. Kedua, peningkatan keuntungan usaha. Dengan kredit Danamon Simpan Pinjam, ada peubahan yang dirasakan oleh para pedagang yaitu adanya peningkatan keuntungan usaha. Dengan semakin meningkatnya barang dagangan, maka akan berdampak langsung terhadap peningkatan keuntungan usaha. Ketiga, peningkatan pendapatan keluarga. Dengan meningkatnya keuntungan usaha, para pedagang juga merasakan adanya peningkatan kesejahteraan keluarga. Dengan keuntungan yang diperoleh, mereka dapat memenuhi kebutuhan hidup lebih baik lagi.

VI.2. Saran

1. Sebagai bank yang melayani usaha pada sektor mikro khususnya pedagang pasar tradisional, Bank Danamon perlu menurunkan suku bunga pinjaman. Walaupun suku bunga bunga yang selama ini sudah berjalan cukup rendah, namun hal ini dirasa masih kurang oleh para pedagang.

2. Untuk menarik perhatian para pedagang pasar agar lebih tertarik memanfaatkan layanan kredit Danamon Simpan Pinjam, Bank Danamon harus dapat lebih meningkatkan pelayanannya kepada para nasabahnya.

3. Pemerintah diharapkan lebih berperan lagi dalam memberikan dan menyediakan pelayanan kepada usaha kecil khususnya para pedagang pasar tradisional dalam bentuk pemberian pelayanan modal usaha, karena sebagian besar masyarakat yang ada di Indonesia bergerak pada sektor usaha kecil dan menengah. Indonesia dapat bertahan dari krisis keuangan global yang terjadi sekarang ini karena mayoritas masyarakat Indonesia bergerak pada sektor tersebut.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Anoraga, Pandji dan Joko Sudantoko. 2002. Koperasi, Kewirausahaan Dan Usaha Kecil. Jakarta: Rineka Cipta.

Arifin, Bustanul dan Didik J. Rachbini, 2001. Ekonomi Politik Dan Kebijakan Publik. Jakarta: Grasindo.

Danim, Sudarwan. 2002. Menjadi Peneliti Kualitatif. Bandung: Pustaka Setia.

Endarmoko, Eko. 2006. Tesaurus Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Fuady, Munir. 1999. Hukum Perbankan Modern Buku Kesatu. Bandung: PT Citra Adtya

Bakti.

Gandaprawira, D. 1992. Perkembangan Hukum Perkreditan Nasional dan Internasional. Jakarta: Badan Pembinaan Hukum Nasional.

Hasibuan, Malayu S.P. 2001. Dasar-Dasar Perbankan. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Narbuko, Cholid, dan Abu Achmadi. 2004, Metodologi Penelitian, Jakarta: Bumi Aksara. Nawawi, Hadari. 1990. Metode Penelitian Sosial. Yogyakarta: Gadjah Mada University

Press

Siamat, Dahlan. 1995. Manajemen Lembaga Keuangan. Jakarta: Intermedia.

Simorangkir, O P. 2000. Pengantar Lembaga Keuangan Bank dan Non-Bank. Bogor Selatan: Ghalia Indonesia.

Singarimbun, Masri, dan Sofyan Efendi. 1989, Metode Penelitian Survey, Jakarta: LP3ES. Supramono, Gatot. 1995. Perbankan Dan Makalah Kredit: Suatu Tinjauan Yuridis. Jakarta:

Djambatan.

Tangkilisan, Hessel Nogi. 2003. Manajemen Keuangan Bagi Analisis Kredit Perbankan, Mengelola Kredit Berbasis Good Corporate Governance. Yogyakarta: Balairung dan Co.

Tohar, M. 1999. Membuka Usaha Kecil. PT Penebar Swadaya: Jakarta

Wibowo, Singgih, dkk. 1988. Petunjuk Mendirikan Perusahaan Kecil. Jakarta: Penebar Swadaya.


(4)

Sumber lain:

Harian Kompas, Selasa 09 Mei 2006.

http://ajisaka.dagdigdug.com/2008/07/22/nasabah-mikro-lebih-pruden/.

http://www.danamon.co.id/ content_a.php?idCon=383&lng=1&mm=7&bn=39. Undang-Undang Republik Indonesia No. 10 Tahun Tahun 1998 Tentang Perbankan.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil Dan Menengah.


(5)

LAMPIRAN

DAFTAR WAWANCARA PENELITIAN

Daftar Pedoman Wawancara Dengan Pejabat Bank Danamon

1. Apakah alasan utama para pedagang melakukan pinjaman pada Bank Danamon?

2. Bagaimana pemanfaatan kredit yang sudah diterima oleh para pedagang melalui Kredit Bank Danamon?

3. Menurut Bapak, berapa lama waktu yang diberikan oleh pihak Bank Danamon bagi para pedagang dalam mendapatkan pinjaman kredit?

4. Apakah para nasabah/ pedagang yang sudah mendapatkan pinjaman diberikan kesempatan untuk memperoleh fasilitas perbankan yang lainnya?

5. Apakah yang ingin dicapai oleh pihak Bank Danamon dengan hadirnya Danamon Simpan Pinjam?

6. Apakah tindakan yang perlu lagi dilakukan oleh Bank Danamon untuk menarik simpati para pedagang pasar agar mau memanfaatkan kredit dari Bank Danamon?

Daftar Pedoman Wawancara Dengan Kepala PD Pasar Bakti Kota Medan

1.

Menurut Bapak, mengapa pedagang yang ada di Pasar Bakti ini tertarik melakukan pinjaman pada Bank Danamon?

2. Bagaimana pemanfaatan kredit yang sudah diterima oleh para pedagang melalui Kredit Bank Danamon?

3. Usaha apa saja yang sudah dilakukan oleh pihak Bank Danamon untuk menarik simpati para pedagang?


(6)

4. Menurut Bapak, kesulitan/ hambatan apa saja yang terjadi antara pihak Bank Danamon dengan para pedagang dalam memperoleh kredit?

5. Apakah yang perlu diperhatikan oleh pihak Bank Danamon untuk menarik simpati para pedagang agar tertarik untuk memanfaatkan fasilitas kredit dari Bank Danamon?

Daftar Pedoman Wawancara Dengan Pedagang Pasar Bakti Kota Medan 1. Apakah alasan Bapak/ Ibu melakukan pinjaman kepada Bank Danamon?

2. Menurut Bapak/ Ibu, berapa lama waktu yang Bapak/ Ibu butuhkan untuk memperoleh dana pinjaman dari Bank Danamon?

3. Bagaimana pemanfaatan kredit yang sudah Bapak/ Ibu terima melalui Kredit Bank Danamon?

4. Apakah dengan memperoleh kredit dari Bank Danamon, Bapak/ Ibu dapat meningkatkan pengadaan barang dagangan?

5. Apakah ada peningkatan keuntungan usaha yang Bapak/ Ibu dapatkan setelah memperoleh kredit dari Bank Danamon?

6. Apakah manfaat lain yang Bapak/ Ibu peroleh dengan meningkatnya keuntungan usaha?

7. Apakah setelah Bapak/ Ibu memperoleh kredit dari Bank Danamon, Bapak/ Ibu juga diberi kesempatan untuk mendapatkan pelayanan fasilitas perbankan yang lainnya? 8. Apakah Bapak/ Ibu pernah mengalami hambatan atau kesulitan dalam mengajukan

kredit?

9. Menurut Bapak/ Ibu, apa yang perlu dilakukan oleh Bank Danamon agar para pedagang lebih tertarik untuk melakukan pinjaman ke Bank Danamon?