Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pengungkapan Laporan Keuangan pada Perusahaan Manufaktur yang tercatat di Bursa Efek Indonesia periode 2008-2010

(1)

SKRIPSI

“FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN

PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERCATAT DI BEI

PERIODE 2008-2010”

OLEH:

NURLINA BUTARBUTAR 060503102

PROGRAM STUDI STRATA 1 AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pengungkapan Laporan Keuangan pada Perusahaan Manufaktur yang tercatat di Bursa Efek Indonesia periode 2008-2010” adalah benar hasil karya saya sendiri dan judul belum dimuat, dipublikasikan, atau diteliti oleh mahasiswa lain dalam konteks penulisan skripsi program S-1 Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. Semua sumber data dan informasi yang diperoleh telah dinyatakan dengan jelas, benar dan apa adanya. Apabila dikemudian hari pernyataan ini tidak benar, saya bersedia menerima sanksi yang ditetapkan oleh Universitas Sumatera Utara.

Medan, Juni 2011 Yang Membuat Pernyataan

Nama : Nurlina Butarbutar


(3)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan bimbinganNya kepada penulis untuk menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Untuk memenuhi tugas akhir untuk mencapai gelar sarjana pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara, penulis menyusun skripsi dengan judul

“Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pengungkapan Laporan Keuangan Pada Perusahaan Manufaktur Yang Tercatat Di BEI Periode 2008-2010”.

Selama menyelesaikan penulisan skripsi ini, penulis menemukan banyak hambatan dan tantangan. Tetapi kesulitan itu dapat ditanggulangi dengan adanya bantuan dari berbagai pihak, baik berupa moril maupun materil.

Karena itu, dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec selaku Dosen Fakultas Ekonomi

Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs Firman Syarif, M.Si. Ak selaku ketua Program Studi S1

Akuntansi dan Dra. Mutia Ismail, MM, Ak selaku Sekretaris Program Studi S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Rustam , M.Si, Ak. selaku dosen Pembimbing saya, terima

kasih atas bimbingan dan arahan Bapak dalam proses penyelesaian skripsi ini.

4. Bapak Drs. Arifin Hamzah, M.M, Ak. selaku dosen penguji I dan Bapak

Drs. Hotmal Jafar, M.M, Ak. selaku dosen penguji II saya, terima kasih atas bimbingan dan arahan Bapak dalam proses penyelesaian skripsi ini.


(4)

5. Kepada Bapak saya R. Butarbutar dan Ibu saya R. Hutajulu yang tercinta, serta kakak saya Sugiarty Butarbutar, abang saya Frengky Butarbutar, Bima Butarbutar dan juga adik saya Mariani Butarbutar, Nurcahaya Butarbutar, dan Nasti Butarbutar.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan baik dalam penulisan maupun isinya, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca sekalian. Akhirnya penulis berharap kiranya skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi pembaca dan penulis sendiri.

Dan semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa melimpahkan Rahmat, berkat, dan karuniaNya kepada kita semua. Amin .

Akhir kata, penulis mengucapkan banyak terima kasih.

Medan, Juni 2011 Penulis

Nurlina Butarbutar NIM 060503102


(5)

ABSTRAK

Penelitian ini ditujukan untuk menunjukkan pengaruh ukuran perusahaan,

return on equity, debt to equity ratio, return on assets, dan net profit margin

terhadap tingkat pengungkapan laporan keuangan pada perusahaan manufaktur yang tercatat di Bursa Efek Indonesia periode 2008-2010.

Data yang diperoleh dari situs Bursa Efek Indonesia, Hasilnya terlihat pada laporan tahunan yang diterbitkan oleh perusahaan-perusahaan yang menjadi sampel pada penelitian ini. Model analisis yang digunakan adalah regresi linier berganda, uji t dan uji f. Uji t dipergunakan untuk menguji variabel independen secara parsial terhadap variabel dependen. Uji f digunakan untuk menguji pengaruh variabel independen secara bersam terhadap variabel dependen.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara parsial ukuran perusahaan,

return on equity, debt to equity rasio, dan return on assests, tidak berpengaruh terhadap tingkat pengungkapan laporan keuangan dalam tingkat yang signifikan.

Sedangkan net profit margin berpengaruh signifikan secara parsial terhadap

laporan keuangan.

Kata kunci : ukuran perusahaan, return on equity, debt to equity rasio, return on assests, net profit margin, dan kelengkapan pengungkapan laporan keuangan.


(6)

ABSTRACT

The objective of this research is to know the effect of size firm, return on

equity, debt to equity ratio, return on assets, and net profit margin to the financial report disclosure level on corporates which have been listed in Indonesian Stock Exchange in 2008 until 2010 period.

Data are resulted from Indonesian Stock Exchange website, which act as sampling in this research. Analysis model that used is multiple regression, t test, and f test. T test is used to analysis the partial influence of independent variable to dependent variable. F test is used to analysis simultaneous of independent variable to dependent variable.

The result of this research shows as partially effect that size firm, return

on equity, debt to equity ratio,and return on assets, have negative and not influence to financial statement disclosure level in significant way. But effect of

net profit margin have positive and influence to financial statement disclosure level in significant way.

Keywords : size firm, return on equity, debt to equty ratio, return on assets, net profit margin and completeness of financial report’s disclosure.


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

PERNYATAAN... i

KATA PENGANTAR ... ii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah ... 8

C. Tujuan Penelitian ... 8

D. Manfaat Penelitian ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Pesinyalan (Signalling Theory) ... 10

B. Teori Keagenan (Agency Theory) ... 12

C. Pengungkapan (Disclosure) Laporan Keuangan ... 14

D. Jenis-jenis Pengungkapan . ... 17


(8)

F. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pengungkapan

Laporan Keuangan ... 19

1. Pengaruh Ukuran Perusahaan ... 20

2. Pengaruh Return on Equity ... 21

3. Pengaruh Debt to Equity Ratio ... 21

4. Pengaruh Return on Assets ... 22

5. Pengaruh Net Profit Margin ... 23

G. Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 24

H. Kerangka Konseptual dan Pengembangan Hipotesis ... 26

1 Kerangka Konseptual ……… ... 26

2 Hipotesis Penelitian ……… ... 28

BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 30

B. Populasi dan Sampel Penelitian ... 30

C. Jenis dan Sumber Data ... 31

D. Metode Pengumpulan data ... 31

E. Defenisi Operasional dan Variabel Penelitian ... 32

F. Metode Analisis Data ... 35

1. Uji Asumsí Klasik ... 36

a. Uji Normalitas Data ... 36

b. Uji Autokorelasi ... 36

c. Uji Multikolinearitas ... 37


(9)

2. Pengujian Hipotesis ... 38

a. Uji Signifikan Parsial (t-test) ... 38

b. Uji Signifikan Simultan (f-test) ... 39

3. Model Regresi Berganda ... 39

G. Lokasi dan Jadwal Penelitian ... 40

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN A. Analisis Statistik Deskriptif ... 41

B. Pengujian Asumsi Klasik ... 43

C. Hasil Pengujian Hipotesis ... 53

D. Pembahasan Hasil Penelitian ... 60

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 62

B. Keterbatasan Penelitian ... 62

C. Saran ... 63

DAFTAR PUSTAKA ... 64 LAMPIRAN


(10)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual ... 26

Gambar 4.1 Uji Normalitas Grafik Histogram ... 44

Gambar 4.2 Normal P-P Plot of Regression ... 45

Gambar 4.3 Uji Normalitas grafik Histogram Setelah Transformasi ... 47

Gambar 4.4 Normal P-P Plot of Regression Setelah Transformasi ... 48


(11)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel 3.1 Jadwal Penelitian ... 40

Tabel 4.1 Statistik Deskriptif ... 41

Tabel 4.2 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test ... 46

Tabel 4.3 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Setelah Transformasi ... 49

Tabel 4.4 Hasil Uji Autokorelasi Model Summaryb ... 51

Tabel 4.5 Hasil Uji Multikolinearitas Coeffisientsa... 52

Tabel 4.6 Adjusted R2 Model Summary ... 53

Tabel 4.7 Hasil Uji F ANOVAb ... 55


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul

Lampiran 1 Populasi dan Sampel Penelitian

Lampiran 2 Daftar Item Pengungkapan Laporan Keuangan BAPEPAM

Lampiran 3 Tingkat Pengungkapan Laporan Keuangan

Lampiran 4 Data Penelitian Ukuran Perusahaan (SIZE)

Lampiran 5 Data Penelitian Return on Equity (ROE)

Lampiran 6 Data Penelitian Debt to Equity Ratio (DER)

Lampiran 7 Data Penelitian Return on Assets (ROA)

Lampiran 8 Data Penelitian Debt to Assets rratio (DAR)

Lampiran 9 Data Penelitian Net Profit Margin (NPM)

Lampiran 10 Data Penelitian Tingkat Pengungkapan Laporan Keuangan

(TPLK)


(13)

ABSTRAK

Penelitian ini ditujukan untuk menunjukkan pengaruh ukuran perusahaan,

return on equity, debt to equity ratio, return on assets, dan net profit margin

terhadap tingkat pengungkapan laporan keuangan pada perusahaan manufaktur yang tercatat di Bursa Efek Indonesia periode 2008-2010.

Data yang diperoleh dari situs Bursa Efek Indonesia, Hasilnya terlihat pada laporan tahunan yang diterbitkan oleh perusahaan-perusahaan yang menjadi sampel pada penelitian ini. Model analisis yang digunakan adalah regresi linier berganda, uji t dan uji f. Uji t dipergunakan untuk menguji variabel independen secara parsial terhadap variabel dependen. Uji f digunakan untuk menguji pengaruh variabel independen secara bersam terhadap variabel dependen.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara parsial ukuran perusahaan,

return on equity, debt to equity rasio, dan return on assests, tidak berpengaruh terhadap tingkat pengungkapan laporan keuangan dalam tingkat yang signifikan.

Sedangkan net profit margin berpengaruh signifikan secara parsial terhadap

laporan keuangan.

Kata kunci : ukuran perusahaan, return on equity, debt to equity rasio, return on assests, net profit margin, dan kelengkapan pengungkapan laporan keuangan.


(14)

ABSTRACT

The objective of this research is to know the effect of size firm, return on

equity, debt to equity ratio, return on assets, and net profit margin to the financial report disclosure level on corporates which have been listed in Indonesian Stock Exchange in 2008 until 2010 period.

Data are resulted from Indonesian Stock Exchange website, which act as sampling in this research. Analysis model that used is multiple regression, t test, and f test. T test is used to analysis the partial influence of independent variable to dependent variable. F test is used to analysis simultaneous of independent variable to dependent variable.

The result of this research shows as partially effect that size firm, return

on equity, debt to equity ratio,and return on assets, have negative and not influence to financial statement disclosure level in significant way. But effect of

net profit margin have positive and influence to financial statement disclosure level in significant way.

Keywords : size firm, return on equity, debt to equty ratio, return on assets, net profit margin and completeness of financial report’s disclosure.


(15)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pasar modal memiliki posisi penting dalam perekonomian nasional karena pasar modal memberikan gambaran mengenai kondisi perekonomian sebuah negara kepada pihak luar maupun pihak di dalam negara itu sendiri. Pengembangan perekomian nasional suatu negara tidak terlepas dari pengembangan pasar modalnya mata di dunia internasional. Oleh karena itu, berbagai upaya dilakukan, seperti keharusan melakukan pengungkapan bagi perusahaan publik, perlindungan terhadap investor, nilai pemegang saham dalam

bentuk tata kelola perusahaan (corporate governance), untuk meningkatkan

kualitas dari pasar modal sebuah negara serta menarik para investor, khususnya investor asing.

Krisis ekonomi global yang terjadi pada saat ini menyebabkan para investor lebih berhati-hati dalam melakukan investasi pada

perusahaan-perusahaan yang go public. Salah satu alasan utama turunnya gairah investor

dalam melakukan investasi adalah kondisi perekomian yang tidak stabil serta kurangnya kepercayaan pihak investor terhadap kebenaran informasi yang disajikan oleh perusahaan sehingga investor menilai bahwa investasi dalam pasar modal memiliki resiko yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan ketika kondisi perekonomian dunia umumnya, dan Indonesia khususnya dalam keadaan stabil. Informasi yang tepat sangat diperlukan sebagai dasar pengambilan keputusan


(16)

yang baik bagi investor, kreditor dan pengguna informasi lainnya, oleh karena itu maka informasi yang disajikan harus dapat dipahami, dipercaya, relevan dan transparan. Hal tersebut disebabkan kegiatan investasi merupakan suatu kegiatan yang mengandung risiko dan ketidakpastian. Karena resiko yang melekat ini, maka informasi yang disajikan oleh perusahaan diharapkan dapat mengurangi tingkat resiko dan ketidakpastian yang dihadapi oleh investor.

Untuk dapat kembali menarik minat para investor dalam melakukan investasi, perusahaan harus melakukan upaya yang lebih besar daripada sebelumnya, salah satunya adalah dengan meningkatkan kualitas dari informasi yang diungkapkan oleh perusahaan kepada pihak eksternal baik dalam laporan keuangan maupun laporan tahunan perusahaan sehingga investor lebih merasa yakin akan keamanan investasinya.

Pengungkapan informasi keuangan memiliki peranan yang sangat penting bagi pengambilan keputusan yang berkualitas. Menurut Imhoff dalam Hertanti (2005:6), menyatakan bahwa tingginya kualitas akuntansi sangat erat hubungannya dengan tingkat kelengkapan pengungkapan laporan keuangan. Sedangkan tingkat kelengkapan pengungkapan laporan keuangan dipengaruhi oleh karakteristik suatu perusahaan. Keputusan yang diambil akan semakin berkualitas apabila pengungkapan informasi keuangan disajikan secara transparan dan memadai sesuai dengan kondisi lingkungan ekonomi yang sedang terjadi.

Nilai informasi yang relevan dan andal yang tercermin di dalam disclosure

perusahaan menjadi faktor penting di dalam ketidakpastian kondisi pasar. Peraturan mengenai pengungkapan laporan keuangan dikeluarkan oleh pemerintah


(17)

melalui keputusan Bapepam No. SE-02/PM/2002 tanggal 27 Desember 2002 Dalam Surat Edaran tersebut total item pengungkapan wajib oleh perusahaan

publik industri manufaktur adalah 68 item (dapat dilihat pada Lampiran 2).

Keluarnya peraturan tersebut ternyata belum signifikan mempengaruhi tingkat pengungkapan laporan keuangan perusahaan manufaktur. Terbukti tingkat pengungkapan laporan keuangan perusahaan manufaktur masih sekitar 45,50%. Kondisi ini menunjukkan bahwa para emiten belum melakukan keterbukaan informasi kepada para investor.

Pengungkapan laporan tahunan yang baik tidak terlepas dari sistem good

corporate governance. Good corporate governance merupakan suatu sistem yang

mengatur dan mengendalikan perusahaan untuk menciptakan nilai tambah (value

added) bagi semua stakeholders serta menekankan pentingnya hak pemegang

saham untuk memperoleh informasi dengan benar, akurat, dan tepat waktu serta

kewajiban perusahaan untuk mengungkapan (disclosure) secara akurat, tepat

waktu, dan transparan mengenai semua informasi kinerja perusahaan, kepemilikan, dan stakeholder (YPPMI & SC, dalam Sulistyanto, 2003).

Laporan keuangan juga memberikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja, dan arus kas perusahaan yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam rangka membuat keputusan-keputusan ekonomi serta

menunjukkan pertanggungjawaban (stewardship) manajemen atas penggunaan

sumber sumber daya yang dipercayakan kepada mereka. Hal ini sesuai dengan PSAK No. 1 mengenai tujuan laporan keuangan.


(18)

Selain itu, pengungkapan yang memadai dari perusahaan-perusahaan juga membantu untuk memastikan efisiensi dari pasar modal. Bursa Efek Indonesia tentunya berusaha untuk menciptakan perdagangan efek yang adil, efisien serta transparan sehingga baik pihak emiten maupun pihak investor merasakan keuntungan yang sama.

Bursa efek juga menyadari bahwa pertumbuhan dan sukses terus-menerus yang mereka capai, tergantung pada penawaran pasar berkualitas tinggi dengan perlindungan investor yang efektif. Badan regulator pemerintah yang berusaha untuk mempertahankan dan meningkatkan kredibilitas pasar nasionalnya juga mempengaruhi praktik pengungkapan di Indonesia. Akibatnya, pengawasan oleh badan regulator dan bursa efek semakin meningkat dan ketentuan pengungkapan menjadi lebih ketat.

Penggunaan standar akuntansi juga akan mempengaruhi pengungkapan

laporan tahunan. Di Indonesia, perusahaan yang go public diwajibkan untuk

mengikuti standar akuntansi keuangan yang berlaku di Indonesia, yaitu PSAK (Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan) serta Peraturan Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) di dalam menyajikan laporan keuangan maupun laporan tahunannya. Meskipun begitu, kebanyakan perusahaan dalam pengungkapan

laporan tahunannya masih belum mengungkapkan secara penuh (full disclosure)

informasi yang berkaitan dengan perusahaan. Kebanyakan perusahaan hanya

mengungkapkan dalam bentuk pengungkapan wajib (mandatory disclosure),


(19)

kebanyakan perusahaan hanya mengungkapkan sedikit dari apa yang seharusnya

diketahui oleh para stakeholders.

Tingkat pengungkapan laporan tahunan adalah ukuran besarnya proporsi pengungkapan yang dilakukan oleh sebuah perusahaan. Tingkat pengungkapan

diukur dengan disclosure index yang dihitung dari banyaknya jumlah

pengungkapan yang dilakukan oleh sebuah perusahaan dibagi dengan jumlah maksimal yang dapat diungkapkan dalam laporan tahunan sebuah perusahaan. Kriteria pengungkapan diambil dari kriteria yang ditetapkan oleh Bapepam dalam

menilai laporan tahunan perusahaan yang ikut serta dalam pemilihan annual

report award.

Jenis sektor perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia terdiri berbagai macam perusahaan, di antaranya perusahaan manufaktur, jasa, perbankan, dagang, properti, perkebunan, pertambangan, dan lain sebagainya. Penulis mengambil sektor perusahaan manufaktur sebagai indikator dalam penelitian ini.

Penelitian-penelitian terdahulu dilakukan oleh Ivanna (2005) meneliti tentang tingkat pengungkapan laporan tahunan pada perusahaan-perusahaan yang

terdaftar di Bursa Efek Indonsia. Penelitiannya menggunakan random sampling

method yaitu pengambilan sampel secara acak. Berdasarkan teknik pengambilan

sampel, maka yang menjadi sampel dalam penelitan ini adalah sebanyak 125 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2007. ariabel independennya meliputi sektor perbankan, industry, dagang, property, jasa,


(20)

assets), dan debt to equity ratio. Logistic regression model digunakan dalam penelitian ini. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sektor perusahaan berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat pengungkapan laporan keuangan.

Sedangkan faktor ukuran perusahaan, profitabilitas, dan debt to equity ratio tidak

berpengaruh signifikan terhadap tingkat pengungkapan laporan keuangan.

Noviani (2006) meneliti pengaruh solvabilitas, likuiditas, ukuran perusahaan terhadap tingkat pengungkapan laporan tahunan pada 41 perusahaan manufaktur di bursa Efek Jakarta tahun 2002-2004. Penelitian ini berkesimpulan bahwa berdasarkan analisis regresi, variabel devenden likuiditas, solvabilitas, dan ukuran perusahaan berpengaruh terhadap tingkat pengungkapan. Berdasarkan

analisis t-test variabel current ratio dan debt to total assets tidak signifikan secara

statistik dan secara individual tidak berpengaruh terhadap variabel Tingkat Pengungkapan.

Irawan (2006) meneliti pengaruh leverage, likuiditas, profitabilitas, porsi

saham publik, ukuran perusahaan, umur perusahaan, status perusahaan, operating

profit marjin, net profit margin, dan return on equity terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEJ periode 2001-2004. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial, hanya variabel ukuran perusahaan, umur perusahaan, porsi saham publik dan status perusahaan yang mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan.

Almilia (2007) meneliti mengenai pengaruh karakteristik perusahaan terhadap kelengkapan laporan tahunan perusahaan manufaktur yang terdaftar


(21)

dalam Bursa Efek Jakarta. Almilia menggunakan analisis deskriptif untuk melihat pengaruh dari ukuran perusahaan, rasio leverage, rasio likuiditas, net profit margin, dan status perusahaan terhadap kelengkapan laporan tahunan perusahaan manufaktur yang ada di Bursa Efek Jakarta pada tahun 2001. Hasil penelitiannya menemukan bahwa ukuran perusahaan, rasio likuiditas, dan status perusahaan berpengaruh terhadap kelengkapan pengungkapan laporan tahunan.

Dengan demikian dapat disimpulkan terjadinya keberagaan hasil penelitian, sehingga penulis ingin menguji generalisasi hasil penelitian ini dengan hasil penelitian sebelumnya. Penelitian ini berbentuk replikasi dari penelitian yang dilakukan oleh Ivana (2005) dengan memperhatikan sektor perusahaan, ukuran

perusahaan, profitabilitas perusahaan , dan debt to equity ratio sebagai variabel

yang akan mempengaruhi kelengkapan pengungkapan laporan keuangan suatu perusahaan.

Berdasarkan uraian di atas dan mengingat pentingnya pengungkapan laporan keuangan di dalam pengambilan keputusan investasi, maka penulis tertarik untuk meneliti mengenai tingkat pengungkapan laporan keuangan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Penulis ingin mengetahui apakah tingkat pengungkapan laporan keuangan dipengaruhi oleh faktor-faktor

seperti ukuran perusahaan, ukuran perusahaan, return on equity, debt to equity

ratio, return on assets, dan net profit margin. Oleh karena itu, maka penulis akan menuangkannya di dalam sebuah karya tulis ilmiah yang berbentuk skripsi dengan


(22)

Keuangan pada Perusahaan Manufaktur yang Tercatat di Bursa Efek Indonesia periode 2008-2010”.

B. Perumusan Masalah

Almilia (2007), menyatakan bahwa karakteristik-karakteristik perusahaan akan mempengaruhi kelengkapan pengungkapan laporan tahunan perusahaan. Berdasarkan hal tersebut, maka penulis merasa perlu untuk meneliti kembali kebenaran pernyataan tersebut dengan merumuskan pertanyaan sebagai berikut:

1. Apakah terdapat pengaruh antara ukuran perusahaan terhadap tingkat

pengungkapan laporan keuangan?

2. Apakah terdapat pengaruh antara return on equity terhadap tingkat

pengungkapan laporan keuangan?

3. Apakah terdapat pengaruh antara debt to equity ratio terhadap tingkat

pengungkapan laporan keuangan?

4. Apakah terdapat pengaruh antara return on asset terhadap tingkat

pengungkapan laporan keuangan?

5. Apakah terdapat pengaruh antara net profit margin terhadap tingkat

pengungkapan laporan keuangan?

C. Tujuan Penelitian


(23)

margin, terhadap tingkat pengungkapan laporan keuangan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Bagi penulis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan

pengetahuan tentang tingkat pengungkapan laporan keuangan di Indonesia.

2. Bagi investor, untuk memberikan masukan mengenai tingkat

pengungkapan laporan keuangan perusahaan di Indonesia dalam mempertimbangkan keputusan investasinya.

3. Bagi perusahaan, untuk memberikan masukan mengenai tingkat

pengungkapan laporan keuangan perusahaan di Indonesia dalam mempertahankan kelangsungan usahanya.

4. Bagi akademisi, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan

dan referensi untuk mengembangkan penelitian yang lebih luas dan lebih mendalam mengenai masalah pengungkapan laporan keuangan.

BAB II


(24)

A. Teori Pesinyalan (Signalling Theory)

Signalling theory menekankan kepada pentingnya informasi yang

dikeluarkan oleh perusahaan terhadap keputusan investasi pihak di luar perusahaan. Informasi merupakan unsur penting bagi investor dan pelaku bisnis karena informasi pada hakekatnya menyajikan keterangan, catatan atau gambaran baik untuk keadaan masa lalu, saat ini maupun keadaan masa yang akan datang bagi kelangsungan hidup suatu perusahaan dan bagaimana pasaran efeknya. Informasi yang lengkap, relevan, akurat dan tepat waktu sangat diperlukan oleh investor di pasar modal sebagai alat analisis untuk mengambil keputusan investasi.

Menurut Jogiyanto (2000: 392), informasi yang dipublikasikan sebagai suatu pengumuman akan memberikan signal bagi investor dalam pengambilan keputusan investasi. Jika pengumuman tersebut mengandung nilai positif, maka diharapkan pasar akan bereaksi pada waktu pengumuman tersebut diterima oleh pasar.

Pada waktu informasi diumumkan dan semua pelaku pasar sudah menerima informasi tersebut, pelaku pasar terlebih dahulu menginterpretasikan

dan menganalisis informasi tersebut sebagai signal baik (good news) atau signal


(25)

investor, maka terjadi perubahan dalam volume perdagangan saham.

Menurut Sharpe (1997: 211) dan Ivana (2005:16), pengumuman informasi akuntansi memberikan signal bahwa perusahaan mempunyai prospek yang baik di

masa mendatang (good news) sehingga investor tertarik untuk melakukan

perdagangan saham, dengan demikian pasar akan bereaksi yang tercermin melalui perubahan dalam volume perdagangan saham. Dengan demikian hubungan antara publikasi informasi baik laporan keuangan, kondisi keuangan ataupun sosial politik terhadap fluktuasi volume perdagangan saham dapat dilihat dalam efisiensi pasar.

Salah satu jenis informasi yang dikeluarkan oleh perusahaan yang dapat menjadi signal bagi pihak di luar perusahaan, terutama bagi pihak investor adalah laporan tahunan. Informasi yang diungkapkan dalam laporan tahunan dapat berupa informasi akuntansi yaitu informasi yang berkaitan dengan laporan keuangan dan informasi non-akuntansi yaitu informasi yang tidak berkaitan dengan laporan keuangan. Laporan tahunan hendaknya memuat informasi yang relevan dan mengungkapkan informasi yang dianggap penting untuk diketahui oleh pengguna laporan baik pihak dalam maupun pihak luar. Semua investor memerlukan informasi untuk mengevaluasi risiko relatif setiap perusahaan sehingga dapat melakukan diversifikasi portofolio dan kombinasi investasi dengan preferensi risiko yang diinginkan. Jika suatu perusahaan ingin sahamnya dibeli oleh investor maka perusahaan harus melakukan pengungkapan laporan keuangan secara terbuka dan transparan.


(26)

B. Teori Keagenan (Agency Theory)

Agency Theory, merupakan konsep yang menjelaskan hubungan

kontraktual antara principals dan agents. Pihak principal adalah pihak yang

memberikan mandat kepada pihak lain, yaitu agent, untuk melakukan semua

kegiatan atas nama principal dalam kapasitasnya sebagai pengambil keputusan

(Sinkey, 1992:78; Jensen dan Smith, 1984:7).

Dalam hubungan keagenan manajer sebagai pihak yang memiliki akses langsung terhadap informasi perusahaan, memiliki asimetris informasi terhadap pihak eksternal perusahaan, seperti kreditor dan investor. Dimana ada informasi yang tidak diungkapkan oleh pihak manajemen kepada pihak eksternal perusahaan, termasuk investor.

Untuk memperkecil asimetris informasi, maka pengelolaan perusahaan harus diawasi dan dikendalikan untuk memastikan bahwa pengelolaan dilakukan dengan penuh kepatuhan kepada berbagai peraturan dan ketentuan yang berlaku.

Upaya ini menimbulkan apa yang disebut sebagai agency costs, yang menurut

teori ini harus dikeluarkan sedemikian rupa sehingga biaya untuk mengurangi kerugian yang timbul karena ketidakpatuhan setara dengan peningkatan biaya

enforcement-nya.

Agency costs ini mencakup biaya untuk pengawasan oleh pemegang

saham; biaya yang dikeluarkan oleh manajemen untuk menghasilkan laporan yang transparan, termasuk biaya audit yang independen dan pengendalian internal; serta biaya yang disebabkan karena menurunnya nilai kepemilikan pemegang


(27)

dalam bentuk opsi dan berbagai manfaat untuk tujuan menyelaraskan kepentingan manajemen dengan pemegang saham.

Teori keagenan memprediksi bahwa perusahaan dengan rasio leverage

yang lebih tinggi akan mengungkapkan lebih banyak informasi, karena biaya keagenan perusahaan dengan struktur modal seperti itu lebih tinggi (Jensen dan Meckling, 1976:354). Tambahan informasi diperlukan untuk menghilangkan keraguan pemegang obligasi terhadap dipenuhinya hak-hak mereka sebagai kreditur [Schipper dalam Marwata (2001:18) dan Meek, et al dalam Fitriani

(2001:14)]. Oleh karena itu perusahaan dengan rasio leverage yang tinggi

memiliki kewajiban untuk melakukan ungkapan yang lebih luas daripada

perusahaan dengan rasio leverage yang rendah.

Pendapat lain mengatakan bahwa semakin tinggi leverage, kemungkinan

besar perusahaan akan mengalami pelanggaran terhadap kontrak utang, maka manajer akan berusaha untuk melaporkan laba sekarang lebih tinggi dibandingkan laba di masa depan. Dengan laba yang dilaporkan lebih tinggi akan mengurangi kemungkinan perusahaan melanggar perjanjian utang. Manajer akan memilih metode akuntansi yang akan memaksimalkan laba sekarang. Kontrak utang biasanya berisi tentang ketentuan bahwa perusahaan harus menjaga tingkat

leverage tertentu (rasio utang/ekuitas), interestcoverage, modal kerja dan ekuitas pemegang saham [Watts and Zimmerman dalam Scott (1997:92)]. Oleh karena

itu semakin tinggi tingkat leverage (rasio utang/ekuitas) semakin besar


(28)

akan berusaha untuk melaporkan laba sekarang lebih tinggi [Belkaoui & Karpik dalam Marwata (2001:25)]. Supaya laba yang dilaporkan tinggi maka manajer harus mengurangi biaya-biaya (termasuk biaya untuk mengungkapkan informasi).

C. Pengungkapan (Disclosure) Laporan Keuangan

Setiap perusahaan publik diwajibkan membuat laporan tahunan sebagai sarana pertanggungjawaban terutama kepada pemegang saham. Laporan tahunan

(annual report) merupakan laporan yang diterbitkan oleh pihak manajemen

perusahaan setahun sekali yang berisi informasi keuangan dan non keuangan

perusahaan yang berguna bagi pihak stakeholders untuk menganalisis kondisi

perusahaan pada periode tersebut.

Laporan keuangan yang diungkapkan dalam laporan tahunan meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan modal, laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan. Laporan keuangan ini wajib diaudit oleh auditor independen sebagai wujud dari transparansi keuangan perusahaan.

Laporan non keuangan yang diungkapkan dalam laporan tahunan meliputi laporan manajemen yang berisi informasi penting mengenai perusahaan seperti laporan dewan komisaris, laporan direksi, kinerja perusahaan selama satu periode, profil perusahaan, strategi perusahaan, prospek perusahaan, dan informasi penting lainnya yang berhubungan dengan perusahaan.

Informasi yang dimuat dalam laporan tahunan ini lebih dikenal dengan istilah pengungkapan laporan tahunan atau annual report disclosure. Pengungkapan secara sederhana dapat diartikan sebagai pengeluaran informasi.


(29)

Pengungkapan dapat berkaitan dengan laporan keuangan utama, contohnya metode akuntansi yang diterapkan dalam laporan keuangan; dan tidak berkaitan dengan laporan keuangan contohnya analisis manajemen dan ramalan atas operasi perusahaan di tahun mendatang (Sudarmadji, 2007:54).

Evan dalam Suwardjono (2005:578) mengartikan pengungkapan sebagai berikut:

Disclosure means supplying information in the financial statements, including the statements themselves, the notes to the statements, and the supplementary disclosures associated with the statements. It does not extend to public or private statements made by management or information outside the financial statements.

Hendriksen (1994:203) mengatakan bahwa pengungkapan dalam pelaporan keuangan merupakan penyajian informasi yang diperlukan untuk operasi optimal pasar modal yang efisien. Hal tersebut mengandung arti bahwa informasi yang memadai harus disajikan untuk memungkinkan pengambilan keputusan yang tepat bagi pihak pemakai informasi.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengungkapan yaitu : (1)

untuk siapa informasi didisclose ?, (2) apa tujuan informasi tersebut ?, (3) berapa

banyak informasi yang harus didisclose ? (Hendriksen, 2001:205). Berapa banyak

informasi yang harus didisclose tidak hanya tergantung pada keahlian pembaca,

namun juga tergantung pada standar yang dianggap cukup. Tiga konsep disclosure

yang umumnya dikemukakan yaitu adequate, fair, full disclosure (Hendriksen,

2001:205).

Adequate disclosure mengandung arti disclosure yang minimal harus ada


(30)

etis untuk memberikan perlakuan yang sama bagi semua pembaca potensial. Full dislcosure berarti penyajian semua informasi yang relevan. Bagi beberapa orang,

full disclosure berarti penyajian informasi secara melimpah, sehingga disclosure

menjadi tidak tepat. Informasi yang terlalu melimpah akan menyembunyikan informasi yang penting dan membuat laporan keuangan sulit diintepretasikan. Di samping itu, tersebarnya informasi penting dalam hal strategi dan rencana perusahaan dapat merugikan posisi persaingan perusahaan itu sendiri.

Perusahaan akan selalu mempertimbangkan biaya dan manfaat yang

diperolehnya dengan melakukan disclosure informasi terutama voluntary

disclosure. Menurut Suripto dalam Sudarmadji (2007:56), biaya pengungkapan

yang harus dipertimbangkan adalah biaya pengungkapan langsung dan tidak langsung adalah sebagai berikut ini:

1. Biaya langsung meliputi biaya pengumpulan data, biaya pemrosesan

informasi, biaya pengauditan, dan biaya penyebaran informasi.

2. Biaya tidak langsung meliputi biaya litigasi atau biaya hukum, biaya

kerugian persaingan, dan biaya politik. Biaya litigasi timbul akibat pengungkapan informasi yang tidak memadai atau informasi yang menyesatkan. Biaya kerugian persaingan terjadi apabila informasi yang diungkapkan melemahkan daya saing perusahaan karena informasi tersebut digunakan oleh pesaing untuk memperkuat daya saing mereka. Biaya politik terjadi ketika praktik pengungkapan perusahaan memicu regulasi pemerintah.

Lebih lanjut, Sudarmadji (2007:56) menyatakan bahwa selain biaya-biaya,

ada beberapa alasan yang melandasi perusahaan enggan menambah disclosure

informasi keuangan yaitu:

1. Disclosure akan membantu para pesaing dan merugikan pemegang

saham.

2. Disclosure yang lengkap akan memberikan keuntungan kepada serikat


(31)

3. Adanya keraguan terhadap kemampuan investor dalam memahami

kebijakan dan prosedur akuntansi sehingga full disclosure akan

menyesatkan mereka.

4. Tersedianya sumber-sumber informasi lain selain laporan keuangan

yang tersedia dengan biaya yang lebih murah.

5. Kurangnya pengetahuan terhadap kebutuhan investor juga merupakan

alasan bagi disclosure yang terbatas.

Sehingga voluntary disclosure akan diungkapkan hanya apabila

pengungkapan tersebut memberikan manfaat bagi perusahaan melebihi biaya yang dikeluarkan perusahaan.

D. Jenis-Jenis Pengungkapan

Menurut Hendriksen (2001:205), ada tiga jenis pengungkapan yang didasarkan pada luas pengungkapan laporan, yaitu:

a. Adequate disclosure.

Adequate disclosure mengandung arti disclosure yang minimal harus ada sehingga laporan tidak menyesatkan.

b. Fair disclosure

Fair disclosure menyatakan tujuan-tujuan etis untuk memberikan

perlakuan yang sama bagi semua pembaca potensial. Hal ini berarti bahwa pengungkapan dalam laporan tahunan diharapkan dapat dimengerti oleh semua pihak yang berkepentingan dengan laporan tersebut.

c. Full disclosure

Full dislcosure berarti penyajian semua informasi yang relevan.

Artinya, semua informasi yang berhubungan secara relevan terhadap perusahaan harus diungkapkan.

Berdasarkan sifatnya, Suwardjono (2005:583), menyatakan ada dua macam jenis pengungkapan. Yang pertama pengungkapan sukarela dan kedua pengungkapan wajib. Pengungkapan sukarela adalah pengungkapan yang dilakukan perusahaan di luar apa yang diwajibkan. Sebaliknya, pengungkapan


(32)

wajib adalah pengungkapan yang dimandatkan oleh standard setter kepada manajemen dalam membuat pelaporan keuangan.

Teori yang melandasi pengungkapan sukarela adalah teori pensinyalan

(signaling theory). Teori ini menggambarkan tindakan yang lebih suka diambil

oleh manajer tipe tinggi daripada manajer tipe rendah (Scott, 2003:423). Manajemen selalu berusaha untuk mengungkapkan informasi privat yang menurut pertimbangannya sangat diminati oleh calon investor dan pemegang saham

khususnya kalau informasi tersebut merupakan berita baik (good news). Di

samping itu, manajemen berminat menyampaikan informasi yang dapat meningkatkan kredibilitasnya dan kesuksesan perusahaan meskipun informasi tersebut tidak diwajibkan.

E. Tujuan Pengungkapan

Secara umum tujuan pengungkapan adalah menyajikan informasi yang dipandang perlu untuk mencapai tujuan pelaporan keuangan dan untuk melayani berbagai pihak yang mempunyai kepentingan berbeda-beda (Suwardjono, 2005:580). Untuk melayani pihak yang mempunyai kepentingan berbeda-beda, Tenaya (2005:13) menyatakan tujuan pengungkapan dibagi menjadi sebagai berikut:

a. Tujuan untuk melindungi terhadap perlakuan manajemen yang

mungkin kurang adil dan kurang terbuka (unfair). Tujuan ini biasanya

menjadi pertimbangan badan pengawas yang mendapat otoritas untuk melakukan pengawasan terhadap pasar modal seperti SEC atau Bapepam.

b. Tujuan informatif merupakan tujuan yang diarahkan untuk

menyediakan informasi yang dapat membantu keefektifan pengambilan keputusan pengguna laporan keuangan. Biasanya tujuan


(33)

ini digunakan sebagai landasan penyusunan standar akuntansi untuk menentukan keluasan pengungkapan

c. Tujuan kebutuhan khusus merupakan gabungan dari tujuan

perlindungan dan tujuan informasi. Artinya apa yang harus diungkapkan kepada publik dibatasi dengan apa yang dipandang berguna bagi pemakai yang dituju.

F. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pengungkapan Laporan Keuangan

Dalam pencapaian efisiensi dan sebagai sarana akuntabilitas publik, pengungkapan laporan tahunan menjadi faktor yang signifikan. Pengungkapan laporan keuangan tidak lepas dari pengaruh karakteristik perusahaan tempat dimana pengungkapan itu dikeluarkan. Pengungkapan laporan tahunan, terutama pengungkapan sukarela, sangat dipengaruhi oleh biaya dan manfaat dari pengungkapan tersebut, dan perbandingan antara manfaat dan biaya tersebut akan sangat ditentukan oleh karakteristik-karakteristik tertentu dari perusahaan yang bersangkutan (Almilia, 2007:2).

Terdapat beberapa metode yang berbeda-beda untuk pengungkapan laporan keuangan, pemilihan metode yang terbaik dari pengungkapan ini pada setiap kasus tergantung pada sifat informasi yang bersangkutan dan sesuai dengan kepentingan yang dibutuhkan perusahaan. Metode yang biasa dari pengungkapan ini dapat diklasifikasikan sebagai berikut: bentuk dan susunan laporan yang formal, terminologi dan penyajian yang terinci, informasi selipan, catatan kaki, ikhtisar tambahan dan skedul, komentar sertifikat auditor, dan pernyataan direktur utama atau ketua dewan komisaris. Selain itu terdapat faktor-faktor yang dapat mempengaruhi tingkat pengungkapan laporan keuangan perusahaan yang menjadi


(34)

acuan dalam penelitian ini adalah ukuran perusahaan, return on equity, debt to equity ratio, return on assets, dan net profit margin.

1. Pengaruh Ukuran Perusahaan

Secara umum, perusahaan besar akan mengungkapkan informasi lebih banyak daripada perusahaan kecil. Terdapat beberapa penjelasan mengenai hal

tersebut. Agency theory menyatakan bahwa perusahaan besar memiliki biaya

keagenan yang lebih besar daripada perusahaan kecil [Jensen dan Meckling dalam Marwata (2001:25)]. Perusahaan besar mungkin akan mengungkapkan informasi yang lebih banyak sebagai upaya untuk mengurangi biaya keagenan tersebut. Menurut Meek, Roberts dan Gray dalam Fitriani (2001:20) perusahaan besar mempunyai kemampuan untuk merekrut karyawan yang ahli, serta adanya tuntutan dari pemegang saham dan analis, sehingga perusahaan besar memiliki insentif untuk melakukan pengungkapan yang lebih luas dari perusahaan kecil. Perusahaan besar merupakan entitas yang banyak disorot oleh pasar maupun publik secara umum. Mengungkapkan lebih banyak informasi merupakan bagian dari upaya perusahaan untuk mewujudkan akuntabilitas publik.

Penjelasan lain yang juga sering diajukan adalah karena perusahaan besar memiliki sumber daya yang besar, sehingga perusahaan perlu dan mampu untuk membiayai penyediaan informasi untuk keperluan internal. Informasi tersebut sekaligus menjadi bahan untuk keperluan pengungkapan informasi kepada pihak eksternal, sehingga tidak perlu ada tambahan biaya yang besar untuk dapat melakukan pengungkapan dengan lebih lengkap.


(35)

Sebaliknya, perusahaan dengan sumber daya yang relatif kecil mungkin tidak memiliki informasi siap saji sebagaimana perusahaan besar, sehingga perlu ada tambahan biaya yang relatif besar untuk dapat melakukan pengungkapan selengkap yang dilakukan perusahaan besar. Perusahaan kecil umumnya berada pada situasi persaingan yang ketat dengan perusahaan yang lain. Mengungkapkan terlalu banyak tentang jati dirinya kepada pihak eksternal dapat membahayakan posisinya dalam persaingan sehingga perusahaan kecil cenderung tidak melakukan pengungkapan selengkap perusahaan besar [Singhvi dan Desai dalam Fitriani 9 (2001:21); Buzby dalam Marwata (2001:26)].

2. Pengaruh Return on Equity

Dalam hal ini termasuk salah satu jenis dari rasio profitavibilitas. Menurut Kasmir (2008:196) ”Rasio profitabilitas merupakan rasio yang menilai kemampuan perusahaan di dalam mencari keuntungan”. Tingkat profitabilitas yang tinggi akan mendorong para manajer untuk memberikan informasi yanag lebih terinci, sebab mereka ingin meyakinkan para investor, bahwa perusahaan mampu menghasilkan profitabilitas yang baik, yang pada akhirnya akan meningkatkan kompensasi terhadap manajemen.

3. Pengaruh Debt to Equity Ratio

Debt to equity ratio merupakan proporsi total hutang terhadap rata-rata ekuitas pemegang saham. Rasio tersebut digunakan untuk memberikan gambaran mengenai struktur modal yang dimiliki perusahaan, sehingga dapat dilihat tingkat resiko tak tertagihnya suatu utang. Struktur permodalan


(36)

perusahaan biasanya terdiri dari modal internal dan eksternal. Modal yang diperoleh dari pihak eksternal berupa pinjaman dari kreditor. Penggunaan pinjaman tersebut tentunya menuntut adanya pertanggungjawaban perusahaan baik dalam pemakaian maupun pengembalian pinjaman. Pihak kreditor akan selalu memantau dan memerlukan informasi mengenai keadaan finansial debitor untuk meyakinkan bahwa debitor akan dapat memenuhi kewajibannya pada saat jatuh tempo. Seiring dengan tuntutan kreditor akan informasi

tersebut, maka perusahaan dengan rasio hutang (leverage) yang tinggi akan

melakukan disclosure yang lebih luas

Teori keagenan memprediksi bahwa perusahaan dengan rasio leverage yang lebih tinggi akan mengungkapkan lebih banyak informasi, karena biaya keagenan perusahaan dengan struktur modal yang seperti itu lebih tinggi [Jensen dan Meckling dalam Marwata (2001:26)].

Menurut Schipper dalam Marwata (2001:26), tambahan informasi diperlukan untuk menghilangkan keraguan pemegang obligasi terhadap dipenuhinya hak-hak mereka sebagai kreditur. Oleh karena itu perusahaan dengan rasio leverage yang tinggi memiliki kewajiban untuk memenuhi kebutuhan informasi kreditur jangka panjang, Sehingga perusahaan akan menyediakan informasi secara lebih komprehensif.

4. Pengaruh Return on Assets

Return on assets mengukur kemampuan perusahaan dalam

menghasilkan laba dari aktiva yang digunakan. ROA yang positif menunjukkan bahwa dari total aktiva yang dipergunakan untuk beroperasi,


(37)

perusahaan mampu memberikan laba bagi perusahaan. Sebaliknya apabila ROA yang negatif menunjukkan bahwa dari total aktiva yang dipergunakan, perusahaan mendapatkan kerugian. Jadi jika suatu perusahaan mempunyai ROA yang tinggi, maka perusahaan tersebut berpeluang besar dalam meningkatkan pertumbuhan modal sendiri. Tetapi jika total aktiva yang digunakan perusahaan tidak memberikan laba maka perusahaan akan mengalami kerugian dan akan menghambat pertumbuhan modal sendiri.

Perusahaan yang menghasilkan laba cenderung akan melakukan disclosure

yang lebih luas. Hal ini disebabkan karena manajemen perusahaan ingin meyakinkan bahwa perusahaan dalam posisi persaingan yang kuat dan memperlihatkan bahwa kinerja perusahaan juga bagus. Selain itu, perusahaan juga ingin agar investor dan kreditor yakin bahwa perusahaan berada dalam posisi persaingan yang kuat dan operasi perusahaan berjalan efisien. Semakin

tinggi return on assets suatu perusahaan maka semakin tinggi tingkat

pengungkapan laporan keuangannya.

5. Pengaruh Net Profit Margin

Net Profit Margin (NPM), salah satu fungsi laba bersih adalah untuk meramalkan penghasilan jangka panjang, mengevaluasi resiko investasi. Informasi ini dianggap penting untuk diungkapkan kepada publik sebagai dasar untuk meramalkan kinerja masa yang akan datang, menarik investor, serta untuk mengukur harga saham di pasar modal. Harga saham tersebut adalah informasi yang penting yang dibutuhkan oleh investor sebagai dasar penilaian atas perusahaan. Dimana perusahaan yang ingin mensejahterakan


(38)

investor cenderung akan mengungkapan informasi net profit margin secara luas dalam laporan keuangan.

G. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Seperti yang telah dikemukakan pada latar belakang, penelitian ini berbentuk replikasi dari penelitian yang dilakukan oleh Ivana (2005) yang judul

penelitiannya adalah Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kelengkapan

Pengungkapan Laporan Tahunan pada Perusahaan-perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia. Ivana menggunakan variabel independen yaitu sektor perusahaan, ukuran perusahaan, profitabilitas, dan Rasio Leverage.. Serta menggunakan pengungkapan laporan tahunan sebagai variabel dependen. Sampel yang digunakan adalah perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2007 sebanyak 125 sampel. Hasil penemuan Ivana menemukan bahwa variabel independent sector perusahaan memiliki pengaruh terhadap luas pengungkapan laporan tahunan sedangkan variabel ukuran perusahaan, profitabilitas, dan rasio leverage tidak memiliki pengaruh terhadap luas pengungkapan laporan keuangan. Kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian irawan bahwa terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi luas pengungkapan laporan keuangan tahunan antar perusahaan yang terdaftar di BEI.

Noviani (2006) meneliti pengaruh solvabilitas, likuiditas, ukuran perusahaan terhadap tingkat pengungkapan laporan tahunan pada 41 perusahaan manufaktur di bursa Efek Jakarta tahun 2002-2004. Penelitian ini berkesimpulan bahwa berdasarkan analisis regresi, variabel devenden likuiditas, solvabilitas, dan


(39)

ukuran perusahaan berpengaruh terhadap tingkat pengungkapan. Berdasarkan

analisis t-test variabel current ratio dan debt to total assets tidak signifikan secara

statistik dan secara individual tidak berpengaruh terhadap variabel Tingkat Pengungkapan.

Irawan (2006) meneliti pengaruh leverage, likuiditas, profitabilitas, porsi

saham publik, ukuran perusahaan, umur perusahaan, status perusahaan, operating

profit margin, net profit margin, dan return on equity terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEJ periode 2001-2004. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial, hanya variabel ukuran perusahaan, umur perusahaan, porsi saham publik dan status perusahaan yang mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan. Dan variabel independen leverage, likuiditas,

profitabilitas, operating profit margin, net profit margin, dan return on equity

tidak memiliki pengaruh terhadap kelengkapan laporan keuangan.

Almilia (2007) meneliti mengenai pengaruh karakteristik perusahaan terhadap kelengkapan laporan tahunan perusahaan manufaktur yang terdaftar dalam Bursa Efek Jakarta. Almilia menggunakan analisis deskriptif untuk melihat pengaruh dari ukuran perusahaan, rasio leverage, rasio likuiditas, net profit margin, dan status perusahaan terhadap kelengkapan laporan tahunan perusahaan manufaktur yang ada di Bursa Efek Jakarta pada tahun 2001. Hasil penelitiannya menemukan bahwa ukuran perusahaan, rasio likuiditas, dan status perusahaan berpengaruh terhadap kelengkapan pengungkapan laporan tahunan. Dan variabel independen ini berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependennya.


(40)

H. Kerangka Konseptual dan Pengembangan Hipotesis

Berdasarkan latar belakang masalah dan tujuan penelitian yang telah diungkapkan, maka penulis membuat kerangka konseptual dan hipotesis sebagai berikut:

1. Kerangka Konseptual

Hubungan antara karakteristik-karakteristik perusahaan terhadap tingkat pengungkapan laporan keuangan, digambarkan sebagai berikut :

Gambar 2.1 Kerangka konseptual

H1

H1 H2

H3

H4

H4 H5

H6

Sumber : Penulis, 2011

Ukuran Perusahan (SIZE), yang dinyatakan dengan market capitalized

diharapkan berhubungan positif dengan luasnya tingkat pengungkapan.

X2 : Return on Equity (ROE) X1 : Ukuran Perusahaan (SIZE)

X3 : Debt to Equity Rasio (DER)

Tingkat Pengungkapan Laporan Keuangan

(Y)

X5 : Net Profit Margin (NPM) X4 : Return On Assets (ROA)


(41)

Perusahaan yang berukuran lebih besar cenderung memiliki public demand

akan informasi yang lebih tinggi dibanding dengan perusahaan yang berukuran lebih kecil. Alasan lainnya adalah bahwa perusahaan besar mempunyai biaya produksi informasi yang lebih rendah yang berkaitan

dengan pengungkapan mereka atau biaya competitive disadvantage yang

lebih rendah.

Rasio debt to equity (DER) menunjukkan proporsi pendanaan yang

dibiayai lewat hutang. Debt to equity ratio yang semakin tinggi

mengindikasikan bahwa semakin tinggi pula ketergantungan perusahaan

terhadap kreditnya. Hal ini sesaui dengan agency theory, yaitu hubungan

keagenan antara principal (kreditur) dengan agent (perusahaan). Perusahaan

akan berusaha memberika informasi yang seluas-luasnya mengenai Hertanti kondisi perusahaan kepada kreditur dengan harapan kreditur lebih mengetahui dan memahami perusahaan berkaitan dengan kredit yang diberikan. Menurut Ivana (2005:36), menyatakan bahwa “perusahaan dengan leverage tinggi lebih dipercaya oleh para kreditur dan dianggap lebih berkesempatan dalam menghasilkan laba, dengan demikian perusahaan dengan tingkat leverage yang tinggi akan semakin tinggi pula kelengkapan pengungkapan laporan keuangannya”.

Pada umumnya laba yang dihasilkan perusahaan berasal dari penjualan

investasi yang dilakukan oleh perusahaan dan berdasarkan retun on equity.

Return on equity (ROE) dan Return on assets (ROA) yang tinggi akan


(42)

sebab mereka ingin meyakinkan investor bahwa perusahaan mampu menghasilkan profitabilitas yang baik, yang pada akhirnya akan

mengingkatkan kompensasi terhadap manajemen. Jadi semakin tinggi return

on equity dan return on assets suatu perusahaan maka semakin tinggi tingkat pengungkapan laporan keuangan tahunannya.

Net Profit Margin (NPM), salah satu fungsi laba bersih adalah untuk meramalkan penghasilan jangka panjang, mengevaluasi resiko investasi. Informasi ini dianggap penting untuk diungkapkan kepada publik sebagai dasar untuk meramalkan kinerja masa yang akan datang, menaraik investor, serta untuk mengukur harga saham di pasar modal.

Pengungkapan laporan keuangan merupakan faktor yang penting bagi sebuah perusahaan dalam hubungannya dengan pihak eksternal perusahaan khususnya para investor. Pengungkapan laporan keuangan sangat mempengaruhi penilaian investor terhadap kinerja perusahaan. Semua variabel independen yang telah disajikan diatas merupakan variabel-variabel yang secara teori mempengaruhi tingkat pengungkapan laporan keuangan.

2. Hipotesis Penelitian

Menurut Erlina dan Sri Mulyani (2007:49),”hipotesis menyatakan hubungan yang diduga secara logis antara dua variabel atau lebih dalam rumusan proposisi yang dapat diuji secara empiris”. Berdasarkan kerangka konseptual di atas, maka hipotesis dari penelitian ini adalah:


(43)

1. H1: Terdapat pengaruh yang signifikan antara ukuran perusahaan terhadap tingkat pengungkapan laporan keuangan perusahaan.

2. H2: Terdapat pengaruh yang signifikan antara return on equity terhadap

tingkat pengungkapan laporan keuangan perusahaan.

3. H3: Terdapat pengaruh yang signifikan antara debt to equity ratio

terhadap tingkat pengungkapan laporan keuangan perusahaan.

4. H4: Terdapat pengaruh yang signifikan antara return on assets terhadap

tingkat pengungkapan laporan keuangan perusahaan.

5. H5: Terdapat pengaruh yang signifikan antara net profit margin terhadap

tingkat pengungkapan laporan keuangan perusahaan.

6. H6: ukuran perusahaan , retun on equity, debt to equity ratio, return on

asset, dan net profit margin, dan berpengaruh secara simultan terhadap tingkat pengungkapan laporan keuangan.


(44)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain asosiatif, yaitu suatu desain yang berguna untuk menganalisis hubungan-hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya atau bagaimana suatu variabel mempengaruhi variabel lainnya (Umar, 2003:30).

B. Populasi dan Sampel Penelitian.

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2004:72). Populasi pada penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2008-2010.

Sampel adalah bagian populasi yang diharapkan dapat mewakili populasi penelitian (Kuncoro, 2003:107). Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini

menggunakan purposive sampling, dengan tujuan mendapat sampel yang

representatif sesuai kriteria yang ditetapkan pada penelitian ini, dimana

kriterianya adalah:

1. Perusahaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan yang masuk kategori industri manufaktur.


(45)

2. Perusahaan terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan mempublikasikan laporan keuangan tahunannya secara rutin tahun 2008 sampai dengan 2010. 3. Perusahaan tidak delisting pada periode tersebut.

4. Perusahaan tersebut memiliki laba positif pada tahun tersebut.

5. Perusahaan tersebut memiliki total asset minimal 1 triliun pada periode tersebut.

Dari perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI dari tahun 2008 sampai dengan 2010 yakni sebanyak 128 perusahaan dan berdasarkan uraian kriteria penentuan sampel diatas, maka diperoleh sampel yang berjumlah 32 perusahaan.

C. Jenis dan Sumber Data

Penulis menggunakan data sekunder dalam penelitian ini, yaitu data primer yang telah diolah lebih lanjut dan disajikan baik oleh pihak pengumpul data primer atau oleh pihak lain misalnya dalam bentuk tabel atau diagram-diagram (Umar, 2001:69). Data diperoleh dari situs bursa efek indonesia, berupa laporan keuangan dan laporan tahunan yang dipublikasikan dan dari situs-situs lainnya yang menyediakan informasi mengenai laporan tahunan perusahaan. Penelitian ini menggunakan data yang diambil dari 32 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode tahun 2008-2010.

D. Metode Pengumpulan Data

Data dicari secara manual dengan mendapatkannya dari luar perusahaan, yang disebut data eksternal (Umar, 2001: 70). Hasil yang didapatkan adalah


(46)

ringkasan data keuangan perusahaan manufaktur yang dipublikasikan di Bursa Efek Indonesia.

E. Defenisi Operasional dan Variabel Penelitian

1. Variabel independen (variabel bebas)

a. Ukuran Perusahaan (SIZE)

Ukuran perusahaan dapat dinyatakan dalam total aktiva, penjualan dan kapitalisasi pasar. Semakin besar total aktiva, penjualan dan kapitalisasi pasar maka semakin besar pula ukuran perusahaan itu. Variabel ukuran perusahaan dalam penelitian ini diukur melalui

logaritma dari total aktiva. Total aktiva dipilih sebagai proxy atas

ukuran perusahaan dengan mempertimbangkan bahwa nilai aktiva

relatif lebih stabil dibandingkan dengan nilai market capitalized dan

penjualan.

b. Return On Equity (ROE)

Return on equity (ROE), dalam hal ini termasuk salah satu jenis dari rasio profitavibilitas. Menurut Kasmir (2008:196) ”Rasio profitabilitas merupakan rasio yang menilai kemampuan perusahaan di dalam mencari keuntungan”. Tingkat profitabilitas yang tinggi akan mendorong para manajer untuk memberikan informasi yang lebih terinci, sebab mereka ingin meyakinkan para investor, bahwa perusahaan mampu menghasilkan profitabilitas yang baik, yang pada


(47)

Return On Equity = Laba Bersih Sesudah Pajak Total Equity

x 100%

c. Debt to Equity (DER)

Debt to equity ratio merupakan salah satu rasio leverage yang dapat menunjukkan kemampuan modal sendiri untuk memenuhi seluruh kewajibannya. Karena DER juga menunjukkan seberapa besar struktur finansial perusahaan berasal dari utang, maka tinggi rendahnya DER juga menggambarkan besar kecilnya jumlah utang dalam perusahaan. Utang perusahaan tersebut diharapkan dapat digunakan untuk menambah dana perusahaan guna memperluas kegiatan operasionalnya.

Debt to equity ratio = Total Kewajiban x 100%

Ekuitas pemegang saham

d. Return of Assets (ROA)

Return of assets merupakan salah satu rasio profitabilitas yang dapat mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba

dari aktiva yang digunakan. Return on assets merupakan perbandingan

antara laba sebelum bunga dan pajak (Earning Before Interest and

Tax) dengan total aktiva yang dimiliki perusahaan. Return on assets

(ROA) yang positif menunjukkan bahwa dari total aktiva yang dipergunakan untuk beroperasi, perusahaan mampu memberikan laba

bagi perusahaan. Sebaliknya apabila return on assets yang negatif

menunjukkan bahwa dari total aktiva yang dipergunakan, perusahaan mendapatkan kerugian. Jadi jika suatu perusahaan mempunyai ROA


(48)

yang tinggi, maka perusahaan tersebut berpeluang besar dalam meningkatkan pertumbuhan modal sendiri. Tetapi jika total aktiva yang digunakan perusahaan tidak memberikan laba maka perusahaan akan mengalami kerugian dan akan menghambat pertumbuhan modal sendiri.

Return on assets =Laba bersih x Penjualan

Penjualan Total Aktiva

e. Net Profit Margin (NPM)

Net Profit Margin (NPM), salah satu fungsi laba bersih adalah untuk meramalkan penghasilan jangka panjang, mengevaluasi resiko investasi. Informasi ini dianggap penting untuk diungkapkan kepada publik sebagai dasar untuk meramalkan kinerja masa yang akan datang, menraik investor, serta untuk mengukur harga saham di pasar modal. Harga saham tersebut adalah informasi yang penting yang dibutuhkan oleh investor sebagai dasar penilaian atas perusahaan. Dimana perusahaan yang ingin mensejahterakan investor cenderung akan mengungkapan informasi net profit margin secara luas dalam laporan keuangan. Diukur dengan membagi antara profit (loss) after tax dengan penjualan bersih, dan merupakan proxy dari profitabilitas.

Net Profit Margin = laba bersih setelah pajak x Total Aktiva Total Aktiva Penjualan bersih

2. Variabel dependen (variabel terikat)

Tingkat pengungkapan laporan tahunan, yang menjadi variabel dependen dalam penelitian ini merupakan ukuran yang menyatakan


(49)

besarnya proporsi pengungkapan yang dilakukan sebuah perusahaan di dalam laporan tahunan perusahaan tersebut. Instrumen pengukuran proporsi pengungkapan yang digunakan adalah item-item pengungkapan yang dikembangkan dari kriteria penilaian Annual Report Award yang diberikan oleh Bapepam sebanyak 61 item. Indeks pengungkapan (disclosure index) untuk setiap perusahaan sampel diperoleh dengan cara berikut ini:

a. Sebuah item diberi skor 1 (satu) jika diungkapkan dan skor 0 (nol) jika tidak diungkapkan.

b. Proporsi disclosure setiap perusahaan diukur dengan indeks yaitu

total skor yang diberikan kepada sebuah perusahaan dengan skor yang diharapkan (maksimal) dapat diperoleh perusahaan tersebut. Skor maksimal adalah 61. Indeks dapat dirumuskan sebagai berikut:

Disclosure index = Jumlah skor disclosure sebuah perusahaan Jumlah skor maksimal

F. Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah metode analisis statistik dengan menggunakan bantuan program SPSS 19(Statistic Produck and Service Solution), namun terlebih dahulu dilakukan uji asumsi klasik sebelum malakukan pengujian hipotesis. Langkah selanjutnya, Pengujian hipotesis dilakukan setelah model regresi berganda yang digunakan bebas dari pelanggaran asumsi klasik yaitu uji autokorelasi dan uji multikolinearitas. Uji normalitas data


(50)

juga dilakukan untuk mengetahui data yang digunakan dalam penelitian ini berdistribusi normal. Hal ini bertujuan agar hasil perhitungan tersebut dapat diinterpretasikan secara tepat dan efisien.

1. Uji Asumsi Klasik

Penggunaan analisis regresi dalam statistik harus bebas dari asumsi klasik normalitas, autokorelasi, multikolinearitas. Adapun pengujian asumsi klasik yang digunakan adalah sebagai berikut:

a. Uji Normalitas Data

Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi, variabel dependen, variabel independen atau keduanya mempunyai distribusi normal atau mendekati normal. Kalau nilai residual tidak mengikuti distribusi normal, uji statistik menjadi titik valid untuk jumlah sampel kecil (Ghozali,2005:110). Menurut Ghozali (2005:110), ”Cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak ada dua, yaitu analisis grafik dan analisis statistik. Normalitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dan grafik dengan melihat histogram dari residual”.

b. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi linier ada korelasi antar kesalahan penggangguan pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 atau sebelumnya. Jika terjadfi korelasi maka ada masalah autokorelasi. Model regresi yang


(51)

baik adalah model regresi yang bebas dari autokorelasi. Menurut Ghozali (2005:103), “bila signifikan>0,05 dengan =5% bararti residual random dan Ho diterima,sebaliknya bila signifikan <0,05 berarti residual tidak random dan Ho ditolak”.

c. Uji Multikolinearitas

Uji ini bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen. Jika variabelindependen saling berkorelasi, maka variabel-variabel ini tidak ortogonal. Variabel ortogonal adalah variabel independen yang nilai korelasi antar sesama variabel independennya sama dengan nol. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinearitas di dalam model regresi adalah dengan melihat nilai tolerance dan lawannya variance inflation factor (VIF). Kedua ukuran ini menunjukkan setiap variabel independen manakah yang dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Dalam pengertian sederhana setiap variabel independen menjadi vatiabel terikat (dependen) dan diregres terhadap variabel independen lainnya. Tolerance mengukur variabilitas variabel yang terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel independen lainnya.

Jadi nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF yang tinggi (karena VIF = 1/Tolerance). Nilai cutoff yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolinearitas adalah nilai Tolerance < 0,10 atau sama dengan nilai VIF > 10 (Santoso, 2002).


(52)

d. Uji Heterokedastisitas

Heterokedastisitas berarti varian residual yang tidak sama pada suatu pengamatan ke pengamatan yang lain. Pendeteksiannya dengan menggunakan uji Park, yaitu jika salah satu beta (koefisien regresi) tersebut signifikan secara statistik maka disimpulkan terjadi heterokedastisitas (Ghozali, 2001:71).

2. Pengujian Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini dilakukan dengan uji t dan uji f.

a. Uji Signifikan Parsial (t-test)

Uji t digunakan untuk melihat variabel independent terhadap variabel dependen secara individu (parsial), uji ini dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:

Ho diterima jika t hitung < t table (α = 5%) Ho diterima jika t hitung > t table (α = 5%)

Selain itu dapat pula dilihat dari nilai signifikansinya. Jika nilai signifikan penelitian <0,05 maka Ha diterima. Hipotesa yang digunakan adalah:

Ho = b1 = b2 = b3 ≠ 0 artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan

dari variabel independent terhadap variabel dependen.

Ha = b1 = b2 = b3 ≠ 0 artinya terdapat pengaruh yang signifikan dari


(53)

b. Uji Signifikan Simultan (f-test)

Uji f dilakukan untuk menunjukkan apakah semua variabel independen mempunyai pengaru secara bersama (simultan) terhadap variabel dependen. Uji ini dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:

Ho diterima jika f hiting < t table (α = 5%) Ho diterima jika f hiting > t table (α = 5%)

Selain itu dapat pula dilihat dari signnifikansinya, jika nilai signifikan penelitian < 0,05 maka Ha diterima.

3. Model Regresi Berganda

Kegiatan pengolahan data meliputi pemberian skor atas pengungkapan item- item yang ada di laporan tahunan dan menyusun data. Hal ini dilakukan untuk mengetahui jumlah skor dan menentukan tingkat luasnya pengungkapan. Analisis data menggunakan regresi berganda (multiple regression) untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap tingkat pengungkapan laporan keuangan digunakan model regresi berganda dengan bentuk persamaan:

Y = a + b1 SIZE + b2 ROE+ b3 DER+ b4 ROA + b5 NPM + e Keterangan :

Y = logit dari tingkat pengungkapan laporan tahunan, atau

Y = ln [p/(1-p)]; dimana p adalah proporsi total item

yang diungkapkan


(54)

b1…b2 = koefisien regresi

ROE = return on equity

DER = debt of equity ratio

ROA = return on assets

SIZE = ukuran perusahaan

NPM = net profit margin

E = error

G. Lokasi dan Jadwal Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode

2008-2010. Penelitian ini dilakukan oleh penulis sejak Oktober 2010. Jadwal

penelitian yang direncanakan adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1 Jadwal Penelitian

Tahap Penelitian Oktober 2010

November 2010

Desember 2010

Januari 2011

Februari 2011

Maret 2011

April 2011

Mei 2011 Minggu ke- 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

Persetujuan Proposal

Pengumpulan Data

Bimbingan Proposal

Seminar Proposal

Penulisan Laporan

Penyelesaian Laporan


(55)

BAB IV

ANALISIS HASIL PENELITIAN

A. Analisis Statistik Deskriptif

Setelah data terkumpul, seluruh sampel diseleksi berdasarkan kriteria. Diperoleh 32 sampel yang memenuhi kriteria pemilihan sampel yang telah ditentukan sebelumnya dari 96 data pengamatan.

Berikut ini ditampilkan data statistik secara umum dari seluruh sampel yang telah terpilih.

Tabel 4.1 Statistik Deskriptif (Descriptive Statistics)

N Minimum Maximum Mean

Std. Deviation

SIZE 96 1016 112857 9582.21 17706.309

ROE 96 .2300 83.7236 19.302967 17.0449190

DER 96 9.6366 311.0013 100.914346 71.0719943

ROA 96 .1300 67.1075 12.284683 12.2814802

NPM 96 .2100 55.7469 11.912671 10.6574849

TPLK 96 38 56 45.58 4.913

Valid N (listwise)

96

Sumber: Hasil Pengolahan Data dengan SPSS

Berdasarkan tabel 4.1 dapat dideskripsikan beberapa hal berikut ini:

1. Variabel independen pertama yaitu ukuran perusahaan. Variabel ini

memiliki nilai terendah 1016 dan nilai tertinggi 112857 dengan nilai rata-rata adalah 9582,21 dan nilai standar deviasi sebesar 17706.31.


(56)

Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan-perusahaan yang menjadi sampel mempunyai nilai total aktiva yang positif.

2. Variabel independen yang kedua adalah return on equity. Variabel ini

memiliki nilai terendah 0,23 dan nilai tertinggi 83.72 dengan nilai rata-rata sebesar 19.3 dan nilai standar deviasi sebesar 17.04. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan-perusahaan yang menjadi sampel mempunyai nilai ROE yang positif.

3. Variabel independen yang ketiga adalah debt to equity ratio. Variabel

ini memiliki nilai terendah 9.6 dan nilai tertinggi 311 dengan nilai rata-rata sebesar 100.91 dan nilai standar deviasi sebesar 71.07. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan-perusahaan yang menjadi sampel mempunyai nilai DER yang positif

4. Variabel independen yang keempat adalah return on assets. Variabel

ini memiliki nilai terendah 0,13 dan nilai tertinggi 67,11 dengan nilai rata-rata sebesar 12,28 dan nilai standar deviasi sebesar 12,28. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan-perusahaan yang menjadi sampel mempunyai nilai ROA yang positif.

5. Variabel independen yang keempat adalah net profit margin. Variabel

ini memiliki nilai terendah 0,21 dan nilai tertinggi 55,75 dengan nilai rata-rata sebesar 11,91 dan nilai standar deviasi sebesar 10,66. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan-perusahaan yang menjadi sampel mempunyai nilai NPM yang positif.


(57)

6. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah tingkat pengungkapan laporan tahunan. Dalam tabel statistik deskriptif di atas, terlihat bahwa

Proportion of disclosure items yang mewakili banyaknya proporsi

pengungkapan atas laporan tahunan yang dilakukan oleh perusahaan memiliki nilai terendah 38 dan nilai tertinggi 56 dengan nilai rata-rata 45,58 dan nilai standar deviasi sebesar 4,91. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan-perusahaan yang menjadi sampel rata-rata mengungkapkan sebesar 45,6% dari kriteria pengungkapan laporan

tahunan, baik yang bersifat mandatory maupun yang bersifat

voluntary, yang disarankan oleh Bapepam.

B. Pengujian Asumsi Klasik

Analisa dilakukan dengan metode analisa regresi berganda. Sebelum dilakukan uji hipotesis, peneliti akan melakukan uji asumsi klasik. Pengujian ini perlu dilakukan untuk mengetahui apakah distribusi data yang digunakan dalam penelitian sudah normal, serta bebas dari gejala multikolinearitas, heteroskesdastisitas serta autokorelasi. Menurut Ghozali (2005:123) asumsi klasik yang harus dipenuhi adalah:

• berdistribusi normal,

non-multikolinearitas, artinya antara variabel independen dalam model

regresi tidak memiliki korelasi atau hubungan secara sempurna ataupun mendekati sempurna,

non-Autokorelasi, artinya kesalahan pengganggu dalam model regresi

tidak saling korelasi,

• homoskedasitas, artinya variance variabel independen dari satu


(58)

1. Uji Normalitas

Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Adapun uji normalitas dapat dilakukan dengan dua cara yaitu analisis garfik dan statistik.

a. Analisis Grafik

Analisis grafik dapat digunakan dengan dua alat, yaitu grafik histogram dan grafik P-P Plot. Data yang baik adalah data yang memiliki pola distribusi normal. Pada grafik histogram, data yang mengikuti atau mendekati distribusi normal adalah distribusi data dengan bentuk lonceng. Pada grafik P-P Plot, sebuah data dikatakan berdistribusi normal apabila titik-titik datanya tidak menceng ke kiri atau ke kanan, melainkan menyebar di sekitar garis diagonal. Berikut hasil uji normalitas dengan menggunakan analisis grafik.

Gambar 4.1 Uji Normalitas


(59)

Gambar 4.2 Uji Normalitas

Sumber: Hasil Pengolahan Data dengan SPSS

Dengan melihat tampilan grafik histogram, kita dapat melihat bahwa gambarnya belum berbentuk lonceng dan grafiknya cenderung mengarah kekanan yang menunjukkan bahwa data belum terdistribusi secara normal. Pada grafik P-P Plot terlihat titik-titik menyebar jauh dari sekitar garis diagonal. Kedua grafik tersebut menunjukkan bahwa model regresi menyalahi asumsi normalitas.

b. Uji Statistik

Pengujian normalitas data dengan hanya melihat grafik dapat menyesatkan kalau tidak melihat secara seksama, sehingga kita perlu melakukan uji normalitas data dengan menggunakan statistik agar lebih meyakinkan. Untuk memastikan apakah data di sepanjang garis diagonal berdistribusi normal, maka dilakukan uji

Kolmogorov-Smirnov (1 sample KS) dengan melihat data residualnya apakah


(60)

data tersebut terdistribusi normal. Jika nilai signifikansinya lebih kecil dari 0,5

maka distribusi data adalah tidak normal. Hasil uji Kolmogorov-Smirnov dapat

dilihat pada tabel 4.2

Tabel 4.2 Uji Normalitas

(One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test)

Unstandardized

Predicted Value

N 96

Normal Parametersa,b

Mean 45.5833333

Std. Deviation

.92262595 Most Extreme

Differences

Absolute .108

Positive .108

Negative -.098

Kolmogorov-Smirnov Z 1.062

Asymp. Sig. (2-tailed) .209

Sumber: Hasil Pengolahan Data dengan SPSS

Hasil uji Kolmogorov-Smirnov pada penelitian ini menujukkan probabilitas =

0.209. Dengan demikian, data pada penelitian ini tidak berdistribusi normal dan dapat digunakan untuk melakukan uji hipotesis karena 0.209 < 0,5.

Pada pengujian normalitas dengan analisis statistik dapat ketahui bahwa data yang digunakan oleh penulis tidak berdistribusi normal sehingga data ini tidak dapat digunakan untuk melakukan uji hipotesis. Pada penelitian ini penulis menggunakan metode transformasi data untuk menormalkan data penelitian. Menurut Gozali (2005:32), “data yang tidak terdistribusi secara normal dapat ditransformasi agar menjadi normal”. Salah satu trasformasi data yang dapat dilakukan adalah dengan mentransformasikan data ke LG10 atau logaritma 10 atau LN. Hasil transformasi data dapat dilihat pada lampiran vii. Setelah


(61)

dilakukan transformasi, penulis melakukan pengujian ulang terhadap uji normalitas untuk melihat kembali apakah data penelitian ini telah berdistribusi normal atau tidak. Hasil pengujian normalitas setelah transformasi dapat dilihat sebagai berikut.

c. Analisis Grafik Setelah Transformasi Data Gambar 4.3 Uji Normalitas


(62)

Gambar 4.4 Uji Normalitas

Sumber: Hasil Pengolahan Data dengan SPSS

Dengan melihat tampilan grafik histogram, kita dapat melihat bahwa gambarnya telah berbentuk lonceng dan tidak cenderung mengarah kekanan atau ke kiri yang menunjukkan bahwa data telah terdistribusi secara normal. Pada grafik P-P Plot terlihat titik-titik menyebar di sekitar garis diagonal dan tidak jauh dari garis diagonal. Kedua grafik tersebut menunjukkan bahwa model regresi tidak menyalahi asumsi normalitas (telah terdistribusi normal).


(1)

Lampiran 8 Debt to Assets Ratio

NO Perusahaan KODE

DAR

2008 2009 2010

1 Astra Agro Lestari Tbk AALI 20.92 15.12 15.18 2 Tiga Pilar Sejahtera FoodTbk AISA 61.55 68.15 69.54

3 AKR Corporindo Tbk AKRA 59.86 58.88 62.71

4 Alumindo Light Metal Industry Tbk ALMI 73.37 68.83 66.36 5 Aneka Tambang (Persero) Tbk ANTM 20.80 17.59 22.01 6 Astra International Tbk ASII 49.74 44.98 48.00

7 Astra Otopart AUTO 29.92 27.17 26.55

8 Bisi Internasional Tbk BISI 41.31 24.58 10.86

9 Indo Kordsa Tbk BRAM 28.69 16.67 19.02

10 BW Plantation Tbk BWPT 73.13 44.18 57.48

11 Budi Acid Jaya Tbk BUDI 61.86 51.03 59.20

12 Chaeron Pokphan Indonesia Tbk CPIN 74.22 44.83 31.24

13 Dynaplast Tbk DYNA 58.14 56.16 67.40

14 Gudang Garam Tbk GGRM 35.53 32.49 30.65

15 HM Sampoerna Tbk HMSP 50.11 40.93 50.23

16 Indofood Sukses Makmur Tbk INDF 66.77 61.63 47.43 17 Indorama Syntheties Tbk INDR 60.01 53.16 48.98 18 Indocement Tunggal Prakarsa Tbk INTP 61.36 19.37 14.64 29 Kimia Farma (Persero) Tbk KAEF 34.44 36.28 32.77

20 Kalbe Farma Tbk KLBF 23.83 26.1 17.92

21 Multi Starada Arah Sarana Tbk MASA 45.99 42.43 46.38

22 Mayora Indah Tbk MYOR 56.35 50 53.63

23 PT. Citra Marga Nusaphala Persada Tbk

CMNP

49.3 46.85 36.96 24 PT. Alam sutera Realty Tbk ASRI 42.33 45.65 51.70 25 Holcim Indonesia Tbk SMCB 66.93 54.36 34.60 26 Semen Gresik (persero) Tbk SMGR 22.91 20.33 21.99

27 Sucaco Tbk SCCO 68.06 63.66 63.39

28 Unggul Indah Cahaya Tbk UNIC 55.46 44.42 454.88

29 Trias Sentosa Tbk TRST 51.92 40.43 39.01

30 Citra Tubindo Tbk CTBN 51.03 45.64 58.66

31 Tempo Scan Pasifik Tbk TSPC 22.11 25.13 26.30 32 Unilever Indonesia Tbk UNVR 52.24 50.45 53.47


(2)

Net Profit Margin ( NPM)

NO Perusahaan KODE

NPM

2008 2009 2010

1 Astra Agro Lestari Tbk AALI 32.24 31.54 32.25 2 Tiga Pilar Sejahtera FoodTbk AISA 5.93 7.13 10.64

3 AKR Corporindo Tbk AKRA 2.22 3.07 2.54

4 Alumindo Light Metal Industry Tbk ALMI 0.21 1.48 55.75 5 Aneka Tambang (Persero) Tbk ANTM 14.26 6.93 19.25 6 Astra International Tbk ASII 9.47 10.19 11.05

7 Astra Otopart AUTO 8.47 7.98 18.24

8 Bisi Internasional Tbk BISI 24.45 9.59 15.98

9 Indo Kordsa Tbk BRAM 5.8 4.8 7.42

10 BW Plantation Tbk BWPT 23.35 28.59 34.27

11 Budi Acid Jaya Tbk BUDI 2.13 8.19 2.17

12 Chaeron Pokphan Indonesia Tbk CPIN 1.92 11.08 14.66

13 Dynaplast Tbk DYNA 0.29 4.42 5.02

14 Gudang Garam Tbk GGRM 6.21 15.43 10.92

15 HM Sampoerna Tbk HMSP 11.23 13.05 14.80

16 Indofood Sukses Makmur Tbk INDF 2.67 5.59 7.69 17 Indorama Syntheties Tbk INDR 1.34 2.32 39.68 18 Indocement Tunggal Prakarsa Tbk INTP 17.85 25.97 28.95 29 Kimia Farma (Persero) Tbk KAEF 2.03 2.21 4.33

20 Kalbe Farma Tbk KLBF 8.98 10.22 12.57

21 Multi Starada Arah Sarana Tbk MASA 0.22 10.35 8.77

22 Mayora Indah Tbk MYOR 5.02 6.85 6.70

23 PT. Citra Marga Nusaphala Persada Tbk

CMNP

12.65 11.00 39.89 24 PT. Alam sutera Realty Tbk ASRI 13.56 23.27 37.91 25 Holcim Indonesia Tbk SMCB 5.87 15.07 13.89 26 Semen Gresik (persero) Tbk SMGR 20.67 23.12 25.33

27 Sucaco Tbk SCCO 0.52 1.19 2.73

28 Unggul Indah Cahaya Tbk UNIC 1.06 1.47 0.84

29 Trias Sentosa Tbk TRST 3.2 9.16 7.79

30 Citra Tubindo Tbk CTBN 6.47 5.95 8.41

31 Tempo Scan Pasifik Tbk TSPC 8.83 8 9.52


(3)

Lampiran 10

Tingkat pengungkapan laporan keuangan

NO Perusahaan KODE

TPLK

2008 2009 2010

1 Astra Agro Lestari Tbk AALI 41 41 41

2 Tiga Pilar Sejahtera FoodTbk AISA 42 42 42

3 AKR Corporindo Tbk AKRA 49 49 49

4 Alumindo Light Metal Industry Tbk ALMI 50 50 50

5 Aneka Tambang (Persero) Tbk ANTM 41 41 41

6 Astra International Tbk ASII 48 48 48

7 Astra Otopart AUTO 54 54 54

8 Bisi Internasional Tbk BISI 49 49 49

9 Indo Kordsa Tbk BRAM 39 40 40

10 BW Plantation Tbk BWPT 48 48 48

11 Budi Acid Jaya Tbk BUDI 45 45 45

12 Chaeron Pokphan Indonesia Tbk CPIN 47 47 47

13 Dynaplast Tbk DYNA 48 48 48

14 Gudang Garam Tbk GGRM 41 41 41

15 HM Sampoerna Tbk HMSP 40 40 40

16 Indofood Sukses Makmur Tbk INDF 38 38 38

17 Indorama Syntheties Tbk INDR 52 56 56

18 Indocement Tunggal Prakarsa Tbk INTP 46 47 47

29 Kimia Farma (Persero) Tbk KAEF 42 42 42

20 Kalbe Farma Tbk KLBF 53 53 53

21 Multi Starada Arah Sarana Tbk MASA 49 49 49

22 Mayora Indah Tbk MYOR 40 40 40

23 PT. Citra Marga Nusaphala Persada Tbk

CMNP

41 41 41

24 PT. Alam sutera Realty Tbk ASRI 38 38 38

25 Holcim Indonesia Tbk SMCB 41 41 41

26 Semen Gresik (persero) Tbk SMGR 48 49 49

27 Sucaco Tbk SCCO 53 53 53

28 Unggul Indah Cahaya Tbk UNIC 48 48 48

29 Trias Sentosa Tbk TRST 48 48 48

30 Citra Tubindo Tbk CTBN 41 41 41


(4)

Lampiran 11

DATA PENELITIAN (SETELAH TRANSFORMASI KE LN)

LN_SIZE LN_ROE LN_DER LN_ROA LN_NPM LN_TPLK

8.78 3.93 3.28 3.70 3.47 3.71

6.92 2.00 5.08 1.05 1.78 3.74

8.49 2.57 5.20 1.46 0.80 3.89

7.40 0.14 5.62 -1.17 -1.56 3.91

9.23 2.83 2.27 2.59 2.66 3.71

11.30 3.32 4.80 2.43 2.25 3.87

8.29 2.84 3.80 2.43 2.14 3.99

7.42 3.75 4.29 3.77 3.20 3.89

7.42 2.25 3.87 1.74 1.76 3.66

6.92 3.78 5.61 2.47 3.15 3.87

7.44 1.67 5.13 0.66 0.76 3.81

8.55 2.96 5.67 1.59 0.65 3.85

7.12 0.00 5.19 -1.14 -1.24 3.87

10.09 2.49 4.01 2.06 1.83 3.71

9.69 3.88 4.61 3.18 2.42 3.69

10.59 0.20 5.74 0.96 0.98 3.64

8.56 1.11 5.01 0.19 0.29 3.95

9.33 3.02 3.48 2.74 2.88 3.83

7.28 1.76 3.96 1.34 0.71 3.74

8.65 2.96 3.62 2.52 2.19 3.97

7.77 -1.47 4.44 -2.04 -1.51 3.89

7.98 2.76 4.62 1.90 1.61 3.69

7.93 1.63 4.53 0.95 2.54 3.71

8.03 1.21 4.30 0.66 2.61 3.64

8.95 2.41 5.31 1.30 1.77 3.71

9.27 3.44 3.40 3.17 3.03 3.87

7.03 1.13 5.38 -0.02 -0.65 3.97

7.80 1.09 4.86 0.25 0.06 3.87

7.68 1.72 4.68 0.99 1.16 3.87

7.40 3.06 4.66 2.33 1.87 3.71


(5)

Lampiran 11 (Lanjutan)

7.21 2.18 4.99 1.04 1.96 3.74

8.78 2.76 5.39 1.44 1.12 3.89

7.30 1.73 5.40 0.56 0.39 3.91

9.20 2.00 3.07 1.81 1.94 3.71

11.40 3.23 4.61 2.42 2.32 3.87

8.44 2.57 3.67 2.20 2.08 3.99

7.25 2.01 3.53 3.20 2.26 3.89

7.21 1.99 3.13 1.67 1.57 3.69

7.39 2.92 4.37 2.33 3.35 3.87

7.38 2.98 4.70 2.21 2.10 3.81

8.58 4.01 4.40 3.41 2.41 3.85

7.16 2.71 5.11 1.63 1.49 3.87

10.21 3.32 3.88 2.93 2.74 3.71

9.78 3.88 4.24 3.36 2.57 3.69

10.61 3.02 5.50 1.64 1.72 3.64

8.45 1.49 4.73 0.73 0.84 4.03

9.49 3.25 3.18 3.03 3.26 3.85

7.35 1.85 4.04 1.39 0.79 3.74

8.78 3.07 3.67 2.66 2.32 3.97

7.84 2.48 4.30 1.93 2.34 3.89

8.09 3.03 4.37 2.31 1.92 3.69

7.94 1.54 4.44 0.90 2.40 3.71

8.18 1.59 4.43 0.97 3.15 3.64

8.89 3.30 4.78 2.51 2.71 3.71

9.47 3.48 3.25 3.25 3.14 3.89

6.95 1.57 5.18 0.55 0.17 3.97

7.62 1.15 4.39 0.55 0.39 3.87

7.56 2.53 4.22 2.01 2.21 3.87

7.44 2.58 4.44 1.96 1.78 3.71

8.09 2.70 3.53 2.40 2.08 3.93

8.92 4.41 4.62 3.71 2.81 3.76


(6)

(Lanjutan)

LN_SIZE LN_ROE LN_DER LN_ROA LN_NPM LN_TPLK

9.08 3.33 2.92 3.13 3.47 3.71

7.57 2.58 5.46 1.35 2.36 3.74

8.94 2.57 5.31 1.40 0.93 3.89

7.32 2.16 5.29 1.05 4.02 3.91

9.42 2.87 3.34 2.62 2.96 3.71

11.63 3.37 4.70 2.54 2.40 3.87

8.63 3.39 3.65 3.02 2.90 3.99

7.22 2.52 2.55 2.35 2.77 3.89

7.31 2.53 3.28 2.19 2.00 3.69

7.88 3.07 4.91 2.22 3.53 3.87

7.58 1.80 5.03 0.85 0.77 3.81

8.78 3.90 3.82 3.52 2.68 3.85

7.35 2.77 5.33 1.65 1.61 3.87

10.33 2.97 3.79 2.60 2.39 3.71

9.93 4.14 4.61 3.44 2.69 3.69

10.76 2.87 4.89 1.83 2.04 3.64

8.49 2.21 4.58 3.82 3.68 4.03

9.64 3.21 2.84 3.04 3.37 3.85

7.41 2.52 3.89 2.12 1.47 3.74

8.86 3.18 3.16 2.91 2.53 3.97

8.02 2.38 4.46 1.76 2.17 3.89

8.39 3.19 4.77 2.40 1.90 3.69

7.96 2.83 4.10 2.34 3.69 3.71

8.43 2.58 4.68 1.84 3.64 3.64

9.25 2.50 3.97 2.07 2.63 3.71

9.65 3.41 3.35 3.15 3.23 3.89

7.05 2.66 5.16 1.65 1.00 3.97

7.68 1.03 4.53 0.39 -0.18 3.87

7.62 2.40 4.16 1.90 2.05 3.87

7.76 2.80 4.96 4.21 2.13 3.71

8.19 2.93 3.59 2.61 2.25 3.93


Dokumen yang terkait

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pengungkapan Laporan Keuangan Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

1 41 82

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PENGUNGKAPAN SUKARELA PADA LAPORAN TAHUNAN PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

0 2 76

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Keluasan Pengungkapan Informasi Dalam Laporan Tahunan (Studi pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia).

0 2 15

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LUAS PENGUNGKAPAN Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Luas Pengungkapan Corporate Governance Dalam Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (Periode 2008-2010).

0 1 15

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KELENGKAPAN PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN (Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia).

0 0 9

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KELENGKAPAN PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN PADA ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KELENGKAPAN PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 0 15

PENDAHULUAN ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KELENGKAPAN PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 0 13

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KELENGKAPAN PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KELENGKAPAN PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK JAKARTA (BEJ).

0 2 17

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KELENGKAPAN PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 0 109

Skripsi Rini Dwiyanti

1 3 112