FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KELENGKAPAN PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA.

(1)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Jurusan Akuntansi

Untuk Menyusun Skripsi S-1 Jurusan Akuntansi

Oleh : Oktaviani Ekasari 0813010080 / FE / EA

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR


(2)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KELENGKAPAN PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK

INDONESIA

yang diajukan Oktaviani Ekasari 0813010080 / FE / EA

Disetujui untuk Ujian Lisan oleh

Pembimbing Utama

Dr. Sri Trisnaningsih, MSi Tanggal : ... NIP. 196509291992032001

Mengetahui

Wakil Dekan I Fakultas Ekonomi

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur

Drs. Rahman Amrullah Suwaidi, MSi NIP. 196003301986031003


(3)

Dengan memanjatkan Puji Syukur Kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala Rahmat Karunia-Nya kepada penulis, dan atas izin-Nya pula Skripsi yang berjudul “ Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kelengkapan Pengungkapan Laporan Keuangan Pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia” dapat selesai dengan baik.

Adapun maksud penyusunan skripsi ini adalah untuk memenuhi sebagian persyaratan agar memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi pada Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

Dalam penelitian hingga terselesainya Skripsi ini penyusun telah banyak mendapat bimbingan, bantuan, kesempatan serta pengorbanan baik materiil maupun spiritual dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penyusun dengan segala kerendahan hati menyatakan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP selaku Rektor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Bapak Dr. Dhani Ichsanuddin Nur, MM selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.


(4)

memberikan bimbingan, pengarahan, dorongan, dan saran kepada penyusun dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Akuntansi dan Staf Karyawan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

5. Kedua Orang tuaku, adik-adikku serta seluruh keluarga besarku yang telah memberikan kasih sayang, semangat serta doanya dengan tulus sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

6. Sahabat-sahabatku yang telah banyak membantu memberikan masukan, do’a, serta dukungannya demi kelancaran penyusunan skripsi ini.

Akhirnya penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna baik materi maupun pembahasannya. Oleh karena itu sangat diharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga penulisan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

               Surabaya, Mei 2009


(5)

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

ABSTRAKSI ... xii

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 5

1.3. Tujuan Penelitian ... 6

1.4. Manfaat Penelitian ... 6

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 8

2.1. Hasil-hasil Penelitian Terdahulu ... 8

2.2. Landasan Teori ... 14

2.2.1. Laporan Keuangan ... 14

2.2.1.1. Pengertian Laporan Keuangan ... 14


(6)

2.2.2.2. Tujuan Pengungkapan ... 21

2.2.2.3. Konsep Pengungkapan ... 22

2.2.2.4. Jenis-Jenis Pengungkapan ... 23

2.2.2.5. Metode Pengungkapan ... 24

2.2.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kelengkapan Pengungkapan Laporan Keuangan ... 26

2.2.3.1. Rasio Likuiditas ... 27

2.2.3.2. Rasio Profitabilitas ... 30

2.2.3.3. Ukuran Perusahaan (size) ... 32

2.2.3.4. Pengaruh Likuiditas Terhadap Kelengkapan Pengungkapan Laporan Keuangan ... 34

2.2.3.5. Pengaruh Profitabilitas Terhadap Kelengkapan Pengungkapan Laporan Keuangan ... 34

2.2.3.6. Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Kelengkapan Pengungkapan Laporan Keuangan ... 35

2.2.3.7. Pengaruh Likuiditas, Profitablitas dan Ukuran Perusahaan Terhadap Kelengkapan Pengungkapan Laporan Keuangan ... 35


(7)

3.2. Teknik Penentuan Sampel ... 41

3.2.1. Objek Penelitian ... 41

3.2.2. Populasi ... 41

3.2.3. Sampel ... 42

3.3. Teknik Pengumpulan Data ... 43

3.3.1. Jenis Data ... 43

3.3.2. Sumber Data... 44

3.3.3. Metode Pengumpulan Data... 44

3.4. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis ... 44

3.4.1. Uji Normalitas ... 44

3.4.2. Uji Asumsi Klasik ... 45

3.4.3. Teknik Analisis ... 47

3.4.4. Uji Hipotesis ... 48

3.4.4.1. Uji Kesesuaian Model (Uji F) ... 48

3.4.4.2. Uji t ... 49


(8)

4.1.3. PT. Fast Food Indonesia, Tbk ... 52

4.1.4. PT. Gudang Garam, Tbk ... 53

4.1.5. PT.Hanjaya Mandala Sampoerna, Tbk ... 54

4.1.6. PT.Indocement Tunggal Perkasa, Tbk ... 54

4.1.7. PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk ... 55

4.1.8. PT. Kalbe Farma, Tbk ... 55

4.1.9. PT. Mayora Indah, Tbk ... 56

4.1.10. PT. Merck, Tbk ... 57

4.1.11. PT. Mustika Ratu, Tbk... 57

4.1.12. PT. Semen Gresik (Persero),Tbk ... 58

4.1.13. PT. Siantar Top, Tbk ... 59

4.1.14. PT. Tunas Baru Lampung, Tbk ... 59

4.1.15. PT. Ultra Jaya Milk, Tbk ... 60

4.2. Deskripsi Hasil Penelitian ... 60

4.2.1. Tingkat Kelengkapan Pengungkapan Laporan Keuangan Tahunan (Y) ... 60


(9)

4.3.1. Uji Normalitas ... 67

4.3.2. Uji Asumsi Klasik ... 68

4.3.2.1. Multikolineritas ... 68

4.3.2.2. Heterokedastisitas ... 69

4.3.2.3. Autokorelasi ... 70

4.3.3. Teknik Analisis ... 71

4.3.4. Koefisien Determinasi (R Square) ... 72

4.3.5. Pengujian Hipotesis ... 73

4.3.5.1. Uji Kesesuaian Data (Uji F) ... 73

4.3.5.2. Uji t ... 75

4.4. Pembahasan Hasil Penelitian ... 78

4.5. Hubungan Hasil Penelitian dengan Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 82

4.6. Perbedaan Peneliti dengan Penelitian Terdahulu ... 83

4.7. Keterbatasan Penelitian ... 88

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 89


(10)

(11)

Tabel 4.1. Tingkat Kelengkapan Pengungkapan ... 61

Tabel 4.2. Rasio Likuiditas (X1) ... 63

Tabel 4.3. Rasio Profitabilitas (X2) ... 64

Tabel 4.4. Ukuran Perusahaan (X3)... 66

Tabel 4.5. Uji Normalitas ... 67

Tabel 4.6. Uji Multikolinieritas... 68

Tabel 4.7. Uji Heteroskedastisitas Dengan Korelasi Rank Spearman ... 69

Tabel 4.8. Uji Autokorelasi ... 70

Tabel 4.9. Hasil Analisis Regresi Linier Berganda ... 71

Tabel 4.10. Koefisien Determinasi ... 73

Tabel 4.11. Hasil Perhitungan Uji F ... 74

Tabel 4.12. Hasil Perhitungan Uji t ... 75


(12)

(13)

Lampiran 1 : Daftar Item Pengungkapan Dalam Laporan Tahunan. Lampiran 2 : Data Pengungkapan Sukarela.

Lampiran 3 : Perhitungan Rasio Likuiditas Perusahaan Manufaktur di BEI. Lampiran 4 : Perhitungan Rasio Profitabilitas Perusahaan Manufaktur di BEI. Lampiran 5 : Perhitungan Ukuran Perusahaan Perusahaan Manufaktur di BEI. Lampiran 6: Perhitungan Data SPSS.

Lampiran 7 : Analisis Regresi Linier Berganda. Lampiran 9 : Lanjutan Logistic regression. Lampiran 10: Lanjutan Logistic regression.


(14)

Tabel 4.2. Rasio Likuiditas (X1) ... 63

Tabel 4.3. Rasio Profitabilitas (X2) ... 64

Tabel 4.4. Ukuran Perusahaan (X3)... 66

Tabel 4.5. Uji Normalitas ... 67

Tabel 4.6. Uji Multikolinieritas... 68

Tabel 4.7. Uji Heteroskedastisitas Dengan Korelasi Rank Spearman ... 69

Tabel 4.8. Uji Autokorelasi ... 70

Tabel 4.9. Hasil Analisis Regresi Linier Berganda ... 71

Tabel 4.10. Koefisien Determinasi ... 73

Tabel 4.11. Hasil Perhitungan Uji F ... 74

Tabel 4.12. Hasil Perhitungan Uji t ... 75

Tabel 4.13. Perbedaan Peneliti dengan Penelitian Terdahulu ... 82


(15)

Oleh :

OKTAVIANI EKASARI

ABSTRAK

Berubahnya kondisi lingkungan ekonomi banyak berpengaruh terhadap dunia usaha. Apalagi dalam menghadapi perekonomian pasar bebas, para pelaku bisnis diharapkan dapat mempertahankan usahanya dengan cara bersaing dalam sekor pasar modal untu mencari calon investor yang akan membantu perusahaan dalam memperkuat dananya. Untuk dapat menarik calon investor, perusahaan dihadapkan pada kondisi untuk dapat lebih transparan dalam mengungkapkan laporan keuangannya. Semakin luas pengungkapan laporan keuangan yang dilakukan perusahaan semakin tinggi pula tingkat kepercayaan calon investor untuk menanamkan modalnya. Pengungkapan informasi laporan keuangan dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu pengungkapan wajib dan pengungkapan sukarela. Penelitian ini bertujuan untuk menguji secara empiris pengaruh rasio likuiditas, rasio profitabilitas dan ukuran perusahaan terhadap tingkat kelengkapan pengungkapan laporan keuangan perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia.

Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2008 – 2010 sebanyak 30 perusahaan dan pengambilan sampel

menggunakan purposive sampling sehingga jumlah sampel yang digunakan menjadi

15 perusahaan yang memenuhi kriteria. Teknik analisis yang digunakan adalah regresi linier berganda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan dan parsial tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara Rasio Likuiditas, Rasio Profitabilitas dan Ukuran Perusahaan terhadap tingkat kelengkapan pengungkapan laporan keuangan pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia.

Keyword : Rasio Likuiditas, Rasio Profitabilitas, Ukuran Perusahaan, Tingkat Kelengkapan Pengungkapan Laporan Keuangan  


(16)

ABSTRACT

Changing economic conditions affecting many businesses. Moreover, in the free market economy, the business is expected to maintain its business in a way to compete in sekor capital market for investors looking for candidates that will assist companies in strengthening their funds. To be able to attract potential investors, the company faced in the condition to be more transparent in the financial reports. The broad financial disclosure reports that made the company the higher the level of confidence in prospective investors to infuse capital. Disclosure of information financial reports can be grouped into two, namely the mandatory and voluntary disclosures. This study aims to test the empirical influence liquidity ratio, profitability ratio and the size of the company's level of completeness of financial reports on manufacturing companies in Indonesia Stock Exchange.

Population in this research is a manufacturing company in the Indonesia Stock Exchange from 2008 - 2010 as many as 30 companies and use the sample purposively sampling so that the number of samples used to 15 companies that meet the criteria. Analysis techniques used are regression linier berganda.

Research results show that partial and simultaneously there is no significant influence between the Liquidity Ratio, Profitability Ratio, and Company Size on the level of completeness of financial reports on manufacturing companies in Indonesia Stock Exchange.

Keyword: Liquidity Ratio, Profitability Ratio, Company Size, Level of Completeness of Disclosure Financial Reports


(17)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Berubahnya kondisi lingkungan ekonomi banyak berpengaruh terhadap dunia usaha. Apalagi dalam menghadapi perekonomian pasar bebas yang membuka area pemasaran, pasar-pasar baru dengan diikuti berbagai peluang dan tantangan baru sehingga diharapkan para pelaku bisnis dapat mempertahankan usahanya. Oleh karena itu, baik negara maju maupun negara berkembang, besar atau kecil mengalami hubungan internasional yang erat dan saling ketergantungan dibidang ekonomi yang tinggi.

Globalisasi ekonomi dapat dikatakan mendunianya kegiatan dan keterikatan perekonomian. Dengan adanya globalisasi ekonomi tersebut memacu badan usaha dalam meningkatkan berbagai upaya untuk mengembangkan usahanya. Upaya pengembangan usaha tersebut tentu akan membutuhkan dana yang tidak sedikit sehingga badan usaha mencari tambahan dana yang dapat diperoleh dari sektor perbankan dan sektor pasar modal. Dari sektor perbankan antara lain dalam bentuk pinjaman baik jangka pendek maupun jangka panjang. Sedangkan sektor pasar modal dapat berbentuk transaksi saham, right, dan obligasi. Saat ini pandangan badan


(18)

usaha sudah banyak yang diarahkan pada pasar modal untuk mencari calon investor yang akan mempermudah masuknya investasi dari masyarakat luas.

Laporan keuangan merupakan media utama penyampaian informasi oleh manajemen kepada pihak-pihak diluar perusahaan. Laporan keuangan mengkomunikasikan kondisi keuangan dan informasi lainnya kepada pemegang saham, kreditor dan steakholder dan calon steakholder. Laporan keuangan tersebut menjadi alat utama manajer untuk menunjukkan efektivitas pencapaian tujuan untuk melaksanakan fungsi pertanggung jawaban atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya dalam sebuah organisasi (Suripto, 1999 : 1).

Ketatnya regulasi informasi keuangan biasanya dijadikan sebagai indikator perkembangan pasar modal. Semakin maju pasar modal maka akan semakin ketat regulasi yang diberlakukan. Dalam pengambilan keputusan berinvestasi pada suatu perusahaan, para calon investor lebih memperhatikan laporan keuangan perusahaan tersebut. Maka dari itu pengungkapan laporan keuangan yang memadai sangat diperlukan guna menggambarkan keadaan badan usaha atau perusahaan tempat investasi.

Pencapaian efisiensi dan sarana akuntabilitas publik, pengungkapan laporan keuangan menjadi faktor yang signifikan. Kelengkapan pengungkapan informasi akuntansi yang memadai dalam laporan keuangan sangat diharapan oleh para pengguna sebab informasi yang disajikan dalam laporan keuangan akan dapat dipahami dan tidak menimbulkan salah


(19)

interpretasi jika laporan keuangan dilengkapi dengan pengungkapan yang memadai sehingga dapat bermanfaat bagi pemakai laporan keuangan karena laporan keuangan tahunan akan dapat menjadi dasar yang berguna dalam pengambilan keputusan dengan cara membuat kriteria pengungkapan informasi.

Menurut Darrough (1993) dalam Simanjutak dan Widiastuti (2004) mengemukakan bahwa pengungkapan informasi laporan keuangan dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu Pengungkapan wajib (Mandatory Disclosure) dan Pengungkapan Sukarela (Volutary Disclosure). Pengungkapan wajib (Mandatory Disclosure) merupakan pengungkapan minimum yang disyaratkan oleh standar akuntansi yang berlaku. Jika perusahaan tidak bersedia untuk mengungkapkan informasi secara sukarela, pengungkapan wajib akan memaksa perusahaan untuk mengungkapkannya. Pengungkapan Sukarela (Volutary Disclosure) merupakan pengungkapan butir-butir yang dilakukan sukarela oleh perusahaan tanpa diharuskan oleh peraturan yang berlaku. Healy dan Palepu dalam Simanjutak dan Widiastuti (2004) mengemukakan meskipun semua perusahaan publik diwajibkan untuk memenuhi pengungkapan minimum, mereka berbeda secara substantial dalam hal jumlah tambahan informasi yang diungkap ke pasar modal. Salah satu cara meningkatkan kredibilitas perusahaan adalah melalui pengungkapan sukarela secara lebih luas dan membantu investor dalam memahami strategi bisnis manajemen.


(20)

Penelitian ini, peneliti memilih perusahaan manufaktur yang telah go publik karena kebanyakan perusahaan jenis ini yang lebih disoroti oleh masyarakat. Dari seluruh perusahaan manufaktur tidak semuanya melakukan pengungkapan secara lengkap dan jelas. Untuk pengungkapan wajib, seluruh perusahaan telah melakukannya tetapi dalam hal pengungkapan sukarela belum semua perusahaan melakukannya. Hal ini disebabkan oleh beberapa kemungkinan diantaranya: Perusahaan telah melakukan pengungkapan pada periode sebelumnya sehingga merasa tidak perlu mengungkapkannya lagi, laporan tahunan dibuat untuk keperluan

shareholder sehingga informasi yang dibutuhkan shareholder lain tidak perlu diungkapkan. Perusahaan memilih media lain untuk pengungkapan selain kepada pemegang saham. Selain itu rendahnya tingkat pengungkapan juga terjadi karena faktor kepedulian sosial yang dimiliki perusahaan memang terbilang masih rendah dengan demikian maka terdapat kesenjangan antara aktivitas sosial dalam pengungkapan laporan tahunan. Artinya perusahaan belum sepenuhnya memanfaatkan laporan keuangan sebagai sarana komunikasi antara pihak manajemen dengan stakeholder di luar pemegang saham. Perusahaan menganggap laporan keuangan tahunan hanya diperuntukkan kepada pemegang saham, debtholder, dan calon investor. Sedangan kepentingan stakeholder lain (karyawan, publik, konsumen dan sebagainya) cenderung terabaikan.

Berdasarkan praktek terjadi keragaman kualitas ungkapan dalam laporan emiten. Keragaman tersebut terjadi karena perusahaan dikelola oleh


(21)

manajemen yang memiliki filosofi manajerial yang berbeda-beda dan adanya keleluasaan yang luas dalam kaitannya dengan pengungkapan informasi kepada masyarakat. Suatu perusahaan melakukan pengungkapan sukarela adalah dengan pertimbangan antara biaya yang dikeluarkan dengan manfaat yang diperoleh akibat melakukan pengungkapan tersebut. Dengan kata lain bahwa manajer tidak akan melakukan pengungkapan laporan apabila dengan melakukannya akan lebih merugikan daripada kerugian karena tidak mengungkapkan.

Berdasarkan uraian di atas maka penelitian ini mengambil judul “Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Kelengkapan Pengungkapan Laporan Keuangan Pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia”.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan diatas, maka permasalahan yang akan diteliti adalah :

1. Apakah terdapat pengaruh antara rasio likuiditas, rasio profitabilitas dan ukuran perusahaan terhadap tingkat kelengkapan pengungkapan laporan keuangan perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI ? 2. Apakah terdapat pengaruh yang dominan antara rasio likuiditas, rasio

profitabilitas dan ukuran perusahaan terhadap tingkat kelengkapan pengungkapan laporan keuangan perusahaan manufaktur yang


(22)

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang telah diuraikan diatas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk menguji secara empiris apakah rasio likuiditas, rasio profitabilitas dan ukuran perusahaan terhadap tingkat kelengkapan pengungkapan laporan keuangan perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI.

2. Untuk menguji secara empiris apakah terdapat pengaruh yang dominan antara rasio likuiditas, rasio profitabilitas dan ukuran perusahaan terhadap tingkat kelengkapan pengungkapan laporan keuangan perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI.

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan berguna untuk : 1. Bagi Penulis

Penelitian ini dapat mengembangkan suatu pemikiran yang kritis, menambah pengetahuan dan wawasan yang lebih luas serta mempertinggi kemampuan penilis dalam menilai dan menganalisis pengaruh faktor-faktor fundamental terhadap kelengkapan laporan keuangan tahunan.


(23)

2. Bagi Universitas

Memberikan sumbangan informasi dan menambah referensi serta pemahaman bagi pihak lain yang akan melakukan penelitian lebih lanjut yang berhubungan dengan kelengkapan pengungkapan laporan tahunan. 3. Bagi Perusahaan

Memberikan informasi sebagai dasar pertimbangan dalam pengambilan keputusan serta berusaha melengkapi laporan tahunan untuk dapat lebih membantu investor.

4. Bagi Penyedia Dana (Investor)

Memberikan gambaran tentang jumlah informasi yang disediakan perusahaan dengan karakteristik tertentu yang digunakan dalam pengambilan keputusan berinvestasi di pasar modal.


(24)

2.1. Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu 1) Sundari (2009)

Judul Penelitian:

Analisis Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Kelengkapan Pengungkapan Lapora Tahunan.

Rumusan Masalah:

Apakah rasio likuiditas, leverange, profitabilitas, porsi saham publik berpengaruh terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan?

Kesimpulan:

Dari hasil penelitian menunjukan bahwa secara parsial rasio likiuditas dan rasio profitabilitas tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat kelengkapan pengungkapan laporan tahunan. Sedangkan Rasio leverange berpengaruh negative dan signifikan terhadap tingkat kelenngkapan pengungkapan laporan tahunan. Sedangkan porsi saham publik menunjukkan adanya pengaruh signifikan terhadap tingkat kelengkapan pengungkapan laporan tahunan.

2) Haryanto, dkk (2007) Judul Penelitian:

Analisis Pengaruh Ukuran Perusahaan, Likuiditas, Leverange, dan Profitabilitas terhadap Mandatory Disclosure (Studi Empiris pada


(25)

Perusahaan Manufaktur yang Tercatat di Bursa Efek Jakarta Tahun 2003 – 2004).

Rumusan Masalah:

1. Seberapa luas pengungkapan mandatory disclosure (berdasarkan SE BAPEPAM No. 02/PM/2002) dalam laporan keuangan tahunan perusahaan manufaktur di BEJ tahun 2003 – 2004?

2. Apakah ukuran perusahaan, likuiditas perusahaan, leverange, dan profitabilitas secara parsial maupun simultan berpengaruh terhadap luas mandatory disclosure pada laporan keuangan tahunan perusahaan tahun 2003 – 2004?

Kesimpulan:

1. Perusahaan – perusahaan belum optimal menyampaikan semua informasi (kurang dari 50%) yang diminta dalam Lampiran Surat Edaran Ketua BAPEPAM No. 02/PM/2002 tanggal 27 Desember 2002 mengenai Pedoman Penyajian dan Pengungkapan Laporan Keuangan Emiten/Perusahaan Publik Industri Manufaktur.

2. Ukuran perusahaan, likuiditas, leverange dan profitabilitas secara bersama – sama tidak mempengaruhi luas mandatory disclosure. 3. Ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap luas mandatory

disclosure.

4. Nilai likuiditas berpengaruh negatif terhadap luas mandatory disclosure.


(26)

5. Leverange dan profitabilitas tidak mempengaruhi luas mandatory disclosure.

6. Keterbatasan dan saran penelitian. 3) Agustina (2006)

Judul Penelitian :

Analisis Beberapa Faktor yang Mempengaruhi Kelengkapan Pengungkapan Laporan Keuangan Perusahaan Jasa Transportasi, Perdagangan dan Manufaktur yang Tercatat di Bursa Efek Jakarta. Rumusan Masalah :

Apakah profitabilitas, leverange, presentase kepemilikan publik, dan status perusahaan berpengaruh terhadap tingkat pengungkapan informasi pada perusahaan manufaktur?

Kesimpulan :

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa profitabilitas dengan Return On Assets (ROA) tidak berpengaruh terhadap kelengkapan pengungkapan keuangan perusahaan manufaktur. Leverange dengan Debt to Equity Ratio (DER) berpengaruh terhadap kelengkapan pengungkapan keuangan perusahaan manufaktur. Prosentase kepemilikan publik memiliki pengaruh terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan perusahaan manufaktur. Status perusahaan tidak memiliki pengaruh terhadap kelengkapan pengungkapan keuangan perusahaan manufaktur.


(27)

4) Johan dan Widyawati Lekok (2006) Judul Penelitian :

Analisis Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kelengkapan Pengungkapan Informasi Laporan Keuangan.

Rumusan Masalah :

Apakah likuiditas, solabilitas, ukuran perusahaan, proporsi saham publik, umur perusahaan, profitabilitas, status perusahaan, jenis KAP yang mengaudit, dan struktur modal berpengaruh signifikan terhadap tingkat kelengkapan pengungkapan?

Kesimpulan :

1. a. Likuiditas berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan laporan keuangan wajib.

b. Likuiditas tidak berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan laporan keuangan sukarela.

2. a. Solvabilitas tidak berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan laporan keuangan wajib.

b. Solvabilitas berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan laporan keuangan sukarela.

3. a. Ukuran perusahaan berpengaruh secara signifikan terhadap pengungkapan laporan keuangan wajib.

b. Ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan laporan keuangan sukarela.


(28)

4. a. Proporsi saham publik tidak berpengaruh terhadap pengungkapan laporan keuangan wajib.

b. Proporsi saham publik tidak berpengaruh terhadap pengungkapan laporan keuangan sukarela.

5. a. Umur perusahaan tidak berpengaruh terhadap pengungkapan laporan keuangan wajib.

b. Umur perusahaan berpengaruh terhadap pengungkapan laporan keuangan sukarela.

6. a. Profitabilitas tidak berpengaruh terhadap pengungkapan laporan keuangan wajib.

b. Profitabilitas berpengaruh terhadap pengungkapan laporan keuangan sukarela.

7. a. Status perusahaan tidak berpengaruh terhadap pengungkapan laporan keuangan wajib.

b. Status perusahaan berpengaruh terhadap pengungkapan laporan keuangan sukarela.

8. a. Jenis kantor akuntan publik berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan laporan keuangan wajib.

b. Jenis kantor akuntan publik tidak berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan laporan keuangan sukarela.

9. a. Leverange tidak berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan laporan keuangan wajib.


(29)

b. Leverange berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan laporan keuangan sukarela.

5) Ayem (2006)

Judul Penelitian :

Analisis pengaruh Karakterisrik Perusahaan Terhadap Kelengkapan Pengungkapan Laporan Keuangan pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Jakarta.

Rumusan Masalah :

Apakah struktur modal, presentase kepemilikan publik, presentase kepemilikan manajemen, presentase kepemilikan institusi asing dan presentase kepemilikan institusi domestik berpengaruh positif dan signifikan terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan? Kesimpulan :

Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa hanya sekitar 35,6% saja sejumlah variabel independen yang dimasukkan dalam penelitian mampu menjelaskan kelengkapan pengungkapan laporan keuangan. Hal ini meunjukkan terdapatnya faktor – faktor lain yang mempengaruhi kelengkapan pengungkapan laporan keuangan yang belum termasuk dalam penelitian ini. Faktor – faktor tersebut mungkin antara lain adalah tingkat profitabilitas, basis perusahaan, kelompok industri, waktu terdaftar, penerbitan sekuritas dan umur perusahaan di bursa.


(30)

2.2. Landasan Teori 2.2.1. Laporan Keuangan

2.2.1.1.Pengertian Laporan Keuangan

Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari proses akuntansi, yaitu proses pengkomunikasian laporan. Laporan keuangan merupakan mekanisme yang penting bagi manajer untuk berkomunikasi dengan pihak investor luar, yaitu investor publik diluar lingkup manajemen serta tidak terlibat dalam pengelolaan perusahaan (Simanjutak dan Widiastuti, 2004).

Menurut IAI (2007) dalam PSAK (Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan) paragraf ke-07 menyatakan bahwa laporan keuangan merupakan proses pelaporan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara misalnya sebagai laporan arus kas atau laporan arus dana), catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan termasuk skedul dan informasi tambahan yang berkaitan dengan laporan tersebut, misalnya informasi segmen industri dan geografis serta pengungkapan pengaruh perubahan harga.


(31)

2.2.1.2.Tujuan Laporan Keuangan

Laporan keuangan disusun untuk tujuan memenuhi kebutuhan bersama sebagian besar pemakai. Menurut IAI (2007) dalam PSAK (Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan) paragraf 12 - 14 mengungkapkan ada beberapa tujuan agar laporan keuangan bermanfaat dalam pembuatan keputusan, tujuan tersebut adalah sebagai berikut:

a. Menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi. b. Untuk memenuhi kebutuhan sebagian besar pemakai. Tetapi laporan

keuangan tidak menyediakan semua informasi yang mungkin dibutuhkan pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi karena secara umum menggambarkan pengaruh keuangan dari kejadian masa lalu dan tidak diwajibkan untuk menyediakan informasi non keuangan. c. Laporan keuangan juga menunjukkan apa yang telah dilakukan

manajemen, pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya. Pemakai ingin menilai pertanggungjawaban manajer agar mereka dapat membuat keputusan ekonomi, yaitu keputusan untuk menahan atau menjual investasi mereka dalam perusahaan dan keputusan untuk mengangkat kembali atau mengganti manajemen.


(32)

Menurut Munawir (2002 : 13) laporan keuangan harus bermanfaat bagi investor maupun calon investor dan kreditor dalam mengambil keputusan investasi dan keputusan kredit yang rasional, serta membantu pemakai laporan lain dalam mengakses jumlah, waktu dan ketidakpastian penerimaan kas dari deviden atau bunga dan penerimaan dari penjualan atau penarikan kembali surat berharga atau pinjaman.

2.2.1.3.Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan

Karakteristik kualitatif merupakan ciri khas yang membuat informasi dalam laporan keuangan berguna bagi pemakai. Dalam IAI (2007 : 24), dinyatakan terdapat empat karakteristik kualitatif pokok, yaitu:

1. Dapat dipahami

Kualitas penting informasi yang ditampung dalam laporan keuangan adalah kemudahan untuk segera dapat dipahami oleh pengguna.

2. Relevan

Agar bermanfaat, informasi harus relevan untuk memenuhi kebutuhan pengguna dalam proses pengambilan keputusan. Informasi memiliki kualitas relevan bila dapat memengaruhi keputusan ekonomi pemakai dengan membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini, atau masa depan, menegaskan atau mengoreksi, hasil evaluasi mereka dimasa lalu.


(33)

3. Keandalan

Informasi memiliki kualitas andal jika bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan material, dan dapat diandalkan pemakainya sebagai penyajian yang jujur dari yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar diharapkan dapat disajikan.

4. Dapat dibandingkan

Pengguna harus dapat membandingkan laporan keuangan perusahaan antar periode untuk mengidentifikasi kecenderungan posisi dan kinerja keuangan. Pemakai juga harus dapat membandingan laporan keuangan perusahaan untuk mengevaluasi posisi kinerja dan perubahan posisi keuangan secara relatif.

2.2.1.4.Pemakai dan Kebutuhan Informasi Laporan Keuangan

Menurut IAI (2007) dalam PSAK (Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan) paragraf ke-09 menyatakan bahwa pemakai laporan keuangan meliputi investor sekarang dan investor potensial, karyawan, pemberi pinjaman, pemasok, dan kreditor usaha lainnya, pelanggan, pemerintah, serta lambaga-lembaganya dan masyarakat laporan keuangan digunakan untuk memenuhi beberapa kebutuhan informasi yang berbeda, yaitu meliputi:


(34)

a. Investor

Membutuhkan informasi untuk membantu menentukan apakah harus membeli, menahan, atau menjual investasi tersebut serta untuk menilai kemampuan perusahaan untuk membayar deviden.

b. Karyawan

Membutuhkan informasi untuk menilai kemampuan perusahaan dalam memberikan balas jasa, manfaat pensiun dan kesempatan kerja.

c. Pemberi pinjaman

Membutuhkan informasi untuk memutuskan apakah pinjaman serta bunganya dapat dibayar saat jatuh tempo.

d. Pemasok dan kreditor usaha lainnya

Membutuhkan informasi untuk memutuskan apakah jumlah yang terutang akan dibayar pada saat jatuh tempo.

e. Pelanggan

Membutuhkan informasi untuk mengetahui kelangsungan hidup perusahaan terutama bila terlibat dalam perjanjian jangka panjang atau tergantung perusahaan.


(35)

f. Pemerintah

Membutuhkan informasi untuk mengatur aktivitas perusahaan, menetapkan kebijakan pajak dan sebagai dasar untuk menyusun statistik pendapatan nasional dan statistik lainnya.

g. Masyarakat

Membutuhkan informasi untuk mengetahui perkembangan terakhir kemakmuran perusahaan serta rangkaian aktivitasnya.

2.2.2. Pengungkapan (Disclosure) 2.2.2.1.Definisi Pengungkapan

Menurut Tuanakotta (1986 : 220), pengungkapan (disclosure) dalam laporan keuangan merupakan penyajian informasi yang diperlukan untuk berlangsungnya pasar modal yang efisien secara optimum. Ini secara tidak langsung berarti bahwa informasi yang memadai harus disajikan untuk memungkinkan dilakukannya prediksi mengenai tren deviden di masa yang akan datang dan hasil pengembalian di masa depan.

Pengungkapan (disclosure) merupakan sesuatu yang vital bagi pembuatan keputusan yang optimum oleh para investor dan bagi para pemodal yang stabil. Penyampaian pengungkapan yang tepat waktu cenderung mencegah ledakan-ledakan berita yang mengubah gambaran tentang masa depan perusahaan dan juga memberikan kepercayaan yang


(36)

Menurut Belkoui (2000 : 216) pengembangan pengungkapan dipengaruhi dan dimotivasi oleh seperangkap sikap “teoritis” yang memengaruhi akuntansi. Teori-teori itu adalah:

1. Teori mengenai “hak untuk mengetahui”, menjelaskan bahwa publik dan pemilik mempunyai hak untuk memperoleh informasi mengenai perhatian akuntan pada kinerja fungsi pengungkapan.

2. Teori mengenai “kelebihan (overload) informasi, yang menjelaskan bahwa manusia mempunyai kelemahan dalam memproses informasi untuk mengungkapkan informasi yang berkembang dalam mempertimbangkan jumlah informasi yang diungkapkan, dan dalam merangkum informasi yang diungkapkan.

3. Teori mengenai “sistem yang diperbaiki”, menjelaskan bahwa akuntan mempunyai fungsi untuk menghasilkan dan menyimpan data dan mengungkapkannya pada pengguna sebagai sistem yang memperbaiki informasi itu sendiri atau sistem yang memperbaiki proyek informasi. 4. Teori mengenai “relevansi”, digunakan untuk menentukan kebutuhan

pengungkapan yang relevan dan untuk mendukung pengungkapan informasi tambahan yang mempunyai nilai relevansi yang tinggi, seperti asset manusia, nilai pasar dan pengukuran non keuangan.

5. Teori mengenai “ketepatan”, mengharuskan analisis dengan menggunakan konsep yang ketat dan tidak ambigu.


(37)

2.2.2.2.Tujuan Pengungkapan

Menurut Belkoui (2000 : 219) tujuan pengungkapan adalah sebagai berikut:

a. Untuk menjelaskan item-item yang diakui dan untuk menyediakan ukuran yang relevan bagi item-item tersebut, selain ukuran dalam laporan keuangan.

b. Untuk menjelaskan item-item yang belum diakui dan untuk menyediakan ukuran yang bermanfaat bagi item-item tersebut.

c. Untuk menyediakan informasi yang membantu investor dan kreditor dalam menentukan resiko dan item-item yang potensial untuk diakui dan yang belum diakui.

d. Untuk menyediakan informasi penting yang dapat digunakan oleh pengguna laporan keuangan untuk membandingkan antar perusahaan dan antar tahun.

e. Untuk menyediakan informasi mengenai aliran kas masuk dan keluar di masa datang.

f. Untuk membantu investor dalam menetapkan return dan investasinya. Adapun menurut Tuanakotta (1986 : 221) tujuan positif pengungkapan adalah memberikan informasi yang penting dan relevan kepada para pemakai laporan keuangan sehingga dapat membantu mereka


(38)

dalam membuat keputusan dengan cara yang terbaik dengan pembatasan bahwa manfaat yang diperoleh harusn melebihi biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh informasi tersebut. Ini berarti bahwa informasi yang material harus diabaikan apabila kita mengharapkan bahwa informasi yang disajikan itu mempunyai makna dan dapat dimengerti.

2.2.2.3.Konsep Pengungkapan

Berapa banyak informasi yang harus diungkapkan tidak hanya bergantung pada keahlian pembaca, akan tetapi juga pada standar yang diinginkan (Hendriksen, 2002: 432). Menurut Sri Ayem (2006) Tiga konsep pengungkapan yang umumnya diusulkan sebagai berikut:

1. Adequate disclosure (pengungkapan cukup)

Konsep yang sering digunakan adalah pengungkapan yang cukup, yaitu pengungkapan minimum yang disyaratkan oleh peraturan yang berlaku, di mana angka-angka yang disajikan dapat diinterpretasikan dengan benar oleh investor.

2. Fair disclosure (pengungkapan wajar)

Pengungkapan yang wajar secara tidak langsung merupakan tujuan etis agar memberikan perlakuan yang sama kepada semua pemakai laporan dengan menyediakan informasi yang layak terhadap pembaca (investor) potensial.


(39)

3. Full disclosure (pengungkapan penuh)

Pengungkapan penuh merupakan pengungkapan atas semua informasi yang relavan.

Menurut Hendriksen (2002 : 433) dari tiga konsep pengungkapan yang paling lazim dipergunakan adalah pengungkapan cukup (Adequate disclosure). Pengungkapan yang wajar dan lengkap merupakan konsep yang lebih positif. Pengungkapan yang wajar menyiratkan suatu tujuan etika, yaitu memberikan perlakuan yang sama pada semua calon pembaca. Pengungkapan yang lengkap menyiratkan penyajian seluruh informasi yang relevan. Bagi sebagian orang, pengungkapan lengkap berarti penyajian informasi secara berlimpah dan, karenanya tidak tepat. Menurut mereka, terlalu banyak informasi akan membahayakan karena penyajian rincian-rincian yang tidak penting bisa menyembunyikan informasi yang signifikan serta membuat laporan keuangan sukar ditafsirkan.

2.2.2.4.Jenis-Jenis Pengungkapan

Menurut Darrough (1993) dalam Simanjutak dan Widiastuti (2004) mengemukakan bahwa pengungkapan informasi laporan keuangan dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu:

a. Pengungkapan wajib (Mandatory Disclosure)

Merupakan pengungkapan minimum yang disyaratkan oleh standar akuntansi yang berlaku. Jika perusahaan tidak bersedia untuk


(40)

mengungkapkan informasi secara sukarela, pengungkapan wajib akan memaksa perusahaan untuk mengungkapkannya.

b. Pengungkapan Sukarela (Volutary Disclosure).

Merupakan pengungkapan butir-butir yang dilakukan sukarela oleh perusahaan tanpa diharuskan oleh peraturan yang berlaku. Healy dan Palepu dalam Simanjutak dan Widiastuti (2004) mengemukakan meskipun semua perusahaan publik diwajibkan untuk memenuhi pengungkapan minimum, mereka berbeda secara substantial dalam hal jumlah tambahan informasi yang diungkap ke pasar modal. Salah satu cara meningkatkan kredibilitas perusahaan adalah melalui pengungkapan sukarela secara lebih luas dan membantu investor dalam memahami strategi bisnis manajemen.

2.2.2.5.Metode Pengungkapan

Pengungkapan melibatkan keseluruhan proses pelaporan. Tetapi terdapat beberapa metode berbeda-beda untuk pengungkapan ini. Pemilihan metode pengungkapan yang terbaik tergantung dari sifat informasi yang akan disampaikan dan kepentingan relatifnya. Menurut Tuanakotta (1986 : 230), beberapa metode yang lazimnya dipergunakan untuk melakukan pengungkapan dapat diklasifikasikan sebagai berikut:


(41)

a. Bentuk dan cara pengaturan ikhtisar keuangan.

Semakin penting suatu informasi maka semakin tepat informasi langsung dalam ikhtisar keuangan yang bersangkutan. Perkembangan ikhtisar-ikhtisar (basic financial statement) memperlihatkan perkembangan mengenai apa yang dianggap penting oleh dunia usaha yang diungkapkan.

b. Istilah-istilah yang dipergunakan dan penyajian secara terperinci.

Istilah-istilah yang dipergunakan sebaiknya istilah yang mudah atau umum diterima oleh pembaca.

c. Informasi yang disajikan dalam ikhtisar keuangan yang bersangkutan dalam bentuk tanda kurung (perenthetical information) apabila judul atau nama pos-pos neraca dan ikhtisar laba rugi menjadi terlalu panjang untuk disajikan, maka alternatif lainnya adalah menyajikannya sebagai catatan dalam tanda kurung.

d. Catatan kaki atau footnotes

Merupakan sarana untuk menyajikan pengungkapan yang tidak dapat ditempatkan dalam ikhtisar keuangan itu sendiri. Footnotes tidak dapat dipergunakan sebagai pengganti dari klasifikasi atau deskripsi yang sebenarnya dilakukan dalam ikhtisar keuangan yang bersangkutan. Selain itu juga tidak boleh bertentangan atau bersifat pengulangan terhadap informasi yang disajikan dalam ikhtisar keuangan.


(42)

e. Supplementory statement atau supplementory schedule

Merupakan perincian yang lebih jelas untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas mengenai hal-hal tertentu. supplementory schedule

biasanya meliputi perincian dari pos-pos tertentu dari ikhtisar keuangan dasar.

f. Komentar-komentar atau klasifikasi yang diberikan oleh auditor atau akuntan publik dalam laporan.

Sertifikat audit bukanlah merupakan tempat untuk mengungkapkan informasi keuangan yang signifikan mengenai perusahaan, tetapi berperan sebagai suatu metode untuk mengungkapkan jenis informasi tertentu.

g. Surat dari direktur utama dan atau presiden komisaris kepada pemegang saham.

Surat direktur utama berisi jenis-jenis informasi tertentu yang dapat disajikan secara langsung oleh manajemen perusahaan yang bersangkutan.

2.2.3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Kelengkapan Pengungkapan Laporan Keuangan

Faktor-faktor yang mempengaruhi kelengkapan pengungkapan laporan keuangan dapat dilihat dengan menghitung rasio-rasio keuangan, yaitu sebagai berikut:


(43)

2.2.3.1.Rasio Likuiditas

Menurut Mamduh dan Abdul Halim (2003 : 77), Rasio likuiditas mengukur kemampuan likuiditas jangka pendek perusahaan dengan melihat aktiva lancar perusahaan relatif terhadap hutang lancarnya.

Menurut Helfert (1996 : 95), Rasio likuiditas digunakan untuk menguji tingkat proteksi yang diperoleh dari pemberi pinjaman yang berupa kredit jangka pendek yang diberikan pada perusahaan untuk mendanai operasi, yang berupa aktiva lancar yang dapat menjadi pelindung dalam kegagalan. Analisa posisi likuiditas perusahaan memberikan indikator kemampuan membayar hutang jangka pendek perusahaan dan efisiensi operasi manajemen sekarang. Semakin likuid sebuah perusahaan, semakin besar kemungkinan perusahaan tersebut sanggup membayar karyawan, pemasok-pemasok dan pemegang wesel tagihnya.

Rasio likuiditas dipandang dari dua sisi. Di satu sisi rasio likuiditas yang tinggi akan menunjukkan kuatnya kondisi keuangan perusahaan dan cenderung untuk melakukan pengungkapan informasi yang lebih luas kepada pihak luar karena ingin menunjukkan bahwa perusahaan itu kredibel (Cooke, 1989 dalam Nugraheni, 2004). Tetapi di lain pihak likuiditas dapat juga dipandang sebagai ukuran kinerja manajemen dalam mengelola keuangan perusahaan. Dari sisi ini, perusahaan dengan likuiditas rendah cenderung mengungkapkan lebih banyak informasi


(44)

kepada pihak eksternal sebagai upaya untuk menjelaskan lemahnya kinerja manajemen (Wallace et al, 1994 dalam Nugraheni, 2004).

Hubungannya dengan likuiditas dikenal adanya pedoman-pedoman dalam pembelanjaan (Riyanto, 1995 : 191), yaitu :

a. Untuk aktiva lancar hendaknya dibiayai dengan kredit jangka pendek b. Untuk aktiva tetap yang tidak berputar (misalnya tanah), pada

prinsipnya dibiayai dengan modal sendiri.

c. Untuk aktiva tetap yang berputar (gedung, mesin, kendaraan, dan sebagainya) dapat dibiayai dengan kredit jangka panjang atau modal sendiri.

Menurut Sawir (2005 : 8) ada beberapa rasio yang dapat digunakan untuk mengukur likuiditas perusahaan, antara lain:

a. Rasio Lancar (current ratio)

% 100 tang Lancar X U

Lancar Aktiva

Likuiditas

Rasio

Untuk mengetahui kesanggupan memenuhi kewajiban jangka pendek karena rasio ini menunjukkan seberapa jauh tuntunan dari kreditor jangka pendek dipenuhi oleh aktiva yang diperkirakan menjadi uang tunai dalam periode yang sama dengan jatuh tempo utang.


(45)

b. Rasio Cair (quick ratio)

% 100

tang Lancar X

U

Persediaan Lancar

Aktiva Cair

Rasio  

Persediaan merupakan unsur aktiva lancar yang tinkat likuiditasnya rendah, sering mengalami fluktuasi harga, dan unsur aktiva lancar ini sering menimbulkan kerugian jika terjadi likuiditas.

c. Rasio Kas (Cash Ratio)

% 100

tang Lancar X

U Dipasarkan Dapat yang Sekuritas Kas Kas

Rasio  

Untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar utang lancarnya dengan kas atau yang setara dengan kas.

Dalam penelitian ini, rasio likuiditas ditunjukkan oleh rasio lancar (current ratio), yaitu dengan membagi aktiva lancar dengan kewajiban lancar. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Nugraheni, dkk (2002 : 80).

Rasio lancar merupakan ukuran yang paling umum digunakan untuk mengetahui kesanggupan memenuhi kewajiban jangka pendek, oleh karena ratio tersebut menunjukkan seberapa jauh tuntutan dari kreditur jangka pendek dapat dipenuhi oleh aktiva yang diperkirakan menjadi uang tunai dalam periode yang sama dengan jatuh tempo hutang (Weston dan Copeland, 1992 : 226).


(46)

Rumus Rasio Likuiditas:

% 100 tang Lancar X U

Lancar Aktiva

Likuiditas

Rasio

(Sawir 2005: 8)

2.2.3.2.Rasio Profitabilitas

Rasio ini menggambarkan kemampuan perusahaan untuk mendapatkan laba melalui semua keputusan dan sumber daya yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang, dan sebagainya (Harahap, 2002 : 304).

Menurut Riyanto (1995 : 36), rasio profitabilitas adalah perbandingan antara laba usaha dengan modal sendiri dan modal asing yang dipergunakan untuk menghasilkan laba tersebut. Dan rasio ini juga dimaksudkan sebagai kemampuan suatu perusahaan dengan seluruh modal yang bekerja di dalamnya untuk menghasilkan laba. Selain itu rasio ini juga merupakan hasil bersih dari berbagai kebijakan dan keputusan dan juga memberikan jawaban akhir tentang bagaimana perusahaan dikelola. Rasio ini mengukur efektivitas manajemen yang ditunjukkan oleh laba yang dihasilkan dari penjualan dan investasi perusahaan (Weston dan Copeland, 1992 : 225).

Profitabilitas yang tinggi akan mendorong manajer untuk memberikan informasi yang terperinci, sebab mereka ingin meyakinkan


(47)

investor terhadap profitabilitas perusahaan dan mendorong kompensasi terhadap manajemen (Shingvi dan Desai, 1971 dalam Simanjutak dan Widiastuti, 2004). Hal tersebut dikarenakan manajemen memikul tanggungjawab atas penggunaan aset perusahaan seefektif mungkin dalam menghasilkan laba bagi pemiliknya.

Menurut Hanafi (2003 : 83), ada tiga rasio yang sering dipergunakan dalam mengukur rasio profitabilitas, yaitu:

a. Profit Marginx

Laba bersih Profit Margin =

Penjualan

Untuk menghitung sejauh mana kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih pada tingkat penjualan tertentu. Rasio ini bisa diinterpretasikan juga sebagai kemampuan perusahaan menekan biaya-biaya (ukuran efisiensi) di perusahaan pada periode tertentu.

b. Return on Total Asset (ROA) Laba bersih ROA =

Total aset

Untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba bersih berdasarkan tingkat aset tertentu.


(48)

c. Return on Equity (ROE) Laba bersih ROE =

Modal saham

Dalam penelitian ini rasio profitabilitas ditunjukkan oleh Return on Total Asset (ROA), yaitu dengan membandingkan antara laba bersih dengan total aset. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Nugraheni, dkk (2002 : 81).

Rumus rasio profitabilitas:

Assets Total

Bersih Laba

ROA

(Hanafi, 2003 : 84)

Menurut Hanafi (2003 : 84), ROA digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih berdasarkan tingkat aset tertentu. Tarif imbalan atas aktiva (ROA) merupakan suatu ukuran seberapa efektif manajemen telah menjalankan tanggungjawab tersebut (Simamora, 2002 : 390).

2.2.3.3.Ukuran Perusahaan (size)

Ukuran perusahaa menunjukkan besar atau kecilnya kekayaan yang dimiliki suatu perusahaan. Ukuran perusahaan dapat diukur dengan


(49)

menggunakan total aktiva (total assets), penjualan atau modal (equity). Akan tetapi dalam penelitian ini ukuran perusahaan diukur berdasarkan total aktiva perusahaan.

Menurut Suripto (1999), semakin besar ukuran perusahaan maka akan semakin besar informasi yang perlu diungkapkan dibanding perusahaan kecil. Perusahaan besar mungkin mempunyai biaya produksi informasi yang lebih rendah atau mereka mempunyai biaya competitive diadvantage lebih rendah yang berkaitan dengan pengungkapan mereka. Perusahaan besar mungkin juga lebih kompleks dan lebih mempunyai dasar pemilikan yang luas dibanding perusahaan kecil. Perusahaan besar lebih mungkin merekrut karyawan dengan keterampilan tinggi yang diperlukan untuk menerapkan sistem pelaporan manajemen yang canggih sehingga dapat mengungkapkan informasi yang lebih luas. Lebih banyak pemegang saham perusahaan juga memerlukan lebih banyak pengungkapan karena tuntutan dari para pemegang saham.

Perusahaan besar biasa menanamkan modalnya pada berbagai jenis usaha sehingga lebih mudah memasuki pasar modal dan memperoleh penilaian kredit yang tinggi, untuk itu diperlukan pengungkapan informasi yang lebih banyak. Semua itu akan mempengaruhi keberadaan total aktivanya.


(50)

2.2.3.4.Pengaruh Likuiditas terhadap Tingkat Kelengkapan Pengungkapan Laporan Keuangan

Menurut Cooke (1989) dalam Suripto (1999) bahwa kesehatan perusahaan seperti yang ditunjukkan dalam ratio likuiditas yang tinggi dapat diharapkan berhubungan dengan pengungkapan yang lebih luas. Hal tersebut didasarkan pada ekspektasi bahwa perusahaan yang secara keuangan kuat, akan lebih mungkin untuk mengungkapkan lebih banyak informasi dibanding perusahaan yang lemah. Sebaliknya, jika likuiditas dipandang oleh pasar sebagai ukuran kinerja, perusahaan yang mempunyai rasio likuiditas rendah perlu memberikan informasi yang lebih rinci untuk menjelaskan lemahnya kinerja dibanding perusahaan yang mempunyai rasio likuiditas yang tinggi (Wallance, 1994).

2.2.3.5.Pengaruh Profitabilitas terhadap Tingkat Kelengkapan Pengungkapan Laporan Keuangan

Profitabilitas mempunyai arti penting bagi perusahaan di dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya untuk jangka panjang dan menunjukkan tingkat efisiensi yang telah dilakukan perusahan sehingga perusahaan akan memberikan informasi lebih tentang tingkat efisiensi tersebut kepada pihak yang bekepentingan atas besarnya laba tersebut seperti seorang investor atau pemegang saham perusahaan. Semakin besar profitabilitas yang dimiliki perusahaan maka akan semakin mendorong manajer untuk memberikan informasi yang lebih terinci untuk meyakinkan


(51)

investor terhadap profitabilitas perusahaan dan mendorong kompensasi terhadap manajemen.

2.2.3.6.Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Tingkat Kelengkapan Pengungkapan Laporan Keuangan

Secara umum, perusahaan besar akan mengungkapkan informasi lebih banyak dari pada perusahaan kecil. Pernyataan tersebut mendasarkan pada teori agensi yang menyatakan bahwa perusahaan besar memiliki biaya keagenan yang lebih besar daripada perusahaan kecil. Perusahaan besar mungkin akan mengungkapkan informasi lebih banyak sebagai upaya untuk mengurangi biaya keagenan tersebut.

2.2.3.7.Pengaruh Likuiditas, Profitabilitas, dan Ukuran Perusahaan terhadap Tingkat Kelengkapan Pengungkapan Laporan Keuangan

Likuiditas, profitabilitas dan ukuran perusaaan yang menggambarkan karakteristik dari sebuah perusahaan diharapkan mempunyai pengaruh terhadap tingkat kelengkapan pengungkapan laporan keuangan yang disajikan perusahaan.

Ketiga variabel tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat kelengkapan pengungkapan laporan keuangan. Hal ini didukung oleh hasil penggabungan dari penelitian terdahulu, dimana terbukti bahwa variabel likuiditas, profitabilitas dan ukuran perusahaan mampu mempengaruhi tingkat kelengkapan pengungkapan laporan keuangan.


(52)

2.3. Kerangka Pikir

Kerangka pikir merupakan frame work bagi peneliti untuk membentuk pola analisis yang sistematik sehingga dapat diketahui secara tegas landasan yang digunakan untuk melakukan analisis data serta dapat diketahui hasil-hasil yang diharapkan.

Gambar 2.1 : Diagram Kerangka Pikir

Analisis Regresi Linier Berganda 2.4. Hipotesis

Berdasarkan perumusan masalah dan landasan teori yang telah dikemukakan sebelumnya, maka hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut:

H1 : Bahwa terdapat pengaruh rasio likuiditas, rasio profitabilitas dan ukuran perusahaan terhadap tingkat kelengkapan pengungkapan Rasio Likuiditas

( X1 ) Rasio Profitabilitas

( X2 ) Ukuran Perusahaan

( X3 )

Tingkat Kelengkapan Pengungkapan Laporan

Keuangan (Y)


(53)

laporan keuangan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

H2 : Bahwa variabel ukuran perusahaan mempunyai pengaruh yang paling dominan terhadap tingkat kelengkapan pengungkapan laporan keuangan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 

   


(54)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Defisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Penelitian tentang faktor-faktor fundamental perusahaan yang mempengaruhi tingkat pengungkapan laporan keuangan tahunan ini mempunyai beberapa variabel yang digolongkan menjadi dua jenis yaitu variabel dependen dan variabel independen. Tingkat kelengkapan pengungkapan laporan keuangan sebagai variabel dependen (Y) dan variabel independennya adalah rasio Likuiditas (X1), rasio profitabilitas (X2), dan ukuran perusahaan (X3).

Definisi operasional dari masing-masing variabel tersebut adalah sebagai berikut:

a. Tingkat Kelengkapan Pengungkapan Laporan Keuangan (Y)

Adalah penyedia banyaknya butir informasi penting (keuangan dan non keuangan) yang ada dalam laporan keuangan tahunan yang diungkapkan oleh perusahaan, baik yang bersifat wajib maupun sukarela (Simanjutak dan Widiastuti, 2004: 358).

Indikator untuk mengukur tingkat kelengkapan pengungkapan laporan keuangan menggunakan item disclosure yang ditetapkan oleh


(55)

BAPEPAM (1996). Variabel ini membahas tentang pengungkapan sukarela untuk mengukur berapa banyak butir yang material yang diungkapkan oleh perusahaan. Skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala rasio. Indeks pengungkapan untuk setiap perusahaan sampel diperoleh dengan cara sebagai berikut:

1. Pendekatan untuk penentuan skor pengungkapan pada dasarnya bersifat dikotomi. Sebuah item diberi skor 1 (satu) jika diungkapkan dan 0 (nol) jika tidak diungkapkan. Dalam pemberian skor ini, item-item yang tidak diberi bobot sehingga memperlakukan semua item pengungkapan secara sama.

2. Skor yang diperoleh setiap perusahaan dijumlahkan untuk mendapatkan skor total.

3. Kelengkapan pengungkapan relatif setiap perusahaan diukur dengan indeks.

Digunakan indeks variabel Wallace = X 100%

k n

(Wallace, 1994 dalam Gunawan, 2000)

dimana:


(56)

Dengan cara tersebut, semakin besar indeks pengungkapan yang dilakukan oleh perusahaan yang bersangkutan, maka semakin lengkap pengungkapan yang diberikan.

b. Rasio Likuiditas (X1)

Rasio likuiditas adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka. Skala pengukuran yang digunakan adalah skala rasio dalam persen (%). Indikator yang digunakan adalah current ratio (rasio lancar) dengan rumus:

Rasio Likuiditas = X100%

Lancar Kewajiban

Lancar Aktiva

(Sawir 2005 : 8)

c. Rasio Profitabilitas (X2)

Rasio profitabilitas adalah rasio yang digunakan perusahaan untuk mengukur kemampuan suatu perusahaan dengan seluruh modal yang bekerja di dalamnya untuk menghasilkan laba. Skala pengukuran yang digunakan adalah rasio dalam persen (%). Indikator yang digunakan adalah Return On Total Assets (ROA), dengan rumus:

ROA = X100%

Asset Total

Bersih Laba

(Hanafi, 2003: 84)


(57)

d. Ukuran Perusahaan (X3)

Merupakan ukuran dari kondisi perusahaan dengan melihat pada besar kecilnya suatu perusahaan yang digunakan dalam penelitian ini. Variabel ini diukur dari total aktiva perusahaan yang dihitung melalui mentransformasikan total aktiva selama 3 tahun (2008, 2009, dan 2010).

Ukuran Perusahaan = Total Aktiva 3.2. Teknik Penentuan Sampel

3.2.1. Objek

Objek penelitian yang dipilih dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang go publik di Bursa Efek Indonesia (BEI).

3.2.2. Populasi

Populasi adalah kumpulan dari individu-individu dengan kualitas serta ciri-ciri yang ditetapkan (Nazir, 1998: 352). Sedangkan menurut Sumarsono (2004: 44), populasi merupakan kelompok subjek atau objek yang memiliki ciri-ciri atau karakteristik-karakteristik tertentu yang berbeda dengan kelompok subjek atau objek yang lain. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2008 sampai tahun 2010 yang berjumlah 30 perusahaan. Pemilihan tahun 2008 sampai tahun 2010 karena jangka waktu tahun tersebut menjadi tolak ukur dalam melihat perkembangan perusahaan yang aktual.


(58)

3.2.3. Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang diambil dan dipergunakan untuk menentukan sifat serta ciri-ciri yang dikehendaki oleh populasi (Nazir, 2005: 325). Teknik yang digunakan untuk pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah non probabilitas dengan cara purposive sampling, yaitu metode pengumpulan sampling berdasarkan data yang sudah diketahui sebelumnya dari suatu populasi yang dapat menjadi sumber data yang diinginkan dan diperlukan serta berdasarkan ketersediaan data yang sangat terbatas. Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang go publik di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2008 hingga 2010.

Kriteria sampel yang diambil sebagai berikut:

1. Perusahaan yang masuk kategori perusahaan manufaktur.

2. Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan telah mengeluarkan laporan keuangan tahunan yang valid, lengkap, dan telah diaudit oleh pihak berwenang periode 2008 - 2010.

3. Perusahaan memiliki laba positif selama 3 tahun.

Berdasarkan kriteria tersebut, maka terdapat 15 perusahaan yang diambil sebagai sampel dalam penelitian ini. Perusahaan-perusahaan tersebut adalah sebagai berikut:


(59)

1. PT. AKR Corporindo, Tbk. 2. PT. Cahaya Kalbar, Tbk. 3. PT. Fast Food Indonesia, Tbk. 4. PT. Gudang Garam, Tbk.

5. PT. Hanjaya Mandala Sampoerna, Tbk. 6. PT. Indocement Tunggal Perkasa, Tbk. 7. PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk. 8. PT. Kalbe Farma, Tbk.

9. PT. Mayora Indah, Tbk. 10. PT. Merck, Tbk.

11. PT. Mustika Ratu, Tbk.

12. PT. Semen Gresik (Persero), Tbk. 13. PT. Siantar Top, Tbk.

14. PT. Tunas Baru Lampung, Tbk. 15. PT. Ultra Jaya Milk, Tbk.

3.3. Teknik Pengumpulan Data 3.3.1. Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data yang diambil dari sumber data dokumentasi yang dimiliki oleh perusahaan yang berupa laporan keuangan tahunan dari tahun


(60)

3.3.2. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini diperoleh dari Indonesian Capital Market Directory tahun 2011 dan Pusat Referensi Pasar Modal di Bursa Efek Indonesia.

3.3.3. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dokumentasi dan studi kepustakaan. Dokumentasi yaitu suatu teknik pengumpulan data dengan mempelajari dan menggunakan laporan keuangan pihak emiten yang menjadi sampel dalam penelitian ini.

Sedangkan studi kepustakaan adalah studi literatur yang digunakan untuk mencari dan mendapatkan data, informasi, dan teori yang relevan dengan bahasan dari buku-buku literatur.

3.4. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis 3.4.1. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data tersebut mengikuti sebaran normal atau tidak. Untuk mengetahui apakah data tersebut mengikuti sebaran normal atau tidak dapat dilakukan dengan berbagai metode diantaranya dengan uji statistik non parametik


(61)

Kolmogorov-Smirnov (K-S) (Sumarsono, 2004 : 40), uji K-S dilakukan dengan membuat hipotesis:

- Jika nilai signifikan (nilai probabilitas) lebih kecil dari 5 %, maka data berdistribusi adalah tidak normal.

- Jika nilai signifikan (nilai probabilitas) lebih besar dari 5 %, maka data berdistribusi adalah normal. (Sumarsono, 2004 : 43).

3.4.2. Uji Asumsi Klasik a. Multikolineritas

Multikolineritas adalah terjadinya hubungan linear antar variabel bebas dalam persamaan regresi linier berganda. Apabila ternyata ada hubungan linear antar variabel bebas, maka persamaan regresi sederhana tidak perlu dilakukan analisis multikolineritas.

Tujuan dari multikolineritas adalah untuk menguji apakah ada model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel bebas (independen) (Ghozali, 2005: 91). Salah satu cara yang digunakan untuk mengetahui ada tidaknya multikolineritas yaitu dengan melihat besarnya nilai Variance Inflation Factor (VIF).

VIF ini dapat dihitung dengan rumus:


(62)

Tolerance

Tolerance mengukur variabilitas variabel bebas yang terpilih yang tidak dapat dijelaskan oleh variabel bebas lainnya. Nilai tolerance yang umum dipakai adalah 0,01 atau sama dengan nilai VIF dibawah 10 maka tidak terjadi multikolineritas apabila nilai VIF lebih tinggi dari 10 maka akan terjadi multikolineritas.

b. Heteroskedastisitas

Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain (Ghozali, 2005: 105). Maksud dari penyimpangan heteroskedastisitas adalah varians variabel dalam model tidak sama (konstan).

Untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas digunakan korelasi Rank Spearman antara residual dengan variabel independen.

- Apabila nilai signifikan hitung (sig) > dari tingkat signifikan α = 0,05 berarti tidak terjadi heteroskedastisitas

- Apabila nilai signifikan hitung (sig) < dari tingkat signifikan α = 0,05 berarti terjadi heteroskedastisitas (Santoso, 1999: 231).


(63)

Menurut Sumodiningrat (2003: 231) autokorelasi adalah korelasi (hubungan) yang terjadi diantara anggota-anggota dari serangkaian pengamatan yang tersusun dalam rangkaian waktu (seperti pada data runtun waktu atau time series data) atau yang tersusun dalam rangkaian ruang (seperti pada data silang waktu atau cross sectional data).

Uji autokorelasi menguji apakah dalam suatu model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lain (Ghozali, 2005: 96). Untuk mengetahui ada atau tidaknya gejala autokorelasi maka perlu dilihat tabel kriteria Durbin Watson sebagai berikut:

Tabel 3.1 : Tabel Kriteria Durbin Watson

Durbin Watson Kriteria

0 < DW < dL dL < DW < dU dU < DW < 4 – dU 4 – dU < DW < 4 - dL 4 - dL < DW < 4

Ada autokorelasi positif Tanpa kesimpulan Tidak ada autokorelasi Tanpa kesimpulan Ada autokorelasi negatif

3.4.3. Teknik Analisis

Teknik analisis dalam penelitian ini menggunakan model regresi linier berganda dan data yang digunakan adalah penggabungan data


(64)

perusahaan yang diteliti yaitu perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Digunakannya model regresi linier berganda karena tujuan penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh variabel independen (rasio likuiditas, rasio profitabilitas, dan ukuran perusahaan) terhadap variabel dependen (tingkat kelengkapan pengungkapan laporan keuangan tahunan) yang dirumuskan sebagai berikut:

Y = β0 + β1 . X1 + β2 . X2 + β3 . X3 + e

(Suharjo, 2008: 71)

Keterangan:

Y : Tingkat Kelengkapan Pengungkapan Laporan Keuangan Tahunan

X1 : Rasio Likuiditas

X2 : Rasio Profitabilitas

X3 : Ukuran Perusahaan β0 : Konstanta

β1 – β3 : Koefisien regresi e : Kesalahan baku

3.4.4. Uji Hipotesis


(65)

Uji ini dilakukan untuk melihat apakah model yang dianalisis memiliki tingkat kelayakan model yang tinggi yaitu variabel-variabel yang digunakan model untuk menjelaskan fenomena yang dianalisis.

H0 : β1 = β2 = β3 = 0 (tidak ada pengaruh yang signifikan antara variabel X1, X2, X3 terhadap Y).

Hi : β1 = β2 = β3 ≠ 0 (ada pengaruh yang signifikan antara variabel X1, X2, X3 terhadap Y).

Dalam penelitian ini digunakan tingkat signifikansi ( α ) 0,05.

Kriteria pengujian sebagai berikut :

1) Jika nilai probabilitas > 0,05, maka H0 diterima dan Hi ditolak, berarti tidak ada pengaruh yang signifikan X1, X2, X3 terhadap Y.

2) Jika nilai probabilitas < 0,05, maka H0 ditolak dan Hi diterima, berarti ada pengaruh yang signifikan X1, X2, X3 terhadap Y.

3.4.4.2. Uji t

Uji t dilakukan untuk menguji signifikan atau tidaknya pengaruh X1, X2, X3 terhadap Y .

H0 : βi = 0 (tidak ada pengaruh yang signifikan antara variabel X1, X2, X3 terhadap Y).


(66)

Ket : i = X1, X2, X3

Dalam penelitian ini digunakan tingkat signifikansi ( α ) 0,05.

Kriteria pengujian sebagai berikut :

1. Jika nilai probabilitas > 0,05, maka H0 diterima dan Hi ditolak, berarti tidak ada pengaruh yang signifikan antara variabel X1, X2, atau X3 terhadap Y.

2. Jika nilai probabilitas < 0,05, maka H0 ditolak dan Hi diterima, berarti

ada pengaruh yang signifikan antara variabel X1, X2, atau X3 terhadap Y. 


(67)

4.1. Deskripsi Objek Penelitian 4.1.1. PT. AKR Corporindo, Tbk.

PT. AKR Corporindo Tbk adalah distributor terkemuka produk energi, termasuk produk minyak olahan di Indonesia, perusahaan adalah distributor swasta pertama dari produk minyak olahan di Indonesia, sejak deregulasi distribusi BBM di Indonesia. AKR pasokan non-subsidi produk minyak bumi, seperti diesel kecepatan tinggi, bahan bakar minyak dan minyak industri, untuk banyak pelanggan, di bidang pertambangan, industri, listrik, dan sektor bunker, yang memberikan kontribusi pendapatan yang signifikan penjualan kepada perusahaan. Pada tahun 2009, AKR memperoleh hak untuk mendistribusikan BBM bersubsidi di Indonesia untuk tahun 2010 periode. Dan pada tahun 2010, sekali lagi AKR memperoleh hak untuk mendistribusikan minyak bersubsidi untuk 2011 periode. Dalam manufaktur, AKR melalui anak perusahaannya PT Khalista Chemical Industries Ltd Lizhou menghasilkan Sorbitol, untuk melayani pasar Cina. Kantor Pusat berada di Wisma AKR, 7th & 8th Floor, Jl. Panjang No.5, Kebon Jeruk, Jakarta.


(68)

4.1.2. PT. Cahaya Kalbar, Tbk.

PT. Cahaya Kalbar Tbk didirikan pada tahun 1968. Pada tahun 1996, perusahaan ini publik yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta dengan kode perdagangan "CEKA".

PT. Cahaya Kalbar Tbk adalah produsen terkenal dari berbagai bahan untuk seluruh rentang produk makanan:

• Untuk coklat dan kakao penganan industri, lapisan icing, mengisi penganan.

Aloe Vera konsentrat dan bubuk untuk makanan fungsional, kosmetik dan industri farmasi.

Kami juga memproduksi dan memasok bahan untuk kue restoran / hotel, industri dan toko roti industri dan kemudian kami memasuki pasar retail / grosir dengan produk minuman minuman fungsional. Di bawah merek dagang: ALOEFIT.

4.1.3. PT. Fast Food Indonesia, Tbk.

PT. Fast Food Indonesia Tbk didirikan pada tanggal 19 Juni 1978 dengan berdasarkan Akta Notaris No. 20 yang dibuat dihadapkan Sri Rahayau, S.H. Perseroan bergerak dalam bidang makanan dan restoran, dengan Kantor Pusat yang berkedudukan di Gedung Gelael, 4th Floor, Jl. M.T. Haryono, Kav. 7. Jakarta dan perseroan memulai kegiatan operasi secara komersial pada tahun 1979.


(69)

4.1.4. PT. Gudang Garam, Tbk.

PT. Gudang Garam Tbk didirikan oleh Akta Suroso, S.H wakil Notaris sementara di Kediri, tanggal 30 Juni 197, didaftarkan di Pengadilan Negeri Kediri dengan No. 31/1971 dan No. 32/1971 tanggal 26 Noember 1971 dan dimumumkan dalam Tambahan No. 586 pada Berita Negara No. 104 tanggal 28 Desember 1971. Anggaran Perseroan telah mengalami beberapa kali perubahan. Perubahan terakhir dilakukan oleh akta Wachid Hasyim, S.H notaries di Surabaya tanggal 19 juni 1997 No. 58, yang antara lain merubah nama Perseroan menjadi PT. Perusahaan Rokok Tjap Gudang Garam Tbk (disingkat PT. Gudang Garam Tbk), akta ini disetuji oleh Menteri Kehakiman dengan No. C2.1873 HT.01.04.Th.98 tanggal 19 Maret 1998, didaftarkan dengan No. TDP 1311130004 pada Kantor Pendaftaran Perusahaan Kotamadya Kediri, agenda No. 17/BH.13.11/VI/1998, dan diumumkan dalam Tambahan No. 4426 pada Berita Negara No. 62 tanggal 4 Agustus 1998. Sesuai dengan pasal 3 Anggaran Dasarnya, Perseroan bergerak di bidang industri rokok dan yang terkait dengan industri rokok. Perseroan merupakan kelanjutan dari perusahaan perorangan yang didirikan tahun 1958. Pada tahun 1969 berubah status menjadi Firma dan pada tahun 1971 menjadi Perseroan Terbatas. Operasi komersial peusahaan dimulai pada tahun 1958.


(70)

4.1.5. PT. Hanjaya Mandala Sampoerna, Tbk.

PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk. (“Sampoerna”) merupakan salah satu produsen rokok terkemuka di Indonesia. Kami memproduksi sejumlah merek rokok kretek yang dikenal luas, seperti Sampoerna Kretek

(sebelumnya disebut Sampoerna A Hijau), A Mild, serta “Raja Kretek” yang legendaris Dji Sam Soe. Kantor Pusat berada di Jl. Rungkut Industri Raya No. 18, Surabaya.

4.1.6. PT. Indocement Tunggal Perkasa, Tbk.

PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. ("Indocement") merupakan salah satu produsen utama Indonesia dari semen dan produk semen khusus dipasarkan dengan nama merek "Tiga Roda".

Indocement didirikan pada tahun 1985 dan telah terintegrasi operasi semen dengan kapasitas produksi total tahunan dirancang dari 18,6 juta ton semen. Indocement saat ini mengoperasikan 12 pabrik, sembilan di antaranya berada di Citeureup, Bogor, Jawa Barat, dua di Palimanan, Cirebon, Jawa Barat, dan satu di Tarjun, Kotabaru, Kalimantan Selatan. PT Indocement Tunggal Prakarsa diatur tegas dalam bisnis semen. Dikenal lebih sederhana sebagai Indocement, perusahaan adalah salah satu produsen terbesar semen, produk semen, dan agregat di Indonesia. Maskapai ini mengoperasikan sekitar selusin pabrik semen yang terintegrasi penuh (sebagian besar di wilayah Jawa Barat tumbuh) dan memiliki kapasitas produksi tahunan sekitar 17 juta ton semen. Dipasarkan dengan nama Tiga Roda, produk perusahaan mencakup beton siap, semen


(71)

portland, dan semen putih. HeidelbergCement menguasai dua pertiga dari perusahaan melalui unit Inggris Birchwood Omnia. Indocement didirikan pada tahun 1985.

4.1.7. PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk

PT. Indofood Sukses Makmur Tbk didirikan pada tanggal 14 Agustus 1990, dengan berdasarkan Akta Notaris No. 228 yang dibuat dihadapkan Benny Kristianto, S. H. Perseroan bergerak dalam bidang produksi mie, penggilingan tepung terigu, kemasan, jasa manajemen, serta penelitian dan pengemban. Saat ini terutama perusahaan bergerak dibidang pembuatan mie, penggilingan tepung terigu, dengan Kantor Pusat yang berkedudukan di Gedung Arlobimo Sentral lantai 12, Di Jl. H. R. Rasuna Said X-2, Jakarta, sedangkan lokasi pabrik berada di Jawa, Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, dan perseroan memulai kegiatan operasi secara komersial pada tahun 1990.

4.1.8. PT. Kalbe Farma, Tbk.

PT. Kalbe Farma Tbk didirikan di Negara Republik Indonesia, dalam rangka Undang-Undang Penanaman Modal Dalam Negeri No. 6 tahun 1968 yang telah diubah dengan Undang-undang No. 12 tahun 1970 berdasarkan Akta Notaris Raden Imam Soesetyo Prawirokoesoemo No. 3 pada tanggal 10 Nopember 1966. Akta pendirian ini telah disahkan oleh Menteri Kehakiman REpublik Indonesia dengan Surat Keputusan No. J.A.5/72/23 tanggal 12 September 1967 dan diumumkan dalam Tambahan


(72)

fwNo. 234, Berita Negara Republik Indonesia N0. 22 tanggal 22 Desember 1967. Anggaran dasar Perusahaan telah beberapa kali mengalami perubahan, terakhir dengan akta Notaris DR. Irawan Soerodjo, S.H, Msi, No. 74 tanggal 29 Nopember 2005, mengenao peningkatan modal ditempatkan dan disetor Perusahaan sebesar 2.034.414.422 saham dengan nilai nominal Rp 50 per saham sehubungan dengan transaksi penggabungan usaha Perusahaan pada tahun 2005.

Perusahaan berkedudukan di Jakarta, dimana Kantor Pusat berada di Gedung KALBE, di Jl. Let. Jend. Soeprapto Kav. 4, Cempaka Putih Jakarat 10510, sedangkan fasilitas pabriknya berlokasi di Kawasan Industri Delta Silicon. Jl. M.H Tamrin, Blok A3-1. Lippo Cikarang, Bekasi Jawa Barat.

4.1.9. PT. Mayora Indah, Tbk.

PT. Mayora Indah Tbk didirikan dengan Akta No. 204 tanggal 17 Februari 1977 dari Notaris Poppy Savitri Parmanto,S.H sebagai pengganti dari Notaris Ridwan Suselo,S.H. akta pendirian ini telah mendapat pengesahan dari Menteri Kehakiman Republik Indonesia dalam Surat Keputusan No.Y.A 5/5/14 tanggal 3 Januari 1978 dan telah didaftarkan pada Kantor Kepaniteraan Pengadilan Negeri Tangerang No.2/PNTG/1978 tanggal 10 Januari 1978. Anggaran perusahaan telah mengalami beberapa kali perubahan, yang telah mendapatkan persetujuan dari menteri Kehakiman Republik Indonesia dalam Surat Keputusan No.C2-620.HT.01.04.TH.98 tanggal 6 Februari 1998. Perusahaan berdomisili di Tangerang. Kantor


(73)

Pusat Perusahaan berdomisili di Jakarta. Ruang lingkup perusahaan adalah menjalankan usaha dalam bidang industri makanan, kembang gula dan biskuit. Perusahaan mulai beroperasi secara komersial pada bulan Mei 1978.

4.1.10. PT. Merck, Tbk.

Perseroan berkedudukan di Indonesia dan berlokasi di Jl. T.B. Simatupang No. 8, Pasar Rebo, Jakarta Timur, didirikan dalam rangka penanaman modal asing berdasarkan Undang No. 1 tahun 1967. Undang-Undang No. 11 tahun 1970, dengan akta notaries Elliza Pondaag, S.H tanggal 14 Oktober 1970, dan diumumkan dalam Tambahan No. 202 pada Berita Negara No. 34 tanggal 27 april 1971. Sesuai dengan Anggaran Dasarnya, Perseroan bergerak dalam bidang industri farmasi dan perdagangan. Produksi komersial dimulai pada tahun 1974.

4.1.11. PT. Mustika Ratu, Tbk.

PT. Mustika Ratu Tbk didirikan berdasarkan Akta No. 35 pada tanggal 14 Maret 1978 oleh Notaris G.H.S Loemban Tobing, S.H. Akta pendirian ini telah disahkan oleh Menteri Kehakiman dengan Surat Keputusan No. Y.A.5/188/15 tanggal 22 Nopember 1978 dan diumumkan dalam Berita Negara No. 8 tanggal 25 Januari 1980, Tambahan No. 45. Anggaran dasar Perusahaan telah mengalami beberapa kali perubahan, terakhir dengan akta No. 14 tanggal 7 Agustus 2007 oleh Notaris Soetjipto, S.H.M.Kn mengenai susunan Dewan Komisaris dan Direksi Perusahaan. Perubahan


(74)

tersebut telah dilaporkan dan sampai saat ini masih dalam proses mendapatkan pengesahan dari menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Republik Indinesia. Sesuai dengan pasal 2 anggaran dasar Perusahaan, ruang lingkup Perusahaan meliputi pabrikasi, perdagangan dan distribusi jamudan kosmetik tradisional serta minuman sehat, dan kegiatan usaha lain yang berkaitan. Perusahaan berdomisili di Jl. Gatot Subroto, Jakarta, dan pabrik berlokasi di Jl. Raya Bogor KM 26,4 Ciracas, Jakarta Timur.

4.1.12. PT. Semen Gresik (Persero), Tbk.

PT. Semen Gresik (Persero) Tbk didirikan dengan nama NV Pabrik Semen Gresik pada tanggal 25 Maret 1953 dengan Akta Notaris Raden Mr. SoewandiNo. 41. Pada tanggal 17 April 1961, NV Pabrik Semen Gresik dijadikan Perusahaan Negara (Persero) berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 132 tahun 1961, kemudian berubah menjadi PT. Semen Gresik (Persero) berdasarkan Akta Notaris J.N.Siregar, S.H No.81 tanggal 24 Oktober 1969. Anggaran Dasar Perseroan telah beberapa kali mengalami perubahan dan yang terakhir berdasarkan Akta Notaris Ny. Poerbanbingsih Adi Warsito, S.H No. 12 tanggal 5 Maret 1999 mengenai perubahan pemegang saham serta susunan, tugas dan wewenang Dewan Direksi dan Dewan Komisaris. Perubahan tersebut disetuji oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dengan Surat Keputusan No. C-5470-HT.01.04-TH.99 tanggal 29 Maret 1999 dan diumumkan dalam Lembaran Berita Negara Republik Indonesia No. 47 tanggal 11 Juni 1999, tambahan No. 157. Ruang lingkup kegiatan Perseroan dan anak perusahaan meliputi berbagai


(75)

kegiatan industri, namun kegiatan utamanya adalah dalam sector industri semen, lokasi pabrik berada di Gresik dan Tuban di Jawa Timur, Indarung di Sumatra Barat, serta Pangkep di Sulawesi Selatan. Hasil produksi Perseroan dan anak perusahaan dipasarkan di dalam dan di luar negeri.

4.1.13. PT. Siantar Top, Tbk.

PT. Siantar Top Tbk didirikan berdasarkan Akta No. 45 tanggal 12 Mei 1987 dari Endang Widjajanti,S.H. akta pendirian telah disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dalam Surat Keputusan No. C2-5873.HT.01.01.TH.88 tanggal 11 Juli 1988 serta diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 104 tanggal 29 Desember 1993. Jumlah seluruh saham yang beredar adalah 1.310.000.000 lembar saham dari modal dasar 3.000.000.000 lembar saham. Perusahaan bergerak dalam bidang industri makanan ringan, yaitu mie, kerupuk, dan kembang gula. Perusahaan berdomisili di Sidoarjo, Jawa Timur. Perusahaan mulai beroperasi secara komersial pada bulan September 1989, hasil produksi perusahaan dipasarkan di dalam dan di lur negeri, khususnya Asia.

4.1.14.PT. Tunas Baru Lampung, Tbk.

PT. Tunas baru Lampung Tbk didirikan pada tanggal 22 Desember 1973, dengan berdasarkan Akta Notaris No. 23 yang dibuat dihadapkan Halim Kurniawan, S.H. Perseroan bergerak dalam bidang makanan dan minuman bergizi untuk bayi, anak dan orang dewasa, dengan Kantor Pusat dan


(76)

lokasi pabrik berada di Jl. Kusumanegara, Yogyakarta dan perseroan memulai kegiatan operasi secara komersial pada tahun 1972.

4.1.15. PT. Ultra Jaya Milk, Tbk.

PT. Ultra Jaya Milk Tbk didirikan pada tanggal 2 November 1971, dengan berdasarkan Akta Notaris No. 8 yang dibuat dihadapkan Komar Sasmita, S. H. Perseroan bergerak dalam bidang perindustrian, perkebunan, pertanian, peternakan, dan perikanan darat atau laut, serta perdagangan dengan Kantor Pusat yang berkedudukan di Jl. Raya Cimareme No. 131 Padalarang Bandung, Jawa Barat, sedangkan lokasi pabrik berada di Jl. Cimareme No. 143 Cimahi, Bandung, Jawa Barat, dan perseroan memulai kegiatan operasi secara komersial pada tahun 1990.

4.2. Deskripsi Hasil Penelitian

Perusahaan yang diambil dalam penelitian ini adalah sebanyak 15 perusahaan yang tergabung dalam manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2008 sampai tahun 2010.

4.2.1. Tingkat Kelengkapan Pengungkapan Laporan Keuangan Tahunan (Y) Tingkat Kelengkapan Pengungkapan Laporan Keuangan Tahunan

adalah penyedia banyaknya butir informasi penting (keuangan dan non keuangan) yang ada dalam laporan keuangan tahunan yang diungkapkan oleh perusahaan, baik yang bersifat wajib maupun sukarela. Indikator untuk mengukur tingkat kelengkapan pengungkapan laporan keuangan


(1)

88  

4.7. Keterbatasan Penelitian

Beberapa keterbatasan yang ada dalam penelitian ini adalah:

1. Penelitian ini hanya dibatasi pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia.

2. Tahun penelitian hanya 3 tahun saja, yaitu tahun 2008 sampai dengan tahun 2010.

3. Penelitian ini hanya menggunakan 3 variabel bebas yang mempengaruhi tingkat kelengkapan pengungkapan laporan keuangan.


(2)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Dari hasil penelitian dan pembahasan yang digunakan sesuai dengan tujuan hipotesis yang dilakukan dengan analisis regresi linier berganda maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Berdasarkan hasil penelitian dengan menggunakan uji f dan uji t dapat

diketahui bahwa secara simultan maupun secara parsial variabel rasio likuiditas, rasio profitabilitas dan ukuran perusahaan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat kelengkapan pengungkapan laporan keuangan. Sehingga hipotesis pertama yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel rasio likuiditas, rasio profitabilitas dan ukuran perusahaan terhadap tingkat kelengkapan pengungkapan laporan keuangan tidak terbukti kebenarannya.

2. Berdasarkan hasil penelitian dengan menggunakan analisis regresi linier berganda dapat diketahui bahwa secara parsial diketahui bahwa variabel rasio likuiditas, rasio profitabilitas dan ukuran perusahaan tidak dapat menjelaskan variabel yang paling dominan dalam penelitian ini. Hal ini


(3)

90  

menunjukkan bahwa adanya variabel yang paling dominan berpengaruh terhadap tingkat kelengkapan pengungkapan laporan keuangan tidak teruji kebenarannya. Sehingga hal ini tidak sesuai dengan hipotesis kedua yang dikemukakan.

5.2. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang ada maka saran yang dapat diberikan dan diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan adalah sebagai berikut :

1. Untuk perusahaan diharapkan melakukan pengungkapan mengenai

informasi non keuangan lainnya sehingga dapat membantu kreditor dan investor dalam menilai kinerja perusahaan.

2. Untuk penelitian selanjutnya disarankan untuk menggunakan model

teknik analisis yang lain, misalkan analisis regresi sederhana atau analisis korelasi. Selain itu juga dapat memperluas lingkup pengamatan yaitu perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan periode pengamatan serta menambah variabel lain untuk menjelaskan pengaruhnya terhadap tingkat kelengkapan pengungkapan laporan keuangan.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2010 , Pedoman Penyusunan Usulan Penelitian dan Skripsi, Fakultas

Ekonomi, Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa Timur.

Belkaoui, Ahmed Riahi, 2000, Teori Akuntansi. Edisi 4. Buku 1, Terjemahan

Marwata, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Ghozali, Imam. 2005, Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS,

Penerbit BPUD, Semarang.

Gujarati, Damodar, 2006, Ekonometrika Dasar, Erlangga, Jakarta.

Hanafi, Mamduh M, 2003, Analisis Laporan Keuangan. Edisi Revisi, Penerbit UUP

AMP YKPN, Yogyakarta.

Hendriksen, Eldon S, 2002, Accounting Theory. Edisi 4. Jilid 2, Terjemahan

Nugroho Widjajanto, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Harahap, Sofyan Syafri, 2002, Analisa Kritis Atas Laporan Keuangan, Penerbit PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Helfert, Erick A, 1996, Teknik Analisis Keuangan, Edisi 8, Penerbit Erlangga,

Jakarta.

Ikatan Akuntansi Indonesia, 2007, Standart Akuntansi Keuangan, Penerbit

Salemba Empat, Jakarta.

Munawir, 2002, Analisis Laporan Keuangan, Edisi 4, Penerbit Liberty, Yogyakarta.

Nazir, 2005, Metode Penelitian, PT Ghalia Indonesia, Bogor.

Riyanto, Bambang, 1995, Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan, Edisi 4,

Penerbit BPFE,Yogyakarta.

Sawir, Agnes, 2005, Analisa Kinerja keuangan dan Perencanaan Keuangan

Perusahaan, Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Simamora, Hendri, 2002, Akuntansi Manajemen. Edisi 2, Penerbit Salemba Empat,

Jakarta.

Sumarsono, 2004, Metode Penelitian Akuntansi. Edisi Revisi, Penerbit Fakultas


(5)

Sumodiningrat, Gunawan, 2003, Ekonometrika, Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.

Tuanakotta, Teodorus M, 1986, Teori Akuntansi. Jilid 2, Penerbit Fakultas Ekonomi UI, Jakarta.

Weston, J. Fred dan Thomas E. Copeland, 1992, Manajemen Keuangan. Edisi 8.

Jilid 1, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Jurnal :

Agustina, Dewi, 2006, “Analisis Beberapa Faktor yang Mempengaruhi

Kelengkapan Pengungkapan Laporan Keuangan Perusahaan Jasa Transportasi, Perdagangan dan Manufaktur yang Tercatat di Bursa

Efek Jakarta”, Jurnal Bisnis dan Akuntansi 2006, 219 – 246.

Ayem, Sri, 2006, “Analisis Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap

Kelengkapan Pengungkapan Laporan Keuangan Pada Perusahaan

Manufaktur di Bursa Efek Jakarta”, Kajian Bisnis Vol.14 No.1 hal 55-69.

Fitriany, 2001, “ Signifikansi Perbedaan Tingkat Kelengkapan Pengungkapan

Wajib dan pengungkapan Sukarela Pada Laporan Keuangan

Perusahaan Publik Yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta”, Simposium

Nasional Akuntasi IV, Sesi III hal 133-154.

Gunawan, Yuniati. 2000, “Analisis Pengungkapan Informasi Laporan Tahunan

Pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta”, Simposium

Nasional Akuntansi III, hal 78-98.

Haryanto, dkk, 2007, “Analisis Pengaruh Ukuran Perusahaan, Likuiditas,

Leverange, dan Profitabilitas terhadap Mandatory Disclosure (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Tercatat di Bursa Efek

Jakarta Tahun 2003 – 2004)”, Jurnal MAKSI Vol. 7 No. 1 januari 2007:

66 – 86.

Johan, dan Lekok, Widyawati, 2006, “Analisis Faktor – Faktor yang

Mempengaruhi Tingkat Kelengkapan Pengungkapan Informasi Laporan


(6)

Nugraheni, B. Linggar Yekti, Oct. Digdo hartomo, dan Lusia Hary Patworo. 2002,

Analisis Pengaruh Faktor-faktor Fundamental Perusahaan Terhadap

Kelengkapan Pengungkapan Laporan Keuangan”, Jurnal Ekonomi dan

Bisnis (Dian Ekonomi) Vol.VII No. 1 hal 75-91.

Simanjutak, Binsar, Lusi Widiastuti. 2004, “Faktor-faktor yang Mempengaruhi

Kelengkapan Pengungkapan Laporan Keuangan Pada Perusahaan

Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta”, Jurnal Riset

Akuntansi Indonesia Vol.7 No.3, hal 351- 366.

Sundari, Siti, 2009, “Analisis Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Kelengkapan

Pengungkapan Lapora Tahunan”, Jurnal Strategi Akuntansi Vol. 1 No. 1

januari 2009.

Suripto, Bambang. 1999, “ Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Luas

Pengungkapan Sukarela Dalam Laporan Tahunan”, Simposium


Dokumen yang terkait

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pengungkapan Laporan Keuangan Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

1 41 82

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KELENGKAPAN PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN (Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia).

0 0 9

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KELENGKAPAN PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN PADA ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KELENGKAPAN PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 0 15

PENDAHULUAN ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KELENGKAPAN PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 0 13

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KELENGKAPAN PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KELENGKAPAN PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK JAKARTA (BEJ).

0 2 17

FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KELENGKAPAN PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN PADA PERUSAHAAN JASA TELEKOMUNIKASI YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 1 99

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KELENGKAPAN PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN PADA PERUSAHAAN JASA TELEKOMUNIKASI YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.

1 1 108

FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KELENGKAPAN PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN PADA PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.

2 3 107

Skripsi Rini Dwiyanti

1 3 112

FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KELENGKAPAN PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN PADA PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA SKRIPSI

0 1 22