Evaluasi Terhadap Inovasi Program Primatani Dalam Peningkatan Hasil Produksi Pisang Barangan

(1)

EVALUASI TERHADAP INOVASI PROGRAM PRIMA TANI

DALAM PENINGKATAN HASIL PRODUKSI

PISANG BARANGAN

(Kasus: Desa Talun Kenas Kecamatan STM Hilir Kabupaten Deli Serdang)

SKRIPSI

OLEH

GINA WULANDINI

050309002

SEP-PKP

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

EVALUASI TERHADAP INOVASI PROGRAM PRIMA TANI

DALAM PENINGKATAN HASIL PRODUKSI

PISANG BARANGAN

(Kasus: Desa Talun Kenas Kecamatan STM Hilir Kabupaten Deli Serdang)

GINA WULANDINI

050309002

SEP-PKP

Diajukan Kepada Departemen Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-Syarat Guna Memperoleh Derajat Sarjana

Pertanian Disetujui Oleh: Komisi Pembimbing

Ketua Anggota

(Ir. Hj. Lili Fauzia, M.Si)

NIP. 131 763 823 NIP. 131 618 780 Ir. Yusak Maryunianta M. Si)

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan pada tahun 2010. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana mengetahui pelaksanaan program PRIMATANI di daerah penelitian dalam peningkatan hasil produksi pisang barangan.

Penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposif yaitu di Desa Talun Kenas, Kecamatan STM Hilir, Kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara. Metode pengambilan sampel menggunakan metode sensus atau keseluruhan yaitu sampel adalah seluruh petani pisang barangan yang mengikuti program PRIMATANI di Desa Talun Kenas, Kecamatan STM Hilir Kabupaten Deli Serdang.

Adapun analisis yang digunakan pada penelitian adalah analisis deskriptif dengan menjelaskan dan menguraikan bagaimana kegitana integrasi vertikal pada perusahaan minyak goreng di Sumatera Utara.. Adapun hasil dari analisis tersebut adalah sebagai berikut :

1. Pelaksanaan program PRIMATANI di daerah penelitian dalam peningkatan hasil produksi pisang barangan berlangsung baik walaupun masih terdapat kekurangan dalam pelaksanaanya.

2. Hasil produksi pisang barangan setelah penggunaan inovasi dari program PRIMATANI meningkat bagi sebagian besar petani. Peningkatan produksi tertinggi dengan persentase 25 % dengan peningkatan produksi sebesar 3465 sisir dengan luas lahan seluas 0,42 Ha. Peningkatan produksi terendah dengan persentase sebesar 5 % dengan produksi sebesar 6930 sisir dengan luas lahan seluas 0,4 Ha.

3. Pelaksanaan program PRIMATANI yang dilaksanakan berhasil pada tiap-tiap indicator pelaksanaan. Pada indikator konteks (context) persentase ketercapaiaan sebesar 93,44 % dengan nilai 8,41. Pada indikator masukan (input) persentase ketercapaian yang diperoleh sebesar 90,11 % dengan nilai 8,11. Pada indikator proses (process) persentase ketercapaian sebesar 66,87 % dengan nilai 10,03. Pada indikator produk (product) persentase ketercapaian sebesar 74,67 % dengan nilai 8,96.

4. Masalah-masalah yang terjadi dalam menjalankan program PRIMATANI di daerah penelitian adalah sebagian besar petani pedesaan lemah permodalannya dan kebanyakan teknologi seperti informasi dan teknik penyampaiannya masih lambat atau belum dapat diterima oleh petani maupun stakeholder.

5. Upaya yang dilakukan dalam mengatasi masalah-masalah di daerah penelitian pihak BPTP bekerjasama dengan penyuluh pertanian untuk melakukan pendekatan kepada petani melalui pertemuan-pertemuan untuk membahas masalah usaha tani dan meminjam uang dari keluarga, dari petani yang lain dan dari Bank atau lembaga keungan yang ada di daerah penelitian.


(4)

RIWAYAT HIDUP

GINA WULANDINI, lahir di Plaju pada tanggal 16 Januari 1986, anak dari Bapak M. Syamsidi Bakri dan Ibu M.H Sulistyowati. Penulis merupakan anak ke dua dari empat bersaudara.

Pendidikan formal yang pernah ditempuh penulis adalah sebagai berikut : 1. Tahun 1992 masuk Sekolah Dasar Pertiwi Medan, tamat tahun 1998.

2. Tahun 1998 masuk Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Pertiwi Medan, tamat tahun 2001. 3. Tahun 2001 masuk Sekolah Lanjutan Tingkat Atas Negeri 3 Medan, tamat tahun 2004.

4. Tahun 2005 diterima di Departemen Agribisnis di Universitas Sumatera Utara Medan, melalui jalur SPMB.

Selama perkuliahan penulis juga aktif dalam kegiatan organisasi yaitu Staff Pendidikan dan Pelatihan di FSMM SEP (Forum Silaturahmi Mahasiswa Muslim Sosial Ekonomi Pertanian) FP-USU tahun 2007-2008.


(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Adapun judul dari skripsi ini adalah “EVALUASI TERHADAP INOVASI PROGRAM PRIMATANI DALAM PENINGKATAN HASIL PRODUKSI PISANG BARANGAN. Tujuan dari penyusunan skripsi ini adalah sebagai salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

• Ibu Ir. Hj. Lily Fauzia, M.Si selaku Ketua Komisi Pembimbing yang telah meluangkan waktunya untuk mengajari penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

• Bapak Ir. Yusak Maryunianta, M.Si selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah banyak meluangkan waktunya untuk mengajari, memotivasi dan membantu penulis dalam penyempurnaan skripsi ini.

• Bapak Ir. Luhut Sihombing, MP selaku Ketua Departemen SEP, FP-USU dan Ibu Dr. Salmiah, MS selaku Sekretaris Departemen SEP, FP-USU yang telah memberikan kemudahan dalam hal kuliah dan administrasi kegiatan organisasi saya di kampus.

• Seluruh Dosen Departemen Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara yang telah membekali ilmu pengetahuan kepada penulis selama ini.

• Seluruh pegawai di Fakultas Pertanian khususnya pegawai Departemen SEP

Segala hormat dan terima kasih secara khusus penulis ucapkan kepada Ayahanda M. Syamsidi Bakri dan ibunda M.H Sulistyowati atas motivasi, kasih sayang, dan dukungan baik secara materi maupun do’a yang diberikan kepada penulis selama menjalani kuliah, tak lupa


(6)

kepada para kakanda dan adinda Andarsari Pradani, Marko Rasuandi dan Saysa Mauli Ramadhani atas semangat yang diberikan.

Terima kasih juga penulis ucapkan kepada teman-teman penulis di Departemen Agribisnis angkatan 2005 khususnya sahabat-sahabat saya, Eka. Evi, Sita dan Surya yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi. Tak lupa pula kepada orang terkasih yang telah memberikan semangat serta doanya sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan. Semoga apa yang kita cita-citakan dapat terwujud dan semoga Allah SWT selalu memberikan yang terbaik untuk kita semua.

Akhirnya, penulis mengucapkan terima kasih dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Oktober 2010


(7)

DAFTAR ISI

Hal

RINGKASAN ... i

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

PENDAHULUAN... 1

Latar Belakang ... 1

Identifikasi Masalah ... 3

Tujuan Penelitian ... 4

Kegunaan Penelitian ... 4

TINJAUAN PUSTAKA ... 5

Tinjauan Pustaka ... 5

Landasan Teori ... 9

Kerangka Pemikiran ... 22

METODOLOGI PENELITIAN ... 23

Metode Pengumpulan Daerah Sampel... 24

Metode Penentuan Sampel …...…..24

Metode Pengambilan Data...….25

Metode Analisis Data……….25

Defenisi dan Batasan Operasional ... 28

Defenisi ... 28


(8)

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK

SAMPEL ... 30

Letak dan Keadaan Geografis ... 30

Keadaan Penduduk ... 31

Sarana dan Prasarana ... 32

Karakteristik Petani Sampel Umur ... 33

Tingkat Pendidikan ... 34

Pengalaman Bertani ... 34

Jumlah Tanggungan ... 35

Luas lahan... 35

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 32

Pelaksanaan Program PRIMATANI di Daerah Penelitian Dalam Peningkatan Hasil Produksi Pisang Barangan ... 33

Hasil Produksi Pisang Barangan Setelah Penggunaan Inovasi dari Program PRIMATANI ... 53

Pelaksanaan Program PRIMATANI ... 54

Masalah-masalah yang Terjadi dalam Menjalankan Program PRIMATANI ... 64

Upaya yang Dilakukan dalam Mengatasi Masalah Di Daerah Penelitian ... 65

KESIMPULAN DAN SARAN ... 66

Kesimpulan ... 66

Saran ... 67 DAFTAR PUSTAKA


(9)

DAFTAR TABEL

No. Judul Hal

1. Hasil Produksi PTT Dengan variasi Jarak Tanam Di Desa Sindanglaya ... 9

2. Data Tanaman Produktif yang Sedang Menghasilkan, Produktivitas dan Produksi Komoditi Pisang Barangan per Kecamatan Di Kabupaten Deli Serdang ... 24

3. Pelaksanaan Program PRIMATANI di Desa Talun Kenas ……...……. 26

4. Skor Pelaksanaan Program PRIMATANI …………...………..27

5. Distribusi Penduduk Desa Talun Kenas Menurut Kelompok Umur ... 31

6. Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian Desa Talun Kenas Kecamatan STM Hilir Tahun 2008 ... 32

7. Banyaknya Penduduk Menurut Suku Bangsa Desa Talun Kenas Kecamatan STM Hilir Tahun 2008 ... 32

8. Sarana dan Prasarana Sosial Ekonomi yang Tersedia di Desa Talun Kenas Kecamatan STM Hilir Tahun 2008 ... 33

9. Karakteristik Petani Sampel Desa Talun Kenas Kecamatan STM Hilir Tahun 2008…. 33 10. Pelaksanaan Program PRIMATANI di Desa Talun Kenas………..37

11. Inovasi Teknologi Pisang Barangan yang Telah Diterapkan Petani …….………..41

12. Petani yang menerapkan Inovasi Teknologi PRIMATANI …. ... 44

13. Hasil Produksi Pisang Barangan Sebelum dan Setelah menggunakan inovasi Teknologi dari Program PRIMATANI…. ... 53


(10)

14. Penilaian Pelaksanaan Program PRIMATANI Berdasarkan Model CIPP

di Desa Talun Kenas ... 54 15. Hasil Transformasi Nilai Pelaksanaan Program PRIMATANI di Desa Talun Kenas…. 56


(11)

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Hal


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul

1. Karakteristik Petani Sampel yang Menggunakan Inovasi Teknologi Dari Program PRIMATANI

2. Hasil Produksi Pisang Barangan Sebelum dan Setelah Mengikuti Program PRIMATANI 3. Pernyataan Indikator Pelaksanaan Program PRIMATANI di Desa Talun Kenas

4. Frekuensi Jawaban Pernyataan Pelaksanaan Program PRIMATANI 5. Jawaban Responden atas Pelaksanaan Program PRIMATANI (Context) 6. Jawaban Responden atas Pelaksanaan Program PRIMATANI (Input) 7. Jawaban Responden atas Pelaksanaan Program PRIMATANI (Process) 8. Jawaban Responden atas Pelaksanaan Program PRIMATANI (Product)


(13)

ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan pada tahun 2010. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana mengetahui pelaksanaan program PRIMATANI di daerah penelitian dalam peningkatan hasil produksi pisang barangan.

Penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposif yaitu di Desa Talun Kenas, Kecamatan STM Hilir, Kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara. Metode pengambilan sampel menggunakan metode sensus atau keseluruhan yaitu sampel adalah seluruh petani pisang barangan yang mengikuti program PRIMATANI di Desa Talun Kenas, Kecamatan STM Hilir Kabupaten Deli Serdang.

Adapun analisis yang digunakan pada penelitian adalah analisis deskriptif dengan menjelaskan dan menguraikan bagaimana kegitana integrasi vertikal pada perusahaan minyak goreng di Sumatera Utara.. Adapun hasil dari analisis tersebut adalah sebagai berikut :

1. Pelaksanaan program PRIMATANI di daerah penelitian dalam peningkatan hasil produksi pisang barangan berlangsung baik walaupun masih terdapat kekurangan dalam pelaksanaanya.

2. Hasil produksi pisang barangan setelah penggunaan inovasi dari program PRIMATANI meningkat bagi sebagian besar petani. Peningkatan produksi tertinggi dengan persentase 25 % dengan peningkatan produksi sebesar 3465 sisir dengan luas lahan seluas 0,42 Ha. Peningkatan produksi terendah dengan persentase sebesar 5 % dengan produksi sebesar 6930 sisir dengan luas lahan seluas 0,4 Ha.

3. Pelaksanaan program PRIMATANI yang dilaksanakan berhasil pada tiap-tiap indicator pelaksanaan. Pada indikator konteks (context) persentase ketercapaiaan sebesar 93,44 % dengan nilai 8,41. Pada indikator masukan (input) persentase ketercapaian yang diperoleh sebesar 90,11 % dengan nilai 8,11. Pada indikator proses (process) persentase ketercapaian sebesar 66,87 % dengan nilai 10,03. Pada indikator produk (product) persentase ketercapaian sebesar 74,67 % dengan nilai 8,96.

4. Masalah-masalah yang terjadi dalam menjalankan program PRIMATANI di daerah penelitian adalah sebagian besar petani pedesaan lemah permodalannya dan kebanyakan teknologi seperti informasi dan teknik penyampaiannya masih lambat atau belum dapat diterima oleh petani maupun stakeholder.

5. Upaya yang dilakukan dalam mengatasi masalah-masalah di daerah penelitian pihak BPTP bekerjasama dengan penyuluh pertanian untuk melakukan pendekatan kepada petani melalui pertemuan-pertemuan untuk membahas masalah usaha tani dan meminjam uang dari keluarga, dari petani yang lain dan dari Bank atau lembaga keungan yang ada di daerah penelitian.


(14)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pisang Barangan Musa Paradisiaca sapientum L merupakan salah satu komoditas buah unggulan nasional. Pisang sebagai salah satu diantara tanaman buah-buahan memang merupakan tanaman asli Indonesia. Hampir di setiap wilayah banyak dijumpai tanaman ini. Jika tanaman Pisang Barangan dibudidayakan secara komersial, keuntungannya tidak kalah dengan komoditi lain mengingat buah ini sudah diekspor (Satuhu, 2006 : 3)

Buah pisang merupakan tanaman yang sangat sederhana. Walaupun demikian, tanaman pisang mempunyai banyak manfaat, salah satunya dapat diolah menjadi macam-macam bentuk makanan olahan seperti keripik pisang, sale pisang, dan lain-lain. Indonesia merupakan negara tropis, sangat subur untuk sebagian besar tanaman, termasuk buah pisang. Buah pisang dapat tumbuh di mana-mana, baik sebagai tanaman sela, batas/pagar di sekitar rumah dan di pekarangan-pekarangan termasuk kebun. Oleh sebab itu, tanaman pisang dalam pembangunan negara dapat merupakan suatu sumber devisa negara yang sangat baik. (BPTP, 2006)

Potensi sektor pertanian, peternakan, perikanan dan perkebunan cukup besar bagi masyarakat di Kecamatan STM Hilir, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara. Untuk tanaman hortikultura didominasi oleh pisang dan papaya. Potensi sektor pertanian tersebut merupakan peluang yang sangat besar dalam upaya peningkatan pendapatan masyarakat dan juga mampu membangkitkan pertumbuhan sektor lain seperti industri jasa dan perdagangan.

Untuk dapat mencapai upaya peningkatan pendapatan masyarakat dan juga mampu membangkitkan pertumbuhan sektor lainnya maka diperlukan suatu inovasi teknologi yang dapat membantu petani dalam menjalankan usaha taninya. Inovasi teknologi yang diberikan


(15)

yang diberikan. Teknologi baru tersebut merupakan suatu inovasi yang tercipta dalam upaya pembangunan yang disampaikan melalui kegiatan penyuluhan.

Sesuai hasil pendekatan secara partisipatif bahwa Desa Talun Kenas, Kecamatan STM Hilir, Kabupaten Deli Serdang, mempunyai peluang yang cukup besar dan layak dijadikan sebagai lokasi pengembangan usahatani berskala agribisnis.

Salah satu program tersebut adalah program PRIMATANI. PRIMATANI merupakan Program Rintisan dan Akselerasi Pemasyarakatan Inovasi Teknologi Pertanian yang dilaksanakan secara partisipatif oleh semua pemangku kepentingan (stakeholder) pembangunan pertanian (BPTP, 2006 : 1).

PRIMATANI adalah suatu bentuk kegiatan rintisan guna mempercepat adopsi teknologi inovasi dan membangun kelembagaan agribisnis pedesaan secara partisipatif. Dari kegiatan PRIMATANI ini diharapkan diperoleh model pengembangan bagi pembangunan pertanian dan pedesaan yang berlandaskan pada inovasi teknologi pertanian spesifik lokasi.

PRIMATANI merupakan suatu kegiatan khusus yaitu sebuah program rintisan dan akselerasi diseminasi inovasi teknologi dalam pembangunan pertanian dan pedesaan, yang dilaksanakan terintegrasi secara vertikal dan horizontal, diharapkan dapat menghasilkan keluaran yang bermuara pada ketahanan pangan, peningkatan daya saing melalui perbaikan efisiensi usaha dan kualitas produk, peningkatan nilai tambah melalui pengembangan produk, dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Dengan demikian, PRIMATANI tidak berdiri sendiri dan tidak secara khusus sebagai pelaksanaan salah satu program, tetapi merupakan bagian dari implementasi atau operasionalisasi program Departemen Pertanian dalam rangka membangun pertanian nasional (BPTP, 2006 : 5).


(16)

Dari pemaparan diatas perlu dikaji secara ilmiah mengenai inovasi program PRIMA TANI dalam peningkatan hasil produksi petani pisang barangan.

Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimana pelaksanaan program PRIMATANI di daerah penelitian dalam peningkatan hasil produksi pisang barangan?

2. Bagaimana hasil produksi pisang barangan setelah penggunaan inovasi dari program PRIMATANI?

3. Apakah pelaksanaan program PRIMATANI yang dilaksanakan berhasil?

4. Apakah masalah-masalah yang terjadi dalam menjalankan program PRIMATANI di daerah penelitian?

5. Apakah upaya yang dilakukan dalam mengatasi masalah tersebut di daerah penelitian?

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah

1. Untuk mengetahui pelaksanaan program PRIMATANI di daerah penelitian dalam peningkatan hasil produksi pisang barangan.

2. Untuk mengetahui hasil produksi pisang barangan setelah menggunakan inovasi dari program PRIMATANI.


(17)

3. Untuk mengetahui evaluasi dari pelaksanaan program PRIMATANI yang dijalankan.

4. Untuk mengetahui masalah-masalah yang terjadi dalam menjalankan program PRIMATANI di daerah penelitian.

5. Untuk mengetahui upaya dari masalah yang dihadapi oleh program PRIMATANI

Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut yaitu untuk :

1. Sebagai bahan informasi bagi mahasiswa yang melakukan penelitian.

2. Sebagai bahan informasi bagi petani dalam melaksanakan kegiatan program PRIMATANI.


(18)

TINJAUAN PUSTAKA

Tinjauan Pustaka

Pisang barangan merupakan salah satu buah spesifik Sumatera Utara. Permintaan buah pisang barangan akhir-akhir ini terus meningkat, terutama di kota-kota besar di Sumatera Utara, sehingga beberapa petani telah mulai membudidayakan secara komersial. Bercocok tanam pisang barangan agak berbeda dengan jenis pisang lainnya, karena pisang ini menginginkan pemeliharaan intensif guna mendapatkan produksi yang tinggi dan kualitas buah yang baik.

Selama ini buah pisang hanya ditanam di pekarangan sebagai tanaman campuran dengan tanaman pangan atau perkebunan, maupun dengan pola tumpang sari, serta dilahan tegalan. Sentra produksinya tersebar dengan kepemilikan lahan yang kecil. Pertanaman pisang rakyat tersebut tidak pernah tersentuh tekhnologi, dibiarkan tumbuh dan berkembang sesuai alam sekitarnya. Oleh karena itu diperlukan pengetahuan tentang sistem pertanian yang baik untuk penanaman buah pisang (BPTP, 2006)

Sistem pertanian yang baik dilakukan untuk meningkatkan produksi pada pisang barangan itu sendiri. Secara mudah arti produksi dapat diartikan sebagai suatu kegiatan untuk menghasilkan sesuatu. Sesuatu disini bisa berupa barang atau jasa. Selain itu produksi juga bisa diartikan dengan kegiatan untuk menghasilkan sesuatu dari yang tidak ada menjadi ada. Pengertian produksi dapat diartikan sebagai usaha untuk menciptakan atau menambah faedah ekonomi suatu benda dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan manusia.

Untuk dapat meningkatkan produksi pisang barangan yang berkualitas sesuai permintaan pasar maka diperlukan pula suatu teknologi. Teknologi yang diberikan hendaknya bersifat baru sehingga dapat merangsang petani untuk mempraktekkan teknologi yang diberikan. Teknologi


(19)

baru tersebut merupakan suatu inovasi yang tercipta dalam upaya pembangunan yang disampaikan melalui kegiatan penyuluhan, pada dasarnya ditujukan untuk tercapainya perubahan-perubahan perilaku masyarakat demi terwujudnya perbaikan mutu hidup. Rogers dan Shoemaker (1971) mengartikan inovasi sebagai ide-ide baru, praktek-praktek baru, atau obyek-obyek yang dapat dirasakan sebagai sesuatu yang baru oleh individu atau masyarakat sasaran penyuluhan. Sedang Lionberger dan Gwin (1982) mengartikan inovasi tidak sekadar sebagai sesuatu yang baru, tetapi lebih luas dari itu, yakni sesuatu yang dinilai baru atau dapat mendorong terjadinya pembaharuan dalam masyarakat atau pada lokalitas tertentu.

Pengertian “baru” disini, mengandung makna bukan sekadar “baru diketahui” oleh pikiran, akan tetapi juga baru karena belum dapat diterima secara luas oleh seluruh warga masyarakat dalam arti sikap, dan juga baru dalam pengertian belum diterima dan dilaksanakan/diterapkan oleh seluruh warga masyarakat setempat. Maka dari itu, Badan Litbang Pertanian, Departemen Pertanian memberikan program PRIMATANI kepada petani untuk meningkatkan usaha taninya. PRIMATANI merupakan suatu model atau konsep baru diseminasi teknologi yang dipandang dapat mempercepat penyampaian informasi dan penyebaran inovasi teknologi pertanian, beserta umpan baliknya. Adapun tujuan dari dilaksanakannya program PRIMATANI adalah :

1. Menemukan atau menciptakan inovasi pertanian (teknologi, kelembagaan dan kebijakan) yang maju dan strategis.

2. Mengadaptasikannya menjadi tepat guna spesifik pemakai dan lokasi,


(20)

PRIMATANI diharapkan dapat berfungsi sebagai jembatan penghubung langsung antara Badan Litbang sebagai penghasil inovasi dengan lembaga penyampaian (delivery system) maupun pelaku agribisnis (receiving system) pengguna inovasi.

Selain sebagai wahana diseminasi, PRIMATANI juga merupakan wahana pengkajian partisipatif, yang berarti merupakan implementasi dari paradigma baru Badan Litbang, yakni Penelitian untuk Pembangunan (Research for Development) menggantikan paradigma lama Penelitian dan Pengembangan (Research and Development).

PRIMATANI diposisikan sebagai model atau percontohan pembangunan pertanian dan pedesaan melalui pemanfaatan teknologi secara terencana. Posisi tersebut menjadikan kegiatan pengawalan dan pendampingan yang intensif kepada para petani/kelompok tani dalam implementasi PRIMATANI sebagai unsur penciri utama. (BPTP, 2006 :1)

Kegiatan PRIMATANI ini tersebar di seluruh pelosok Indonesia. Pemerintah menyediakan sarana bagi para petani agar pengetahuan petani dapat bertambah serta dukungan secara partisipatif oleh masyarakat untuk dapat mensukseskan program dari pemerintah. Seperti kegiatan PRIMATANI di daerah Sukabumi, kegiatan yang dilakukan adalah mengenai pengelolaan bahan organik dan sumberdaya untuk optimalisasi lahan. Kegiatan ini merupakan upaya untuk meningkatkan kesuburan tanah, penerapan teknik konservasi dan pemanfaatan sumberdaya air. Kegiatan PRIMATANI yang bekerjasama dengan Dinas Pertanian Kabupaten Sukabumi ini dilaksanakan di daerah ini karena merupakan daerah agroekosistem lahan kering dataran rendah. Dengan adanya kegiatan PRIMATANI di kabupaten Sukabumi ini diharapkan dapat merubah lahan kering menjadi lahan yang member hasil optimal dan meningkatkan pendapatan petani. Dari kegiatan PRIMATANI


(21)

Selain itu juga, terdapat lokasi kegiatan PRIMATANI lainnya di daerah Kabupaten Subang. Di daerah ini PRIMATANI memperkenalkan penerapan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Padi varietas Ciherang dengan pola pengaturan jarak tanam legowo. Pemilihan lokasi dilatarbelakangi oleh masalah belum meratanya penerapan teknologi pada tingkat petani, sehingga hasil yang dicapai rendah. Melalui percontohan PTT padi ini diharapkan mampu mempercepat proses adopsi inovasi baru oleh petani sehingga mampu memberikan hasil yang lebih baik (Prima Tani JABAR, 2007).

Komponen PTT- Padi yang diterapkan di Subang merupakan komponen standar, yaitu penerapan varietas unggul Ciherang, benih bermutu, bibit muda, jumlah bibit (2-3 batang perumpun) dan system tanam legowo, pemupukan N berdasarkan ketentuan. Sedangkan komponen plus nya adalah pelaksanaan bimbingan PTT padi dan pendampingan ekstra ketat khususnya dalam penanganan serangan penyakit tungro dimana telah menyerang hampir seluruh tanaman padi di Desa Sindanglaya bahkan di seluruh Kecamatan Tanjungsiang.

Dengan pendekatan PTT, pertumbuhan padi Ciherang luar biasa dengan anakan produktif rata-rata mencapai 30 batang/rumpun.

Tabel 1. Hasil produksi PTT dengan Variasi Jarak Tanam di Desa Sindanglaya pada tahun 2007.

Jarak tanam Ubinan Hasil

Legowo 2:1 5.3 kg/6.25 m² 5.95 ton/ha Legowo 4:1 5.23 kg/6.25 m² 5.60 ton/ha Legowo 5:1 6.4 kg/6.25 m² 6.65 ton/ha Tegel 25x25 cm 5.1 kg/6.25 m² 3.64 ton/ha Sumber : PRIMATANI Jabar Vol. 1 No. 2 2007.

Dari hasil diketahui bahwa program PRIMATANI yang dilaksanakan di Desa Sindanglaya ini memberikan peningkatan hasil bagi kegiatan usaha tani para petani sehingga program PRIMATANI selayaknya dapat diberikan kesempatan untuk membantu para petani dalam pelaksanaan kegiatan usaha tani.


(22)

Dengan adanya program PRIMATANI ini diharapkan terjadi peningkatan secara kualitas maupun kuantitas. Untuk mengetahui apakah inovasi itu memberikan manfaat atau tidak bagi penggunanya maka dilakukan evaluasi.

Landasan Teori

Evaluasi Kegiatan Penyuluhan Pertanian adalah upaya penilaian atas sesuatu kegiatan oleh evaluator melalui pengumpulan dan penganalisaan informasi secara sistematik mengenai perencanaan, pelaksanaan dan dampak kegiatan untuk menilai relevansi, efektivitas dan efisiensi pencapaian hasil kegiatan untuk pengembangan selanjutnya.

Tujuan evaluasi pertanian adalah untuk menentukan arah penyempuranaan kegiatan penyuluhan, memberikan gambaran kemajuan pencapaian tujuan, perbaikan program dan rencana kerja, mengukur efektifitas metode penyuluhan yang digunakan. Bagian-bagian program dan rencana kerja yang dapat dievaluasi yaitu :

a. Penetapan Program yang meliputi pengumpulan data situasi, perumusan kebutuhan, perumusan masalah, perumusan tujuan, penetapan prioritas alternatif pencapaian tujuan dan partisipasi petani/kontak tani.

b. Pelaksanaan Program yaitu meliput i metode dan proses belajar-mengajar, proses pembinaan sasaran, informasi dan rekomendasi yang diberikan penyuluh, proses dan kualitas pelaporan serta respon dan partisipasi sasaran penyuluhan.

c. Hasil Program yang meliputi kualitas perubahan perilaku yang diharapkan, yakni: pengetahuan, keterampilan, sikap, penerapan inovasi, dan peningkatan kesejahteraan petani.

Metode yang digunakan untuk pengumpulan data evaluasi adalah Wawancara langsung menggunakan kuesioner terstruktur untuk data kuantitatif dan atau menggunakan kuesioner


(23)

terbuka untuk data kualitatif, angket (diisi oleh petani sendiri), observasi (pengamatan langsung) untuk mengukur pembentukan kebiasaan atau keterampilan (Suparta, N, 2007 :1)

Dalam pelaksanaan suatu program, tentunya sudah diketahui bahwa program tersebut diharapkan dapat memberikan dampak yang positif untuk pelaksanaan suatu kerja yang menggunakan program tersebut. Dalam program tersebut terdapat suatu hal dalam bentuk inovasi baru atau hal-hal yang lama kemudian diperbaharui demi menunjang keberhasilan program tersebut. Misi utama Badan Litbang Pertanian adalah menemukan atau menciptakan inovasi pertanian (teknologi, kelembagaan dan kebijakan) yang maju dan strategis, mengadaptasikannya menjadi tepat guna spesifik pemakai dan lokasi, serta menginformasikan dan menyediakan materi dasarnya. Namun demikian, evaluasi eksternal dan internal menunjukkan bahwa kecepatan dan tingkat pemanfaatan inovasi tersebut cenderung melambat, bahkan menurun.

Disadari sepenuhnya bahwa kinerja dan citra publik terhadap Badan Litbang amat ditentukan oleh pemanfaatan dan dampak inovasi yang dihasilkannya. Oleh karena itu, Badan Litbang merasa terpanggil harus melakukan segala upaya yang mungkin agar inovasi yang telah dihasilkan tidak saja diketahui oleh para pengguna (beneficiaries), tetapi juga dimanfaatkan secara luas dan tepat guna oleh praktisi agribisnis khususnya petani.

Untuk itu, mulai tahun 2005, Badan Litbang melaksanakan Program Rintisan dan Akselerasi Pemasyarakatan Inovasi Teknologi Pertanian (PRIMATANI). Ini adalah suatu model atau konsep baru diseminasi teknologi yang dipandang dapat mempercepat penyampaian informasi dan penyebaran inovasi teknologi pertanian, beserta umpan baliknya ( Prima Tani, 2008 :1)


(24)

Menurut etimologi, inovasi berasal dari kata innovation yang bermakna pembaharuan perubahan secara baru. Inovasi adakalanya diartikan sebagai penemuan, tetapi berbeda maknanya dengan penemuan dalam arti diskoveri atau invensi. Diskoveri mempunyai makna penemuan sesuatu yang sesuatu itu telah ada sebelumnya, tetapi belum diketahui orang; contohnya penemuan benua Amerika. Sebenarnya, benua Amerika sudah ada sejak dahulu, tetapi baru ditemukan pada tahun 1492 oleh orang Eropa yang bernama Columbus. Invensi adalah penemuan yang benar-benar baru sebagai hasil kreasi manusia; contohnya teori belajar, mode busana, dan sebagainya. Inovasi adalah suatu ide, produk, metode, dan seterusnya yang dirasakan sebagai sesuatu yang baru, baik berupa hasil diskoveri atau invensi yang digunakan untuk tujuan tertentu.

Rogers dan Shoemaker mengartikan inovasi sebagai ide-ide baru, praktik-praktik baru, atau objek-objek yang dapat dirasakan sebagai sesuatu yang baru oleh individu atau masyarakat sasaran. Pengertian baru di sini, mengandung makna bukan sekadar baru diketahui oleh pikiran (cognitive), melainkan juga baru karena belum dapat diterima secara luas oleh seluruh warga masyarakat dalam arti sikap (attitude) dan juga baru dalam pengertian belum diterima dan diterapkan oleh seluruh warga masyarakat setempat.

Pengertian inovasi tidak hanya terbatas pada benda atau barang hasil produksi, tetapi juga mencakup sikap hidup, perilaku, atau gerakan-gerakan menuju proses perubahan di dalam segala bentuk tata kehidupan masyarakat. Jadi, secara umum, inovasi berarti suatu ide, produk, informasi teknologi, kelembagaan, perilaku, nilai-nilai, dan praktik-praktik baru yang belum banyak diketahui, diterima, dan digunakan/diterapkan oleh sebagian besar warga masyarakat dalam suatu lokalitas tertentu, yang dapat digunakan atau mendorong terjadinya


(25)

perubahan-perubahan di segala aspek kehidupan masyarakat demi terwujudnya perbaikan mutu setiap individu dan seluruh warga masyarakat yang bersangkutan (Effendi Sanusi, 2009 : 1).

Evaluasi adalah suatu penilaian berkala terhadap relevansi, prestasi, efisiensi, dan dampak proyek dalam konteks tujuan yang telah disepakati. Evaluasi biasanya menyangkut perbandingan-perbandingan yang memerlukan informasi dari luar proyek tentang waktu, kawasan, atau populasi (Dennis J. Casley dan Krishna Kumar, 1991 : 2).

Terdapat tiga karakteristik evaluasi yang terus-menerus perlu disebut. Pertama, seperti namanya menganjurkan, evaluasi ini mengacu pada sebuah proses yang terus-menerus dan bukan suatu tugas sewaktu-waktu. Evaluasi ini memberikan suatu umpan-balik yang konstan kepada manajer agar bisa melakukan tindakan-tindakan koreksi. Kedua, terdiri dari pekerjaan sederhana, internal yang tidak membutuhkan banyak pengumpulan data. Evaluasi yang terus-menerus biasanya tidak berbeda berdasarkan pada keluaran sistem informasi manajemen, termasuk pemantauan melalui kontak dengan pemanfaat dan studi-studi diagnostik. Ketiga, terutama mengarah kepada rekomendasi praktis yang timbul dari proyek (Dennis J. Casley dan Krishna Kumar, 1991 : 130)

Ada beberapa jenis evaluasi yaitu evaluasi pertengahan, akhir dan pasca. Pembedaan antara evaluasi pertengahan dan akhir tidak selalu jelas benar ketika proyek didanai melalui fase-fase yang berurutan. Dalam hal semacam itu, evaluasi bisa ditafsirkan sebagai pertengahan atau akhir bergantung pada rekomendasi-rekomendasinya. Kalau rekomendasi adalah melakukan suatu rancangan kembali secara besar-besaran yang akan menimbulkan suatu perbedaan radikal pada fase kedua, evaluasi mungkin dianggap sebagai evaluasi akhir untuk fase pertama. Tetapi pembedaan penanaman seringkali hanya bersifat semantik.


(26)

Evaluasi pertengahan adalah sebuah evaluasi yang biasanya dilakukan tiga atau empat tahun setelah pelaksanaan dimulai. Ini adalah evaluasi komprehensif pertama untuk mengetahui proyek oleh pemerintah dan badan-badan internasional pemberi dana. Yang membedakannya dari evaluasi-evaluasi berikutnya adalah bahwa koreksi terhadap proyek yang sedang berjalan masih terus dilakukan atas dasar temuan-temuan dan rekomendasinya. Fokus utama evaluasi pertengahan adalah pada prestasi proyek (Dennis J. Casley dan Krishna Kumar, 1991 : 139).

Evaluasi akhir (juga disebut sebagai laporan akhir proyek) dilakukan ketika pendanaan proyek akan berakhir, walaupun tentu saja tidak berarti bahwa jasa dan masukan yang dipasok oleh proyek dihentikan. Pada kebanyakan kasus dianggap bahwa jasa akan dilembagakan dalam sistem. Evaluasi akhir adalah sebuah akhir (juga disebut sebagai laporan akhir proyek) dilakukan ketika pendanaan proyek akan berakhir, walaupun tentu saja tidak berarti bahwa jasa dan masukan yang dipasok oleh proyek dihentikan.

Cakupan evaluasi akhir adalah lebih luas daripada evaluasi pertengahan karena, pertama, lebih panjang waktu yang tersedia untuk meninjau kembali sehingga memungkinkan suatu penilaian yang masuk akal dapat dilakukan terhadap keluaran awal dan efek, kedua, selesainya pendanaan menuntut suatu kajian yang hati-hati terhadap prestasi di mana semua pihak yang bertanggung jawab memberikan laporan (Dennis J. Casley dan Krishna Kumar, 1991 : 141).

Pasca evaluasi seringkali disebut “evaluasi dampak”, evaluasi pasca dirancang sebagai studi-studi mendalam terhadap dampak suatu campur tangan dan biasanya dilakukan lima sampai sepuluh tahun setelah berakhirnya pelaksanaan proyek itu. Ada dua alasan untuk melaksanakan evaluasi pasca. Pertama, seperti yang dikatakan di atas, banyak dari dampak tidak akan kelihatan pada waktu proyek akan berakhir. Kedua, dampak semacam itu seperti yang


(27)

dideteksi pada waktu evaluasi akhir yang ternyata hanya merupakan dampak sementara. Bukannya tidak biasa, proyek-proyek pertanian dan pembangunan pedesaan yang menunjukkan faedah yang meyakinkan pada tahun-tahun awal gagal untuk bertahan terus dalam jangka panjang. Sebaliknya, dalam beberapa hal suatu dampak positif yang besar yang dihasilkan oleh sebuah proyek yang digolongkan sebagai “tidak memuaskan” pada waktu evaluasi akhir (Dennis J. Casley dan Krishna Kumar, 1991 : 142).

Menurt Stephen Isaac dan William B. Michael seperti yang dikutip oleh Lababa (2008), model-model evaluasi dapat dikelompokkan menjadi enam, yaitu :

1. Goal Oriented Evaluation

Dalam model ini, seorang evaluator secara terus-menerus melakukan pantauan terhadap tujuan yang telah ditetapkan. Penilaian yang terus-menerus ini menilai kemajuan-kemajuan yang dicapai peserta program serta efektifitas temuan-temuan yang dicapai oleh sebuah program. Salah satu model yang bisa mewakili model ini adalah discrepancy model yang dikembangkan oleh Provus. Model ini melihat lebih jauh tentang ada kesenjangan ( Discrepancy) yang ada dalam setiap komponen yakni apa yang seharusnya dan apa yang secara riil telah dicapai.

2. Decision Oriented Evaluationram.

Dalam model ini, evaluasi harus dapat memberikan landasan berupa informasi-informasi yang akurat dan obyektif bagi pengambil kebijakan untuk memutuskan sesuatu yang berhubungan dengan program. Evaluasi CIPP yang dikembangkan oleh stufflebeam merupakan salah satu contoh model evaluasi ini. Model CIPP merupakan salah satu model yang paling sering dipakai oleh evaluator. Model ini terdiri dari 4 komponen evaluasi sesuai dengan nama model itu sendiri yang merupakan singkatan dari Context, Input, Process dan Product.


(28)

3. Transactional Evaluation

Dalam model ini, evaluasi berusaha melukiskan proses sebuah program dan pandangan tentang nilai dari orang-orang yang terlibat dalam program tersebut.

4. Evaluation Research

Sebagaimana disebutkan diatas, penelitian evaluasi memfokuskan kegiatannya pada penjelasan dampak-dampak pendidikan serta mencari solusi-solusi terkait engan strategi instruksional.

5. Goal Free Evaluation

Model yang dikembangkan oleh Micheal Scriven ini yakni Goal Free Evaluation Model justru tidak memperhatikan apa yang menjadi tujuan program sebagaimana model Goal Oriented Evaluation. Yang harus diperhatikan justru adalah bagaimana proses pelaksanaan program, dengan jalan mengidentifikasi kejadian-kejadian yang terjadi salama pelaksanaannya, baik hal-hal yang positif maupun hal-hal-hal-hal yang negatif.

6. Adversary Evaluation

Model ini didasarkan pada prosedur yang digunakan oleh lembaga hukum. Dalam prakteknya, model adversary terdiri atas empat tahapan yaitu:

1. Mengungkapkan rentangan isu yang luas dengan cara melakukan survey berbagai kelompok yang terlibat dalam satu program untuk menentukan kepercayaan itu sebagai isu yang relevan.


(29)

3. Membentuk dua tim evaluasi yang berlawanan dan memberikan kepada mereka kesempatan untuk berargumen.

4. Melakukan sebuah dengar pendapat yang formal. Tim evaluasi ini kemudian mengemukakan argumen-argumen dan bukti sebelum mengambil keputusan.

Salah satu contoh Model Evaluasi Decision Oriented Evaluation adalah Model CIPP (Context, Input, Process, Product) yang dikembangkan oleh Stufflebeam. Model ini melihat kepada empat dimensi yaitu Dimensi Konteks, dimensi Input, dimensi Proses, dan dimensi Produk. Keuniakan model ini adalah pada setiap tipe evaluasi terkait pada perangkat pengambil keputusan (decission) yang menyangkut perencanaan dan operasional sebuah program. Keunggulan model CIPP memberikan suatu format evaluasi yang komprehensif pada setiap tahapan evaluasi yaitu tahap konteks, masukan, proses dan produk.

Evaluasi konteks mencakup analisis masalah yang berkaitan dengan lingkungan program atau kondisi obyektif yang akan dilaksanakan. Berisi tentang analisis kekuatan dan kelemahan obyek tertentu. Stufflebeam menyatakan evaluasi konteks sebagai fokus institusi yang mengidentifikasi peluang dan menilai kebutuhan. Suatu kebutuhan dirumuskan sebagai suatu

kesenjangan (discrepancy view) kondisi nyata (relity) dengan kondisi yang diharapkan (ideality). Dengan kata lain evaluasi konteks berhubungan dengan analisis masalah kekuatan dan

kelemahan dari obyek tertentu yang akan atau sedang berjalan. Evaluasi konteks memberikan informasi bagi pengambil keputusan dalam perencanaan suatu program yang akan on going. Selain itu, konteks juga bermaksud bagaimana rasionalnya suatu program. Analisis ini akan membantu dalam merencanakan keputusan, menetapkan kebutuhan dan merumuskan tujuan


(30)

program secara lebih terarah dan demokratis. Evaluasi konteks juga mendiagnostik suatu kebutuhan yang selayaknya tersedia sehingga tidak menimbulkan kerugian jangka panjang.

Evaluasi input meliputi analisis personal yang berhubungan dengan bagaimana penggunaan sumber-sumber yang tersedia, alternatif-alternatif strategi yang harus dipertimbangkan untuk mencapai suatu program. Mengidentifikasi dan menilai kapabilitas sistem, alternatif strategi program, desain prosedur untuk strategi implementasi, pembiayaan dan penjadwalan. Evaluasi masukan bermanfaat untuk membimbing pemilihan strategi program dalam menspesifikasikan rancangan prosedural. Informasi dan data yang terkumpul dapat digunakan untuk menentukan sumber dan strategi dalam keterbatasan yang ada. Pertanyaan yang mendasar adalah bagaimana rencana penggunaan sumber-sumber yang ada sebagai upaya memperoleh rencana program yang efektif dan efisien.

Evaluasi proses merupakan evaluasi yang dirancang dan diaplikasikan dalam praktek implementasi kegiatan. Termasuk mengidentifikasi permasalah prosedur baik tata laksana kejadian dan aktivitas. Setiap aktivitas dimonitor perubahan-perubahan yang terjadi secara jujur dan cermat. Pencatatan aktivitas harian demikian penting karena berguna bagi pengambil keputusan untuk menentukan tidak lanjut penyempurnaan. Disamping itu catatan akan berguna untuk menentukan kekuatan dan kelemahan atau program ketika dikaitkan dengan keluaran yang ditemukan. Tujuan utama evaluasi proses seperti yang dikemukakan oleh Worthen dan Sanders, yaitu :

1. Mengetahui kelemahan selama pelaksanaan termasuk hal-hal yang baik untuk dipertahankan.


(31)

3. Memelihara catatan-catatan lapangan mengenai hal-hal penting saat implementasi dilaksanakan.

Evaluasi produk merupakan kumpulan deskripsi dan judgement outcomes dalam hubungannya dengan konteks, input, proses kemudian diinterpretasikan harga dan jasa yang diberikan. Evaluasi produk adalah evaluasi mengukur keberhasilan pencapaian tujuan. Evaluasi ini merupakan catatan pencapaian hasil dan keputusan-keputusan untuk perbaikan dan aktualisasi. Aktivitas evaluasi produk adalah mengukur dan menafsirkan hasil yang telah dicapai. Pengukuran dikembangkan dan diadministrasikan secara cermat dan teliti. Keakuratan analisis akan menjadi bahan penarikan kesimpulan dan pengajuan saran sesuai standar kelayakan. Secara garis besar, kegiatan evaluasi produk meliputi kegiatan penetapan tujuan operasional program, kriteria-kriteria pengukuran yang telah dicapai, membandingkannya antara kenyataan lapangan dengan rumusan tujuan, dan menyusun penafsiran secara rasional.

Analisis produk ini diperlukan pembanding antara tujuan, yang ditetapkan dalam rancangan dengan hasil program yang dicapai. Hasil yang dinilai berupa skor tes, presentase, data observasi, diagram data, sosiometri dll, yang dapat ditelesuri kaitannya dengan tujuan-tujuan yang lebih rinci. Selanjutnya dilakukan analisis kualitatif tentang mengapa hasilnya seperti itu.

Keputusan-keputusan yang diambil dari penilaian-penilaian implementasi pada setiap tahapan evaluasi program diklasifikasikan dalam tiga kategori yaitu rendah, moderat dan tinggi. Model CIPP merupakan model yang berorientasi kepada pemegang keputusan. Model ini membagi evaluasi dalam empat macam, yaitu :


(32)

1. Evaluasi konteks melayani keputusan perencanaan, yaitu membantu merencanakan pilihan keputusan, menentukan kebutuhan yang akan dicapai dan merumuskan tujuan program.

2. Evaluasi masukan (input) untuk keputusan strukturiasi yaitu menolong mengatur keputusan menentukan sumber-sumber yang tersedia, alternatif-alternatif yang diambil, rencana dan strategi untuk mencapai kebutuhan, serta prosedur kerja untuk mencapai tujuan yang dimaksud.

3. Evaluasi proses melayani keputusan implementasi, yaitu membantu keputusan sampai sejauh mana program telah dilaksanakan.

4. Evaluasi produk untuk melayani daur ulang keputusan.

(Isaac and Michael, 1981).

Kerangka Pemikiran

Badan Litbang Departemen Pertanian menghasilkan suatu program PRIMATANI untuk diterapkan kepada usaha tani petani pisang barangan sehingga dapat bermanfaat dalam meningkatkan produksi tanaman pisang barangan melalui inovasi yang ditawarkan dari program PRIMATANI tersebut.

Program PRIMATANI adalah sebuah program yang memberikan sebuah inovasi dalam bidang teknologi kepada petani pisang barangan untuk membantu petani dalam meningkatkan produksi pisang barangan dalam pelaksanaan usaha tani pisang barangan mereka.


(33)

Dalam pelaksaan inovasi tersebut terdapat masalah-masalah yang dihadapi petani. Disini diharapakan peran dari inovasi teknologi dari program PRIMATANI untuk menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi oleh petani.

Evaluasi adalah untuk menentukan relevansi, efisiensi, efektivitas dan dampak dari kegiatan dengan pandangan untuk menyempurnakan kegiatan yang sedang berjalan, membantu perencanaan, penyusunan program dan pengambilan keputusan di masa depan

Oleh karena itu, untuk dapat melihat hasil dari inovasi, dibutuhkan evaluasi dari program tersebut. Hal ini dilakukan untuk dapat melihat dan meninjau kembali kinerja dari program tersebut, apakah program tersebut dapat diterima (berhasil) atau tidak berhasil.


(34)

Secara skematis kerangka pemikiran dapat dilihat dari gambar

Keterangan :

: Menyatakan hubungan

PROGRAM PRIMATANI

Usaha tani Pisang Barangan

Masalah-masalah usaha tani Pisang Barangan

Evaluasi

Inovasi teknologi BADAN LITBANG

PERTANIAN

Produksi Pisang Barangan

Tidak berhasil Berhasil


(35)

METODE PENELITIAN

Metode Penentuan Daerah Sampel

Daerah penelitian dilakukan secara Purposive, yaitu di Desa Talun Kenas, Kecamatan STM Hilir, Kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara. Alasan pemilihan desa ini menjadi daerah penelitian adalah karena Desa Talun Kenas Kecamatan STM Hilir Kabupaten Deli Serdang adalah salah satu desa yang mendapatkan program PRIMATANI dari Badan Litbang Pertanian Departemen Pertanian dan kecamatan STM Hilir merupakan salah satu sentra komoditi pisang barangan dimana pisang barangan merupakan komoditi unggulan di Desa Talun Kenas. Untuk mengetahui bahwa Kecamatan STM Hilir menjadi salah satu sentra komoditi pisang barangan dapat dilihat pada tabel di bawah ini.


(36)

Tabel 2. Data Tanaman Produktif yang sedang Menghasilkan, Produktivitas dan Produksi Komoditi Pisang Barangan per Kecamatan di Kabupaten Deli Serdang Tahun 2008

Kecamatan Produktivitas

(kw/Ha) Produksi (kwintal)

Lubuk Pakam 175 87,50

Pagar Merbau 181,81 400,00

Beringin 115,5 288,75

Gunung Meriah 169,56 3.900,00

Biru-Biru 100 15.000,00

Patumbak 162,5 325,00

STM Hulu 114,63 4.700,00

STM Hilir 137,5 110.000,00

Deli Tua 123,33 185,00

Pancur Batu 125 10.000,00

Namorambe 137,45 27.490,00

Sibolangit 153,33 115,00

Kutalimbaru 142,85 1.000,00

Sunggal 145 1.450,00

Hamparan Perak 110 5,50

Labuhan Deli 112,5 67,50

Batang Kuis 67,69 123,20

Percut Sei Tuan 144 3.600,00

Pantai Labu 155,76 20,25

Tanjung Morawa 135,36 166,50

Galang 152,08 182,50

Bangun Purba 116,66 3.500,00

Jumlah 2.977,56 182.606,70

Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Deli Serdang 2009.

Metode Penentuan Sampel

Jumlah petani pisang barangan di Desa Talun Kenas yang menggunakan inovasi teknologi PRIMATANI adalah sebanyak 27 orang. Penarikan sampel dilakukan secara sensus atau keseluruhan. Metode sensus dikenal juga sebagai metode pencacahan lengkap, yakni semua individu yang ada di dalam populasi diselidiki atau diwawancarai sebagai responden (Wirartha, I. M, 2006 : 155)


(37)

Metode Pengambilan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara langsung kepada para petani yang menjalankan program PRIMATANI dengan menggunakan daftar quisioner. Sedangkan data sekunder diperoleh dari berbagai instansi dan sumber informasi yang berkaitan penelitian ini seperti Kantor Kepala Desa, dan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sumatera Utara serta instansi lainnya.

Metode Analisis Data

Untuk menjelaskan masalah 1, 3, 4 dan 5 diselesaikan secara deskriptif. Untuk masalah 1 diselesaikan secara deskrptif dengan mengumpulkan data tentang pelaksanaan program PRIMATANI di daerah penelitian.

Untuk masalah 2 data ditabulasi secara sederhana. Adapun yang dimaksud dengan penelitian deskriptif adalah penelitian yang bermaksud untuk membuat pencatatan mengenai situasi-situasi atau kejadian yang terjadi. Dalam arti ini, penelitian deskriptif adalah akumulasi data dasar dalam cara deskriptif semata dan tidak perlu mencari atau menerangkan saling

hubungan, uji hipotesis atau mendapatkan makna dan implikasi dari penelitian tersebut (Surya Brata, 1987 : 19).

Untuk masalah 3 diselesaikan secara deskrptif dengan menggunakan Model CIPP ( Contexts, Input, Process, Product) dan memberikan pertanyaan kepada petani pengguna Inovasi dari program PRIMATANI mengenai pelaksanaan Program PRIMATANI di Desa Talun Kenas, kemudian jawaban dari sampel tersebut diskoringkan berdasarkan pemberian skor atas pelaksanaan Program PRIMATANI, skor penilaiannya ditentukan sebagai berikut :


(38)

• Pertanyaan dijawab B Skor 2 • Pertanyaan dijawab C Skor 1

Tabel 3. Pelaksanaan Program PRIMATANI di Desa Talun Kenas

No Model CIPP Indikator Kinerja

1. Context 1. Perencanaan peningkatan kesejahteraan petani

2. Perencanaan pelestarian lingkungan berbasis inovasi teknologi

3. Perencanaan percepatan adopsi teknologi inovasi

2. Input 1. Pemberian inovasi oleh Badan Litbang

Pertanian.

2. Pelatihan yang diberikan oleh pihak BPTP sebagai fasilitator program PRIMATANI. 3. Pembinaan kelembagaan kelompok tani.

3. Process 1. Implementasi teknologi budidaya dan

pascapanen pisang barangan.

2. Implementasi pengadaan benih bermutu pisang barangan.

3. Penyediaan bibit pisang barangan bermutu bebas penyakit.

4. Implementasi teknologi pengolahan limbah untuk pakan dan pupuk organik.

5. Pelaksanaan temu lapang untuk pemasaran produk segar olahan.


(39)

setelah menggunakan inovasi dari program PRIMATANI.

2. Perubahan kemampuan petani dalam meningkatkan mutu pisang barangan. 3. Kemampuan petani dalam memanfaatkan

inovasi dari pihak BPTP.

4. Kepuasan petani dalam pelayanan yang diberikan oleh pihak BPTTP.

Sumber : Diolah berdasarkan teori yang dibangun

Untuk mengetahui hasil penjumlahan seluruh skor dari masing-masing pelaksanaan Program PRIMATANI, dapat dilihat pada Tabel dibawah ini.

Tabel 4. Skor Pelaksanaan Program PRIMATANI

No Model

CIPP

Jumlah Parameter

Skor Rentang

1. Context 3 1-3 3-9

2. Input 3 1-3 3-9

3. Process 5 1-3 5-15

4. Product 4 1-3 4-12

Total 15 15-45

Hasil penilaian menghasilkan skor, dari skor tersebut akan ditentukan bagaimana pelaksanaan Program PRIMATANI. Skor pelaksanaan Program PRIMATANI berada di antara 15 – 45, dimana panjang kelas dapat dihitung dengan range dibagi jumlah kelas. Range adalah jarak/selisih antara data terbesar dan terkecil (Subagyo, 1992 : 10).

Keterangan :

Skor 35-45 : Kinerja baik


(40)

Skor 15-24 : Kinerja tidak baik

Definisi dan Batasan Operasional Definisi

Untuk menghindari kesalahpahaman dan kekeliruan dalam mengartikan penelitian ini, maka diberikan beberapa definisi dengan batasan operasional sebagai berikut:

1. PRIMATANI : Program Rintisan dan Akselerasi Pemasyarakatan Inovasi Teknologi Pertanian, yang dilaksanakan secara partisipatif oleh semua pemangku kepentingan (stakeholder) pembangunan pertanian.

2. Inovasi adalah teknologi baru yang diberikan oleh pemerintah terhadap petani pisang barangan

3. Evaluasi adalah sebuah proses pengumpulan informasi dengan menggunakan standard dan seperangkat kriteria untuk menarik kesimpulan dan menyusun pertimbangan.

4. Efektivitas adalah pencapaian tujuan secara tepat atau memilih tujuan-tujuan yang tepat dari serangkaian alternatif atau pilihan cara dan menentukan pilihan dari beberapa pilihan lainnya.

5. Efisiensi adalah efisiensi adalah penggunaan sumber daya secara minimum guna pencapaian hasil yang optimum. Efisiensi menganggap bahwa tujuan-tujuan yang benar telah ditentukan dan berusaha untuk mencari cara-cara yang paling baik untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut.

6. Petani sampel adalah petani pisang barangan yang menggunakan teknik baru yang di berikan oleh pemerintah.


(41)

7. Produksi adalah hasil dari petani terhadap komoditi pisang barangan.

Batasan Operasional

Untuk memperjelas dan menghindari kesalahpahaman dalam penelitian ini, maka dibuat batasan operasional sebagai berikut :

1. Daerah penelitian adalah Desa Talun Kenas Kecamatan STM Hilir Kabupaten Deli Serdang

2. Penelitian dilakukan pada tahun 2010.

3. Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh petani yang menggunakan inovasi dari program PRIMATANI di Desa Talun Kenas Kecamatan STM Hilir Kabupaten Deli Serdang.


(42)

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN

Deskripsi Daerah Penelitian

Luas dan Letak Geografis Desa Talun Kenas

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Talun Kenas yang terletak di Kecamatan STM Hilir Kabupaten Deli Serdang. Kecamatan STM Hilir memiliki luas wilayah 190,50 Km² dengan jumlah penduduk 30.098 jiwa terdiri dari 7.257 KK. Kecamatan STM Hilir terdiri dari 15 desa dan 80 dusun, salah satu desanya adalah Desa Talun Kenas yang merupakan daerah sentra produksi pisang barangan. Desa Talun Kenas memiliki luas desa sebesar 306 Km.

Adapun batas-batas geografis desa penelitian sebagai berikut : • Sebelah utara : Desa Sumbul

• Sebelah Selatan : Desa G. Rintih • Sebelah Timur : Desa Belumah • Sebelah Barat : Desa Sumbul

Kecamatan STM Hilir berada di daratan rendah dengan ketinggian 190 s/d 500 m dpl, dimana sebelah Selatan berbatasan dengan bukit kecil. Wilayah STM Hilir termasuk wilayah pedesaan dimana masih banyak terdapat lading atau sawah yang digunakan untuk bertani untuk memenuhi kebutuhan hidup. Kecamatan STM Hilir beriklim sedang, yaitu terdiri dari 2 iklim/musim, yaitu musim hujan dan musim kemarau. Kedua musim ini dipengaruhi oleh 2 angin yaitu angin laut dan angin gunung. Musim kemarau terjadi pada bulan Januari-Agustus dan musim hujan terjadi biasanya pada bulan September-Desember.


(43)

Keadaan Penduduk

Penduduk desa penelitian berjumlah 2.644 jiwa dengan 637 KK, terdiri dari 1348 jiwa laki-laki dengan laki-laki dewasa sebanyak 899 jiwa dan laki-laki anak-anak sebanyak 449 jiwa, dan jumlah penduduk yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 1296 jiwa dengan perempuan dewasa 856 jiwa dan perempuan anak-anak sebanyak 440 jiwa. Jumlah dan distribusi penduduk menurut kelompok umur dapat dilihat pada tabel 4.

Tabel 5. Distribusi Penduduk Desa Talun Kenas Menurut Kelompok Umur Tahun 2008 No Golongan umur Jumlah (orang) Persentase (%)

1 0-4 205 7, 75

2 5-9 287 10,85

3 10-14 285 10,77

4 15-19 241 9,11

5 20-24 221 8,35

6 25-29 209 7,90

7 30-34 229 8,66

8 35-39 203 7,67

9 40-44 181 6,84

10 45-49 177 6,69

11 50-54 138 5,21

12 55-59 139 5,25

13 60+ 129 4,87

Jumlah 2.644 100

Sumber : Kabupaten Deli Serdang Dalam Angka 2009.

Dari Tabel dapat dilihat bahwa penduduk Desa Talun Kenas masih tergolong usia produktif (17-55 tahun). Dimana usia tersebut petani biasanya mempunyai semangat untuk ingin tahu apa yang mereka belum ketahui, berusaha untuk lebih cepat melakukan adopsi inovasi.

Mata pencaharian utama di Desa Talun Kenas Kecamatan STM Hilir adalah bertani. Selain bertani penduduk juga ada yang bekerja sebagai pegawai, pedagang, karyawan dan lain-lain. Persentase mata pencaharian penduduk di Desa Talun Kenas Kecamatan STM Hilir dapat dilihat dalam tabel 6.


(44)

Tabel 6. Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian Desa Talun Kenas Kecamatan STM Hilir Tahun 2008

No Jenis pekerjaan Jumlah (orang) Persentase (%)

1 Petani 975 73,53

2 Pedagang 175 13,20

3 Pegawai Negeri 86 6,49

4 Karyawan Perusahaan Swasta 90 6,79

Jumlah 1326 100

Sumber : Kabupaten Deli Serdang Dalam Angka 2009

Mayoritas penduduk di Desa Talun Kenas Kecamatan STM Hilir merupakan suku Batak Karo. Pada umumnya penduduk sudah saling mengenal satu sama lainnya. Keakraban penduduk dapat dilihat dari adanya gotong royong, acara adat yang dilakukan, misalnya pelaksanaan acara perkawinan yang dilakukan sesuai adat istiadat.

Tabel 7. Banyaknya Penduduk Menurut Suku Bangsa Desa Talun Kenas Kecamatan STM Hilir Tahun 2008

No Jenis suku bangsa Jumlah (orang) Persentase (%)

1 Jawa 300 11,67

2 Karo 2186 85,03

3 Toba 23 0,89

4 Simalungun 62 2,41

Jumlah 2571 100

Sumber : Kabupaten Deli Serdang Dalam Angka 2009 Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana di Desa Talun Kenas ini masih terbilang sangat minim, contohnya seperti sarana pendidikan formal untuk SLTP dan SMU yang hanya berjumlah 1 buah dan sarana-sarana yang lainya seperti sarana kesehatan, sarana ibadah dan sarana ekonomi yang pembangunannya masih sangat minim di Desa Talun Kenas ini. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 8.


(45)

Tabel 8. Sarana dan Prasarana Sosial Ekonomi yang Tersedia di Desa Talun Kenas Kecamatan STM Hilir Tahun 2008

No Jenis sarana dan prasarana Jenis Jumlah (unit)

1 Sarana Pendidikan Formal SLTP 1

SMU 1

2 Sarana Kesehatan Dokter 2

Bidan/Perawat 7

3 Sarana Ibadah Mesjid 1

Langgar/Surau 1

Gereja 6

4 Sarana Ekonomi Pasar Mingguan 1

Jumlah 20

Sumber : Kabupaten Deli Serdang Dalam Angka 2009 Karakteristik Petani Sampel

Karakteristik petani sampel yang dimaksud disini adalah karakteristik sosial ekonomi petani, yaitu umur, tingkat pendidikan, pengalaman bertani, luas lahan, jumlah tanggungan keluarga. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 9. Karakteristik Petani Sampel Desa Talun Kenas Kecamatan STM Hilir Tahun 2010

No Uraian Range Rataan

1 Umur (tahun) 26-57 38,89

2 Tingkat pendidikan (tahun) 6-17 9,74

3 Pengalaman bertani (tahun) 3-22 11,15

4 Luas lahan (Ha) 0,32-2 0,72

5 Jumlah tanggungan (jiwa) 1-6 2,77

Sumber : Data diolah dari lampiran 1. Umur

Tabel. 9 menunjukkan bahwa umur petani sampel mempunyai range antara 26-57 tahun dengan rataan sebesar 38,89 tahun. Data ini menjelaskan bahwa petani sampel masih berada dalam kategori usia produktif, sehingga masih besar potensi tenaga kerja yang dimiliki oleh petani sampel di dalam mengelola usaha tani nya. Sehingga pada saat Departemen Pertanian mengeluarkan sebuah program yang berbasis inovasi teknologi maka petani dengan senantiasa


(46)

menerima akan adanya program tersebut, dan mereka tertarik untuk mengadopsi teknologi yang diberikan oleh Badan Litbang Pertanian

Tingkat Pendidikan

Pendidikan formal merupakan salah satu faktor penting dalam mengelola usaha tani. Pendidikan formal juga sangat erat kaitannya dengan kemampuan petani dalam hal menerima dan menyerap teknologi, informasi untuk mengoptimalkan usaha tani nya. Tingkat pendidikan formal petani sampel mempunyai range 6-17 dengan rataan 9,74 tahun. Artinya rata-rata petani sampel sudah menyelesaikan pendidikan formal hingga SMP, dengan demikian wawasan pengetahuan serta cara berpikir dan bertindak petani sampel dalam mengelola usaha tani nya tergolong masih rendah.

Pengalaman Bertani

Faktor yang sangat berpengaruh terhadap kemampuan petani dalam mengelola usaha taninya adalah lama bertani. Rataan lama bertani atau pengalaman bertani petani adalah 11,15 (11 tahun) dengan range 3-22 tahun. Berdasarkan rataan tersebut pengalaman bertani petani sampel sudah cukup lama, sehingga dapat dikatakan bahwa petani sampel memiliki wawasan serta pengetahuan yang lebih baik dan berhati-hati dalam menerapkan inovasi baru dalam usaha tani pisang barangannya termasuk teknologi yang diperkenalkan oleh Badan Litbang Pertanian dalam Program PRIMATANI ini.

Jumlah Tanggungan

Rataan jumlah tanggungan keluarga adalah 2,77 (2 orang) dengan range 1-6 orang. Jumlah ini menunjukkan bahwa jumlah tanggungan keluarga petani sampel tergolong kecil,


(47)

sehingga untuk membantu dalam proses usaha tani pisang barangan terutama dalam penyediaan tenaga kerja dalam keluarga, petani menggunakan tenaga kerja dari luar keluarga.

Luas Lahan

Rataan luas lahan petani pisang barangan adalah 0,72 Ha, dengan range 0,32-2 Ha. Hal ini menunjukkan bahwa petani sampel termasuk petani yang memiliki luas lahan yang masih tergolong sedang.


(48)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian dilakukan terhadap petani yang menggunakan inovasi dari program PRIMATANI di Desa Talun Kenas Kecamatan STM Hilir Kabupaten Deli Serdang. Pada penelitian ini ditetapkan jumlah petani sampel sebanyak 27 orang yaitu seluruh petani yang menggunakan inovasi dari program PRIMATANI. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pelaksanaan inovasi dari program PRIMATANI yang merupakan program dari Badan Litbang Departemen Pertanian.

Pelaksanaan Program PRIMATANI di Daerah Penelitian dalam Peningkatan Hasil Produksi Pisang Barangan

Program PRIMATANI di Desa Talun Kenas Kecamatan STM Hilir dilaksanakan pertama kali pada awal tahun 2007. Program ini bertujuan untuk mempercepat diseminasi (transfer teknologi) dan adopsi teknologi inovasi kepada para petani di daerah penelitian. Program ini berakhir pada akhir tahun 2009.

Desa Talun Kenas yang telah ditentukan sebagai salah satu desa yang mendapatkan Program PRIMATANI dari Badan Litbang Departemen Pertanian merupakan daerah yang awalnya adalah sebagai sumber atau kebun nenas. Pada tahun 1970, dimulainya pengembangan komoditi pisang barangan di daerah ini, animo masyarakat untuk mengembangkan komoditi ini sangat besar dan penanaman dilakukan, hampir seluruh masyarakat tani yang ada di daerah ini bertanam pisang. Namun pada tahun 1990 an terjadi serangan penyakit layu pisang (layu kuning), hampir seluruh tanaman yang ada di daerah ini habis, hal ini membuat petani trauma untuk bertanam kembali. Kejadian ini menjadi perhatian pihak Dinas Pertanian untuk


(49)

Program tersebut adalah Program SLPHT (Sekolah Lapang Pengendalian Hama Terpadu). Setelah SLPHT ini, petani kembali mempunyai semangat untuk mengembangkan komoditi ini, hingga kini daerah pengembangan semakin luas sehingga merupakan salah satu sentra pisang dan pada tahun 2005 telah dibangun terminal agribisnis pisang barangan di Desa Talun Kenas ini. Dengan alasan itulah mengapa Program PRIMATANI dapat masuk ke Desa Talun Kenas ini.

Dalam Program PRIMATANI di Desa Talun Kenas terdapat Rancang Bangun Laboratorium Lapang Agribisnis. Rancang bangun tersebut dibuat dimaksudkan untuk menuju terbentuknya suatu indutri agribisnis pedesaan. Tujuan dari Rancang Bangun Laboratorium Agribisnis ini adalah terciptanya suatu model percontohan agribisnis industrial pedesaan yang berbasis inovasi teknologi.

Tabel 10. Pelaksanaan Program PRIMATANI di Desa Talun Kenas No Tahapan kegiatan Hasil yang

diharapkan

Hasil di lapangan (%) 1 Sosialisasi paket-paket

teknologi

a. Pengembangan areal percontohan b. Pelatihan

PRIMATANI

Petani sampel pisang barangan mengikuti kegiatan sosialisasi sesuai dengan aturan berlaku

Diikuti dengan baik oleh petani sampel pisang barangan (81,48 %).

2 Pengimplementasian inovasi teknologi

Petani sampel pisang barangan

menerapkan inovasi teknologi yang diberikan oleh BPTP

Diterapkan dengan baik oleh petani pisang barangan (96,3 %).


(50)

Lanjutan Tabel 10.

No Tahapan kegiatan Hasil yang diharapkan

Hasil di lapangan

3 Pembinaan Petani sampel

pisang barangan mengetahui tata cara pelaksanaan yang benar dari program

Diikuti dengan baik oleh petani sampel pisang barangan (92,5 %).

Sumber : Diolah berdasarkan Data Primer Tahun 2010

Tahapan kegiatan yang dilaksanakan pada program PRIMATANI ini dalam penerapan inovasi teknologi adalah:

1. Sosialisasi paket-paket teknologi

Pensosialisasian paket-paket teknologi berkerjasama dengan dinas terkait di Kabupaten Deli Serdang, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Badan Litbang Pertanian), Departemen Pertanian telah banyak menghasilkan inovasi dan alih teknologi yang dapat diaplikasikan untuk meningkatkan pendapatan petani. Sebelumnya sosialisasi perlu didukung oleh penyediaan informasi teknologi budidaya, penanganan segar dan pengolahan, seperti folder tentang Teknologi Penanaman Pisang Barangan Dengan Sistem 2 Jalur (double row planting system)

Beberapa dukungan teknis dan non teknis untuk keberhasilan pelaksanaan sosialisasi maupun pelatihan di lokasi PRIMATANI, antara lain :

a. Pengembangan areal percontohan

Pembuatan areal-areal percontohan kebun buah pisang barangan di lahan-lahan petani diharapkan akan merangsang petani untuk mengembangkan secara swadaya dan swadana sentra usaha agribisnis di wilayah tersebut. Pengembangan areal implementasi teknologi sebagai area percontohan pada klinik agribisnis ini perlu dilaksanakan sejak awal dan terus


(51)

dikawal sampai dengan menghasilkan. Dengan demikian, diharapkan masyarakat dapat mengetahui secara pasti budidaya yang baik serta kondisi pertanaman optimal karena dipelihara dengan baik.

b. Pelatihan PRIMATANI

Pelatihan ini dilaksanakan untuk melanjutkan pelatihan teknik pengadaan benih bermutu pisang barangan bebas penyakit untuk terbentuk penangkar benih di kelompok tani.

Dalam pelaksanaanya di lapangan bahwa sosialisasi paket-paket teknologi ini yakni pengembangan areal percontohan diikuti oleh petani sampel pisang barangan dengan persentase 81,48 %. Mereka merasa tertarik dengan harapan setelah mengikuti sosialisasi ini mereka dapat mengetahui pengetahuan baru tentang penanaman budidaya dan pascapanen pisang barangan sehingga dapat meningkatkan hasil usaha tani pisang barangan mereka. Alasan lain mengapa petani tertarik karena dalam mengikuti kegiatan PRIMATANI ini tidak dipungut biaya oleh pihak pemerintah sehingga petani merasa tidak rugi untuk mengukuti sosialisasi paket-paket teknologi itu.

Pelaksanaan pelatihan yang diberikan oleh BPTP merupakan lanjutan rangkaian kegiatan dalam sosialisasi paket-paket teknologi, petani mengikuti rangkaian pelatihan untuk mengetahui bagaimana cara penggunaan teknologi tersebut sehingga pada saat pelaksanaannya kemudian petani dapat menerapkan nya pada usaha tani mereka sendiri.

2. Pengimplementasian inovasi teknologi

Pengimplementasian inovasi teknologi dilakukan melalui sosialisasi dan pelatihan teknologi budidaya dan pascapanen pisang barangan yang mencakup : Pengadaan benih/bibit bebas penyakit layu dan pemeliharaan tanaman.


(52)

Pengadaan benih/bibit pisang barangan bebas penyakit layu dengan melakukan penelusuran ke beberapa sentra produksi pisang barangan di Sumatera Utara.

Pemeliharaan tanaman dilakukan dengan tujuan agar terjaga seluruh kebutuhan dari tanaman tersebut, dan sembari dilakukan pengawasan terhadap tanaman tersebut. Pemeliharaan tanaman dapat berupa pemberian kadar pupuk sesuai anjuran yang ditentukan.

Dalam pelaksanaanya, kegiatan ini mencapai titik keberhasilan sebesar 96,3 % seperti kegiatan sosialisasi paket-paket teknologi petani diajarkan bagaimana melaksanakan kegiatan usaha tani yang benar dan dapat menghasilkan hasil yang baik bagi usaha tani pisang barangan mereka. Hal yang dilakukan di lapangan seperti memberikan pengetahuan mengenai pemberian kadar pupuk sesuai yang dianjurkan dan kemudian dapat diaplikasikan langsung ke usaha tani pisang barangan mereka. Selama ini petani hanya menggunakan pupuk seadanya, hal ini dikarenakan keterbatasan dalam mendapatkan pupuk dan mahalnya harga pupuk tersebut.

3. Pembinaan

Pembinaan dilakukan langsung oleh pihak BPTP. BPTP adalah pihak yang memfasilitasi program. BPTP mengawasi bagaimana kinerja petani dalam melaksanakan inovasi teknologi yang sudah pernah disosialisasikan langsung oleh mereka. Hal ini sangat dibutuhkan agar tata pelaksanaan yang benar dari program ini dapat tercapai dengan baik.

Berdasarkan observasi di lapangan dan dengan wawancara langsung dengan petani, Program PRIMATANI ini ada di Desa Talun Kenas ini sejak tahun 2007, dimana semua petani pengguna inovasi teknologi dari program ini telah mengikuti program ini sejak awal, dan mereka tidak pernah mengikuti program usaha tani lainnya sebelumnya. Pertama pihak BPTP melakukan sosialisasi inovasi teknologi. Dalam sosialisasi tersebut dibutuhkan peranan kelompok tani agar tercipta rasa kekeluargaan dan petani merasa nyaman untuk menerapkan ilmu-ilmu yang


(53)

diberikan. Dengan adanya peran kelompok tani tersebut maka dibutuhkan pula pembinaan terhadap kelompok-kelompok tani agar ikatan kelembagaan ini dapat menjadi fasilitas bagi para petani untuk menampung aspirasi petani. Dengan persentase sebesar 92,5 % maka pelaksanaannya di lapangan berjalan sangat baik. Pertama dijelaskan apa sebenarnya PRIMATANI dan apa manfaatnya bagi petani. Setelah melakukan sosialisasi mengenai PRIMATANI maka selanjutnya dilakukan sosialisasi tentang inovasi teknologi yang dimiliki oleh program PRIMATANI tersebut. Adapun inovasi teknologi Pisang Barangan yang diperkenalkan oleh Program PRIMATANI dapat dilihat pada tabel 11.

Tabel 11. Inovasi Teknologi Pisang Barangan yang Diperkenalkan Oleh Program PRIMATANI yang Telah Diterapkan Oleh Petani

No Inovasi teknologi

1 Teknik pengadaan bibit bonggol, bibit anakan terseleksi

2 Teknologi pemupukan sesuai anjuran (ZA, Urea, SP-36 dan KCl) 3 Aplikasi pupuk kandang sapi 8-10 kg per lobang tanam

4 Lobang tanam 50x50x50 cm 5 Aplikasi trikoderma

No Inovasi teknologi

6 Sistem tanam dua jalur (double row) 1x2 m dalam baris dan 4 m antara double row

7 Sistem tanam 1 jalur mengikuti SPO pisang barangan 2,5 x 3 m 8 Tanaman sela (kacang tanah/ jagung/pepaya)

9 Teknologi pembrongsongan Sumber : Diolah dari data sekunder

1. Teknik Pengadaan bibit bonggol, bibit anakan terseleksi

Pengadaan benih adalah kegiatan pencarian, pemanenan, pengumpulan, sortasi dan penyimpanan benih sebelum benih yang bersangkutan digunakan atau diedarkan. Tujuannya adalah :


(54)

b. Menjamin benih (bibit) bebas dari hama dan penyakit agar dapat tumbuh baik dan berproduksi optimal

2. Teknologi pemupukan sesuai anjuran (ZA, Urea, SP-36 dan KCl) Pemupukan adalah proses kegiatan pemberian nutrisi pada tanaman agar

kondisi unsur hara dalam tanah yang dibutuhkan tanaman dapat memenuhi kebutuhan. Pemupukan memegang peranan penting dalam upaya meningkatkan hasil pertanian. Pemupukan terhadap satu pertanaman berarti menambahkan/menyediakan unsur hara untuk tanaman. Tujuannya adalah untuk mendapatkan pertumbuhan optimal tanaman serta mempertahankan status hara tanah.

3. Aplikasi pupuk kandang sapi 8-10 kg per lobang tanam

Aplikasi pupuk kandang sapi digunakan sebagai unsur tambahan hara/nutrisi yang dibutuhkan tanaman..

4. Lubang tanam 50x50x50 cm

Lubang tanam merupakan salah satu teknik penanaman yang disarankan oleh program ini, yaitu dengan teknik lubang tanam ukuran 50x50x50 cm. Hal ini disesuaikan dengan keadaan tanah.

5. Aplikasi trikoderma

6. Sistem tanam dua jalur (double row) 1x2 m dalam baris dan 4 m antara double row Sistem tanam dua jalur (double row) merupakan system yang diharapkan dapat dapat meningkatkan pendapatan petani pisang barangan. Budidaya pisang barangan dengan sistem dua jalur (double row) yaitu meliputi persiapan lahan, pengaturan jarak tanaman, penanaman, pemeliharaan dan pemanenan ini memiliki keunggulan pada jarak tanam dan kegiatan


(55)

7. Sistem tanam 1 jalur mengikuti SPO pisang barangan 2,5 x 3 m

sistem tanam 1 jalur dengan populasi berkisar 1300 tanaman. Dari komponen teknologi budidaya pisang barangan, pengaturan jarak tanam merupakan salah satu komponen yang dilakukan oleh petani. Pengaturan jarak tanam 2,5×3 meter sampai dengan 3×4 meter merupakan jarak tanam yang banyak diminati dan diadopsi oleh petani, sebab petani masih dapat menanami lahan diantara tanaman pisang untuk ditanami tanaman lain.

8. Tanaman sela (kacang tanah/ jagung/pepaya)

Adopsi ini berhubungan dengan teknologi sistem tanam 1 jalur mengikuti SPO, jarak tanam pada teknologi satu jalur ini dapat dimanfaatkan petani untuk menanam tanaman lain seperti jagung sebagai tanaman tumpangsari, dan intersepsi radiasi matahari masih cukup untuk pertumbuhan optimum bagi tanaman sela diantara tanaman pisang.

9. Teknologi Pembrongsongan

Teknologi pembrongsongan adalah sebuah rangkaian kegiatan pembungkusan/pembrongsongan buah agar tidak terganggu oleh penyakit. Tujuannya adalah :

a. Untuk meningkatkan kualitas penampilan buah.

b. Melindungi buah dari benturan, sengatan sinar matahari dan gesekan antar buah

c. Melindungi buah dari serangan hama dan penyakit (penggerek buah, kumbang buah dan lalat buah)

d. Melindungi buah dari kerusakan dan gesekan pada saat panen serta melindungi permukaaan kulit buah dari getah.

Adapun petani yang menerapkan inovasi teknologi dari PRIMATANI ini dapat dilihat dari tebel berikut :


(56)

Tabel 12. Petani yang Menerapkan Inovasi Teknologi PRIMATANI

No Uraian Jumlah petani yang

menerapkan (orang)

Persentase (%) 1 Teknik pengadaan bibit bonggol,

bibit anakan terseleksi

27 100 %

2 3 4 5 6

Teknologi pemupukan sesuai anjuran(ZA, Urea, SP-36 dan KCl) Aplikasi pupuk kandang sapi 8-10kg per lubang tanam

Lubang tanam 50x50x50 cm Aplikasi trikoderma

System tanam dua jalur (double row) 1x2 m dalam baris dan 4 m antara double row

12 6 4 5 2 44,4 % 22,2% 14,8% 22,2% 7,4%

2 Teknologi pemupukan sesuai anjuran(ZA, Urea, SP-36 dan KCl)

12 44,4 %

3 Aplikasi pupuk kandang sapi 8-10kg per lubang tanam

6 22,2%

4 Lubang tanam 50x50x50 cm 4 14,8%

5

Aplikasi trikoderma 5 22,2%

6 System tanam dua jalur (double row) 1x2 m dalam baris dan 4 m antara double row

2 7,4%

7 System tanam 1 jalur mengikut i SPO pisang barangan 2,5 x 3 m

17 63%

8 Tanaman sela 5 18,5%

9 Teknologi pembrongsongan 6 22,2%

Sumber : dioalah dari data primer tahun 2010

Berdasarkan tabel dapat dijelaskan bahwa terdapat 27 petani yang mengikuti inovasi teknologi dari program PRIMATANI untuk inovasi bibit bonggol atau bibit anakan terseleksi (bebas penyakit layu) dengan persentase sebesar 100 %. Hal ini disebabkan karena inovasi tersebut mudah dalam penerapannya dan tidak membutuhkan banyak biaya yang mana bibit tersebut merupakan subsidi dari pemerintah (pihak BPTP).


(57)

Untuk adopsi teknologi pemupukan sesuai dengan dosis anjuran terdapat 12 petani yang mengikutinya. Dengan persentase sebesar 44,4%. Adopsi teknologi ini merupakan salah satu adopsi yang sesuai dengan kebutuhan petani mengingat dalam pelaksanaan penanaman pisang barangan ini dibutuhkan suatu teknologi yang baik dalam pemupukan untuk dapat memperbaiki unsur hara tanah sehingga tanaman pisang barangan yang ditanam dapat berkembang dengan baik.

Untuk adopsi aplikasi pupuk kandang sapi 8-10 kg per lobang tanam diikuti oleh 6 orang petani, dengan persentase sebesar 22,2 %. Hal ini dikarenakan petani masih menggunakan cara tradisional sesuai dengan yang mereka lakukan salama ini.

Adopsi lobang tanam 50x50x50 cm diikuti oleh 4 orang petani, dengan persentase sebesar 14,8 %. Teknologi ini tidak terlalu menarik bagi petani karena petani lebih mengutamakan teknologi yang sesuai dengan kebutuhan mereka.

Untuk teknologi aplikasi trikoderma ini jumlah petani yang mengadopsi nya adalah 5 orang, dengan persentase sebesar 18,5 %. Rendahnya jumlah petani yang mengadopsi teknologi ini karena masih kurangnya pemahaman petani mengenai teknologi ini sehingga petani tidak terlalu tertarik mengikut i teknologi ini.

Adopsi teknologi penanaman pisang barangan dengan sistem 2 jalur hanya diterapkan oleh 1 petani sampel saja, dengan persentase sebesar 7,4 %. Teknologi penanaman dengan sistem 2 jalur merupakan salah satu komponen teknologi unggulan yang dapat meningkatkan populasi tanaman > 85% dibandingkan dengan sistem tanam 1 jalur. Memperhatikan kondisi ini masih sangat perlu dilakukan sosialisasi teknologi tersebut secara tepat kepada masyarakat petani pisang barangan.


(58)

Untuk teknologi sistem tanam 1 jalur mengikuti SPO pisang barangan 2,5 x 3 m diikuti oleh 18 orang petani, dengan persentase sebesar 63 %. Petani pisang barangan masih lebih banyak menerapkan sistem tanam 1 jalur dengan populasi berkisar 1300 tanaman. Dari komponen teknologi budidaya pisang barangan, pengaturan jarak tanam merupakan salah satu komponen yang dilakukan oleh petani. Pengaturan jarak tanam 2,5×3 meter sampai dengan 3×4 meter merupakan jarak tanam yang banyak diminati dan diadopsi oleh petani, sebab petani masih dapat menanami lahan diantara tanaman pisang untuk ditanami tanaman lain.

Untuk teknologi tanaman sela (kacang tanah/jagung/papaya) diadopsi oleh 5 orang petani, dengan persentase sebesar 18,5 %. Adopsi ini berhubungan dengan teknologi sistem tanam 1 jalur mengikuti SPO, jarak tanam pada teknologi satu jalur ini dapat dimanfaatkan petani untuk menanam tanaman lain seperti jagung sebagai tanaman tumpangsari, dan intersepsi radiasi matahari masih cukup untuk pertumbuhan optimum bagi tanaman sela diantara tanaman pisang. Para petani yang mengadopsi teknologi inovasi ini merasa bahwa inovasi ini sesuai dengan kebutuhan mereka.

Untuk teknologi pembrongsongan diadopsi oleh 6 orang petani, dengan persentase sebesar 22,2 %. Teknologi ini masih sulit dalam pengerjaannya, dikarenakan banyaknya alat-alat yang dibutuhkan antara lain seperti tangga, plastik brongsongan sehingga petani lebih memperhatikan teknologi yang lain yang jauh lebih mudah.

Dalam pelaksanaannya, petani dibantu oleh pihak BPTP sebagai pihak fasilitator dalam pengerjaan seluruh tahapan Program PRIMATANI. BPTP memberikan pelatihan di bidang teknologi budidaya dan pascapanen pisang barangan. Pelatihan yang diberikan berupa bagaimana cara implementasi teknologi budidaya pisang barangan yang benar, informasi tentang


(59)

pengolahan limbah pisang barangan serta pola tanam pisang barangan, implementasi penyediaan bibit pisang barangan bermutu bebas penyakit, implementasi teknologi pengadaan benih bermutu pisang barangan. BPTP langsung di hadapan para petani menerapkan bagaimana pengerjaan yang benar mengenai seluruh rangkaian pelatihan yang diberi dan tidak hanya memberikan teori mengenai budidaya saja. Hal ini dimaksudkan agar petani lebih memahami benar bagaimana tahapan yang seharusnya dilaksanakan, mengingat teknologi yang diperkenalkan dalam program ini masih bersifat baru.

Untuk pelatihan mengenai implementasi teknologi budidaya dan pasca panen pisang barangan yang benar, maka BPTP mengadakan pertemuan sebanyak 5 kali dalam 1 tahun, dimana intensitas pertemuan sebanyak 5 kali tersebut meliputi pemahaman tentang teori pisang barangan hingga praktek langsung di lahan milik petani.

Untuk implementasi teknologi pengadaan benih bermutu pisang barangan, maka BPTP mengadakan pertemuan sebanyak 6 kali, dimana intensitas pertemuan sebanyak 6 kali tersebut telah meliputi teori tentang pengadaan benih bermutu pisang barangan, pemberian benih bermutu hingga dipraktekkan langsung di lahan milik petani dan pelatihan perbanyakan benih pisang barangan.

Pada pelatihan perbanyakan benih pisang barangan, dilakukan sosialisasi teknologi perbanyakan benih pisang barangan dari rumpun tanaman yaitu dari 2 metoda yang diuraikan dalam media diseminasi /brosur berjudul : Petunjuk Teknis Perbanyakan Benih Pisang Barangan Dari Rumpun Tanaman., sebagai berikut (Napitupulu, dkk., 2008) :


(60)

1. Mengambil bonggol dari tanaman sehat yang sudah pernah berbuah. Bentuk bit bonggol yang baik dijadikan untuk bibit adalah bentuk seperti tunas rebung yang sedikit mulai muncul.

2. Di sekitar tempat pengambil bonggol jangan ada tanaman yang sakit

3. Membongkar pohon pisang barangan yang telah dipanen buahnya dengan menggunakan tembilang dan cangkul

4. Akar, tanah dan anakan yang besar dibuang, ditinggalkan tunas kecil atau matanya saja, terutama mata bagian atas yang dinamakan “phisic eye”, karena dari mata tersebut akan diperoleh tanaman yang lebih kuat dan berkembang lebih cepat.

5. Bonggol atau sucker diambil /dicongkel dari pohon pisang barangan yang dibongkar dengan menggunakan pisau tajam. Bentuk bonggol yang diambil mirip bentuk kubus ukuran kira-kira 10 cm x 10 cm x 10 cm.

6. Untuk memperbanyak bibit, bit bonggol yang utuh dengan menggunakan pisau tajam dapat dibelah menjadi 4 bagian. Setiap belahan bit bonggol terdapat titik tumbuh (apical dominance) yang masih utuh/belum rusak. Belahan (bit) yang sehat warnanya putih bersih tidak ada noda-noda coklat atau hitam. Dari 1 pohon pisang barangan yang dibongkar dapat diperoleh kira-kira 10 tunas untuk bit bonggol, dan bila dibelah 4, maka diperoleh 40 bit atau 40 bibit bonggol.

7. Bibit bonggol yang dibelah dicuci dengan hati-hati, kemudian direndam dalam air yang telah dicampur dengan : Dithane M-45 + Anthracol + Metador + Tepung Belerang = 1


(61)

gram + 1 gram + 1 ml + 2 gram per liter air selama kira-kira 1-2 jam. Setelah perendaman dikeringanginkan di tempat yang teduh dan tidak lembab selama kira-kira 3 jam.

8. Sebelum bit bonggol ditanam ke lahan pertanaman, terlebih dahulu ditanam di polibag hitam ukuran 20 x 30 cm dengan campuran media tanam yaitu kompos : tanah = 1 : 1. Letak bit bonggol yang ditanam pada poli bag adalah agak miring ke atas dengan mata tunasnya kira-kira 1 cm dari permukaan tanah .

9. Pemeliharaan bit bonggol yang dilakukan dibawah naungan atap nipah yang dapat dimasuki sinar matahari pagi dan sore. Penyiraman dilakukan dengan memperhatikan kondisi media tanam dalam keadaan lembab/ tidak kering. Pemupukan dilakukan dengan penyiraman pupuk kandang sapi kering 1 kg dicampur dengan 4 – 5 liter air, diberikan setiap minggu.

10. Kemudian setelah bibit bit bonggol berdaun 2 atau lebih dan tumbuh baik (kira-kira 3 bulan di polibag) sudah dapat dipindahkan ke lahan pertanaman yang sudah disediakan sebelumnya. Bibit dengan ukuran yang seragam disatukan atau dipisahkan dari ukuran kecil.

11. Diusahakan pada penanaman bibit di lapangan adalah pada awal musim hujan, dan sebaiknya bibit yang ditanam ditopang dengan belahan bambu kecil (stick). Bibit bit bonggol dipindahkan dari polibag ke lahan pertanaman.


(1)

Pernyataan 15 dijawab A: Sangat puas

B: Puas


(2)

Lampiran 5. Jawaban Responden atas Pelaksanaan Program Prima Tani (Context)

No Nama Sampel Indikator kinerja Jumlah skor

1 2 3

1 Mambar Sembiring A C A 7

2 Jusup Ginting A C A 7

3 Kumpulen Ginting A A A 9

4 Ramli Sembiring A C A 7

5 Juah Sitepu A A A 9

6 Amos Sitepu A B A 8

7 Martalina Kembaren A A A 9

8 Eva Yuni A B A 8

9 Mariani Tarigan A A A 9

10 Setia Budi A B A 8

11 Maradona Sembiring A A A 9

12 Longge sitepu A A A 9

13 Siang Ginting A B A 8

14 Masdanau Barus A B A 8

15 Mbantu Sinuhaji A A A 9

16 Njamini br Tarigan A B A 8

17 Tokeh Tarigan A A A 9

18 Upah Tarigan A B A 8

19 Ganefo Munthe A A A 9

20 Mulianto Ginting A B A 8

21 Bengkel Tarigan A A A 9

22 Sada Ukur Barus A B A 8

23 Ramli Ginting A A A 9

24 Edika Tarigan A A A 9

25 Damaris Ginting A A A 9

26 Bernat Munte A B A 8

27 Sahnan Barus A A A 9

Total 227

Rataan 8.41

Keterangan :

Pertanyaan dijawab A (>1 kali dalam setahun direncanakan) Skor 3 Pertanyaan dijawab B (1 kali dalam setahun direncanakan) Skor 2 Pertanyaan dijawab C (Tidak pernah direncanakan) Skor 1


(3)

Lampiran 6. Jawaban Responden atas Pelaksanaan Program Prima Tani (Input)

No Nama Sampel Indikator kinerja Jumlah skor

4 5 6

1 Mambar Sembiring B A A 8

2 Jusup Ginting A B A 8

3 Kumpulen Ginting A A A 9

4 Ramli Sembiring A A A 9

5 Juah Sitepu A B C 6

6 Amos Sitepu B A A 8

7 Martalina Kembaren A A A 9

8 Eva Yuni A A A 9

9 Mariani Tarigan A A A 9

10 Setia Budi B A A 8

11 Maradona Sembiring B A A 8

12 Longge sitepu B A A 8

13 Siang Ginting A A A 9

14 Masdanau Barus B A A 8

15 Mbantu Sinuhaji A A A 9

16 Njamini br Tarigan B A A 8

17 Tokeh Tarigan B A A 8

18 Upah Tarigan B A A 8

19 Ganefo Munthe A A A 9

20 Mulianto Ginting A A A 9

21 Bengkel Tarigan A A A 9

22 Sada Ukur Barus B B B 6

23 Ramli Ginting B A A 8

24 Edika Tarigan A B C 6

25 Damaris Ginting B A A 8

26 Bernat Munte A A A 9

27 Sahnan Barus B B B 6

Total 219

Rataan 8.11

Keterangan :

Pertanyaan dijawab A (3 kali dalam setahun) Skor 3 Pertanyaan dijawab B (1 kali dalam setahun) Skor 2 Pertanyaan dijawab C (Tidak pernah) Skor 1


(4)

Lampiran 7. Jawaban Responden atas Pelaksanaan Program Prima Tani (Process)

No Nama sampel Indikator kinerja Jumlah skor

7 8 9 10 11

1 Mambar Sembiring

B B B C B 9

2 Jusup Ginting C B C C B 7

3 Kumpulen Ginting A A C A A 13

4 Ramli Sembiring B B C C B 8

5 Juah Sitepu B A C B B 10

6 Amos Sitepu B B B B B 10

7 Martalina Kembaren B B C B B 9

8 Eva Yuni B B C B B 9

9 Mariani Tarigan B A C B B 10

10 Setia Budi B B C B C 8

11 Maradona Sembiring B A B B B 11

12 Longge sitepu B B C B B 9

13 Siang Ginting B B C B B 9

14 Masdanau Barus A A A A A 15

15 Mbantu Sinuhaji B B C B A 10

16 Njamini br Tarigan B B C B A 10

17 Tokeh Tarigan B B B B B 10

18 Upah Tarigan B B A B B 11

19 Ganefo Munthe B B B B A 11

20 Mulianto Ginting B B B B B 10

21 Bengkel Tarigan B B B B B 10

22 Sada Ukur Barus B B B B A 11

23 Ramli Ginting B B C B B 9

24 Edika Tarigan B A C B B 10

25 Damaris Ginting B A C B A 11

26 Bernat Munte B B B B A 11

27 Sahnan Barus B B B B B 10

Total 271

Rataan 10.03

Keterangan :

Pertanyaan dijawab A (> 5 kali dalam setahun) Skor 3 Pertanyaan dijawab B (≤ 3 kali dalam setahun) Skor 2 Pertanyaan dijawab C (Tidak pernah) Skor 1


(5)

Lampiran 8. Jawaban Responden atas Pelaksanaan Program Prima Tani (Product)

No Nama sampel Indikator kinerja Jumlah skor

12 13 14 15

1 Mambar Sembiring

A A B B 10

2 Jusup Ginting A B A A 11

3 Kumpulen Ginting B A B B 9

4 Ramli Sembiring B B B B 8

5 Juah Sitepu A A A A 12

6 Amos Sitepu B B B C 7

7 Martalina Kembaren B B B B 8

8 Eva Yuni B B B A 9

9 Mariani Tarigan B B B B 8

10 Setia Budi A A B A 11

11 Maradona Sembiring B B B C 7

12 Longge sitepu B B B A 9

13 Siang Ginting B B B B 8

14 Masdanau Barus B B B B 8

15 Mbantu Sinuhaji B B B B 8

16 Njamini br Tarigan B B B B 8

17 Tokeh Tarigan A B B A 10

18 Upah Tarigan A A B B 10

19 Ganefo Munthe A B B B 9

20 Mulianto Ginting B A B B 9

21 Bengkel Tarigan B B B C 7

22 Sada Ukur Barus A B B B 9

23 Ramli Ginting A B B B 9

24 Edika Tarigan A A B B 10

25 Damaris Ginting A A B A 11

26 Bernat Munte B B B B 8

27 Sahnan Barus B B B A 9

Total 2,42

Rataan 8,96

Keterangan :

Pernyataan 12 dijawab A : Ada

B : Kadang-kadang

C : Tidak ada


(6)

C : Tidak berubah Pernyataan 14 dijawab A : Sangat mampu

B : Mampu

C : Tidak mampu

Pernyataan 15 dijawab A: Sangat puas

B: Puas

C: Tidak Puas

Pertanyaan dijawab A Skor 3 Pertanyaan dijawab B Skor 2 Pertanyaan dijawab C Skor 1