Analisis Tataniaga Pisang Barangan Tujuan Pasar Domestik Kecamatan STM Hilir Kabupaten Deli Serdang

(1)

ANALISIS TATANIAGA PISANG BARANGAN

TUJUAN PASAR DOMESTIK

(Kasus: Hasil Produksi Kecamatan STM Hilir Kabupaten Deli Serdang)

SKRIPSI

OLEH:

LIA ANGGREINI NASUTION 100304073

AGRIBISNIS

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

ANALISIS TATANIAGA PISANG BARANGAN

TUJUAN PASAR DOMESTIK

(Kasus: Hasil Produksi Kecamatan STM Hilir Kabupaten Deli Serdang)

SKRIPSI

OLEH:

LIA ANGGREINI NASUTION 100304073

AGRIBISNIS

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Memperoleh Gelar Sarjana di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian,

Universitas Sumatera Utara, Medan

DisetujuiOleh: Komisi Pembimbing

Ketua Anggota

Ir. Thomson Sebayang, MT HM. Mozart B Darus, M.Sc NIP. 195711151986011001 NIP. 196210051987031005

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

ABSTRAK

LIA ANGGREINI NASUTION (100304073) dengan judul skripsi Analisis Tataniaga Pisang Barangan Tujuan Pasar Domestik Kecamatan STM Hilir Kabupaten Deli Serdang. Penulisan skripsi ini dibimbing oleh Bapak Ir. Thomson Sebayang, MT dan Bapak HM. Mozart B Darus, M.Sc.

Pemasaran memegang peranan penting dalam suatu sistem agribisnis dengan membentuk mata rantai ditribusi produk yang menghubungkan petani dengan konsumen akhir. Sistem pemasaran akan mempengaruhi pembelian produk oleh konsumen dan efisiensi tataniaga secara keseluruhan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi saluran, lembaga, fungsi tataniaga; menganalisis price spread dan share margin setiap lembaga; menganalisis efisiensi tataniaga pisang barangan. Daerah penelitian ditentukan secara

purposive sampling dengan pertimbangan Kabupaten Deli Serdang merupakan sentra pisang barangan dan Kecamatan STM Hilir merupakan penghasil pisang terbanyak di Kabupaten Deli Serdang. Penentuan sampel petani dilakukan dengan cara accidental sampling, sedangkan penentuan sampel lembaga tataniaga (pedagang pengumpul daerah, agen luar daerah, dan pedagang pengecer luar daerah) menggunakan snow ball sampling.

Hasil penelitian menyimpulkan: (1) Terdapat tiga saluran tataniaga pisang barangan tujuan pasar domestik di daerah penelitian, yaitu I. Petani – Pedagang Pengumpul Daerah – Konsumen, II. Petani – Pedagang Pengumpul Daerah – Pedagang Pengecer Luar Daerah- Konsumen, III. Petani –Pedagang Pengumpul Daerah – Agen Luar Daerah - Pedagang Pengecer Luar Daerah – Konsumen; (2) Fungsi tataniaga yang dilakukan oleh setiap lembaga tataniaga, antara lain pembelian, penjualan, transportasi, penyimpanan, standarisasi, pengemasan, penanggungan resiko, dan informasi pasar. Lembaga tataniaga yang paling banyak melakukan fungsi tataniaga adalah Pedagang Pengecer Luar Daerah;

(3) Hasil analisis pada masing-masing lembaga tataniaga pisang barangan menunjukkan bahwa share margin petani terbesar tedapat pada saluran I (petani – pedagang pengumpul daerah – konsumen) dengan nilai 63,02% (Rp8.660.256,-) per 1.000 sisir. Pedagang pengumpul daerah memperoleh keuntungan sebesar (Rp4.608.777,-) per 1.000 sisir, agen luar daerah pada saluran III memperoleh keuntungan sebesar Rp467.992,- per 1.000 sisir dan keuntungan terbesar pedagang pengecer luar daerah pada saluran II (Rp2.613.649,-) per 1.000 sisir. (4) Tataniaga pisang barangan di daerah penelitian sudah efisien yang dicirikan dengan nilai efisiensi lebih besar dari 1.


(4)

RIWAYAT HIDUP

LIA ANGGREINI NASUTION dilahirkan di Medan pada tanggal 21 Mei 1992 dari Ayahanda MOHD. Alinafiah Nasution, BA dan Ibunda Dra. Azizah Lubis, MM. Penulis merupakan anak kedua dari empat bersaudara.

Jenjang Pendidikan

1. Tahun Tahun 1998 lulus dari TK Dharma Wanita di Medan. 2. Tahun 2004 lulus dari Sekolah Dasar Dharma Wanita di Medan.

3. Tahun 2007 lulus dari Sekolah Menengah Pertama Dharma Pancasila di Medan.

4. Tahun 2010 lulus dari Sekolah Menengah Atas Negeri 4 di Medan.

5. Tahun 2010 diterima di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara melalui jalur Mandiri.

6. Pada bulan Juni 2013 melakukan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Desa Sei Rejo, Kecamatan Sei Rampah, Kabupaten Serdang Bedagai.

7. Pada bulan Juni-Agustus 2014 melakukan penelitian di Kecamatan STM Hilir Kabupaten Deli Serdang.

Pengalaman Organisasi

1. Tahun 2004-2005 menjadi pengurus Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) SMP Dharma Pancasila Medan sebagai ketua bidang keagamaan. 2. Tahun 2005-2006 menjadi pengurus Organisasi Siswa Intra Sekolah

(OSIS) SMP Dharma Pancasila Medan sebagai sekretaris.


(5)

4. Tahun 2008-2009 menjadi pengurus Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) SMA Negeri 4 Medan sebagai wakil sekretaris.

5. Tahun 2008-2009 menjadi pengurus Bina Mental Islam (BINTALIS) SMA Negeri 4 Medan sebagai ketua keputrian.

6. Tahun 2010-2011 menjadi pengurus BKM Al-Mukhlisin Fakultas Pertanian USU sebagai bendahara departemen dana dan usaha.

7. Tahun 2010-2011 menjadi anggota Ikatan Mahasiswa Sosial Ekonomi Petanian (IMASEP).

8. Tahun 2011-2012 menjadi pengurus Forum Silaturrahim Mahasiswa Muslim Sosial Ekonomi Petanian (FSMM-SEP) sebagai ketua divisi mading dan informasi.

9. Tahun 2011-2012 menjadi pengurus BKM Al-Mukhlisin Fakultas Pertanian USU sebagai sekretaris departemen dana dan usaha.

10.Tahun 2012-2013 menjadi pengurus BKM Al-Mukhlisin Fakultas Pertanian USU sebagai bendahara umum.

Pengalaman Kerja

1. Tahun 2011-2012 sebagai Tutor Private di LCC Pintu 1 USU.

2. Tahun 2012-sekarang sebagai Tutor Private di BBC Learning Center Sei Serayu Medan.


(6)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi Robbil’alamin. Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah S.W.T yang telah memberikan rahmat, hidayah, dan karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “ANALISIS TATANIAGA PISANG BARANGAN TUJUAN PASAR DOMESTIK KECAMATAN STM HILIR KABUPATEN DELI SERDANG”.

Dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua yang telah memberikan doa, motivasi dan dukungan baik moril maupun materil sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Terima kasih yang sebesar-besarnya serta penghargaan secara khusus kepada Bapak Ir. Thomson Sebayang, MT selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Bapak HM. Mozart B Darus, M.Sc selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah banyak membimbing dengan penuh kesabaran, memberikan masukan dan arahan, segala ilmu, waktu, dan motivasinya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan benar.

Pada kesempatan ini juga penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Dr. Ir. Salmiah, M.S selaku Ketua Program Studi Agribisnis dan Bapak Dr. Ir. Satia Negara Lubis, MEc, selaku Sekretaris Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

2. Seluruh staff pengajar di Program Studi Agribisnis yang telah memberikan ilmu kepada penulis selama penulis masih di perkuliahan.

3. Seluruh staff pegawai di Program Studi Agribisnis yang telah membantu seluruh proses administrasi.


(7)

4. Seluruh instansi dan responden yang terkait dengan penelitian ini dan turut membantu penulis dalam memperoleh data yang diperlukan.

5. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada abang tersayang Muhammad Fachrurozi Nst, SE, dan adik tersayang Kiky Ayu C. Nst dan Putri Ayudia Nst yang telah banyak memberikan motivasi dan dukungan berupa doa dan semangat.

6. Untuk sahabat TiLaTali : Afhtri Sutrati Ulya, Fattya Rahmah, dan Siti Nurkhaliza, keluarga BINTALIS: Andy, Arifin, Dea, Diaz, Rachmad, Ririen, Yayang, Yenny, Zahid dan seseorang yang namanya kusebut dengan “Uyuz” terima kasih yang sebesar-besarnya karena telah menemani, membantu semasa perkuliahan dan membantu menyelesaikan skripsi ini serta memberikan arti pentingnya persahabatan.

7. Ucapan terima kasih juga penulis ucapkan kepada teman-teman Agribisnis 2010, yang telah membersamai penulis dari awal perkuliahan hingga kini, adik-adik Agribisnis 2011, 2012, dan 2013 yang telah memberikan dukungan selama ini. Serta teman-teman organisasi terkhusus BKM Al Mukhlisisn FP USU yang tidak dapat saya sebutkan satu-persatu yang telah membantu penulis dalam menemukan arti pentingnya hidup bersama.

Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, November 2014


(8)

DAFTAR ISI

ABSTRAK i

RIWAYAT HIDUP ii

KATA PENGANTAR iii

DAFTAR ISI v

DAFTAR TABEL vii

DAFTAR GAMBAR ix

DAFTAR LAMPIRAN x

BAB I. PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Identifikasi Masalah 3

1.3 Tujuan Penelitian 4

1.4. Kegunaan Penelitian 5

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 6

2.1 Budidaya Pisang 6

2.2 Penelitian Terdahulu 7

2.3 Landasan Teori 8

2.2.1 Pemasaran dan Tataniaga 8

2.2.2 Saluran dan Lembaga Tataniaga………... 10

2.2.3 Fungsi-Fungsi Tataniaga... .. 13

2.2.4 Efisiensi Tataniaga... 15

2.4 Kerangka Pemikiran 18

2.5 Hipotesis Penelitian 19

BAB III. METODE PENELITIAN 20

3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian 20

3.2 Metode Pemilihan Sampel 21

3.3 Metode Pengumpulan Data 22

3.4 Metode Analisis Data 23

3.5 Definisi dan Batasan Operasional 25

3.5.1 Definisi 26

3.5.2 Batasan Operasional 27

BAB IV. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK SAMPEL ... 28

4.1 Deskripsi Daerah Penelitian 28

4.2 Keadaan Penduduk 28


(9)

BAB V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 35

5.1 Saluran Tataniaga 35

5.2 Fungsi Tataniaga LembagaTataniaga 39

5.3 Share Margin Lembaga Tataniaga 42

5.4 Efisiensi Tataniaga 51

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN 54

6.1 Kesimpulan 54

6.2 Saran 55

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(10)

DAFTAR TABEL

Tabel Judul Hal 1. Harga Buah Pisang Barangan di Tingkat Produsen (Deli

Serdang) dan Konsumen (Medan) (Rp/sisir) Tahun 2010-2012 3

2. Produksi Pisang Barangan Menurut Kecamatan di Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009-2012

20

3. Penduduk Menurut Desa/Kelurahan dan Jenis Kelamin di Kecamatan STM Hilir Tahun 2012

29

4. Distribusi Penduduk Menurut Kelompok Umur di Kecamatan STM Hilir Tahun 2012

29

5. Komposisi Penduduk Menurut Agama di Kecamatan STM Hilir Tahun 2012

30

6. Distribusi Penduduk Menurut Jenis Pekerjaan di Kecamatan STM Hilir Tahun 2012

30

7. Karakteristik Petani Sampel di Daerah Penelitian 31 8. Karakteristik Pedagang Pengumpul Daerah 32

9. Karakteristik Agen Luar Daerah 33

10. Karakteristik Pedagang Pengecer Luar Daerah 34 11. Fungsi-Fungsi Tataniaga yang Dilakukan Setiap Lembaga

Tataniaga

40

12. Rata-Rata Price Spread dan Share Margin Tataniaga Pisang Barangan Pada Saluran I

43

13. Rata-Rata Price Spread dan Share Margin Tataniaga Pisang Barangan Pada Saluran II

44

14. Rata-Rata Price Spread dan Share Margin Tataniaga Pisang Barangan Pada Saluran III

45

15. Rekapitulasi Share Margin dan Margin Keuntungan Setiap Lembaga Tataniaga pada Setiap Saluran Tataniaga


(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Hal

1. Skema Kerangka Pemikiran 19

2. Skema Saluran Tataniaga di Daerah Penelitian 36 3. Skema Saluran I Tataniaga Pisang Barangan 37 4. Skema Saluran II Tataniaga Pisang Barangan 37 5. Skema Saluran III Tataniaga Pisang Barangan 38


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Judul 1. Karakteristik Petani Sampel di Daerah Penelitian

2. Volume Penjualan dan Penerimaan Petani Sampel di Daerah Penelitian

3. Karakteristik Pedagang Pengumpul Daerah 4. Karakteristik Agen Luar Daerah

5. Karakteristik Pedagang Pengecer Luar Daerah

6. Analisis Biaya Pemasaran Pedagang Pengumpul Daerah 7. Analisis Biaya Pemasaran Agen Luar Daerah


(13)

ABSTRAK

LIA ANGGREINI NASUTION (100304073) dengan judul skripsi Analisis Tataniaga Pisang Barangan Tujuan Pasar Domestik Kecamatan STM Hilir Kabupaten Deli Serdang. Penulisan skripsi ini dibimbing oleh Bapak Ir. Thomson Sebayang, MT dan Bapak HM. Mozart B Darus, M.Sc.

Pemasaran memegang peranan penting dalam suatu sistem agribisnis dengan membentuk mata rantai ditribusi produk yang menghubungkan petani dengan konsumen akhir. Sistem pemasaran akan mempengaruhi pembelian produk oleh konsumen dan efisiensi tataniaga secara keseluruhan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi saluran, lembaga, fungsi tataniaga; menganalisis price spread dan share margin setiap lembaga; menganalisis efisiensi tataniaga pisang barangan. Daerah penelitian ditentukan secara

purposive sampling dengan pertimbangan Kabupaten Deli Serdang merupakan sentra pisang barangan dan Kecamatan STM Hilir merupakan penghasil pisang terbanyak di Kabupaten Deli Serdang. Penentuan sampel petani dilakukan dengan cara accidental sampling, sedangkan penentuan sampel lembaga tataniaga (pedagang pengumpul daerah, agen luar daerah, dan pedagang pengecer luar daerah) menggunakan snow ball sampling.

Hasil penelitian menyimpulkan: (1) Terdapat tiga saluran tataniaga pisang barangan tujuan pasar domestik di daerah penelitian, yaitu I. Petani – Pedagang Pengumpul Daerah – Konsumen, II. Petani – Pedagang Pengumpul Daerah – Pedagang Pengecer Luar Daerah- Konsumen, III. Petani –Pedagang Pengumpul Daerah – Agen Luar Daerah - Pedagang Pengecer Luar Daerah – Konsumen; (2) Fungsi tataniaga yang dilakukan oleh setiap lembaga tataniaga, antara lain pembelian, penjualan, transportasi, penyimpanan, standarisasi, pengemasan, penanggungan resiko, dan informasi pasar. Lembaga tataniaga yang paling banyak melakukan fungsi tataniaga adalah Pedagang Pengecer Luar Daerah;

(3) Hasil analisis pada masing-masing lembaga tataniaga pisang barangan menunjukkan bahwa share margin petani terbesar tedapat pada saluran I (petani – pedagang pengumpul daerah – konsumen) dengan nilai 63,02% (Rp8.660.256,-) per 1.000 sisir. Pedagang pengumpul daerah memperoleh keuntungan sebesar (Rp4.608.777,-) per 1.000 sisir, agen luar daerah pada saluran III memperoleh keuntungan sebesar Rp467.992,- per 1.000 sisir dan keuntungan terbesar pedagang pengecer luar daerah pada saluran II (Rp2.613.649,-) per 1.000 sisir. (4) Tataniaga pisang barangan di daerah penelitian sudah efisien yang dicirikan dengan nilai efisiensi lebih besar dari 1.


(14)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Pisang Barangan (Musa Paradisiaca sapientum L) merupakan salah satu komoditas buah unggulan nasional. Pisang sebagai salah satu di antara tanaman buah-buahan memang merupakan tanaman asli Indonesia. Hampir di setiap wilayah banyak dijumpai tanaman ini. Jika tanaman pisang barangan dibudidayakan secara komersial keuntungannya tidak kalah dengan komoditi lain (Supriyadi dan Satuhu, 2008).

Budidaya pisang yang baik akan meningkatkan produksi pisang itu sendiri. Sehingga permintaan pasar akan buah pisang akan terpenuhi dengan suplai pisang yang memadai. Seperti halnya di Sumatera Utara yang memiliki produksi pisang yang cukup stabil. Pada tahun 2012 produksi pisang sebesar 363.061 ton dengan jumlah tanaman yang menghasilkan sebesar 4.044.320 rumpun. Produksi pisang menurun sebesar 15,49% dibanding tahun 2011 sebesar 429.628 ton. Selama 6 (enam) tahun terakhir produksinya menunjukkan kenaikan dengan rata-rata pertahun sebesar 11,36% (BPSSU, 2013).


(15)

Mengingat produksi buah pisang yang stabil maka pemasaran buah pisang sangatlah penting, karena akan meningkatkan harga jual pisang tersebut. Menurut Soekartawi (1991), apabila aspek pemasaran berjalan dengan baik, maka semua pihak yang terlibat akan menguntungkan. Oleh karena itu, peranan lembaga tataniaga yang terdiri dari produsen, tengkulak, pedagang pengumpul, eksportir, dan importir menjadi amat penting.

Dalam hal pemasaran buah pisang khususnya pisang barangan, perdagangan di dalam negeri (domestik) menjadi alternatif yang sangat menjanjikan. Seperti halnya Kecamatan STM Hilir yang merupakan salah satu daerah di Kabupaten Deli Serdang yang mendistribusikan buah unggulan yaitu buah pisang barangan dalam bentuk segar tanpa olahan ke pasar domestik.

Adanya keterlibatan lembaga tataniaga dalam pemasaran buah pisang barangan akan mempengaruhi besarnya biaya tataniaga. Besarnya biaya tataniaga akan mengarah pada semakin besarnya perbedaan harga antara petani/produsen dengan konsumen. Hubungan antara harga yang diterima petani/produsen dengan harga yang dibayar konsumen sangat bergantung pada struktur pasar. Apabila semakin besar marjin pemasaran ini akan menyebabkan harga yang diterima petani/produsen menjadi semakin kecil dan semakin mengindikasikan sebagai sistem pemasaran yang tidak efisien.

Seperti halnya di Kota Medan, harga buah pisang barangan yang dipasarkan cukup bervariasi. Berikut tabel perbandingan harga buah pisang barangan antara produsen dan konsumen.


(16)

Tabel 1. Harga Buah Pisang Barangan di Tingkat Produsen (Deli Serdang) dan Konsumen (Medan) (Rp/sisir) Tahun 2010-2012

Tahun Harga Produsen (Rp/Sisir) Deli Serdang

Harga Konsumen (Rp/Sisir)

Medan

Selisih Harga (Rp/Sisir)

2010 4.166 10.753 6.587

2011 5.407 9.325 3.918

2012 5.889 12.573 6.684

Sumber: Badan Pusat Statistik Sumatera Utara (2012)

Berdasarkan Tabel 1 di atas dapat dilihat selisih harga buah pisang barangan antara tingkat produsen dan konsumen yang cukup bervariasi setiap tahun. Pada tahun 2010 selisih harga di tingkat produsen dan konsumen berkisar Rp6.587,-/sisir. Tahun 2011, selisih harga sebesar Rp3.918,-/sisir. Sedangkan untuk tahun 2012, dengan harga produsen sebesar Rp5.889,-/sisir dan harga konsumen Rp12.573,-/sisir terjadi selisih harga sebesar Rp6.684,-/sisir.

Melihat besarnya selisih harga atau disparitas harga buah pisang barangan di tingkat petani/produsen hingga ke konsumen, hal ini tentu memberikan indikasi bahwa sistem pemasaran buah pisang barangan tidak berlangsung secara efisien.

Dari permasalahan yang dijabarkan, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut khususnya dalam meneliti tataniaga pisang barangan tujuan pasar domestik.

1.2Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka dapat dirumuskan beberapa masalah penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana saluran tataniaga pisang barangan tujuan pasar domestik di daerah penelitian?


(17)

2. Fungsi-fungsi tataniaga apa saja yang dilakukan oleh masing-masing lembaga yang terlibat dalam tataniaga pisang barangan tujuan pasar domestik di daerah penelitian?

3. Bagaimana price spread dan share margin masing-masing lembaga tataniaga pisang barangan tujuan pasar domestik di daerah penelitian? 4. Bagaimana tingkat efisiensi tataniaga pisang barangan tujuan pasar

domestik di daerah penelitian?

1.3Tujuan Penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah, maka tujuan penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Untuk mengidentifikasi saluran tataniaga pisang barangan tujuan pasar domestik di daerah penelitian.

2. Untuk mengidentifikasi fungsi-fungsi tataniaga apa saja yang dilakukan oleh masing-masing lembaga yang terlibat dalam tataniaga pisang barangan tujuan pasar domestik di daerah penelitian.

3. Untuk menganalisis price spread dan share margin masing-masing lembaga tataniaga pisang barangan tujuan pasar domestik di daerah penelitian.

4. Untuk menganalisis tingkat efisiensi tataniaga pisang barangan tujuan pasar domestik di daerah penelitian.


(18)

1.4Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Sebagai bahan masukan bagi petani dalam hal pemasaran buah pisang barangan.

2. Sebagai pertimbangan bagi para pelaku pengambil keputusan dan kebijakan dalam rangka peningkatan upaya pemasaran pisang barangan. 3. Sebagai bahan informasi bagi peneliti dalam mengembangkan wawasan


(19)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Budidaya Pisang

Pisang adalah tanaman buah berupa herba yang berasal dari kawasan di Asia Tenggara (termasuk Indonesia). Tanaman ini kemudian menyebar ke Afrika (Madagaskar), Amerika Selatan dan Tengah. Di Jawa Barat, pisang disebut dengan Cau, di Jawa Tengah dan Jawa Timur dinamakan gedang.

Pisang dapat tumbuh di daerah tropis baik di dataran rendah maupun dataran tinggi dengan ketinggian tidak lebih dari 1.600 m di atas permukaan laut (dpl). Suhu optimum untuk pertumbuhan adalah 270 C, dan suhu maksimumnya 380C, dengan keasaman tanah (pH) 4,5-7,5. Curah hujan 2000-2500 mm/tahun atau paling tidak 100 mm/bulan (BPTP, 2008).

Berdasarkan manfaatnya, pisang dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu pisang serat, pisang hias dan pisang buah. Pisang serat (Musa Textilis), bagian yang dimanfaatkan bukan buahnya, tetapi serat batangnya yang digunakan untuk pembuatan tekstil. Contoh pisang serat adalah Pisang Abaka. Pisang hias umumnya ditanam sebagai tanaman hias yang dapat mempercantik tanaman. Contoh pisang hias adalah pisang kipas dan pisang-pisangan. Pisang buah (Musa paradisiaca) di tanam dengan tujuan untuk dimanfaatkan buahnya.

Supriyadi dan Satuhu (2008), menjelaskan bahwa buah pisang mengandung banyak mineral seperti kalium, magnesium, fosfor dan kalsium, vitamin B, vitamin B6, vitamin C, serta mengandung serotonin yang aktif sebagai neutransmitter untuk kelancaran fungsi otak. Bila dibandingkan dengan buah apel,


(20)

nilai energi buah pisang bernilai lebih tinggi, yaitu 136 kalori per 100 g, sedangkan buah apel hanya 54 kalori per 100 g.

Buah pisang yang akan dipanen disesuaikan dengan tujuannya. Untuk tujuan konsumsi lokal atau keluarga, panen dilakukan setelah buah tua atau bahkan sudah ada yang masak di pohon. Sedangkan untuk ekspor atau ke pasar domestik, pisang dipanen tidak terlalu tua (derajat ketuaan 75-85%), tetapi sudah masak fisiologis (kadar patinya sudah masksimum). Pada keadaan ini kualitas buah cukup baik dan mempunyai daya simpan cukup lama (BPTP, 2008).

Peluang pasar buah pisang masih cukup besar untuk pasar dalam negeri dan pasar luar negeri. Potensi pasar dalam negeri untuk pisang akan meningkat terus pada masa mendatang. Pisang (Musa paradisiaca. L) jika diusahakan secara agribisnis dapat menunjang perekonomian masyarakat, karena secara prospek pasar cukup menjamin, baik pasar lokal maupun pasar dunia. Cuma perlu ada upaya penanganan pasca panen untuk mendapatkan pisang yang berkualitas dan pasca panen untuk menjamin mutu sampai ke konsumen (Deptan, 2012).

2.2 Penelitian Terdahulu

Berdasarkan penelitian terdahulu oleh Nellya (2000), mengenai Analisis Efisiensi Pemasaran Buah Khas Sumatera Utara di wilayah DKI Jakarta (Komoditi Pisang Barangan dan Jeruk Medan) dapat disimpulkan bahwa terdapat dua pola saluran pemasaran pada pemasaran pisang barangan di DKI Jakarta. Pemasaran pisang barangan belum begitu baik dari segi lokasi maupun segmen pasarnya. Dalam hal fungsi pemasaran, yang dilakukan adalah fungsi jual beli, menanggung resiko, sortasi, dan grading. Struktur pasar yang terbentuk pada


(21)

pemasaran pisang barangan adalah struktur pasar yang tidak bersaing (oligopolistik).

Dalam penelitian Maharani (2008), mengenai Analisis Cabang Usahatani dan Sistem Tataniaga Pisang Tanduk (Studi Kasus: Desa Nanggerang, Kecamatan Cicurug, Kabupaten Sukabumi, Propinsi Jawa Barat) dapat disimpulkan bahwa terdapat dua jalur tataniaga yaitu (1) petani – pedagang pengumpul – pedagang besar – pedagang pengecer – konsumen, dan (2) petani – pedagang pengecer – konsumen. Lembaga-lembaga tataniaga yang terlibat melakukan berbagai fungsi tataniaga yang terdiri dari fungsi pertukaran.

Penelitian oleh Utami (2009), berjudul Analisis Cabang Usahatani dan Tataniaga Pisang Raja Bulu di Desa Telaga, Kecamatan Cugerang, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat dapat disimpulkan bahwa di daerah penelitian terdapat enam pola saluran tataniaga. Fungsi-fungsi yang dilakukan oleh setiap lembaga adalah pertukaran (pembelian dan penjualan), fisik (penyimpanan, pengolahan, pengangkutan), dan pelancar (sortasi dan grading). Tataniaga pisang raja bulu termasuk efisien.

2.3 Landasan Teori

2.3.1 Pemasaran dan Tataniaga

Kotler (1993), pemasaran merupakan suatu proses sosial dengan individu dan kelompok dengan kebutuhan dan keinginan dalam menciptakan, penawaran, dan perubahan nilai barang dan jasa secara bebas dengan lainnya. Di dalam sistem pemasaran terdapat komponen-komponen yang saling mempengaruhi satu sama lain. Ada beberapa hal penting yang mempengaruhi pemasaran, antara lain:


(22)

1. Organisasi pemasaran

2. Produk atau jasa yang dipasarkan 3. Pasar

4. Saluran distribusi (Channel Distribution)

5. Lingkungan, yang terdiri dari faktor sosial budaya, produk, teknologi, dan keadaan perekonomian.

Kotler (1997), pemasaran yang merupakan proses manajerial dan sosial dengan seseorang atau kelompok memperoleh apa mereka butuhkan dan inginkan melalui penciptaan dan pertukaran produk serta nilai. Hal ini didasarkan pada konsep-konsep inti-inti berikut: kebutuhan, keinginan, permintaan pada produk, pertukaran, dan hubungan (pasar, pemasar, dan pemasaran).

Daniel (2002), menyatakan pemasaran merupakan hal-hal yang sangat penting setelah selesainya produksi pertanian. Kondisi pemasaran menimbulkan suatu siklus atau lingkaran pasar suatu komoditas. Bila pemasarannya tidak lancar dan tidak memberikan harga yang layak bagi petani maka kondisi ini akan mempengaruhi motivasi petani akibatnya penawaran berkurang. Kurangnya penawaran akan menaikkan harga. Setelah harga naik, motivasi petani akan bangkit lagi. Hasilnya penawaran meningkat, menyebabkan harga akan jatuh kembali (cateris paribus).

Pada dasarnya tataniaga adalah penciptaan nilai tambah dari suatu produk yang mengalir dari produsen ke konsumen akhir. Kegiatan ini bersifat dinamis karena menyangkut semua persiapan, perencanaan, dan penelitian dari segala sesuatu yang bersangkut paut dengan perpindahan, peralihan milik atas suatu barang atau jasa (Mubyarto, 1989).


(23)

2.3.2 Saluran dan Lembaga Tataniaga

Kotler (2001), mengatakan bahwa saluran tataniaga terdiri dari serangkaian lembaga tataniaga atau perantara yang akan memperlancar kegiatan tataniaga dari tingkat produsen sampai ke tingkat konsumen. Lembaga-lembaga pemasaran yang terlibat dalam proses pemasaran terdiri dari tengkulak, pedagang pengumpul, pedagang besar, agen penjualan, dan pengecer. Soekartawi (1991), menjelaskan bahwa peranan lembaga tataniaga yang terdiri dari produsen, tengkulak, pedagang pengumpul, eksportir, importir menjadi sangat penting. Lembaga tataniaga ini khususnya bagi negara berkembang yang dicirikan dengan lemahnya pemasaran hasil pertanian akan menentukan mekanisme pasar.

Angipora (1999), salah satu faktor yang tidak boleh diabaikan dalam usahatani adalah memilih secara tepat saluran tataniaga (channel of marketing)

yang akan digunakan dalam rangka penyaluran barang/jasa dari produsen ke konsumen. Fungsi dan peranan saluran tataniaga sebagai salah satu kegiatan pemasaran dalam menyalurkan barang dan jasa merupakan kegiatan yang sangat penting. Kegiatan pemasaran yang berkaitan dengan produk, penetapan harga dan promosi, yang dilakukan belum dapat dikatakan sebagai usaha terpadu kalau tidak dilengkapi dengan kegiatan distribusi. Produk akan bermanfaat dan menjadikan pembeli setia pada produk tersebut jika setiap produk yang dibutuhkan, pembeli dapat memperolehnya dengan mudah. Oleh karena itu, diperlukan saluran tataniaga untuk menyalurkan produk ke tempat yang dapat dijangkau oleh konsumen.

Angipora (1999), ada beberapa bentuk saluran tataniaga yang ada dan digunakan yaitu:


(24)

1. Produsen - Konsumen

Saluran ini adalah bentuk saluran yang paling pendek dan sederhana karena tanpa perantara. Produsen dapat menawarkan barang dan atau jasa kepada konsumen langsung. Saluran ini disebut sebagai saluran tataniaga langung. Bentuk saluran ini tidak memerlukan tambahan biaya yang akan dipergunakan untuk biaya pengangkutan atau perantara. Bentuk penjualan ini sangat disengangi oleh konsumen, karena harga biasanya lebih murah. 2. Produsen – Pengecer - Konsumen

Dalam saluran ini, produsen menginginkan suatu lembaga lain, maksudnya dalam hal ini adalah pengecer yang menyampaikan produknya ke konsumen, dimana pengecer langsung membeli produk tanpa melalui pedagang besar dan menjualnya kepada konsumen.

3. Produsen - Pedagang Besar - Konsumen

Jenis saluran ini dilaksanakan oleh produsen yang tidak ingin menjual secara langsung tetap menginginkan suatu lembaga guna menyalurkan produknya, sehingga dalam hal ini produsen menjual kepada pedagang besar saja, kemudian pedagang besarlah yang menjual kembali kepada pengecer hingga akhirnya sampai di tangan konsumen.

4. Produsen – Agen - Pedagang Besar – Pengecer - Konsumen

Jenis saluran ini yang sering dipakai para produsen dengan melibatkan agen didalamnya. Disini agen fungsinya adalah sebagai penyalur yang kemudian mengatur sistem penjualannya kepada saluran pedagang besar selanjutnya sistem penjualan pedagang besar kepada pengecer dan


(25)

kemudian sampai ketangan konsumen. Saluran tataniaga ini sering dipergunakan untuk produk yang tahan lama.

5. Produsen – Agen – Pengecer - Konsumen

Dalam saluran ini produsen memilih agen yang akan dipertemukan produsen untuk menjalankan kegiatan penjualan kepada pengecer dan selanjutnya pengecer menjual kepada konsumen.

Stanton (1993) dalam Sudiyono (2004), menjelaskan bahwa lembaga tataniaga adalah badan atau usaha atau individu yang menyelenggarakan tataniaga, menyalurkan jasa dan komoditi dari produsen kepada konsumen akhir, serta mempunyai hubungan dengan badan usaha atau individu lainnya. Tugas lembaga pemasaran adalah menjalankan fungsi-fungsi pemasaran serta memenuhi keinginanan konsumen semaksimal mungkin. Lembaga-lembaga pemasaran yang terlibat dalam proses pemasaran dapat diidentifikasikan sebagai berikut:

1. Tengkulak, lembaga pemasaran yang secara langsung berhubungan dengan petani.

2. Pedagang pengumpul, lembaga yang membeli komoditi dari tengkulak. 3. Pedagang besar, lembaga yang melakukan proses konsentrasi

(pengumpulan) komoditi dari pedagang-pedagang pengumpul, melakukan distribusi ke agen penjualan atau pengecer.

4. Agen penjualan, lembaga yang membeli komoditi yang dimiliki pedagang dalam jumlah banyak dengan harga yang relatif murah dibanding pengecer.


(26)

Hanafiah dan Saefuddin (1986), tataniaga adalah kegiatan yang bertalian dengan penambahan kegunaan. Kegunaan yang diciptakan oleh kegiatan tataniaga adalah:

1. Kegunaan tempat, bahwa barang-barang mempunyai kegunaan yang lebih besar karena perubahan tempat.

2. Kegunaan waktu, bahwa barang-barang mempunyai nilai yang lebih besar setelah terjadi perubahan waktu.

3. Kegunaan pemilikan, bahwa barang-barang mempunyai kegunaan yang lebih besar karena hak milik atas barang.

2.3.3 Fungsi-Fungsi Tataniaga

Tataniaga merupakan suatu proses daripada pertukaran yang mencakup serangkaian kegiatan yang tertuju untuk memindahkan barang-barang atau jasa-jasa dari sektor produksi ke sektor konsumsi. Kegiatan-kegiatan ini disebut fungsi tataniaga. Fungsi tataniaga ini bekerja melalui lembaga tataniaga atau struktur tataniaga (Hanafiah dan Saefuddin, 1986).

Soekartawi (1989), lembaga pemasaran pada akhirnya melakukan kegiatan fungsi pemasaran yang meliputi kegiatan: pembelian, sorting atau grading

(membedakan barang berdasarkan ukuran atau kualitasnya), penyimpanan, pengangkutan, dan processing (pengolahan). Masing-masing lembaga pemasaran, sesuai dengan kemampuan dimiliki, akan melakukan fungsi pemasaran ini secara berbeda-beda. Karena perbedaan kegiatan (dan biaya) yang dilakukan, maka tidak semua kegiatan dalam fungsi kegiatan pemasaran dilakukan oleh lembaga pemasaran. Karena perbedaan inilah, maka biaya dan keuntungan pemasaran


(27)

Kohls dan Uhl(1990), fungsi tataniaga dikelompokkan menjadi tiga fungsi utama, yaitu:

1. Fungsi Pertukaran, meliputi:

a. Fungsi pembelian : sebagian besar adalah pencarian sumber persediaan bahan baku, perakitan produk, serta segala aktivitas yang berhubungan dengan pembelian.

b. Fungsi penjualan produk : segala sesuatu yang berhubungan dengan penjualan termasuk pengiklanan dan penciptaan terhadap permintaan produk.

2. Fungsi Fisik, meliputi:

a. Fungsi penyimpanan : fokus utama pada membuat kondisi barang tetap baik sampai waktu yang diinginkan.

b. Fungsi pengangkutan : fokus utama pada menjadikan barang berada pada tempat yang tepat.

c. Fungsi pengolahan produk : segala sesuatu yang berhubungan pada aktivitas manufaktur yang mengubah bahan mentah menjadi produk yang diinginkan.

d. Fungsi fasilitas : berperan dalam memudahkan terjadinya fungsi pertukaran dan pertukaran fisik.

e. Fungsi standarisasi : keseragaman dalam penentuan dan perawatan produk. Ukuran termasuk dalam kuantitas dan kualitas.

3. Fungsi Pelancar, meliputi:

a. Fungsi permodalan : melibatkan penggunaan uang untuk melakukan berbagai aspek dalam tataniaga.


(28)

b. Fungsi penanggung resiko : penerimaan kemungkinan-kemungkinan yang ada dalam pemasaran produk.

c. Fungsi informasi pasar : pekerjaan dalam mengumpulkan, menginterpretasikan, dan memilah variasi data penting dalam pelaksanaan produk pemasaran.

2.3.4 Efisiensi Tataniaga

Efisiensi tataniaga merupakan tujuan akhir yang ingin dicapai dalam suatu sistem pemasaran. Efisiensi tataniaga dapat terjadi jika sistem tersebut dapat memberikan kepuasan kepada pihak-pihak yang terlibat, yaitu produsen, konsumen akhir, dan lembaga-lembaga pemasaran. Menurut Mubyarto (1989), syarat-syarat tataniaga yang efisien adalah (1) mampu menyampaikan hasil-hasil dari petani produsen kepada konsumen dengan biaya semurah-murahnya, dan (2) mampu mengadakan pembagian yang adil dari keseluruhan harga yang dibayar konsumen akhir kepada semua pihak yang telah ikut serta dalam kegiatan produksi dan pemasaran berang tersebut.

Menurut Soekartawi (1997), efisiensi pemasaran yang efisien adalah jika biaya pemasaran lebih rendah daripada nilai produk yang dipasarkan, maka semakin efisien melaksanakan pemasaran. Kriteria efisiensi tataniaga menurut Soekartawi (2002), adalah sebagai berikut:

Efisiensi tataniaga tidak terjadi jika: 1. Biaya pemasaran semakin besar

2. Nilai produk yang dipasarkan jumlahnya tidak terlalu besar Efisiensi tataniaga akan terjadi jika:


(29)

1. Biaya pemasaran dapat ditekan sehingga keuntungan tataniaga dapat lebih tinggi

2. Persentase perbedaan harga yang dibayarkan konsumen dan produsen tidak terlalu tinggi

Margin tataniaga adalah perbedaan harga atau selisih harga yang dibayar konsumen dengan harga yang diterima petani produsen. Margin pemasaran pada suatu saluran pemasaran tertentu dapat dinyatakan sebagai jumlah dari margin pada masing-masing lembaga tataniaga yang terlibat. Rendahnya biaya tataniaga suatu komoditi belum tentu mencerminkan efisiensi yang tinggi. Salah satu indikator efisiensi kegiatan tataniaga adalah membandingkan persentase atau bagian harga yang diterima petani terhadap harga yang dibayar konsumen akhir (Prassojo, 2012).

Margin pemasaran terdiri dari biaya-biaya untuk melakukan fungsi-fungsi pemasaran dan keuntungan lembaga-lembaga pemasaran. Setiap lembaga pemasaran biasanya melaksanakan fungsi-fungsi pemasaran yang berbeda sehingga share margin diperoleh pada masing-masing lembaga pemasaran yang terlibat akan berbeda pula (Sudiyono, 2004). Salah satu kegunaan dari perhitungan marketing margin (price spread) dan share margin adalah mengetahui tingkat efisiensi pemasaran. Secara umum dapat dikatakan bahwa semakin tinggi marketing margin suatu komoditi, maka semakin rendah tingkat efisiensi sistem tataniaga.

Menurut Kohls dan Uhl (1985) penyebaran harga (price spread) adalah sebuah ukuran lain dari pada margin pemasaran. Penyebaran harga (price spread)


(30)

eceran. Akan tetapi, penyebaran harga adalah sebuah perbedaan diantara harga pengeceran per unit dan nilai pertanian daripada sebuah jumlah yang ekuivalen dari makanan yang diperjualbelikan oleh petani. Share petani dihitung dari penyebaran harga pertanian adalah nilai pertanian yang diekspresikan sebagai sebuah persentase dari harga pengeceran makanan. Share margin dianggap secara lebar sebagai sebuah ukuran dari kelayakan harga pertanian dan efisiensi pemasaran.

2.4 Kerangka Pemikiran

Dalam tataniaga pisang barangan di daerah penelitian ada beberapa pihak yang terlibat di dalamnya. Pelaku tataniaga pisang barangan untuk pasar domestik, yaitu petani, pedagang perantara, dan konsumen. Pertama petani menjual pisang barangan ke pedagang perantara, lalu pedagang pedagang perantara akan menjual pisang barangan ke konsumen.

Setiap lembaga dalam tataniaga pisang barangan akan melakukan fungsi-fungsi tataniaga, fungsi-fungsi-fungsi-fungsi itu antara lain adalah fungsi-fungsi penjualan, pembelian, pengangkutan, penyimpanan, standarisasi, pengambilan resiko, pembiayaan, dan informasi pasar. Fungsi-fungsi tataniaga yang terjadi pada setiap lembaga tidaklah selalu sama.

Semakin panjang rantai tataniaga, maka semakin banyak fungsi tataniaga yang terjadi di dalamnya dan akan mengakibatkan harga pisang barangan semakin tinggi karena biaya yang dikeluarkan untuk melakukan fungsi-fungsi itu semakin besar, demikian juga sebaliknya.


(31)

Share Margin. Apabila nilai share margin telah diketahui, maka akan didapat pula nilai efisiensi tataniaga pisang barangan. Secara skematis, kerangka pemikiran dapat digambarkan sebagai berikut:

 

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran 2.5 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan landasan teori yang dibuat maka diajukan hipotesis sebagai berikut:

1. Sistem tataniaga pisang barangan tujuan pasar domestik di daerah penelitian termasuk efisien.

     

         

Tataniaga Pisang Barangan Tujuan Pasar Domestik

Petani Pedagang Perantara Konsumen

Fungsi-fungsi tataniaga: 1. Pembelian

2. Penjualan 3. Pengangkutan 4. Penyimpanan 5. Pengemasan 6. Penanggungan

Resiko 7. Pembiayaan 8. Standarisasi 9. Informasi Pasar

 

Price Spread

Share Margin

Efisiensi

Keterangan:

= Ada hubungan

Biaya Tataniaga


(32)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian

Daerah penelitian ini ditentukan secara purposive sampling atau secara sengaja, yaitu metode pengambilan sampel berdasarkan kriteria dan tujuan tertentu. Hal yang dipertimbangkan bahwa kabupaten Deli Serdang merupakan daerah produsen buah pisang barangan dengan persentase produksi pisang sebesar 42,12%, diikuti Simalungun dengan persentase sebesar 20,22%, Serdang Bedagai sebesar 14,56%, Langkat sebesar 14,02%, dan Tapanuli Utara sebesar 3,22% terhadap total produksi tanaman pisang di Sumatera Utara (BPSSU, 2013).

Kecamatan STM Hilir dipilih karena merupakan daerah dengan produksi buah pisang barangan tertinggi diantara kecamatan lainnya di kabupaten Deli Serdang.

Tabel 2. Produksi Pisang Barangan Menurut Kecamatan di Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009-2012

Kecamatan

Produksi Pisang Barangan 2009

(ton)

2010 (ton)

2011 (ton)

2012 (ton)

1. Gunung Meriah 3.583 4.988 3.430 1.927,5

2. STM Hulu 5.196 35.050 24.030,5 15.258,4

3. Sibolangit 66 345 74,4 115,7

4. Kutalimbaru 389 511 163,9 54

5. Pancur Batu 1.655 2.805 1.103 265,2

6. Namorambe 3.522 4.682 147,4 62,6

7. Biru-Biru 10.296 16.472 14.125 3.219,4

8. STM Hilir 134.261 166.557 124.700 17.947,9

9. Bangun Purba 1.907 2.714 830 654,7

10. Galang 93 63 369,3 84,7

11. T.Morawa 65 93 41,7 45,4

12. Patumbak 297 432 30 87,6

13. Deli Tua 108 199 25,3 13,8


(33)

Sumber :Dinas Pertanian Kabupaten Deli Serdang (2013), (diolah)

Berdasarkan Tabel 2 di atas dapat dilihat bahwa kecamatan STM Hilir memiliki produksi pisang yang terbesar dibandingkan kecamatan lainnya. Pada tahun 2010, kecamatan STM Hilir menghasilkan produksi pisang sebesar 134.261 ton, tahun 2011 produksi pisang meningkat sebesar 166.557 ton. Kemudian produksi pisang menurun pada tahun 2011 yaitu sebesar 124.700 ton. Sedangkan pada tahun 2012, produksi pisang semakin menurun sebesar 17.947,9 ton.

3.2 Metode Pemilihan Sampel 3.2.1Petani

Pemilihan sampel untuk tingkat petani digunakan teknik nonprobability sampling, teknik pengambilan sampel yang tidak memberi peluang/kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel (Sujarweni, 2014). Hal ini dikarenakan jumlah populasi pisang barangan di kecamatan STM Hilir tidak diketahui dengan pasti. Oleh karena itu, metode

nonprobability sampling yang digunakan adalah accidental sampling. Accidental sampling merupakan metode pengambilan sampel berdasarkan orang yang ditemui secara kebetulan atau siapa pun yang dipandang oleh peneliti cocok sebagai sumber data (Hasan, 2002).

Roscoe dalam Sugiyono (2010) memberikan saran tentang penelitian, salah satunya adalah ukuran sampel yang layak dalam penelitian minimal 30

16. Labuhan Deli 38 67 12,3 6,6

17. Percut Sei Tuan 7.736 5.715 5.375 2.130

18. Batang Kuis 133 223 154,3 58,9

19. Pantailabu 10 22 7,9 5,1

20. Beringin 307 90 88 149,3

21. Lubuk Pakam 86 31 88,5 32,2

22. Pagar Merbau 127 143 66,6 23,3


(34)

sampel. Jumlah sampel sebanyak 30 orang juga didasari oleh pernyataan Walpole RE (1995) yang menyatakan bahwa jumlah sampel sebanyak 30 orang telah menyebar normal. Penentuan sampel minimal 30 orang secara empiris sudah memiliki distribusi peluang rata-rata yang akan mengikuti distribusi normal dan sampel tersebut sudah besar.

3.2.2 Pedagang Perantara

Sampel pedagang perantara adalah orang atau lembaga yang terlibat dalam memasarkan pisang barangan dari produsen hingga ke konsumen. Teknik dalam penentuan sampel yaitu dengan snowball sampling. Snowball sampling

merupakan teknik penentuan yang mula-mula jumlahnya kecil, kemudian membesar. Ibarat bola salju yang menggelinding yang lama-lama menjadi besar (Sujarweni, 2014). Metode pengambilan snowball sampling dimulai dengan suatu kelompok kecil atau orang, yang kemudian menjadi sumber informasi dan diminta untuk menunjuk responden/sampel berikutnya. Orang-orang yang ditunjuk ini, kemudian dijadikan anggota sampel dan selanjutnya diminta untuk menunjuk orang lain lagi yang memenuhi kiteria menjadi anggota sampel hingga anggota sampel yang diinginkan tercapai (Hasan, 2002).

3.3 Metode Pengumpulan Data

Adapun data yang dikumpulkan dalam penelitian meliputi data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh secara langsung dari petani dan pedagang perantara dengan wawancara dengan bantuan kuesioner yang telah dipersiapkan terlebih dahulu. Data yang diambil meliputi identitas sampel, harga pembelian dan penjualan, volume pembelian dan penjualan, serta biaya pemasaran. Data


(35)

sekunder diperoleh dari instansi terkait yaitu Badan Pusat Statistik Sumatera Utara untuk memperoleh data produksi dan harga pisang barangan, Dinas Pertanian Kabupaten Deli Serdang untuk memperoleh produksi pisang barangan menurut kecamatan serta literatur dan referensi penelitian.

3.4 Metode Analisis Data

Untuk menyelesaikan masalah 1 dan 2, digunakan analisis deskriptif (dengan cara menggambarkan) yaitu dengan menganalisis :

1. Saluran tataniaga yang dilalui mulai dari produsen (petani pisang barangan) hingga konsumen akhir.

2. Fungsi tataniaga yang dilakukan oleh pedagang perantara dalam tataniaga pisang barangan di daerah penelitian.

Dalam Sudiyono (2001), rumus untuk menganalisis masalah 3 adalah sebagai berikut:

a. Menghitung Margin tataniaga (Price Spread)

Mji = Psi – Pbi atau Mji = bti + i Keterangan:

Mji = Margin pada lembaga tataniaga tingkat ke-i Psi = Harga jual pada pemasaran tingkat ke-i Pbi = Harga beli pada pemasaran tingkat ke-i bti = Biaya pemasaran tingkat ke-i

i = Keuntungan pemasaran tingkat ke-i b. Menghitung Persentase Margin (Share Margin)


(36)

Keterangan:

Sm = Persentase margin (Share Margin) dihitung dalam persen (%) Pp = Harga yang diterima produsen dan pedagang perantara

Pk = Harga yang dibayar oleh konsumen

Untuk menganalisis masalah 4, metode analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif yaitu dengan menganalisis efisiensi tataniaga pisang barangan. Mustafid (2002), menyatakan bahwa efisiensi tataniaga dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

E =

Keterangan:

Ep = Efisiensi Tataniaga Z = Keuntungan petani (Rp)

Zm = Keuntungan pedagang perantara (Rp) C = Biaya tataniaga petani (Rp)

Cm = Biaya tataniaga pedagang perantara (Rp) Jika, Ep > 1, maka efisien dan Ep < 1, maka tidak efisien.

Kriteria efisiensi tataniaga menurut Soekartawi (2002), adalah sebagai berikut: Efisiensi tataniaga tidak terjadi jika:

3. Biaya pemasaran semakin besar

4. Nilai produk yang dipasarkan jumlahnya tidak terlalu besar Efisiensi tataniaga akan terjadi jika:

5. Biaya pemasaran dapat ditekan sehingga keuntungan tataniaga dapat lebih tinggi

Z+ Zm C + Cm


(37)

6. Persentase perbedaan harga yang dibayarkan konsumen dan produsen tidak terlalu tinggi.

3.5 Definisi dan Batasan Operasional

Untuk menghindari kekeliruan dan kesalahpahaman dalam menafsirkan penelitian, maka dibuat definisi dan batasan operasional sebagai berikut.

3.5.1 Definisi

1. Tataniaga adalah kegiatan ekonomi yang berfungsi menyampaikan pisang barangan dari produsen ke konsumen melalui perantara atau lembaga tataniaga.

2. Petani dalam penelitian adalah pelaku usahatani yang menanam pisang barangan sebagai usahataninya.

3. Pedagang perantara dalam penelitian adalah pedagang yang menyalurkan pisang barangan yang ada di daerah penelitian hingga ke konsumen.

4. Konsumen adalah orang yang membeli pisang barangan.

5. Fungsi-fungsi tataniaga adalah pertukaran yang mencakup serangkaian kegiatan yang tertuju untuk memindahkan pisang barangan dari produsen/petani hingga ke konsumen.

6. Biaya pemasaran adalah biaya yang dikeluarkan oleh lembaga tataniaga dalam menyalurkan pisang barangan dari produsen ke konsumen yang dinyatakan dalam rupiah per 1.000 sisir.

7. Harga adalah nilai suatu barang yang berlaku pada saat dilakukan penelitian dan ditentukan dengan uang.


(38)

8. Share Margin adalah rasio antara harga yang diterima produsen dengan harga yang dibayar oleh konsumen yang dinyatakan dalam persen.

9. Price Spread atau sebaran harga adalah sekelompok harga beli dan harga jual juga biaya-biaya pemasaran menurut fungsi tataniaga dan margin keuntungan dari tiap lembaga tataniaga.

10.Efisiensi tataniaga adalah pembagian antara biaya yang dikeluarkan untuk memasarkan tiap unit produk dengan nilai produk yang dipasarkan dan dinyatakan dalam persen.

3.5.2 Batasan Operasional

1. Unit analisis penelitian dalam hal ini adalah pisang barangan produksi kecamatan STM Hilir yang dipasarkan dengan tujuan pasar domestik, dalam hal ini pasar di Kota Medan dan Kabupaten Deli Serdang. 2. Sampel penelitian adalah petani pisang barangan dan pedagang

perantara pisang barangan untuk pasar domestik di daerah penelitian. 3. Waktu penelitian pada bulan Juni-Agustus tahun 2014.


(39)

BAB IV

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN

DAN KARAKTERISTIK SAMPEL

4.1Deskripsi Daerah Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kecamatan STM Hilir, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara, dengan luas wilayah 190,50 Km2. Kecamatan STM Hilir yang terdiri dari 15 Desa dan 80 Dusun dimukimi oleh 31.547 jiwa.

Daerah penelitian beriklim sedang, terdiri dari iklim/musim hujan dan musim kemarau. Kedua iklim ini dipengaruhi oleh 2 (dua) arah angin yaitu angin laut dan angin pegunungan, dimana sebelah selatan berbatasan dengan bukit kecil dan tinggi dari permukaan laut sebesar 190 s/d 500 m.

Kecamatan STM Hilir memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut:  Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Patumbak dan Biru-Biru  Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan STM Hulu

 Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Bangun Purba dan STM Hulu

 Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Biru-Biru.

4.2Keadaan Penduduk

Penduduk Kecamatan STM Hilir berjumlah 31.547 jiwa dengan jumlah 7.786 KK. Untuk lebih jelasnya, keadaan penduduk menurut Desa dapat dilihat pada tabel 3 berikut:


(40)

Tabel 3. Penduduk Menurut Desa/Kelurahan dan Jenis Kelamin di Kecamatan STM Hilir Tahun 2012

No. Desa/Kelurahan Laki-laki (Jiwa) Penduduk Perempuan (Jiwa) Jumlah (Jiwa)

1. Rambai 317 309 626

2. Kuta Jurung 654 619 1.273

3. Penungkiren 404 408 812

4. Lau Rakit 730 703 1.433

5. Tala Peta 1.096 1.126 2.222

6. Siguci 799 761 1.560

7. Gunung Rintih 1.452 1.346 2.798

8. Lau Rempah 423 433 856

9. Juma Tombak 812 766 1.578

10. Negara/Beringin 1.458 1.454 2.912

11. Talun Kenas 1.325 1.356 2.681

12. Sumbul 1.641 1.570 3.211

13. Limau Mungkur 1.193 1.093 2.286

14. Tadukan Raga 2.310 2.198 4.508

15. Lau Barus Baru 1.412 1.379 2.791

Jumlah 16.026 15.521 31.547

Sumber : Kecamatan STM Hilir Dalam Angka ( 2013)

Berdasarkan Tabel 3 dapat diketahui distribusi penduduk menurut Desa dan jenis kelamin. Jumlah penduduk Kecamatan STM Hilir berjumlah 31.547 jiwa dengan jumlah penduduk laki-laki sebesar 16.026 jiwa dan jumlah penduduk perempuan sebesar 15.521 jiwa.

Tabel 4. Distribusi Penduduk Menurut Kelompok Umur di Kecamatan STM Hilir Tahun 2012

Kelompok Umur (Tahun) Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

0-14 10.073 31,93

15-54 18.096 57,36

>55 3.338 10,58

Jumlah 31.547 100 Sumber : Kecamatan STM Hilir Dalam Angka (2013)

Berdasarkan Tabel 4 dapat diketahui bahwa golongan umur 15-54 tahun merupakan golongan dengan jumlah penduduk terbanyak yaitu 18.096 jiwa


(41)

dengan persentase sebesar 57,36%. Sedangkan jumlah penduduk yang sedikit adalah golongan umur >55 tahun yaitu 3.338 jiwa dengan persentase 10,58%. Tabel 5. Komposisi Penduduk Menurut Agama di Kecamatan STM Hilir Tahun 2012

No. Agama Jumlah Penduduk (Jiwa) Persentase (%)

1. Islam 13.815 43,79

2. Katolik 9.014 28,57

3. Ptotestan 8.612 27,29

4. Hindu 106 0,34

5. Budha 0 0

Jumlah 31.547 100 Sumber : Kecamatan STM Hilir Dalam Angka (2013)

Berdasarkan Tabel 5 dapat diketahui bahwa komposisi jumlah pemeluk agama Islam dan Katolik menduduki peringkat I dan II dengan jumlah penduduk sebesar 13.815 jiwa atau 43,79% dan 9.014 jiwa atau 28,57%.

Tabel 6. Distribusi Penduduk Menurut Jenis Pekerjaan di Kecamatan STM Hilir Tahun 2012

No. Uraian Jumlah Penduduk (Jiwa) Persentase (%)

1. Petani 5.814 71,54

2. Pedagang 734 9,03

3. Pegawai Negeri 406 4,99

4. Karyawan Swasta 1.173 14,43

Jumlah 8.127 100 Sumber : Kecamatan STM Hilir Dalam Angka (2013)

Berdasarkan Tabel 6 menunjukkan bahwa penduduk di daerah penelitian memiliki pekerjaan yang beragam. Penduduk di Kecamatan STM Hilir mayoritas bekerja sebagai petani dengan jumlah 5.814 jiwa atau 71,54%. Selanjutnya penduduk yang bekerja sebagai pedagang berjumlah 734 jiwa atau 9,03%. Penduduk yang bekerja sebagai pegawai negeri berjumlah 406 jiwa atau 4,99% kemudian penduduk yang bekerja sebagai karyawan swasta berjumlah 1.173 jiwa atau 14,43%.


(42)

4.3Karakteristik Sampel Petani Sampel

Petani sampel dalam penelitian adalah petani yang membudidayakan pisang barangan yang ada di daerah penelitian, yaitu di Kecamatan STM Hilir, Kabupaten Deli Serdang. Karakteristik sampel meliputi: umur, pendidikan, jumlah tanggungan, pengalaman bertani, luas lahan petani, dan volume penjualan pisang barangan. Karakteristik petani sampel dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 7. Karakteristik Petani Sampel di Daerah Penelitian

Sumber: Lampiran 1dan 2

Berdasarkan Tabel 7, dapat diketahui bahwa umur rata-rata petani sampel adalah 45 tahun, lama pendidikan rata-rata 10 tahun menunjukkan tingkat pendidikan petani rata-rata tamatan SMA/sederajat, pengalaman bertani 15 tahun, jumlah tanggungan petani sampel rata-rata 3 jiwa, dan rata-rata luas lahan petani sampel adalah 0,8 Ha. Rata-rata jumlah pisang barangan yang dijual adalah 1.040 sisir dalam seminggu.

Pedagang Perantara

- Pedagang Pengumpul

Pedagang pengumpul adalah para pedagang yang membeli pisang barangan langsung dari petani yang berada di Kecamatan STM Hilir. Pedagang pengumpul di daerah penelitian biasanya menjual kembali pisang barangan ke

No. Uraian Satuan Rentang Rata-rata

1. Umur Tahun 31 – 62 45

2. Pendidikan Tahun 6 – 16 10

3. Lama Bertani Tahun 2-35 15

4. Jumlah Tanggungan Jiwa 0-6 3

5. Luas Lahan Ha 0.2-1 0,8


(43)

juga pedagang pengumpul yang bertindak langsung sebagai pedagang pengecer dan menjualnya langsung ke konsumen di pasar luar daerah penelitian. Karakteristik pedagang pengumpul dalam penelitian ini meliputi umur, pendidikan, pengalaman, jumlah tanggungan, dan volume pembelian.

Tabel 8. Karakteristik Pedagang Pengumpul Daerah

Sumber: Lampiran 3

Berdasarkan Tabel 8 dapat diketahui bahwa rata-rata umur pedagang pengumpul daerah adalah 43 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa pedagang pengumpul daerah masih termasuk kategori usia produktif. Sehingga dapat diartikan bahwa pedagang pengumpul daerah masih sangat berpotensi untuk meningkatkan produktivitas pemasaran pisang barangan.

Lama pendidikan formal pedagang pengumpul daerah dihitung dalam tahun. Rata-rata pendidikan pedagang pengumpul daerah adalah 10. Rata-rata pembelian pisang barangan yang dilakukan oleh pedagang pengumpul daerah yaitu 1.107 sisir dalam seminggu.

- Agen Luar Daerah

Agen luar daerah adalah pedagang perantara yang membeli pisang barangan dari pedagang pengumpul yang berada di daerah penelitian. Pisang barangan yang dibeli dari pedagang pengumpul daerah masih dalam keadaan belum matang. Terdapat 3 (tiga) agen luar daerah yang diketahui melalui penelurusan dari pedagang pengumpul daerah.

No. Uraian Satuan Rentang Rata-rata

1. Umur Tahun 24 – 59 43

2. Pendidikan Tahun 6 – 12 10

3. Pengalaman Tahun 6 – 20 13

4. Jumlah Tanggungan Jiwa 0-5 3 5. Volume Pembelian Sisir/Minggu 750-1.500 1.107


(44)

Tabel 9. Karakteristik Agen Luar Daerah

Sumber: Lampiran 4

Berdasarkan Tabel 9 dapat diketahui bahwa rata-rata umur agen luar daerah adalah 44 tahun dengan rata-rata pendidikan yaitu 7 tahun. Sedangkan rata-rata pengalaman sebagai agen adalah 16 tahun dengan jumlah tanggungan rata-rata adalah 3 jiwa. Volume pembelian rata-rata pisang barangan oleh agen luar daerah selama seminggu adalah 1.167 sisir.

- Pedagang Pengecer Luar Daerah

Pedagang pengecer luar daerah adalah pedagang yang membeli pisang barangan dari agen luar daerah maupun langsung dari pedagang pengumpul yang berada di Kecamatan STM Hilir. Pedagang pengecer dalam hal ni menyalurkan pisang barangan langsung ke konsumen. Pedagang pengecer adalah pedagang yang memiliki resiko tinggi terhadap harga berkembang di pasar dikarenakan pedagang pengecer harus mampu berlomba dengan pengaruh waktu dan kerusakan fisik terhadap harga pisang barangan.

Pedagang pengecer dalam penelitian ini terdapat 15 orang yang keseluruhannya membeli langsung dari agen maupun dari pedagang pengumpul di daerah Kecamatan STM Hilir. Karakteristik pedagang pengumpul dalam penelitian ini meliputi umur, pendidikan, pengalaman, jumlah tanggungan, dan volume pembelian.

No. Uraian Satuan Rentang Rata-rata

1. Umur Tahun 36 – 51 44

2. Pendidikan Tahun 6 – 9 7

3. Pengalaman Tahun 10 – 27 16

4. Jumlah Tanggungan Jiwa 2-4 3 5. Volume Pembelian Sisir/Minggu 1.000-1.500 1.167


(45)

Tabel 10. Karakteristik Pedagang Pengecer Luar Daerah

Sumber: Lampiran 5

Berdasarkan Tabel 10 dapat diketahui bahwa rata-rata umur pedagang pengecer adalah 39 tahun dengan rata-rata lama pendidikan 11 tahun. Sedangkan rata-rata pengalaman sebagai pedagang pengecer pisang barangan selama 7 tahun dengan jumlah tanggungan rata-rata adalah 3 jiwa. Pedagang pengecer pisang barangan melakukan pembelian pisang barangan rata-rata 325 sisir dalam seminggu.

No. Uraian Satuan Rentang Rata-rata

1. Umur Tahun 24 – 57 39

2. Pendidikan Tahun 6 – 12 11

3. Pengalaman Tahun 3 – 15 7

4. Jumlah Tanggungan Jiwa 2-4 3


(46)

 

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Saluran Tataniaga

Saluran tataniaga pisang barangan di daerah penelitian terdiri dari tiga saluran. Tujuan utama dari saluran ini adalah mendistribusikan pisang barangan dari petani/produsen hingga ke tangan konsumen. Ada beberapa lembaga tataniaga yang dilibatkan dalam saluran ini, antara lain petani/produsen, pedagang pengumpul di daerah, agen di luar daerah, dan pedagang pengecer di luar daerah.

Berdasarkan hasil penelitian, maka saluran tataniaga di Kecamatan STM Hilir dapat dilihat pada Gambar 2.

Petani/Produsen Pisang Barangan

Agen Luar Daerah

Pedagang Pengecer Luar daerah

Vp: 1.040

Pedagang Pengumpul Daerah

Konsumen

Gambar 2. Skema saluran Tataniaga di Daerah Penelitian

I II 

III

Pedagang Pengecer Luar daerah

Vp: 1.107

Vp: 1.107 Vp: 1.107 

Vp: 1.167

Vp: 325 Vp: 325

Ket:


(47)

Berdasarkan hasil penelitian volume penjualan pisang barangan antara tingkat petani, pedagang pengumpul daerah, agen luar daerah dan pedagang pengecer luar daerah berkisar antara 600–1.500 sisir (Lampiran 2) . Oleh karena itu, peneliti mengambil volume rata-rata penjualan pisang barangan yaitu 1.000 sisir untuk dianalisis sebagai standar setiap lembaga tataniaga.

Saluran I

Gambar 3. Skema Saluran I Tataniaga Pisang Barangan

Pada saluran I, yaitu petani/produsen menjual pisang barangan ke pedagang pengumpul yang berada di daerah penelitian dengan rata-rata volume penjualan 1.040 sisir. Kemudian, pedagang pengumpul yang bertindak sebagai pedagang pengecer langsung menjual pisang barangan ke tangan konsumen dengan rata-rata volume penjualan 1.107 sisir ke Pasar Sambas dan restoran rumah makan. Jika rata-rata volume penjualan pisang barangan 1.000 sisir, maka nilai penjualan petani sebesar Rp8.660.256 per 1.000 sisir. Begitu juga dengan pedagang pengumpul daerah dengan volume penjualan 1.000 sisir, maka nilai penjualan yang diterima sebesar Rp13.741.935 per 1.000 sisir. Nilai penjualan inilah yang akhirnya diterima oleh konsumen yang berada di Pasar Sambas dan resotan rumah makan.

Petani/Produsen

Pedagang Pengumpul Daerah

Konsumen (Kota Medan)


(48)

Saluran II

Gambar 4. Skema Saluran II Tataniaga Pisang Barangan

Pada saluran II, yaitu petani/produsen menjual pisang barangan ke pedagang pengumpul yang berada di daerah penelitian dengan rata-rata volume penjualan 1.040 sisir. Kemudian, pedagang pengumpul menjual pisang barangan menjual ke pedagang pengecer luar daerah yang ada di pasar Kota Medan seperti, Pasar Pancing, Pasar Aksara, Pasar Tembung, Pasar Batang Kuis, dan Pasar Sambas dengan rata-rata volume penjualan 1.107 sisir. Kemudian, pedagang pengecer langsung menjual ke tangan konsumen dengan rata-rata volume penjualan sebesar 325 sisir. Jika rata-rata volume penjualan pisang barangan 1.000 sisir, maka nilai penjualan petani sebesar Rp8.660.256 per 1.000 sisir. Begitu juga dengan pedagang pengumpul daerah dengan volume penjualan 1.000 sisir, maka nilai penjualan yang diterima sebesar Rp13.741.935 per 1.000 sisir. Kemudian, di tingkat pedagang pengecer luar daerah dengan volume penjualan 1.000 sisir, maka nilai penjualan yang diterima sebesar Rp16.711.066 per 1.000 sisir. Nilai penjualan inilah yang akhirnya diterima oleh konsumen.

Petani/Produsen

Pedagang Pengumpul

Daerah (Kec. STM Hilir)

Pedagang Pengecer Luar

Daerah (Kota Medan)

Konsumen (Kota Medan)


(49)

Saluran III

Gambar 5. Skema Saluran III Tataniaga Pisang Barangan

Pada saluran III yaitu petani/produsen menjual pisang barangan ke pedagang pengumpul di daerah penelitian dengan rata-rata volume penjualan sebesar 1.040 sisir. Kemudian, pedagang pengumpul di daerah penelitian menjual pisang barangan ke agen yang berada di Pasar Kota Medan seperti Pasar Sambu, Pasar Melati, dan Pasar Sambas dengan volume penjualan sebesar 1.107 sisir. Kemudian, agen yang berada di Kota Medan menjual pisang barangan ke pedagang pengecer yang berada di Kota Medan dengan volume penjualan 1.167 sisir. dan akhirnya pedagang pengecer menjual pisang barangan ke tangan konsumen dengan volume penjualan sebesar 325 sisir.

Jika rata-rata volume penjualan pisang barangan 1.000 sisir, maka nilai penjualan petani sebesar Rp8.660.256 per 1.000 sisir. Begitu juga dengan pedagang pengumpul daerah dengan volume penjualan 1.000 sisir, maka nilai penjualan yang diterima sebesar Rp13.741.935 per 1.000 sisir. Kemudian, di tingkat agen luar daerah jika volume penjualan 1.000 sisir maka nilai penjualan yang diterima adalah sebesar Rp14.857.143 per 1.000 sisir. Kemudian pedagang pengecer luar daerah dengan volume penjualan 1.000 sisir, maka nilai penjualan yang diterima sebesar Rp16.711.066 per 1.000 sisir. Nilai penjualan inilah yang akhirnya diterima oleh konsumen.

Petani/Produsen

Pedagang Pengumpul

Daerah (Kec. STM

Hilir)

Pedagang Pengecer Luar Daerah

(Kota Medan)

Konsumen (Kota Medan) Agen Luar

Daerah (Kota Medan)


(50)

5.2 Fungsi-Fungsi Tataniaga Lembaga Tataniaga

Dalam melaksanakan kegiatan tataniaga, lembaga tataniaga melakukan fungsinya masing-masing. Fungsi-fungsi ini dilakukan untuk memperlancar penyampaian pisang barangan ke tangan konsumen akhir. Dalam tataniaga pisang barangan, fungsi-fungsi tataniaga yang dilakukan setiap lembaga bervariasi. Konsekuensi dari bervariasinya fungsi ini adalah bervariasinya biaya yang dikeluarkan oleh masing-masing lembaga. Semakin banyak fungsi yang dilakukan, maka semakin besar biaya yang dikeluarkan, demikian juga sebaliknya. Apabila semakin besar biaya yang dikeluarkan maka akibatnya adalah harga yang diterima oleh konsumen akhir akan semakin tinggi.

Fungsi-fungsi tataniaga yang dilakukan oleh setiap lembaga tataniaga pisang barangan dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Fungsi-Fungsi Tataniaga yang Dilakukan Setiap Lembaga Tataniaga

No. Fungsi Tataniaga Petani/ Produsen

Pedagang Pengumpul

Daerah

Agen Luar Daerah

Pedagang Pengecer Luar Daerah

1. Pembelian × √ √ √

2. Penjualan √ √ √ √

3. Pemanenan × √ × ×

4. Transportasi × √ × √

5. Penyimpanan × √ √ √

6. Standarisari × √ √ √

7. Pengemasan × × × √

8. Penanggungan Resiko × × √ √

9. Informasi Pasar √ √ √ √

Sumber : Lampiran 6, 7, 8 Keterangan :

√ : Melaksanakan fungsi tersebut × : Tidak melaksanakan fungsi tersebut

Berdasarkan Tabel 11 dapat dilihat bahwa petani/produsen melakukan sebanyak dua jenis fungsi tataniaga yaitu, penjualan dan informasi pasar.


(51)

Petani/podusen tidak melakukan fungsi transportasi, karena pedagang pengumpul yang langsung melakukan pemanenan dari kebun pisang barangan petani dan langsung membelinya. Sehingga, petani/produsen juga tidak melakukan fungsi tataniaga seperti penyimpanan, standarisasi, pengemasan, serta penanggungan resiko. Petani/produsen memperoleh informasi pasar dari petani lain dan pedagang pengumpul yang membeli pisang barangan.

Fungsi-fungsi tataniaga yang dilakukan pedagang pengumpul daerah adalah sebagai berikut: pembelian, penjualan, pemanenan, transportasi, penyimpanan, standarisasi, dan informasi pasar. Dalam melaksanakan pembelian, pedagang pengumpul daerah menggunakan transportasi kendaraan pick up yang sebelumnya pisang barangan telah dipenen oleh pedagang pengumpul itu sendiri dan dibantu oleh tenaga kerja dalam keluarga maupun tenaga kerja luar keluarga. Setelah itu, pisang barangan disimpan dan dipilah sesuai dengan ukurannya. Kemudian, pisang barangan dijual ke pasar sesuai dengan jadwal pengiriman yang telah ditentukan. Biasanya frekuensi pengiriman pisang barangan adalah 3 x seminggu dengan volume rata-rata 1.107 sisir per minggu (Lampiran 3). Mengenai informasi pasar, pedagang pengumpul daerah memperoleh informasi dari petani dan pedagang pengumpul lain yang berhubungan dengan kegiatan pemasaran pisang barangan.

Fungsi-fungsi yang dilakukan oleh agen luar daerah adalah sebagai berikut: pembelian, penjualan, standarisasi, penyimpanan, penanggungan resiko, dan informasi pasar. Agen luar daerah melakukan fungsi pembelian melalui pedagang pengumpul daerah yang langsung mendatangi agen. Jadi, agen tidak melakukan fungsi transportasi karena semua biaya transportasi ditanggung oleh


(52)

pedagang pengumpul daerah. Pisang barangan yang telah dibeli kemudian disimpan dan dipilah sesuai ukurannya untuk menentukan harga jual. Kemudian pisang barangan yang sudah matang dibeli oleh pedagang pengecer setiap hari. Fungsi informasi pasar diperoleh dari pedagang pengumpul dan pedagang pengecer.

Fungsi-fungsi yang dilakukan pedagang pengecer luar daerah adalah sebagai berikut: pembelian, penjualan, transportasi, penyimpanan, standarisasi, pengemasan, penanggungan resiko, dan informasi pasar. Pedagang pengecer membeli pisang barangan kemudian menjualnya langsung ke tangan konsumen. Ada pedagang pengecer yang membeli pisang barangan dari agen, dan ada juga yang langsung diantar oleh pedagang pengumpul daerah. Pedagang pengecer yang membeli pisang barangan dari agen menggunakan kendaraan berupa becak bermotor untuk mengangkut pisang barangan ke tempat berjualan dan ada juga yang tanpa menggunakan alat transportasi karena tempat berjualan pedagang pengecer dengan agen cukup dekat. Jadi, dengan rata-rata volume penjualan sebanyak 325 sisir per minggu (Lampiran 5) atau rata-rata per hari sebanyak 46 sisir, pedagang pengecer cukup menjinjing pisang tersebut hingga ke tempat berjualan. Adapun resiko yang dihadapi pedagang pengecer luar daerah yaitu penurunan harga dan penyusutan kebusukan buah. Sistem informasi pasar diperoleh dari agen, pedagang pengecer yang lain dan konsumen.

5.3 Share Margin Lembaga Tataniaga

Share margin adalah rasio antara harga jual akhir pada tingkat petani/produsen dengan harga yang diterima konsumen akhir yang dinyatakan


(53)

harga beli konsumen di pasaran. Sementara itu, price spread adalah sebaran harga pada setiap komponen biaya tataniaga untuk masing-masing lembaga tataniaga. Untuk menganalisis share margin dan price spread di setiap lembaga tataniaga maka perlu dihitung biaya tataniaga yang dilakukan oleh masing-masing petani/produsen dan lembaga tataniaganya. Berikut perhitungan rata-rata share

margin dan price spread tataniaga pisang barangan per 1.000 sisir pada setiap saluran I, II, dan III.

Tabel 12. Rata-Rata Price Spread dan Share MarginTataniaga Pisang Barangan Per 1.000 Sisir Pada Saluran I (Petani – PPD

-Konsumen)

No. Uraian Price Spread

(Rp)

Share Margin (%)

1. Petani

a. Nilai Penjualan 8.660.256 63,02

2. Pedagang Pengumpul Daerah (PPD)

a. Nilai Pembelian 8.660.256

b. Nilai Penjualan 13.741.935

c. Komponen Biaya

Pemanenan 61.935 0,45

Penyimpanan 67.613 0,49

Transportasi 286.452 2,08

Bongkar Muat 54.192 0,39

Retribusi 2.710 0,02

Total Biaya 472.902 3,44   

d. Margin Keuntungan 4.608.777 33,54

3. Nilai Pembelian Konsumen 13.741.935 100,00 Sumber : Lampiran 2, 3, dan 6

Dari Tabel 12 dapat dilihat bahwa nilai penjualan yang diperoleh petani/podusen per 1.000 sisir adalah sebesar Rp8.660.256,- (63,02%). Di lain sisi, pedagang pengumpul daerah memperoleh nilai penjualan sebesar Rp13.741.935,-. Biaya yang dikeluarkan pedagang pengumpul daerah per 1.000 sisir adalah sebesar Rp472.902,- dengan rincian pemanenan sebesar Rp61.935,- (0,45%), penyimpanan sebesar Rp67.613,- (0,49%), transportasi sebesar


(54)

Rp286.452,- (2,08%), bongkar muat sebesar Rp54.192,- (0,39%), dan retribusi sebesar Rp2.710,- (0,02%). Dengan demikian margin keuntungan yang diperoleh oleh pedagang pengumpul daerah adalah Rp4.608.777,- (33,54%).

Nilai price spread dan share margin untuk masing-masing lembaga tataniaga dalam saluran II dapat dilihat pada Tabel 13.

Tabel 13.Rata-Rata Price Spread dan Share Margin Tataniaga Pisang Barangan Per 1.000 Sisir Pada Saluran II (Petani – PPD – PPLD-Konsumen)

No Uraian Price Spread (Rp)

Share Margin (%)

1. Petani

a. Nilai Penjualan 8.660.256 51,82 2. Pedagang Pengumpul Daerah (PPD)

a. Nilai Pembelian 8.660.256 b. Nilai Penjualan 13.741.935 c. Komponen Biaya Pemanenan 61.935 0,37 Penyimpanan 67.613 0,40 Transportasi 286.452 1,71 Bongkar Muat 54.192 0,32 Retribusi 2.710 0,02 Total Biaya 472.902 2,83 d. Margin Keuntungan 4.608.777 27,58 3 Pedagang Pengecer Luar Daerah

(PPLD)

a. Nilai Pembelian 13.741.935 b. Nilai Penjualan 16.711.066 c. Komponen Biaya Penyimpanan 60.451 0,36 Transportasi 7.172 0,04 Sewa Tempat 204.918 1,23 Kebersihan 16.547 0,10 Retribusi 25.410 0,15 Pengemasan 40.984 0,25 Total Biaya 355.482 2,13 d. Margin Keuntungan 2.613.649 15,64

4. Nilai Pembelian Konsumen 16.711.066 100,00


(55)

Pada saluran II, diperoleh bahwa nilai penjualan yang diterima petani/produsen adalah Rp8.660.256,- (51,82%). Dari Tabel 13 dapat dilihat bahwa komponen biaya yang dikeluarkan oleh pedagang pengumpul daerah adalah senilai Rp472.902,- (2,83%) dengan rincian biaya pemanenan sebesar Rp61.935,- (0,37%), biaya penyimpanan sebesar Rp67.613,- (0,40%), biaya transportasi sebesar Rp286.452,- (1,71%), biaya bongkar muat sebesar Rp54.192,- (0,32%), dan biaya retribusi sebesar Rp2.710,- (0,02%). Pedagang pengumpul daerah menjual pisang barangan ke pedagang pengecer luar daerah dengan nilai penjualan sebesar Rp13.741.935 per 1.000 sisir. Oleh karena itu, margin keuntungan yang diperoleh oleh pedagang pengumpul daerah adalah sebesar Rp4.608.777,- (27,58%) per 1.000 sisir.

Di lain sisi, pedagang pengecer luar daerah dengan nilai pembelian sebesar Rp13.741.935,- per 1.000 sisir dengan komponen biaya sebagai berikut: penyimpanan sebesar Rp60.451,- (0,36%), transportasi sebesar Rp7.172,- (0,04%), sewa tempat sebesar Rp204.918,- (1,23), kebersihan sebesar Rp16.547,- (0,10%), dan retribusi sebesar Rp25.410,- (0,15%). Jadi, total biaya yang dikeluarkan oleh pedagang pengecer luar daerah adalah Rp355.458,- (2,13%) per 1.000 sisir. Sehingga dengan nilai penjualan pisang barangan per 1.000 sisir sebesar Rp16.711.066,- pedagang pengecer luar daerah memperoleh margin keuntungan sebesar Rp2.613.649,- (15,64%).

Nilai price spread dan share margin untuk masing-masing lembaga tataniaga dalam saluran III dapat dilihat pada Tabel 14.


(56)

Tabel 14. Rata-Rata Price Spread dan Share Margin Tataniaga Pisang Barangan Per 1.000 Sisir Pada Saluran III (Petani –PPD- ALD-PPLD)

No. Uraian Price Spread (Rp)

Share Margin (%)

1. Petani

a.Nilai Penjualan 8.660.256 51,82 2. Pedagang Pengumpul Daerah

(PPD)

a. Nlai Pembelian 8.660.256 b. Nilai Penjualan 13.741.935 c. Komponen Biaya Pemanenan 61.935,00 0,37 Penyimpanan 67.613 0,40 Transportasi 286.452,00 1,71 Bongkar Muat 54.192,00 0,32 Retribusi 2.710,00 0,02 Total Biaya 472.902,00 2,83 d. Margin Keuntungan 4.608.777 27,58 3 Agen Luar Daerah (ALD)

a. Nlai Pembelian 13.741.935 b. Nilai Penjualan 14.857.143 c. Komponen Biaya Penyimpanan 69.714 0,42 Sewa Tempat 571.429 3,42 Kebersihan 4.714 0,03 Retribusi 1.429 0,01 Total Biaya 647.286 3,87 d. Margin Keuntungan 467.922 2,80 4. Pedagang Pengecer Luar Daerah

(PPLD)

a. Nlai Pembelian 14.857.143 b. Nilai Penjualan 16.711.066 c. Komponen Biaya Penyimpanan 60.451 0,36 Transportasi 7.172 0,04 Sewa Tempat 204.918 1,23 Kebersihan 16.547 0,10 Retribusi 25.410 0,15 Pengemasan 40.984 0,25 Total Biaya 355.482 2,13 d. Margin Keuntungan 1.498.441 8,97 5. Nilai Pembelian Konsumen 16.711.066 100,00


(57)

Berdasarkan Tabel 14 dapat diketahui price spread dan share margin untuk setiap lembaga yang terlibat dalam proses tataniaga pisang barangan pada saluran III. Ada tiga lembaga tataniaga yang terlibat yaitu pedagang pengumpul daerah, agen luar daerah dan pedagang pengecer luar daerah. Total nilai penjualan yang diperoleh petani/produsen adalah Rp8.660.256,- (51,82%). Petani/produsen menjual pisang barangan ke pedagang pengumpul daerah. Kemudian, pedagang pengumpul daerah menjual pisang barangan ke agen luar daerah dengan nilai penjualan per 1.000 sisir sebesar Rp13.741.935,-. Komponen biaya yang dikeluarkan oleh pedagang pengumpul daerah adalah senilai Rp472.902,- (2,83) dengan rincian biaya yaitu, biaya pemanenan sebesar Rp61.935,- (0,37%), biaya penyimpanan sebesar Rp67.613,- (0,40%), biaya transportasi sebesar Rp286.452,- (1,71%), biaya bongkar muat sebesar Rp54.192,- (0,32%) dan retribusi sebesar Rp2.710,- (0,02). Sehingga margin keuntungan yang diperoleh pedagang pengumpul daerah per 1.000 sisir sebesar Rp4.608.777,- (27,58%).

Kemudian pedagang pengumpul daerah menjual pisang barangan ke agen luar daerah yang berada di kota Medan. Agen luar daerah membeli pisang barangan dengan nilai pembelian sebesar Rp13.741.935,- per 1.000 sisir. Komponen biaya yang dikeluarkan oleh agen luar daerah yaitu biaya penyimpanan sebesar Rp69.714,- (0,42%), sewa tempat sebesar Rp571.429,- (3,42%), biaya kebersihan sebesar Rp4.714,- (0,03%), dan biaya retribusi sebesar Rp1.429,- (0,01%). Dengan nilai penjualan sebesar Rp14.857.143,- per 1.000 sisir agen luar daerah memperoleh margin keuntungan sebesar Rp467.922,- per 1.000 sisir.


(1)

No Sampel Umur (Tahun) Tingkat Pendidikan (Tahun) Pengalaman (Tahun) Jumlah Tanggungan (Jiwa) Luas Lahan (Ha) Domisili

1. 42 12 2 6 0.5 STM Hilir

2. 51 12 5 5 0,4 STM Hilir

3. 52 12 7 3 0,8 STM Hilir

4. 44 12 10 3 1 STM Hilir

5. 41 12 15 4 0.5 STM Hilir

6. 55 6 25 4 0.5 STM Hilir

7. 38 12 10 2 0.3 STM Hilir

8. 55 12 30 5 0.3 STM Hilir

9. 35 12 10 0 0.3 STM Hilir

10. 54 6 20 4 0.3 STM Hilir

11. 50 6 25 3 0.6 STM Hilir

12. 37 16 8 2 1 STM Hilir

13. 60 9 35 5 0.5 STM Hilir

14. 42 12 17 3 0.6 STM Hilir

15. 41 12 18 3 1 STM Hilir

16. 31 12 8 3 1 STM Hilir

17. 54 6 30 6 0,3 STM Hilir

18. 49 6 15 2 1 STM Hilir

19. 38 12 15 2 0.7 STM Hilir

20. 34 16 5 0 1 STM Hilir

21. 52 9 22 5 1 STM Hilir

22. 52 6 11 5 1 STM Hilir

23. 62 6 30 3 1 STM Hilir

24. 37 12 6 2 0.7 STM Hilir

25. 38 12 8 2 0.5 STM Hilir

26. 32 12 5 2 0,8 STM Hilir

27. 41 12 10 4 0.4 STM Hilir

28. 43 12 12 4 0.2 STM Hilir

29. 50 6 17 4 0,3 STM Hilir

30. 49 6 15 3 1 STM Hilir


(2)

No Volume Penjualan Harga Penerimaan Dijual Kepada Sampel (Sisir/Minggu) (Rp/Sisir) (Rp)

1 1.000 8.000 8.000.000 Pedagang Pengumpul Daerah 2 600 8.000 4.800.000 Pedagang Pengumpul Daerah 3 1.200 8.000 9.600.000 Pedagang Pengumpul Daerah 4 1.500 9.000 13.500.000 Pedagang Pengumpul Daerah 5 1.000 9.000 9.000.000 Pedagang Pengumpul Daerah 6 600 8.000 4.800.000 Pedagang Pengumpul Daerah 7 750 8.000 6.000.000 Pedagang Pengumpul Daerah 8 750 8.000 6.000.000 Pedagang Pengumpul Daerah 9 750 9.000 6.750.000 Pedagang Pengumpul Daerah 10 750 9.000 6.750.000 Pedagang Pengumpul Daerah 11 1.200 10.000 12.000.000 Pedagang Pengumpul Daerah 12 1.500 10.000 15.000.000 Pedagang Pengumpul Daerah 13 1.000 10.000 10.000.000 Pedagang Pengumpul Daerah 14 1.000 8.000 8.000.000 Pedagang Pengumpul Daerah 15 1.500 9.000 13.500.000 Pedagang Pengumpul Daerah 16 750 8.000 6.000.000 Pedagang Pengumpul Daerah 17 1.500 9.000 13.500.000 Pedagang Pengumpul Daerah 18 1.500 9.000 13.500.000 Pedagang Pengumpul Daerah 19 1.000 8.000 8.000.000 Pedagang Pengumpul Daerah 20 1.000 9.000 9.000.000 Pedagang Pengumpul Daerah 21 1.000 9.000 9.000.000 Pedagang Pengumpul Daerah 22 1.200 8.000 9.600.000 Pedagang Pengumpul Daerah 23 1.200 8.000 9.600.000 Pedagang Pengumpul Daerah 24 1.000 8.000 8.000.000 Pedagang Pengumpul Daerah 25 1.000 8.000 8.000.000 Pedagang Pengumpul Daerah 26 750 8.000 6.000.000 Pedagang Pengumpul Daerah 27 750 8.000 6.000.000 Pedagang Pengumpul Daerah 28 750 8.000 6.000.000 Pedagang Pengumpul Daerah 29 1.500 9.000 13.500.000 Pedagang Pengumpul Daerah 30 1.200 9.000 10.800.000 Pedagang Pengumpul Daerah Total 31.200 257.000 270.200.000

Rata-Rata 1.040 8567 9.006.667 Range (600-1500) (8.000-10.000) (4.800.000-15.000.000)

Jika 1.000 8.660.256


(3)

Lampiran 3. Karakteristik Pedagang Pengumpul Daerah

No Umur Tingkat Pendidikan Pengalaman Jumlah Tanggungan Volume Pembelian Harga Beli Sumber Volume Penjualan Harga Jual Penjualan Dijual Kepada Sampel (Tahun) (Tahun) (Tahun) (Jiwa) (Sisir/Minggu) (Rp) Pembelian (Sisir/Minggu) (Rp)

1. 24 9 6 0 1.000 8.000 Petani 1.000 10.000 10.000.000 Agen Luar Daerah 2. 59 6 20 5 1.000 8.000 Petani 1.000 12.000 12.000.000 Agen Luar Daerah 3. 52 12 15 4 1.000 9.000 Petani 1.000 13.000 13.000.000 Pengecer Luar Daerah

4. 41 12 10 2 750 10.000 Petani 750 18.000 13.500.000 Konsumen

5. 30 12 9 2 1.500 10.000 Petani 1.500 15.000 22.500.000 Agen Luar Daerah 6. 39 6 12 4 1.500 9.000 Petani 1.500 15.000 22.500.000 Pengecer Luar Daerah

7. 57 12 18 2 1.000 10.000 Petani 1.000 13.000 13.000.000 Konsumen

Total 302 69 90 19 7.750 64.000 7.750 96.000 106.500.000

Rata-Rata 43 10 13 3 1.107 9143 1.107 13714 15.214.286

Range (24-59) (6-12) (6-20) (0-5) (750-1500) (8.000-10.000) (750-1500) (10.000-18.000) (10.000.000-18.000.000)

Jika 1.000 1.000 13.741.935

Lampiran 4. Karakteristik Agen Luar Daerah

No Domisili Umur Tingkat Pendidikan Pengalaman Jumlah Tanggungan Volume Pembelian Harga Beli Sumber Volume Penjualan Harga Jual Penjualan Dijual Kepada Sampel (Tahun) (Tahun) (Tahun) (Jiwa) (Sisir/Minggu) (Rp) Pembelian (Sisir/Minggu) (Rp)

1. Medan (Pasar Melati) 44 9 10 2 1.000 12.000 PPD 1.000 13.000 13.000.000 P. Pengecer 2. Medan (Pasar Sambu) 51 6 27 4 1.000 10.000 PPD 1.000 12.000 12.000.000 P. Pengecer 3. Medan (Pasar Sambas) 36 6 12 2 1.500 15.000 PPD 1.500 18.000 27.000.000 P. Pengecer Total 131 21 49 8 3.500 37.000 3.500 43.000 52.000.000

Rata-Rata 44 7 16 3 1167 12333 1167 14333 17.333.333

Range (36-51) (6-9) (10-27) (2-4) (1.000-1.500) (10.000-15.000) (1.000-1.500) (12.000-18.000) (12.000.000-27.000.000)


(4)

Lampiran 5. Karakteristik Pedagang Pengecer Luar Daerah

No Sampel Umur Tingkat Pengalaman Jumlah Domisili Volume Harga Beli Sumber Volume Harga Jual Penjualan

Sampel Pendidikan Tanggungan Pembelian Pembelian Penjualan

(Tahun) (Tahun) (Tahun) (Jiwa) (Sisir/Minggu) (Rp) (Sisir/Minggu) (Rp)

1. 34 12 12 3 Medan (Pasar Sambu) 280 12.000 Agen (Pasar Sambu) 280 15.000 4.200.000 2. 24 12 6 2 Medan (Pasar Sambu) 150 12.000 Agen (Pasar Sambu) 150 13.000 1.950.000 3. 42 12 10 2 Medan ( Pasar Aksara) 150 12.000 Agen (Pasar Sambu) 150 13.000 1.950.000 4. 30 12 5 4 Medan ( Pasar Aksara) 150 12.000 Agen (Pasar Sambu) 150 13.000 1.950.000 5. 38 12 9 3 Medan (Pasar Melati) 200 13.000 Agen (Pasar Melati) 200 15.000 3.000.000 6. 39 12 5 4 Medan (Pasar Melati) 200 13.000 Agen (Pasar Melati) 200 15.000 3.000.000 7 57 6 3 3 Medan ( Pasar Pancing) 250 12.000 PPD 250 15.000 3.750.000 8. 46 12 8 4 Medan ( Pasar Aksara) 250 12.000 PPD 250 15.000 3.750.000 9. 42 12 8 4 Medan (Pasar Tembung) 250 12.000 PPD 250 15.000 3.750.000 10. 51 6 15 3 Medan (Pasar Batang Kuis) 250 12.000 PPD 250 15.000 3.750.000 11. 35 12 5 2 Medan (Pasar Sambas) 750 15.000 PPD 750 18.000 13.500.000 12. 33 9 5 2 Medan (Pasar Sambas) 250 18.000 Agen (Pasar Sambas) 250 20.000 5.000.000 13. 39 12 4 3 Medan (Pasar Sambas) 250 18.000 Agen (Pasar Sambas) 250 20.000 5.000.000 14. 41 12 10 2 Medan (Pasar Sambas) 750 10.000 Petani 750 18.000 13.500.000 15. 35 9 7 2 Medan ( Pasar Aksara) 750 15.000 PPD 750 18.000 13.500.000

Total 586 162 112 43 4880 198.000 4880 238.000 81.550.000

Rata-Rata 39 11 7 3 325 13.200 325 15867 5.436.667

Range (24-57 (6-12) (3-15) (2-4) (150-750) (10.000-18.000) (150-750) (13.000-20.000) (1.950.000-13.500.000)


(5)

No

Jumlah Sisir

Pemanenan

Penyimpanan

Transportasi

Bongkar Muat

Retribusi

Sampel

(Rp)

(Rp)

(Rp)

(Rp)

(Rp)

1

1.000

0,00

72.000

300.000

60.000

0,00

2

1.000

150.000

72.000

300.000

60.000

0,00

3

1.000

150.000

72.000

300.000

60.000

0,00

4

750

0,00

36.000

300.000

60.000

15.000

5

1.500

0,00

100.000

360.000

60.000

0,00

6

1.500

0,00

100.000

360.000

60.000

0,00

7

1.000

180.000

72.000

300.000

60.000

6.000

Total

7.750

480.000,00

524.000,00

2.220.000,00

420.000,00

21.000,00

Rata-Rata

1.107

68.571,43

74.857,14

317.142,86

60.000,00

3.000,00

Jika

1.000

61.935

67.613

286.452

54.194

2.710

No

Jumlah Sisir

Penyimpanan

Transportasi

Sewa Tempat Kebersihan Retribusi

Sampel

(Rp)

(Rp)

(Rp)

(Rp)

(Rp)

1

1.000

72.000

0,00

500.000

3.750

0,00

2

1.000

72.000

0,00

500.000

9000

0,00

3

1.500

100.000

0,00

1.000.000

3.750

5.000

Total

3.500

244.000

0,00

2.000.000

16.500

5.000

Rata-rata

1.167

81.333

0,00

666.667

5.500

1.667

Lampiran 6. Analisis Biaya Pemasaran Pedagang Pengumpul Daerah 1.000 Sisir Per Minggu

 

 

 

 


(6)

Lampiran 8. Analisis Biaya Pemasaran Pedagang Pengecer Luar Daerah 1.000 Sisir Per Minggu

No

Jumlah Sisir

Penyimpanan

Transportasi

SewaTempat

Kebersihan

Retribusi

Pengemasan

Sampel

(Rp)

(Rp)

(Rp)

(Rp)

(Rp)

(Rp)

1

280

20.000

0,00

0,00

3.750

12.000

15.000

2

150

10.000

0,00

0,00

3.750

12.000

15.000

3

150

10.000

15.000

0,00

6.000

15.000

15.000

4

150

10.000

20.000

0,00

6.000

15.000

15.000

5

200

15.000

0,00

0,00

9.000

0,00

10.000

6

200

15.000

0,00

0,00

9.000

0,00

10.000

7

250

50.000

0,00

0,00

6.000

0,00

10.000

8

250

20.000

0,00

0,00

6.000

0,00

15.000

9

250

20000

0,00

0,00

3.750

0,00

15.000

10

250

10000

0,00

0,00

3.750

0,00

15.000

11

750

0

0,00

500.000

3.750

15.000

15.000

12

250

50.000

0,00

0,00

5.000

12.000

10.000

13

250

15.000

0,00

0,00

5.000

15.000

10.000

14

750

50.000

0,00

0,00

5.000

14.000

15.000

15

750

0

0,00

500.000

5.000

14.000

15.000

Total

4.880

295.000

35.000

1.000.000

80.750

124.000

200.000

Rata-Rata

325

19.667

2.333

66.667

5.383

8.267

13.333

Jika

1.000

60.451

7.172

204.918

16.547

25.410

40.984