• Pertanyaan dijawab B
Skor 2 •
Pertanyaan dijawab C Skor 1
Tabel 3. Pelaksanaan Program PRIMATANI di Desa Talun Kenas No
Model CIPP Indikator Kinerja
1. Context
1. Perencanaan peningkatan kesejahteraan petani 2. Perencanaan pelestarian lingkungan berbasis
inovasi teknologi 3. Perencanaan percepatan adopsi teknologi
inovasi 2.
Input 1. Pemberian inovasi oleh Badan Litbang
Pertanian. 2. Pelatihan yang diberikan oleh pihak BPTP
sebagai fasilitator program PRIMATANI.
3. Pembinaan kelembagaan kelompok tani.
3. Process
1. Implementasi teknologi budidaya dan pascapanen pisang barangan.
2. Implementasi pengadaan benih bermutu pisang barangan.
3. Penyediaan bibit pisang barangan bermutu bebas penyakit.
4. Implementasi teknologi pengolahan limbah untuk pakan dan pupuk organik.
5. Pelaksanaan temu lapang untuk pemasaran produk segar olahan.
4. Product
1. Peningkatan produksi pisang barangan petani
Universitas Sumatera Utara
setelah menggunakan inovasi dari program PRIMATANI.
2. Perubahan kemampuan petani dalam meningkatkan mutu pisang barangan.
3. Kemampuan petani dalam memanfaatkan inovasi dari pihak BPTP.
4. Kepuasan petani dalam pelayanan yang diberikan oleh pihak BPTTP.
Sumber : Diolah berdasarkan teori yang dibangun Untuk mengetahui hasil penjumlahan seluruh skor dari masing-masing pelaksanaan
Program PRIMATANI, dapat dilihat pada Tabel dibawah ini. Tabel 4. Skor Pelaksanaan Program PRIMATANI
No Model
CIPP Jumlah
Parameter Skor
Rentang 1.
Context 3
1-3 3-9
2. Input
3 1-3
3-9 3.
Process 5
1-3 5-15
4. Product
4 1-3
4-12 Total
15 15-45
Hasil penilaian menghasilkan skor, dari skor tersebut akan ditentukan bagaimana pelaksanaan Program PRIMATANI. Skor pelaksanaan Program PRIMATANI berada di antara
15 – 45, dimana panjang kelas dapat dihitung dengan range dibagi jumlah kelas. Range adalah jarakselisih antara data terbesar dan terkecil Subagyo, 1992 : 10.
Keterangan :
Skor 35-45 : Kinerja baik
Skor 25-34 : Kinerja kurang baik
Universitas Sumatera Utara
Skor 15-24 : Kinerja tidak baik
Definisi dan Batasan Operasional Definisi
Untuk menghindari kesalahpahaman dan kekeliruan dalam mengartikan penelitian ini, maka diberikan beberapa definisi dengan batasan operasional sebagai berikut:
1. PRIMATANI : Program Rintisan dan Akselerasi Pemasyarakatan Inovasi
Teknologi Pertanian, yang dilaksanakan secara partisipatif oleh semua pemangku kepentingan stakeholder pembangunan pertanian.
2. Inovasi adalah teknologi baru yang diberikan oleh pemerintah terhadap petani
pisang barangan 3.
Evaluasi adalah sebuah proses pengumpulan informasi dengan menggunakan standard dan seperangkat kriteria untuk menarik kesimpulan dan menyusun
pertimbangan. 4.
Efektivitas adalah pencapaian tujuan secara tepat atau memilih tujuan-tujuan yang tepat dari serangkaian alternatif atau pilihan cara dan menentukan pilihan dari
beberapa pilihan lainnya. 5.
Efisiensi adalah efisiensi adalah penggunaan sumber daya secara minimum guna pencapaian hasil yang optimum. Efisiensi menganggap bahwa tujuan-tujuan yang
benar telah ditentukan dan berusaha untuk mencari cara-cara yang paling baik untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut.
6. Petani sampel adalah petani pisang barangan yang menggunakan teknik baru
yang di berikan oleh pemerintah.
Universitas Sumatera Utara
7. Produksi adalah hasil dari petani terhadap komoditi pisang barangan.
Batasan Operasional
Untuk memperjelas dan menghindari kesalahpahaman dalam penelitian ini, maka dibuat batasan operasional sebagai berikut :
1. Daerah penelitian adalah Desa Talun Kenas Kecamatan STM Hilir Kabupaten
Deli Serdang 2.
Penelitian dilakukan pada tahun 2010. 3.
Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh petani yang menggunakan inovasi dari program PRIMATANI di Desa Talun Kenas Kecamatan STM Hilir
Kabupaten Deli Serdang.
Universitas Sumatera Utara
DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN
Deskripsi Daerah Penelitian Luas dan Letak Geografis Desa Talun Kenas
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Talun Kenas yang terletak di Kecamatan STM Hilir Kabupaten Deli Serdang. Kecamatan STM Hilir memiliki luas wilayah 190,50 Km² dengan
jumlah penduduk 30.098 jiwa terdiri dari 7.257 KK. Kecamatan STM Hilir terdiri dari 15 desa dan 80 dusun, salah satu desanya adalah Desa Talun Kenas yang merupakan daerah sentra
produksi pisang barangan. Desa Talun Kenas memiliki luas desa sebesar 306 Km. Adapun batas-batas geografis desa penelitian sebagai berikut :
• Sebelah utara
: Desa Sumbul •
Sebelah Selatan : Desa G. Rintih
• Sebelah Timur
: Desa Belumah •
Sebelah Barat : Desa Sumbul
Kecamatan STM Hilir berada di daratan rendah dengan ketinggian 190 sd 500 m dpl, dimana sebelah Selatan berbatasan dengan bukit kecil. Wilayah STM Hilir termasuk wilayah
pedesaan dimana masih banyak terdapat lading atau sawah yang digunakan untuk bertani untuk memenuhi kebutuhan hidup. Kecamatan STM Hilir beriklim sedang, yaitu terdiri dari 2
iklimmusim, yaitu musim hujan dan musim kemarau. Kedua musim ini dipengaruhi oleh 2 angin yaitu angin laut dan angin gunung. Musim kemarau terjadi pada bulan Januari-Agustus
dan musim hujan terjadi biasanya pada bulan September-Desember.
Universitas Sumatera Utara
Keadaan Penduduk
Penduduk desa penelitian berjumlah 2.644 jiwa dengan 637 KK, terdiri dari 1348 jiwa laki-laki dengan laki-laki dewasa sebanyak 899 jiwa dan laki-laki anak-anak sebanyak 449 jiwa,
dan jumlah penduduk yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 1296 jiwa dengan perempuan dewasa 856 jiwa dan perempuan anak-anak sebanyak 440 jiwa. Jumlah dan distribusi penduduk
menurut kelompok umur dapat dilihat pada tabel 4. Tabel 5. Distribusi Penduduk Desa Talun Kenas Menurut Kelompok Umur Tahun 2008
No Golongan umur
Jumlah orang Persentase
1 0-4
205 7, 75
2 5-9
287 10,85
3 10-14
285 10,77
4 15-19
241 9,11
5 20-24
221 8,35
6 25-29
209 7,90
7 30-34
229 8,66
8 35-39
203 7,67
9 40-44
181 6,84
10 45-49
177 6,69
11 50-54
138 5,21
12 55-59
139 5,25
13 60+
129 4,87
Jumlah 2.644
100 Sumber : Kabupaten Deli Serdang Dalam Angka 2009.
Dari Tabel dapat dilihat bahwa penduduk Desa Talun Kenas masih tergolong usia produktif 17-55 tahun. Dimana usia tersebut petani biasanya mempunyai semangat untuk ingin
tahu apa yang mereka belum ketahui, berusaha untuk lebih cepat melakukan adopsi inovasi. Mata pencaharian utama di Desa Talun Kenas Kecamatan STM Hilir adalah bertani.
Selain bertani penduduk juga ada yang bekerja sebagai pegawai, pedagang, karyawan dan lain- lain. Persentase mata pencaharian penduduk di Desa Talun Kenas Kecamatan STM Hilir dapat
dilihat dalam tabel 6.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 6. Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian Desa Talun Kenas Kecamatan STM Hilir Tahun 2008
No Jenis pekerjaan
Jumlah orang Persentase
1 Petani
975 73,53
2 Pedagang
175 13,20
3 Pegawai Negeri
86 6,49
4 Karyawan Perusahaan Swasta
90 6,79
Jumlah 1326
100 Sumber : Kabupaten Deli Serdang Dalam Angka 2009
Mayoritas penduduk di Desa Talun Kenas Kecamatan STM Hilir merupakan suku Batak Karo. Pada umumnya penduduk sudah saling mengenal satu sama lainnya. Keakraban penduduk
dapat dilihat dari adanya gotong royong, acara adat yang dilakukan, misalnya pelaksanaan acara perkawinan yang dilakukan sesuai adat istiadat.
Tabel 7. Banyaknya Penduduk Menurut Suku Bangsa Desa Talun Kenas Kecamatan STM Hilir Tahun 2008
No Jenis suku bangsa
Jumlah orang Persentase
1 Jawa
300 11,67
2 Karo
2186 85,03
3 Toba
23 0,89
4 Simalungun
62 2,41
Jumlah 2571
100 Sumber : Kabupaten Deli Serdang Dalam Angka 2009
Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana di Desa Talun Kenas ini masih terbilang sangat minim, contohnya seperti sarana pendidikan formal untuk SLTP dan SMU yang hanya berjumlah 1 buah dan
sarana-sarana yang lainya seperti sarana kesehatan, sarana ibadah dan sarana ekonomi yang pembangunannya masih sangat minim di Desa Talun Kenas ini. Hal ini dapat dilihat pada Tabel
8.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 8. Sarana dan Prasarana Sosial Ekonomi yang Tersedia di Desa Talun Kenas Kecamatan STM Hilir Tahun 2008
No Jenis sarana dan prasarana
Jenis Jumlah unit
1 Sarana Pendidikan Formal
SLTP 1
SMU 1
2 Sarana Kesehatan
Dokter 2
BidanPerawat 7
3 Sarana Ibadah
Mesjid 1
LanggarSurau 1
Gereja 6
4 Sarana Ekonomi
Pasar Mingguan 1
Jumlah 20
Sumber : Kabupaten Deli Serdang Dalam Angka 2009
Karakteristik Petani Sampel Karakteristik petani sampel yang dimaksud disini adalah karakteristik sosial ekonomi
petani, yaitu umur, tingkat pendidikan, pengalaman bertani, luas lahan, jumlah tanggungan keluarga. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 9. Karakteristik Petani Sampel Desa Talun Kenas Kecamatan STM Hilir Tahun 2010 No
Uraian Range
Rataan 1
Umur tahun 26-57
38,89 2
Tingkat pendidikan tahun 6-17
9,74 3
Pengalaman bertani tahun 3-22
11,15 4
Luas lahan Ha 0,32-2
0,72 5
Jumlah tanggungan jiwa 1-6
2,77 Sumber : Data diolah dari lampiran 1.
Umur
Tabel. 9 menunjukkan bahwa umur petani sampel mempunyai range antara 26-57 tahun dengan rataan sebesar 38,89 tahun. Data ini menjelaskan bahwa petani sampel masih berada
dalam kategori usia produktif, sehingga masih besar potensi tenaga kerja yang dimiliki oleh petani sampel di dalam mengelola usaha tani nya. Sehingga pada saat Departemen Pertanian
mengeluarkan sebuah program yang berbasis inovasi teknologi maka petani dengan senantiasa
Universitas Sumatera Utara
menerima akan adanya program tersebut, dan mereka tertarik untuk mengadopsi teknologi yang diberikan oleh Badan Litbang Pertanian
Tingkat Pendidikan
Pendidikan formal merupakan salah satu faktor penting dalam mengelola usaha tani. Pendidikan formal juga sangat erat kaitannya dengan kemampuan petani dalam hal menerima
dan menyerap teknologi, informasi untuk mengoptimalkan usaha tani nya. Tingkat pendidikan formal petani sampel mempunyai range 6-17 dengan rataan 9,74 tahun. Artinya rata-rata petani
sampel sudah menyelesaikan pendidikan formal hingga SMP, dengan demikian wawasan pengetahuan serta cara berpikir dan bertindak petani sampel dalam mengelola usaha tani nya
tergolong masih rendah.
Pengalaman Bertani
Faktor yang sangat berpengaruh terhadap kemampuan petani dalam mengelola usaha taninya adalah lama bertani. Rataan lama bertani atau pengalaman bertani petani adalah 11,15
11 tahun dengan range 3-22 tahun. Berdasarkan rataan tersebut pengalaman bertani petani sampel sudah cukup lama, sehingga dapat dikatakan bahwa petani sampel memiliki wawasan
serta pengetahuan yang lebih baik dan berhati-hati dalam menerapkan inovasi baru dalam usaha tani pisang barangannya termasuk teknologi yang diperkenalkan oleh Badan Litbang Pertanian
dalam Program PRIMATANI ini.
Jumlah Tanggungan
Rataan jumlah tanggungan keluarga adalah 2,77 2 orang dengan range 1-6 orang. Jumlah ini menunjukkan bahwa jumlah tanggungan keluarga petani sampel tergolong kecil,
Universitas Sumatera Utara
sehingga untuk membantu dalam proses usaha tani pisang barangan terutama dalam penyediaan tenaga kerja dalam keluarga, petani menggunakan tenaga kerja dari luar keluarga.
Luas Lahan
Rataan luas lahan petani pisang barangan adalah 0,72 Ha, dengan range 0,32-2 Ha. Hal ini menunjukkan bahwa petani sampel termasuk petani yang memiliki luas lahan yang masih
tergolong sedang.
Universitas Sumatera Utara
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian dilakukan terhadap petani yang menggunakan inovasi dari program PRIMATANI di Desa Talun Kenas Kecamatan STM Hilir Kabupaten Deli Serdang. Pada
penelitian ini ditetapkan jumlah petani sampel sebanyak 27 orang yaitu seluruh petani yang menggunakan inovasi dari program PRIMATANI. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui
pelaksanaan inovasi dari program PRIMATANI yang merupakan program dari Badan Litbang Departemen Pertanian.
Pelaksanaan Program PRIMATANI di Daerah Penelitian dalam Peningkatan Hasil Produksi Pisang Barangan
Program PRIMATANI di Desa Talun Kenas Kecamatan STM Hilir dilaksanakan pertama kali pada awal tahun 2007. Program ini bertujuan untuk mempercepat diseminasi transfer
teknologi dan adopsi teknologi inovasi kepada para petani di daerah penelitian. Program ini berakhir pada akhir tahun 2009.
Desa Talun Kenas yang telah ditentukan sebagai salah satu desa yang mendapatkan Program PRIMATANI dari Badan Litbang Departemen Pertanian merupakan daerah yang
awalnya adalah sebagai sumber atau kebun nenas. Pada tahun 1970, dimulainya pengembangan komoditi pisang barangan di daerah ini, animo masyarakat untuk mengembangkan komoditi ini
sangat besar dan penanaman dilakukan, hampir seluruh masyarakat tani yang ada di daerah ini bertanam pisang. Namun pada tahun 1990 an terjadi serangan penyakit layu pisang layu
kuning, hampir seluruh tanaman yang ada di daerah ini habis, hal ini membuat petani trauma untuk bertanam kembali. Kejadian ini menjadi perhatian pihak Dinas Pertanian untuk
melaksanakan program yang dapat mengembalikan produktivitas komoditi pisang barangan.
Universitas Sumatera Utara
Program tersebut adalah Program SLPHT Sekolah Lapang Pengendalian Hama Terpadu. Setelah SLPHT ini, petani kembali mempunyai semangat untuk mengembangkan komoditi ini,
hingga kini daerah pengembangan semakin luas sehingga merupakan salah satu sentra pisang dan pada tahun 2005 telah dibangun terminal agribisnis pisang barangan di Desa Talun Kenas
ini. Dengan alasan itulah mengapa Program PRIMATANI dapat masuk ke Desa Talun Kenas ini. Dalam Program PRIMATANI di Desa Talun Kenas terdapat Rancang Bangun
Laboratorium Lapang Agribisnis. Rancang bangun tersebut dibuat dimaksudkan untuk menuju terbentuknya suatu indutri agribisnis pedesaan. Tujuan dari Rancang Bangun Laboratorium
Agribisnis ini adalah terciptanya suatu model percontohan agribisnis industrial pedesaan yang berbasis inovasi teknologi.
Tabel 10. Pelaksanaan Program PRIMATANI di Desa Talun Kenas No Tahapan kegiatan
Hasil yang diharapkan
Hasil di lapangan 1
Sosialisasi paket-paket teknologi
a. Pengembangan
areal percontohan
b. Pelatihan
PRIMATANI Petani sampel pisang
barangan mengikuti kegiatan sosialisasi
sesuai dengan aturan berlaku
Diikuti dengan baik oleh petani sampel
pisang barangan 81,48 .
2 Pengimplementasian
inovasi teknologi Petani sampel pisang
barangan menerapkan inovasi
teknologi yang diberikan oleh BPTP
Diterapkan dengan baik oleh petani
pisang barangan 96,3 .
Universitas Sumatera Utara
Lanjutan Tabel 10. No Tahapan kegiatan
Hasil yang diharapkan
Hasil di lapangan 3
Pembinaan Petani sampel
pisang barangan mengetahui tata
cara pelaksanaan yang benar dari
program Diikuti dengan baik oleh
petani sampel pisang barangan 92,5 .
Sumber : Diolah berdasarkan Data Primer Tahun 2010 Tahapan kegiatan yang dilaksanakan pada program PRIMATANI ini dalam penerapan
inovasi teknologi adalah: 1. Sosialisasi paket-paket teknologi
Pensosialisasian paket-paket teknologi berkerjasama dengan dinas terkait di Kabupaten Deli Serdang, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Badan Litbang Pertanian,
Departemen Pertanian telah banyak menghasilkan inovasi dan alih teknologi yang dapat diaplikasikan untuk meningkatkan pendapatan petani. Sebelumnya sosialisasi perlu didukung
oleh penyediaan informasi teknologi budidaya, penanganan segar dan pengolahan, seperti folder tentang Teknologi Penanaman Pisang Barangan Dengan Sistem 2 Jalur double row planting
system Beberapa dukungan teknis dan non teknis untuk keberhasilan pelaksanaan sosialisasi
maupun pelatihan di lokasi PRIMATANI, antara lain : a.
Pengembangan areal percontohan Pembuatan areal-areal percontohan kebun buah pisang barangan di lahan-lahan petani
diharapkan akan merangsang petani untuk mengembangkan secara swadaya dan swadana sentra usaha agribisnis di wilayah tersebut. Pengembangan areal implementasi teknologi
sebagai area percontohan pada klinik agribisnis ini perlu dilaksanakan sejak awal dan terus
Universitas Sumatera Utara
dikawal sampai dengan menghasilkan. Dengan demikian, diharapkan masyarakat dapat mengetahui secara pasti budidaya yang baik serta kondisi pertanaman optimal karena
dipelihara dengan baik. b.
Pelatihan PRIMATANI Pelatihan ini dilaksanakan untuk melanjutkan pelatihan teknik pengadaan benih bermutu
pisang barangan bebas penyakit untuk terbentuk penangkar benih di kelompok tani. Dalam pelaksanaanya di lapangan bahwa sosialisasi paket-paket teknologi ini yakni
pengembangan areal percontohan diikuti oleh petani sampel pisang barangan dengan persentase 81,48 . Mereka merasa tertarik dengan harapan setelah mengikuti sosialisasi ini mereka dapat
mengetahui pengetahuan baru tentang penanaman budidaya dan pascapanen pisang barangan sehingga dapat meningkatkan hasil usaha tani pisang barangan mereka. Alasan lain mengapa
petani tertarik karena dalam mengikuti kegiatan PRIMATANI ini tidak dipungut biaya oleh pihak pemerintah sehingga petani merasa tidak rugi untuk mengukuti sosialisasi paket-paket
teknologi itu. Pelaksanaan pelatihan yang diberikan oleh BPTP merupakan lanjutan rangkaian kegiatan
dalam sosialisasi paket-paket teknologi, petani mengikuti rangkaian pelatihan untuk mengetahui bagaimana cara penggunaan teknologi tersebut sehingga pada saat pelaksanaannya kemudian
petani dapat menerapkan nya pada usaha tani mereka sendiri. 2. Pengimplementasian inovasi teknologi
Pengimplementasian inovasi teknologi dilakukan melalui sosialisasi dan pelatihan teknologi budidaya dan pascapanen pisang barangan yang mencakup : Pengadaan benihbibit
bebas penyakit layu dan pemeliharaan tanaman.
Universitas Sumatera Utara
Pengadaan benihbibit pisang barangan bebas penyakit layu dengan melakukan penelusuran ke beberapa sentra produksi pisang barangan di Sumatera Utara.
Pemeliharaan tanaman dilakukan dengan tujuan agar terjaga seluruh kebutuhan dari tanaman tersebut, dan sembari dilakukan pengawasan terhadap tanaman tersebut. Pemeliharaan
tanaman dapat berupa pemberian kadar pupuk sesuai anjuran yang ditentukan. Dalam pelaksanaanya, kegiatan ini mencapai titik keberhasilan sebesar 96,3 seperti
kegiatan sosialisasi paket-paket teknologi petani diajarkan bagaimana melaksanakan kegiatan usaha tani yang benar dan dapat menghasilkan hasil yang baik bagi usaha tani pisang barangan
mereka. Hal yang dilakukan di lapangan seperti memberikan pengetahuan mengenai pemberian kadar pupuk sesuai yang dianjurkan dan kemudian dapat diaplikasikan langsung ke usaha tani
pisang barangan mereka. Selama ini petani hanya menggunakan pupuk seadanya, hal ini dikarenakan keterbatasan dalam mendapatkan pupuk dan mahalnya harga pupuk tersebut.
3. Pembinaan Pembinaan dilakukan langsung oleh pihak BPTP. BPTP adalah pihak yang memfasilitasi
program. BPTP mengawasi bagaimana kinerja petani dalam melaksanakan inovasi teknologi yang sudah pernah disosialisasikan langsung oleh mereka. Hal ini sangat dibutuhkan agar tata
pelaksanaan yang benar dari program ini dapat tercapai dengan baik. Berdasarkan observasi di lapangan dan dengan wawancara langsung dengan petani,
Program PRIMATANI ini ada di Desa Talun Kenas ini sejak tahun 2007, dimana semua petani pengguna inovasi teknologi dari program ini telah mengikuti program ini sejak awal, dan mereka
tidak pernah mengikuti program usaha tani lainnya sebelumnya. Pertama pihak BPTP melakukan sosialisasi inovasi teknologi. Dalam sosialisasi tersebut dibutuhkan peranan kelompok tani agar
tercipta rasa kekeluargaan dan petani merasa nyaman untuk menerapkan ilmu-ilmu yang
Universitas Sumatera Utara
diberikan. Dengan adanya peran kelompok tani tersebut maka dibutuhkan pula pembinaan terhadap kelompok-kelompok tani agar ikatan kelembagaan ini dapat menjadi fasilitas bagi para
petani untuk menampung aspirasi petani. Dengan persentase sebesar 92,5 maka pelaksanaannya di lapangan berjalan sangat baik. Pertama dijelaskan apa sebenarnya
PRIMATANI dan apa manfaatnya bagi petani. Setelah melakukan sosialisasi mengenai PRIMATANI maka selanjutnya dilakukan sosialisasi tentang inovasi teknologi yang dimiliki
oleh program PRIMATANI tersebut. Adapun inovasi teknologi Pisang Barangan yang diperkenalkan oleh Program PRIMATANI dapat dilihat pada tabel 11.
Tabel 11. Inovasi Teknologi Pisang Barangan yang Diperkenalkan Oleh Program PRIMATANI yang Telah Diterapkan Oleh Petani
No Inovasi teknologi
1 Teknik pengadaan bibit bonggol, bibit anakan terseleksi
2 Teknologi pemupukan sesuai anjuran ZA, Urea, SP-36 dan KCl
3 Aplikasi pupuk kandang sapi 8-10 kg per lobang tanam
4 Lobang tanam 50x50x50 cm
5 Aplikasi trikoderma
No Inovasi teknologi
6 Sistem tanam dua jalur double row 1x2 m dalam baris dan 4 m antara
double row 7
Sistem tanam 1 jalur mengikuti SPO pisang barangan 2,5 x 3 m 8
Tanaman sela kacang tanah jagungpepaya 9
Teknologi pembrongsongan Sumber : Diolah dari data sekunder
1. Teknik Pengadaan bibit bonggol, bibit anakan terseleksi Pengadaan benih adalah kegiatan pencarian, pemanenan, pengumpulan, sortasi dan
penyimpanan benih sebelum benih yang bersangkutan digunakan atau diedarkan. Tujuannya
adalah : a.
Menyediakan benih bibit bermutu varietas unggul sesuai dengan kebutuhan
Universitas Sumatera Utara
b. Menjamin benih bibit bebas dari hama dan penyakit agar dapat tumbuh baik dan
berproduksi optimal 2. Teknologi pemupukan sesuai anjuran ZA, Urea, SP-36 dan KCl
Pemupukan adalah proses kegiatan pemberian nutrisi pada tanaman agar kondisi unsur hara dalam tanah yang dibutuhkan tanaman dapat memenuhi kebutuhan.
Pemupukan memegang peranan penting dalam upaya meningkatkan hasil pertanian. Pemupukan terhadap satu pertanaman berarti menambahkanmenyediakan unsur hara untuk tanaman.
Tujuannya adalah untuk mendapatkan pertumbuhan optimal tanaman serta mempertahankan status hara tanah.
3. Aplikasi pupuk kandang sapi 8-10 kg per lobang tanam Aplikasi pupuk kandang sapi digunakan sebagai unsur tambahan haranutrisi yang
dibutuhkan tanaman.. 4. Lubang tanam 50x50x50 cm
Lubang tanam merupakan salah satu teknik penanaman yang disarankan oleh program ini, yaitu dengan teknik lubang tanam ukuran 50x50x50 cm. Hal ini disesuaikan dengan keadaan
tanah. 5. Aplikasi trikoderma
6. Sistem tanam dua jalur double row 1x2 m dalam baris dan 4 m antara double row Sistem tanam dua jalur double row merupakan system yang diharapkan dapat dapat
meningkatkan pendapatan petani pisang barangan. Budidaya pisang barangan dengan sistem dua jalur double row yaitu meliputi persiapan lahan, pengaturan jarak tanaman, penanaman,
pemeliharaan dan pemanenan ini memiliki keunggulan pada jarak tanam dan kegiatan pemeliharaannya.
Universitas Sumatera Utara
7. Sistem tanam 1 jalur mengikuti SPO pisang barangan 2,5 x 3 m sistem tanam 1 jalur dengan populasi berkisar 1300 tanaman. Dari komponen teknologi
budidaya pisang barangan, pengaturan jarak tanam merupakan salah satu komponen yang dilakukan oleh petani. Pengaturan jarak tanam 2,5×3 meter sampai dengan 3×4 meter merupakan
jarak tanam yang banyak diminati dan diadopsi oleh petani, sebab petani masih dapat menanami lahan diantara tanaman pisang untuk ditanami tanaman lain.
8. Tanaman sela kacang tanah jagungpepaya Adopsi ini berhubungan dengan teknologi sistem tanam 1 jalur mengikuti SPO, jarak
tanam pada teknologi satu jalur ini dapat dimanfaatkan petani untuk menanam tanaman lain seperti jagung sebagai tanaman tumpangsari, dan intersepsi radiasi matahari masih cukup untuk
pertumbuhan optimum bagi tanaman sela diantara tanaman pisang. 9. Teknologi Pembrongsongan
Teknologi pembrongsongan adalah sebuah rangkaian kegiatan pembungkusanpembrongsongan buah agar tidak terganggu oleh penyakit. Tujuannya adalah :
a. Untuk meningkatkan kualitas penampilan buah.
b. Melindungi buah dari benturan, sengatan sinar matahari dan gesekan antar buah
c. Melindungi buah dari serangan hama dan penyakit penggerek buah, kumbang buah dan
lalat buah
d. Melindungi buah dari kerusakan dan gesekan pada saat panen serta melindungi
permukaaan kulit buah dari getah.
Adapun petani yang menerapkan inovasi teknologi dari PRIMATANI ini dapat dilihat dari tebel berikut :
Universitas Sumatera Utara
Tabel 12. Petani yang Menerapkan Inovasi Teknologi PRIMATANI No Uraian
Jumlah petani yang menerapkan orang
Persentase 1
Teknik pengadaan bibit bonggol, bibit anakan terseleksi
27 100
2 3
4 5
6 Teknologi pemupukan sesuai
anjuranZA, Urea, SP-36 dan KCl Aplikasi pupuk kandang sapi 8-
10kg per lubang tanam Lubang tanam 50x50x50 cm
Aplikasi trikoderma System tanam dua jalur double
row 1x2 m dalam baris dan 4 m antara double row
12 6
4 5
2 44,4
22,2 14,8
22,2 7,4
2 Teknologi pemupukan sesuai
anjuranZA, Urea, SP-36 dan KCl 12
44,4
3 Aplikasi pupuk kandang sapi 8-
10kg per lubang tanam 6
22,2
4 Lubang tanam 50x50x50 cm
4 14,8
5 Aplikasi trikoderma
5 22,2
6 System tanam dua jalur double
row 1x2 m dalam baris dan 4 m antara double row
2 7,4
7 System tanam 1 jalur mengikut i
SPO pisang barangan 2,5 x 3 m 17
63 8
Tanaman sela 5
18,5 9
Teknologi pembrongsongan 6
22,2 Sumber : dioalah dari data primer tahun 2010
Berdasarkan tabel dapat dijelaskan bahwa terdapat 27 petani yang mengikuti inovasi teknologi dari program PRIMATANI untuk inovasi bibit bonggol atau bibit anakan terseleksi
bebas penyakit layu dengan persentase sebesar 100 . Hal ini disebabkan karena inovasi tersebut mudah dalam penerapannya dan tidak membutuhkan banyak biaya yang mana bibit
tersebut merupakan subsidi dari pemerintah pihak BPTP.
Universitas Sumatera Utara
Untuk adopsi teknologi pemupukan sesuai dengan dosis anjuran terdapat 12 petani yang mengikutinya. Dengan persentase sebesar 44,4. Adopsi teknologi ini merupakan salah satu
adopsi yang sesuai dengan kebutuhan petani mengingat dalam pelaksanaan penanaman pisang barangan ini dibutuhkan suatu teknologi yang baik dalam pemupukan untuk dapat memperbaiki
unsur hara tanah sehingga tanaman pisang barangan yang ditanam dapat berkembang dengan baik.
Untuk adopsi aplikasi pupuk kandang sapi 8-10 kg per lobang tanam diikuti oleh 6 orang petani, dengan persentase sebesar 22,2 . Hal ini dikarenakan petani masih menggunakan cara
tradisional sesuai dengan yang mereka lakukan salama ini. Adopsi lobang tanam 50x50x50 cm diikuti oleh 4 orang petani, dengan persentase
sebesar 14,8 . Teknologi ini tidak terlalu menarik bagi petani karena petani lebih mengutamakan teknologi yang sesuai dengan kebutuhan mereka.
Untuk teknologi aplikasi trikoderma ini jumlah petani yang mengadopsi nya adalah 5 orang, dengan persentase sebesar 18,5 . Rendahnya jumlah petani yang mengadopsi teknologi
ini karena masih kurangnya pemahaman petani mengenai teknologi ini sehingga petani tidak terlalu tertarik mengikut i teknologi ini.
Adopsi teknologi penanaman pisang barangan dengan sistem 2 jalur hanya diterapkan oleh 1 petani sampel saja, dengan persentase sebesar 7,4 . Teknologi penanaman dengan sistem
2 jalur merupakan salah satu komponen teknologi unggulan yang dapat meningkatkan populasi tanaman 85 dibandingkan dengan sistem tanam 1 jalur. Memperhatikan kondisi ini masih
sangat perlu dilakukan sosialisasi teknologi tersebut secara tepat kepada masyarakat petani pisang barangan.
Universitas Sumatera Utara
Untuk teknologi sistem tanam 1 jalur mengikuti SPO pisang barangan 2,5 x 3 m diikuti oleh 18 orang petani, dengan persentase sebesar 63 . Petani pisang barangan masih lebih
banyak menerapkan sistem tanam 1 jalur dengan populasi berkisar 1300 tanaman. Dari komponen teknologi budidaya pisang barangan, pengaturan jarak tanam merupakan salah satu
komponen yang dilakukan oleh petani. Pengaturan jarak tanam 2,5×3 meter sampai dengan 3×4 meter merupakan jarak tanam yang banyak diminati dan diadopsi oleh petani, sebab petani masih
dapat menanami lahan diantara tanaman pisang untuk ditanami tanaman lain. Untuk teknologi tanaman sela kacang tanahjagungpapaya diadopsi oleh 5 orang
petani, dengan persentase sebesar 18,5 . Adopsi ini berhubungan dengan teknologi sistem tanam 1 jalur mengikuti SPO, jarak tanam pada teknologi satu jalur ini dapat dimanfaatkan
petani untuk menanam tanaman lain seperti jagung sebagai tanaman tumpangsari, dan intersepsi radiasi matahari masih cukup untuk pertumbuhan optimum bagi tanaman sela diantara tanaman
pisang. Para petani yang mengadopsi teknologi inovasi ini merasa bahwa inovasi ini sesuai dengan kebutuhan mereka.
Untuk teknologi pembrongsongan diadopsi oleh 6 orang petani, dengan persentase sebesar 22,2 . Teknologi ini masih sulit dalam pengerjaannya, dikarenakan banyaknya alat-alat
yang dibutuhkan antara lain seperti tangga, plastik brongsongan sehingga petani lebih memperhatikan teknologi yang lain yang jauh lebih mudah.
Dalam pelaksanaannya, petani dibantu oleh pihak BPTP sebagai pihak fasilitator dalam pengerjaan seluruh tahapan Program PRIMATANI. BPTP memberikan pelatihan di bidang
teknologi budidaya dan pascapanen pisang barangan. Pelatihan yang diberikan berupa bagaimana cara implementasi teknologi budidaya pisang barangan yang benar, informasi tentang
Universitas Sumatera Utara
pengolahan limbah pisang barangan serta pola tanam pisang barangan, implementasi penyediaan bibit pisang barangan bermutu bebas penyakit, implementasi teknologi pengadaan benih bermutu
pisang barangan. BPTP langsung di hadapan para petani menerapkan bagaimana pengerjaan yang benar mengenai seluruh rangkaian pelatihan yang diberi dan tidak hanya memberikan teori
mengenai budidaya saja. Hal ini dimaksudkan agar petani lebih memahami benar bagaimana tahapan yang seharusnya dilaksanakan, mengingat teknologi yang diperkenalkan dalam program
ini masih bersifat baru.
Untuk pelatihan mengenai implementasi teknologi budidaya dan pasca panen pisang barangan yang benar, maka BPTP mengadakan pertemuan sebanyak 5 kali dalam 1 tahun,
dimana intensitas pertemuan sebanyak 5 kali tersebut meliputi pemahaman tentang teori pisang barangan hingga praktek langsung di lahan milik petani.
Untuk implementasi teknologi pengadaan benih bermutu pisang barangan, maka BPTP mengadakan pertemuan sebanyak 6 kali, dimana intensitas pertemuan sebanyak 6 kali tersebut
telah meliputi teori tentang pengadaan benih bermutu pisang barangan, pemberian benih bermutu hingga dipraktekkan langsung di lahan milik petani dan pelatihan perbanyakan benih pisang
barangan.
Pada pelatihan perbanyakan benih pisang barangan, dilakukan sosialisasi teknologi perbanyakan benih pisang barangan dari rumpun tanaman yaitu dari 2 metoda yang diuraikan
dalam media diseminasi brosur berjudul : Petunjuk Teknis Perbanyakan Benih Pisang Barangan Dari Rumpun Tanaman., sebagai berikut Napitupulu, dkk., 2008 :
• Perbanyakan benih pisang barangan dari bonggol dibelah :
Universitas Sumatera Utara
1. Mengambil bonggol dari tanaman sehat yang sudah pernah berbuah. Bentuk bit bonggol yang baik dijadikan untuk bibit adalah bentuk seperti tunas rebung yang sedikit mulai
muncul.
2. Di sekitar tempat pengambil bonggol jangan ada tanaman yang sakit
3. Membongkar pohon pisang barangan yang telah dipanen buahnya dengan menggunakan tembilang dan cangkul
4. Akar, tanah dan anakan yang besar dibuang, ditinggalkan tunas kecil atau matanya saja, terutama mata bagian atas yang dinamakan “phisic eye”, karena dari mata tersebut akan
diperoleh tanaman yang lebih kuat dan berkembang lebih cepat.
5. Bonggol atau sucker diambil dicongkel dari pohon pisang barangan yang dibongkar dengan menggunakan pisau tajam. Bentuk bonggol yang diambil mirip bentuk kubus
ukuran kira-kira 10 cm x 10 cm x 10 cm.
6. Untuk memperbanyak bibit, bit bonggol yang utuh dengan menggunakan pisau tajam dapat dibelah menjadi 4 bagian. Setiap belahan bit bonggol terdapat titik tumbuh apical
dominance yang masih utuhbelum rusak. Belahan bit yang sehat warnanya putih bersih tidak ada noda-noda coklat atau hitam. Dari 1 pohon pisang barangan yang
dibongkar dapat diperoleh kira-kira 10 tunas untuk bit bonggol, dan bila dibelah 4, maka diperoleh 40 bit atau 40 bibit bonggol.
7. Bibit bonggol yang dibelah dicuci dengan hati-hati, kemudian direndam dalam air yang telah dicampur dengan : Dithane M-45 + Anthracol + Metador + Tepung Belerang = 1
Universitas Sumatera Utara
gram + 1 gram + 1 ml + 2 gram per liter air selama kira-kira 1-2 jam. Setelah perendaman dikeringanginkan di tempat yang teduh dan tidak lembab selama kira-kira 3
jam.
8. Sebelum bit bonggol ditanam ke lahan pertanaman, terlebih dahulu ditanam di polibag hitam ukuran 20 x 30 cm dengan campuran media tanam yaitu kompos : tanah = 1 : 1.
Letak bit bonggol yang ditanam pada poli bag adalah agak miring ke atas dengan mata tunasnya kira-kira 1 cm dari permukaan tanah .
9. Pemeliharaan bit bonggol yang dilakukan dibawah naungan atap nipah yang dapat dimasuki sinar matahari pagi dan sore. Penyiraman dilakukan dengan memperhatikan
kondisi media tanam dalam keadaan lembab tidak kering. Pemupukan dilakukan dengan penyiraman pupuk kandang sapi kering 1 kg dicampur dengan 4 – 5 liter air,
diberikan setiap minggu.
10. Kemudian setelah bibit bit bonggol berdaun 2 atau lebih dan tumbuh baik kira-kira 3 bulan di polibag sudah dapat dipindahkan ke lahan pertanaman yang sudah disediakan
sebelumnya. Bibit dengan ukuran yang seragam disatukan atau dipisahkan dari ukuran kecil.
11. Diusahakan pada penanaman bibit di lapangan adalah pada awal musim hujan, dan sebaiknya bibit yang ditanam ditopang dengan belahan bambu kecil stick. Bibit bit
bonggol dipindahkan dari polibag ke lahan pertanaman. •
Perbanyakan Sistem Lingkar
Universitas Sumatera Utara
Perbanyakan sistem lingkar adalah bonggol dari anakan pisang barangan yang dimatikan meristem titik tumbuhnya. Alur perbanyakan pisang barangan sistem lingkar Gambar 8 adalah
sebagai berikut :
1. Bonggol pisang barangann diambil dari anakan muda sampai anakan dewasa, dipotong pada batas antara bonggol dengan batang semu. Bonggol dibersihkan dari akar-akarnya.
2. Bonggol dilubangi sedalam dan selebar 3 cm pada meristemnya.
3. Rendam belahan bonggol tersebut dalam air hangat 55 cc yang telah dicampur fungisida dengan dosis 2 gliter air selama 15 menit, selanjutnya ditiriskan.
4. Belahan bonggol tersebut ditanam di seed bed tempat penyamaian dengan jarak tanam 20 x 20 cm.
5. Bonggol yang dimatikan meristemnya, biasanya tumbuh tunas lebih dari satu. Jika tunas sudah berdaun 2-4, pisahkan dari bonggolnya dan pindah ke poli bag dengan media
tanah. Jika tunas sudah dipisah maka tunas lainnya akan tumbuh dengan cepat biasanya pada sekeliling bonggol berbentuk lingkaran.
Setelah pelatihan perbanyakan benih pisang barangan dari rumpun tanaman, kemudian dilanjutkan dengan sosialisasi penanaman pisang barangan dengan sistem 2 jalur double row
planting system. Bahan sosialisasi melalui penjelasan di ruangankelas.
Seluruh rangkaian kegiatan pelaksanaan program PRIMATANI di Desa Talun Kenas ini sebenarnya berjalan lancar, mulai dari tahapan sosialisasi, pembinaan hingga pelaksanaannya di
lapangan. Namun sangat disayangkan, setelah program ini berakhir pada akhir tahun 2009 yang
Universitas Sumatera Utara
lalu, minat petani untuk melaksanakan kegiatan ini lagi tidak sama dengan pada saat adanya program PRIMATANI diadakan di Desa ini, hal ini disebabkan karena dalam pelaksanaan nya
program ini memberikan banyak teknologi yang sangat bermanfaat bagi petani itu sendiri, namun pada saat ini walaupun inovasi teknologi ini masih diterapkan oleh petani namun tidak
semua nya dapat dilakukan dengan baik karena keterbatasan modal petani, dimana untuk melaksanakan inovasi teknologi tersebut dibutuhkan alat-alat yang tidak sedikit sehingga
memberatkan petani. Seperti pupuk yang susah didapatkan dan harganya yang mahal.
Diduga tidak berlanjutnya lagi minat petani untuk melakukan kegiatan inovasi ini lagi karena keadaan ekonomi dari petani itu sendiri dan setelah program berakhir, tidak adanya lagi
bantuan dari pihak BPTP atau pihak terkait lain yang sebelumnya memberikan bantuan berupa modal bagi petani untuk menerapkan teknologi ini. Kebiasaan mendapatkan bantuan dari pihak-
pihak lain menyebabkan petani tidak mandiri.
Hasil Produksi Pisang Barangan Setelah Penggunaan Inovasi dari Program PRIMATANI
Tabel 13. Hasil produksi pisang barangan sebelum dan setetalah menggunakan inovasi teknologi dari program PRIMATANI
Uraian Sebelum program
PRIMATANI sisir
Setelah program PRIMATANI
sisir Penambahan
nilai produksi Persentase
Produksi rata- rata Ha
127.484 135.902,3
8418,3 6,60
Sumber : Data diolah dari lampiran 2 Berdasarkan hasil yang diperoleh di lapangan, petani yang mengalami peningkatan hasil
produksi setelah menggunakan inovasi teknologi dari program PRIMATANI terdapat 11 orang petani sampel pisang barangan dari seluruh jumlah petani sampel yang mengalami peningkatan
hasil produksi dengan persentase produksi rata-rata Ha mencapai 6,60 . Peningkatan produksi paling tinggi mencapai 3465 sisir lampiran 2 dari hasil sebelumnya yakni 2772 sisir lampiran
Universitas Sumatera Utara
2 dengan persentase mencapai 25 dengan luas lahan 0,42 Ha, dan peningkatan produksi paling rendah mencapai 6930 sisir lampiran 2 dari hasil sebelumnya yakni 6600 sisir lampiran
2 dengan persentase mencapai 5 dengan luas lahan 1 Ha. Rata-rata petani pisang barangan yang mengalami peningkatan produksi adalah petani yang luas lahannya kurang dari 1 Ha, hal
ini disebabkan karena petani pisang barangan yang lahannya tidak terlalu luas lebih dapat memanfaatkan luas lahannya dengan baik dalam segi pemeliharaan hingga panen, sebaliknya
petani yang lahannya sangat luas mengalami kesulitan dalam penanganan luas lahannya tersebut.
Pelaksanaan Program PRIMATANI
Menurut Fuddin 2009 model CIPP merupakan model yang berorientasi kepada pemegang keputusan. Model ini membagi evaluasi dalam empat macam, yaitu : evaluasi konteks
melayani keputusan perencanaan, evaluasi input untuk menolong mengatur keputusan menentukan sumber-sumber yang tersedia, alternatif-alternatif yang diambil, serta prosedur kerja
untuk mencapai tujuan yang dimaksud, evaluasi proses membantu keputusan sampai sejauh mana program telah dilaksanakan, evaluasi produk yaitu meninjau kembali keputusan.
Keempat macam evaluasi CIPP Context, Input, Process, Product tersebut dapat divisualisasi ke dalam aspek penilaian pelaksanaan Program PRIMATANI di daerah penelitian
pada Tabel 12. Tabel 14. Penilaian Pelaksanaan Program PRIMATANI Berdasarkan Model CIPP di Desa
Talun Kenas No
Model CIPP Indikator Kinerja
1. Context
konteks 1. Perencanaan peningkatan kesejahteraan
petani 2. Perencanaan pelestarian lingkungan
berbasis inovasi teknologi
Universitas Sumatera Utara
3. Perencanaan percepatan adopsi teknologi inovasi
2. Input
masukan 1. Pemberian inovasi teknologi oleh Badan
Litbang Pertanian. 2. Pelatihan yang diberikan oleh pihak
BPTP sebagai fasilitator program PRIMATANI.
3. Pembinaan kelembagaan kelompok tani.
3. Process
proses 1. Implementasi teknologi budidaya dan
pascapanen pisang barangan. 2. Implementasi pengadaan benih bermutu
pisang barangan. 3. Penyediaan bibit pisang barangan
bermutu bebas penyakit. 4. Implementasi teknologi pengolahan
limbah untuk pakan dan pupuk organik. 5. Pelaksanaan temu lapang untuk
pemasaran produk segar olahan. 4.
Product produk
1. Peningkatan produksi pisang barangan petani setelah menggunakan inovasi dari
program PRIMATANI. 2. Perubahan kemampuan petani dalam
meningkatkan mutu pisang barangan. 3. Kemampuan petani dalam memanfaatkan
inovasi dari pihak BPTP. 4. Kepuasan petani dalam pelayanan yang
diberikan oleh pihak BPTP. Sumber : Data diolah berdasarkan landasan teori yang telah dibangun.
Dari tabel 14. dapat dilihat penilaian pelaksanaan Program PRIMATANI dapat diukur menurut indikator aktivitas mulai dari konteks, input, proses hingga produk. Berdasarkan
indikator penilaian pelaksanaan yang telah diuraikan sebelumnya maka dapat diketahui hasil
Universitas Sumatera Utara
transformasi pelaksanaan program PRIMATANI di daerah penelitian yang dapat dilihat pada tabel.
Tabel 15. Hasil Transformasi Nilai Pelaksanaan Program PRIMATANI di Desa Talun Kenas No
Uraian Indikator Nilai yang
diharapkan Nilai yang
diperoleh Ketercapaian
1 Context konteks
3-9 8.41
93,44 2
Input masukan 3-9
8.11 90,11
3 Process proses
5-15 10.03
66,87 4
Product produk 4-12
8.96 74,67
Jumlah 15-45
35.51 79,00
Sumber : Diolah dari lampiran dari lampiran 3, 4, 5, 6 Dari tabel 15. dapat diketahui bahwa untuk indikator kinerja berdasarkan pada konteks
context didapatkan nilai yang diharapkan pada kisaran 3-9 dan nilai yang diperoleh sebesar 8,41. Dengan persentase ketercapaiaan sebesar 93,44 , maka dapat diketahui bahwa dalam
perencanaan program PRIMATANI ini di dalam konteks context dapat ditingkatkan kinerjanya sebesar 6,56 lagi sisa dari 93,44 agar mencapai nilai yang maksimal.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh dapat diketahui bahwa pihak BPTP sebagai fasilitator sekaligus Pembina dalam Program PRIMATANI ini sudah melakukan
perencanaan yang baik dalam Program PRIMATANI ini, seperti adanya perencanaan dalam peningkatan kesejahteraan petani, perencanaan pelestarian lingkungan berbasis inovasi
teknologi, serta perencanaan percepatan adopsi teknologi inovasi. Alasan dikatakan pere
ncanaan peningkatan kesejahteraaan petani berjalan baik dikarenakan dalam perencanaan tersebut BPTP melakukan usaha-usaha agar dapat terjadi peningkatan kesejahteraan petani.
Usaha-usaha tersebut antara lain yaitu :
Universitas Sumatera Utara
1. Usaha pemberian ketrampilan kepada petani dalam beragribisnis untuk menjadi petani mandiri. Ketrampilan itu berupa pengenalan suatu teknologi yang dapat diadopsi oleh petani
sehingga petani dapat memperoleh pengetahuan baru tentang bagaimana cara meningkatkan usaha tani mereka.
2. Usaha peningkatan produktivitas dan kualitas hasil produk pertanian berupa pengetahuan tentang teknologi budidaya dan pascapanen pisang barangan, pengembangan
pengadaan benih pisang barangan bermutu, perbaikan penanganan pascapanen pisang barangan, pembentukan pengolahan limbah pisang barangan.
3. Usaha penguatan kelembagaan agribisnis berupa pembentukan dan penguatan kelembagaan petani serta pembentukan kelembagaan agribisnis.
Selain indikator konteks context terdapat indikator lainnya yaitu indikator masukan input. Karena banyaknya cara yang dapat dilakukan agar pelaksanaan program berjalan dengan
baik, maka program PRIMATANI ini harus memiliki usaha yang baik agar tujuan dari program tersebut dapat tercapai.
Dari tabel 15. dapat diketahui bahwa untuk indikator input masukan didapatkan nilai yang diharapkan pada kisaran 3-9, dan nilai yang diperoleh sebesar 8,11. Dengan persentase
ketercapaian sebesar 90,11. Maka dapat diketahui bahwa di daerah penelitian pemberian input kepada program dimana input tersebut dapat membantu petani dalam melaksanakan program
PRIMATANI dengan lancar telah dilakukan dengan baik, sehingga dalam pelaksanaannya pemberian input dalam indikator ini dapat meningkatkan pelaksanaannya sebesar 9,89 lagi sisa
dari 90,11 persen agar mencapai nilai yang maksimal.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dapat diketahui bahwa di daerah penelitian pemberian input kepada program telah dilaksanakan dengan baik dengan kategori nilai yang
memuaskan. Petani di daerah penelitian telah dapat mengadopsi inovasi yang diberikan oleh Badan Litbang Pertanian. Adapun inovasi-inovasi yang diperkenalkan oleh Badan Litbang
Pertanian antara lain : 1.
Teknik pengadaan bibit bonggol, bibit anakan terseleksi 2.
Teknologi pemupukan sesuai anjuran ZA, Urea, SP-36 dan KCl 3.
Aplikasi pupuk kandang sapi 8-10 kg per lobang tanam 4.
Lobang tanam 50x50x50 cm 5.
Aplikasi trikoderma 6.
Sistem tanam dua jalur double row 1x2 m dalam baris dan 4 m antara double row 7.
Sistem tanam 1 jalur mengikut i SPO pisang barangan 2,5 x 3 m 8.
Tanaman sela kacang tanah jagungpepaya 9.
Teknologi Pembrongsongan Pelatihan yang diberikan oleh pihak BPTP sebagai fasilitator program PRIMATANI ini
dimaksudkan agar para petani mengerti bagaimana cara pelaksanaan teknologi yang telah diberikan. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh sebanyak 22 orang petani Lampiran 4
mengikuti pelatihan yang diberikan oleh BPTP sebanyak lebih dari 3 kali dalam setahun. Dan hanya 5 orang petani lampiran 4 yang mengikuti pelatihan kurang dari 3 kali dalam setahun.
Dalam frekuensi pemberian pelatihan sebanyak lebih dari 3 kali tersebut, kegiatan-kegiatan yang
Universitas Sumatera Utara
dilakukan adalah pelatihan tentang teknologi budidaya dan pascapanen pisang barangan yang benar, pelatihan teknologi pengadaan benih bermutu pisang barangan, penyediaan bibit pisang
barangan serta pelatihan mengenai teknologi pengolahan limbah untuk pakan dan pupuk organik. Dalam kegiatan pembinaan kelompok tani sebanyak 23 orang petani lampiran 4
mengikuti kegiatan pembinaan kelembagaan kelompok tani sebanyak 3 kali dalam 1 tahun. Dan sebanyak 2 orang petani lampiran 4 mengikuti kegiatan pembinaan kelembagaan kelompok
tani sebanyak 1 kali dalam setahun dan selebihnya tidak mengikuti nya sama sekali. Frekuensi yang berbeda-beda dalam hal kehadiran para petani dalam kegiatan pembinaan kelembagaan
kelompok tani dikarenakan waktu yang mereka punya tidak lah banyak dan keengganan dari pribadi mereka untuk mengikutinya. Usaha kegiatan pembinaan yang diharapkan oleh kelompok
tani ini yaitu : a.
Bimbingan teknologi sehingga produksi yang dihasilkan meningkat dan berkualitas sesuai permintaan pasar
b. Pengelolaan usaha dilakukan secara profesional dengan ketersediaan alsintan yang
diperlukan c.
Usaha dilakukan dari hulu hingga hilir d.
Pembentukan kelembagaan yang kuat Indikator pelaksanaan program selanjutnya adalah proses process. Dalam hal ini
kegiatan yang dilaksanakan dalam indikator ini adalah implementasi teknologi budidaya dan pascapanen pisang barangan, implementasi pengadaan benih bermutu pisang barangan,
Universitas Sumatera Utara
penyediaan bibit pisang barangan bermutu bebas penyakit, implementasi teknologi pengolahan limbah untuk pakan dan pupuk organik.
Dari tabel 15. dapat diketahui bahwa untuk indikator pelaksanaan program berdasarkan proses didapatkan nilai yang diharapkan pada kisaran 5-15 dan nilai yang diperoleh sebesar
10,03. Dengan persentase ketercapaian sebesar 66,87 persen. Maka dapat diketahui bahwa petani pisang barangan dapat di daerah penelitian dapat meningkatkan kinerjanya dalam indikator
proses sebesar 33,13 persen lagi sisa dari 66,87 persen agar mencapai nilai yang maksimal. Implementasi teknologi budidaya dan pascapanen pisang barangan adalah kegiatan yang
dilakukan untuk memberikan pengetahuan kepada petani tentang bagaimana budidaya dan pascapanen pisang barangan yang benar. Kegiatan ini merupakan bagian dari program yang
diikuti oleh petani pisang barangan peserta program PRIMATANI. Dari hasil penelitian hanya sebanyak 11 orang lampiran 4 yang mengikuti kegiatan ini lebih dari 5 kali dalam setahun.
Frekuensi kegiatan hingga lebih dari 5 kali dalam setahun didasari oleh kegiatan mulai dari pemberian pengetahuan mengenai teknologi tersebut hingga praktek langsung ke lapangan oleh
petani yang dibimbing langsung oleh pihak BPTP. Petani memiliki waktu yang sangat berharga untuk digunakannya dalam mengolah lahan usaha taninya sehingga untuk mengikuti kegiatan
yang berkelanjutan seperti itu mereka malas untuk mengikutinya, dan akan menanyakan tentang bagaimana hasil pelaksanaan kegiatan yang sudah dilakukan kepada sesama petani yang hadir
dalam kegiatan tersebut. Frekuensi kehadiran petani sebanyak ≤ 3 kali dalam setahun lebih
banyak dibandingkan frekuensi kehadiran sebanyak 5 kali dalam setahun dikarenakan mereka lebih memilih untuk tidak selalu hadir dalam pertemuan kegiatan, jumlah petani yang mengikuti
kegiatan sebanyak ≤ 3 kali dalam setahun sebanyak 15 orang lampiran 4 dan sebanyak 1 orang
yang tidak hadir dikarenakan petani itu lebih memilih bertanya kepada temannya yang hadir.
Universitas Sumatera Utara
Dalam implementasi pengadaan benih bermutu pisang barangan dan penyediaan bibit pisang barangan bermutu bebas penyakit hampir sama dengan implementasi teknologi budidaya
dan pascapanen pisang barangan dimana para petani cenderung malas untuk menghadiri pertemuan dikarenakan lebih mementingkan kegiatan usaha taninya dan menghabiskan waktu di
lahan miliknya sehingga petani tidak selalu hadir apabila ada kegiatan dalam pengadaan benih pisang barangan. Frekuensi kehadiran petani dalam implementasi pengadaan benih bermutu
pisang barangan sebanyak 5 kali dalam setahun adalah sebanyak 7 orang lampiran 4 dan frekuensi kehadiran petani sebanyak
≤ 3 kali dalam setahun sebanyak 20 orang lampiran 4. Untuk implementasi penyediaan bibit pisang barangan bermutu bebas penyakit, frekuensi
kehadiran petani dalam kegiatan sebanyak 5 kali dalam setahun sebanyak 9 orang lampiran 4, sementara untuk frekuensi
≤ 3 kali dalam setahun sebanyak 10 orang lampiran 4 dan yang tidak pernah hadir sama sekali sebanyak 8 orang lampiran 4.
Implementasi teknologi pengolahan limbah untuk pakan ternak dan dan pupuk organik dilaksanakan agar petani mendapat informasi baru tentang bagaimana mengolah limbah agar
dapat bermanfaat dan bisa dimaksimalkan hasil yang diperoleh dari usaha taninya. Frekuensi kehadiran petani dalam kegiatan ini sebanyak 5 kali dalam setahun sebanyak 10 orang
lampiran 4 dan frekuensi kehadiran ≤ 3 kali dalam setahun sebanyak 14 orang lampiran 4 dan
yang tidak hadir sama sekali sebanyak 3 orang lampiran 4. Untuk pelaksanaan temu lapang untuk pemasaran produk segar olahan frekuensi
keikutsertaan petani sebanyak 18 orang lampiran 4 dalam waktu ≤ 3kali dalam setahun.
Indikator lainnya dari pelaksanaan program PRIMATANI adalah produk product. Dalam indikator ini point-point yang dapat ditarik mengenai peningkatan produk pisang
Universitas Sumatera Utara
barangan petani setelah menggunakan inovasi dari program PRIMATANI, perubahan kemampuan petani dalam meningkatkan mutu pisang barangan, kemampuan petani dalam
memanfaatkan inovasi dari pihak BPTP serta kepuasan petani dalam pelayanan yang diberikan oleh pihak BPTP
Dari tabel 14. dapat diketahui bahwa untuk indikator pelaksanaan berdasarkan produk didapatkan nilai yang diharapkan pada kisaran 4-12 dan nilai yang diperoleh sebesar 8, 96.
Dengan persentase ketercapaian sebesar 74,67 persen. Maka dapat diketahui bahwa petani pisang barangan di daerah penelitian dapat meningkatkan pelaksanaan kegiatannya sebesar 25,33 lagi
sisa dari 74,67 persen agar mencapai nilai yang maksimal. Peningkatan produksi pisang barangan petani setelah menggunakan inovasi dari program
PRIMATANI terjadi pada petani di daerah penelitian. Hal ini dapat dilihat dari jumlah petani yang mengalami peningkatan produksi pisang barangan setelah menggunakan inovasi teknologi
dari program PRIMATANI sebanyak 11 orang lampiran 4. Meskipun hasil yang diperoleh tidak jauh berbeda dengan sebelum menggunakan inovasi teknologi dari program PRIMATANI
namun dari segi kualitas produksi pisang mengalami perubahan seperti rasa buah yang lebih manis, kulit pisang barangan yang dihasilkan lebih bersih atau tidak terdapat bintik-bintik hitam
yang sehingga secara penampilan lebih menarik. Hal ini dapat dilihat dari jawaban petani yang menjawab bahwa kadang-kadang terjadi peningkatan produksi pisang barangan setelah
menggunakan inovasi dari program PRIMATANI sebanyak 16 orang lampiran 4. Adanya program PRIMATANI ini di daerah penelitian memberikan dampak yang positif
bagi petani pisang barangan seperti perubahan kemampuan petani dalam meningkatkan mutu pisang barangan. Teknologi yang diberikan oleh Badan Litbang Pertanian ini menambah
Universitas Sumatera Utara
pengetahuan petani dalam menjalankan usaha tani nya, hal ini membuat petani antusias karena mereka langsung dapat melihat hasil nyata dari teknologi yang diberikan dimana sebelumnya
petani hanya menjalankan usaha tani nya secara konvensional. Hal ini dapat dilihat dari jumlah petani yang merasa sangat berubah kemampuannya menjadi lebih baik dalam meningkatkan
mutu pisang barangan sebanyak 8 orang lampiran 4 sementara jumlah petani yang merasa berubah kemampuannya menjadi lebih baik sebanyak 19 orang lampiran 4.
Dari segi kemampuan petani dalam memanfaatkan inovasi dari Badan Litbang Pertanian, petani merasa sangat mampu memanfaatkan inovasi tersebut dalam kegiatan usaha tani pisang
barangan nya sebanyak 2 orang lampiran 4 dan selebihnya 19 orang lampiran 4 mampu memanfaatkan inovasi dari Badan Litbang Pertanian dalam kegiatan usaha tani pisang barangan
nya. Para petani merasa mampu memanfaatkan inovasi tersebut karena telah mendapatkan pengetahuan tentang teknologi pisang barangan melalui pelatihan dan pertemuan-pertemuan
dengan pihak BPTP sebagai fasilitator program PRIMATANI ini. Dari rangkaian kemampuan yang didapatkan oleh petani pisang barangan maka ada
kepuasan yang timbul dari petani dalam pelayanan yang diberikan oleh pihak BPTP. 8 orang petani lampiran 4 merasa sangat puas dengan pelayanan yang diberikan oleh pihk BPTP dan
sebanyak 16 orang petani lampiran 4 merasa puas terhadap pelayanan yang diberikan oleh pihak BPTP. Pelayanan tersebut berupa pemberian pelatihan dari pihak BPTP, pengawasan
terhadap petani dalam pelaksanaan kegiatan di dalam program PRIMATANI dan lain-lain. Dari tabel dapat dilihat bahwa pelaksanaan program PRIMATANI di Desa talun Kenas
ini dapat dikategorikan baik dengan nilai yang diperoleh sebesar 35,51 dengan nilai yang diharapkan sebesar 45.
Universitas Sumatera Utara
Masalah-masalah yang Terjadi dalam Menjalankan Program PRIMATANI di Daerah Penelitian.
Permasalahan klasik yang menjadi pengetahuan umum adalah bahwa sebagian besar petani pedesaan lemah permodalannya. Dengan demikian, walaupun adopsi teknologi
mendatangkan keuntungan yang tinggi bagi petani, tetapi karena tidak tersedianya modal maka adopsi tidak bisa dilakukan. Semakin meningkatnya harga-harga input usahatani pupuk
pestisida, benih, upah tenaga kerja dan sebagainya merupakan rincian biayamodal yang harus dikeluarkan petani Sudaryanto dan Adang, 2003.
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Badan Litbang Pertanian, Departemen Pertanian telah banyak menghasilkan inovasi dan alih teknologi serta beberapa bentuk desain
kelembagaan yang dapat diaplikasikan untuk meningkatkan pendapatan petani. Kegiatan yang dilakukan selama ini belum bisa secara optimal berdampak baik bagi petani, karena kebanyakan
teknologi seperti informasi dan teknik penyampaiannya masih lambat atau belum dapat diterima oleh petani maupun stakeholder.
Upaya yang Dilakukan Dalam Mengatasi Masalah di Daerah Penelitian
Upaya untuk menyelesaikan masalah pertama adalah pihak BPTP bekerjasama dengan penyuluh pertanian untuk melakukan pendekatan kepada petani melalui pertemuan-pertemuan
untuk membahas masalah usaha tani dan memberikan pandangan bagi petani bahwa inovasi teknologi yang diberikan dimaksudkan untuk dapat meningkatkan produksi pisang barangan
dengan kualitas dan kuantitas yang lebih baik dan dapat meningkatkan pendapatan petani. Upaya yang dapat dilakukan petani pisang barangan untuk mengatasi kurangnya modal
di dalam menerapkan inovasi teknologi dari program PRIMATANI dalam usaha tani pisang
Universitas Sumatera Utara
barangan di daerah penelitian adalah meminjam uang dari keluarga, dari petani yang lain dan dari Bank atau lembaga keungan yang ada di daerah penelitian.
Universitas Sumatera Utara
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Pelaksanaan program PRIMATANI di daerah penelitian dalam peningkatan hasil
produksi pisang barangan berlangsung baik walaupun masih terdapat kekurangan dalam pelaksanaanya.
2. Hasil produksi pisang barangan setelah penggunaan inovasi dari program
PRIMATANI meningkat bagi sebagian besar petani. Peningkatan produksi tertinggi dengan persentase 25 dengan peningkatan produksi sebesar 3465 sisir
dengan luas lahan seluas 0,42 Ha. Peningkatan produksi terendah dengan persentase sebesar 5 dengan produksi sebesar 6930 sisir dengan luas lahan
seluas 0,4 Ha. 3.
Pelaksanaan program PRIMATANI yang dilaksanakan berhasil pada tiap-tiap indicator pelaksanaan. Pada indikator konteks context persentase ketercapaiaan
sebesar 93,44 dengan nilai 8,41. Pada indikator masukan input persentase ketercapaian yang diperoleh sebesar 90,11 dengan nilai 8,11. Pada indikator
proses process persentase ketercapaian sebesar 66,87 dengan nilai 10,03. Pada indikator produk product persentase ketercapaian sebesar 74,67 dengan
nilai 8,96. 4.
Masalah-masalah yang terjadi dalam menjalankan program PRIMATANI di daerah penelitian adalah sebagian besar petani pedesaan lemah permodalannya
dan kebanyakan teknologi seperti informasi dan teknik penyampaiannya masih lambat atau belum dapat diterima oleh petani maupun stakeholder.
Universitas Sumatera Utara
5. Upaya yang dilakukan dalam mengatasi masalah-masalah di daerah penelitian
pihak BPTP bekerjasama dengan penyuluh pertanian untuk melakukan pendekatan kepada petani melalui pertemuan-pertemuan untuk membahas
masalah usaha tani dan meminjam uang dari keluarga, dari petani yang lain dan dari Bank atau lembaga keungan yang ada di daerah penelitian.
Saran 1. Saran Kepada Petani
Untuk peningkatan produksi pisang barangan maka diharapkan agar petani ikut menerapkan komponen teknologi yang diberikan oleh Badan Litbang Pertanian dalam program
PRIMATANI secara tepat sesuai dengan aturan-aturanyang diajarkan oleh pihak BPTP selaku fasilitator sehingga hasil yang diperoleh dapat maksimal dan dapat meningkatkan pendapatan
petani pisang barangan.
2. Saran Kepada Pemerintah