BAB II KERANGKA TEORI
A. Khitan Dalam Perspektif Fikih
Kata khitan berasal dari akar kata Arab khatana-yakhtanu-khatnan, artinya memotong. Makna asli kata khitan dalam bahasa Arab adalah bahagian yang
dipotong dari kemaluan laki-laki atau perempuan. Khitan laki-laki disebut juga dengan i’zar. Sedangkan khitan perempuan disebut juga dengan khafdh
merendahkan. Secara istilah khitan adalah memotong kulit yang menutupi penis laki-laki atau memotong kulit yang terdapat di atas vagina wanita yang seperti
jengger kepala ayam jantan atau klitoris.
8
Dalam bahasa biasa disebut genital mutilation.
Dalam Islam, dalil yang sering dikemukan untuk mendukung praktek khitan perempuan adalah:
Pertama , hadis Nabi dari Abu Hurairah r.a :
لﺎ ةﺮ ﺮه أ ﻋ :
و ﻋ ﷲا ﻰ ﷲا لﻮ ر لﺎ :
نﺎ ا ةﺮﻄﻔ ا وأ
ةﺮﻄﻔ ا برﺎﺸ ا
و رﺎﻔﻇﻷا و ﻂ ﻹا ﻒ و داﺪ ﻻاو ﻋ ﻔ
Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda : “ Fitrah itu ada lima : khitan, mencukur bulu di sekitar kemaluan, memotong kumis, memotong kuku, dan
mencabut bulu ketiak .” HR.Bukhari dan Muslim
9
; Kedua
, Dari Anas bin Malik bahwa Rasulullah SAW bersabda kepada Ummi Athiyyah, salah seorang yang biasa mengkhitan anak-anak perempuan di
Madinah, “ Apabila kamu meng-khifadh khitan untuk perempuan, janganlah berlebihan karena yang tidak berlebihan itu akan menambah cantiknya wajah
8
Ibn al-Manzh r, Lisân al-Arab, Mesir: Dâr al-Ma‘ârif, t.th., juz 13, h.1102
9
Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dalam Shahih-nya no. 5550 dan no. 257. Lihat al-Maktabah al-Syamilah.
dan lebih menambah kenikmatan dalam berhubungan dengan suami. ”
HR.Thabrani, Hadits Hasan; Ketiga, hadis Nabi SAW:
سﺎ ﻋ ا ﻋ :
لﺎ و ﻋ ﷲا ﻰ ا ﻋ :
ءﺎ ﺔ ﺮﻜ لﺎﺟﺮ ﺔ نﺎ ا
10
“Khitan itu sunnah untuk laki-laki dan kehormatandianggap baik untuk wanita.” HR.Ahmad dan al-Thabarani;
Keempat hadis Nabi : ﻐ ا ﺟو نﺎ ﺎ ا ﻰ ا اذإ لﺎ و ﻋ ﷲا ﻰ
ا ﻋ ةﺮ ﺮه أ ﻋ يرﺎ ا اور
ﺪ أو ﺋﺎ او يﺬ ﺮ او
11
“Apabila bertemu dua khitan maka wajib mandi .” Diriwayatkan oleh al-Bukhari,
al-Tirmidzi, al-Nasai, dan Ahmad. Umumnya ulama sepakat mengatakan bahwa khitan itu suatu hal yang
masyru’ disyari atkan baik bagi laki-laki ataupun wanita dengan berbagai
variasi pendapat. Sebagaimana yang dinukil Ibnu Hazm dalam bukunya Maratibul Ijma’
dan Ibnu Taimiyah dalam bukunya Majmu’ Fatawa. Namun mereka berbeda pendapat dalam menetapkan hukumnya, apakah khitan itu wajib atau
tidak. Dalam hal ini ada tiga pendapat: Pertama: Khitan itu wajib, baik bagi laki- laki ataupun wanita. Ini adalah pendapat ulama mazhab Syafii, Hanbali, dan
sebagian ulama Maliki. Bahkan Imam Malik sangat keras dalam masalah khitan laki-laki. Beliau berkata, Barangsiapa tidak berkhitan maka tidak sah menjadi
imam dan persaksiannya tidak diterima . Juga berkata Imam Ahmad, Tidak
boleh dimakan sembelihan orang yang tidak khitan, tidak sah shalat dan hajinya sampai bersuci, dan ini adalah kesempurnaan Islam seseorang. Kedua: Khitan itu
hukumnya adalah sunah, baik bagi laki-laki, maupun wanita. Ini adalah pendapat ulama Hanafi, Imam Malik dan Imam Ahmad dalam satu riwayat. Ketiga: Khitan
itu wajib hukumnya bagi laki-laki, sedangkan bagi wanita hanya merupakan suatu
10
Diriwayatkan oleh al-Thabarani dalam al-Mu’jam al-Kabir, no. 11590. Lihat al-Maktabah al-Syamilah
.
11
Al-Bukhari no. 287, al-Nasai. No. 191, al-Tirmidzi no. 109, Ahmad no. 26025
kehormatan makrumahmustahab. Ini pendapat sebagian ulama Maliki, ulama Zhahiri, dan pendapat imam Ahmad dalam satu riwayat.
12
Para ulama yang berpendapat bahwa khitan wajib bagi laki-laki dan wanita, berdalil dengan hal-hal berikut:
1. Firman Allah:
“Dan ingatlah ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan beberapa kalimat perintah dan larangan, lalu Ibrahim melaksanakannya
” QS. Al-Baqarah: 124. Khitan adalah salah satu kalimat yang diperintahkan Allah sebagai
ujian terhadap Nabi Ibrahim sebagaimana yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas. Dan biasanya seseorang itu diuji Allah dengan sesuatu yang wajib.
2. Firman Allah:
“Kemudian Kami wahyukan kepadamu agar engkau mengikuti agama ajaran Ibrahim dengan lurus
”. QS. an-Nahl: 123. Ini adalah perintah untuk mengikuti ajaran Ibrahim as, dan khitan
merupakan salah satu ajarannya, sebagaimana yang diriwayatkan Abu Hurairah, bahwa Rasulullah saw bersabda, Nabi Ibrahim Khalilur Rahman
berkhitan setelah berumur delapan puluh tahun”. Maka khitan termasuk ajaran Ibrahim yang wajib kita ikuti, karena dalam kaidah ilmu ushul fiqh
dikatakan bahwa pada dasarnya. Sebuah perintah itu berhukum wajib selagi tidak ada dalil yang memalingkannya kepada hukum lainnya.
3. Rasulullah bersabda kepada seseorang yang masuk Islam: Dari Utsaim bin
Kulaib dari bapaknya dari kakeknya bahwasannya dia datang kepada Rasulullah, seraya berkata: Saya telah masuk Islam. Maka Rasulullah,
bersabda, Buanglah darimu rambut kekufuran dan berkhitanlah. Ini adalah bentuk perintah, di dalam kaidah ilmu ushul fiqh bahwa pada
dasarnya sebuah perintah itu berhukum wajib selagi tidak ada dalil yang
12
Lihat Ianah al-Thalibin Beirut: Dar al-Fikr, t.th, juz IV, h. 202; Fath al- Bari,
Beirut: Dar al-Ma’rifah, juz X, h. 340- 347; Nail al-Authar, Beirut: Dar al-Jail, Juz I, h. 137.
memalingkannya kepada hukum lainnya. Perintahnya untuk satu orang mencakup semua orang selama tidak ada dalil yang menunjukkan khusus.
4. Diriwayatkan oleh Zuhri, bahwa Rasulullah saw bersabda: “Barangsiapa
yang masuk Islam, maka hendaklah berkhitan, sekalipun dia telah besar”. Ibnu Qayyim berkata :” Hadis ini sekalipun mursal, namun layak untuk
dijadikan dalil sandaran hukum”. 5.
Dari Ummu Muhajir, beliau berkata: “Saya dan budak-budak dari Romawi tertawan. Lalu Utsman menawarkan kepada kami masuk islam, di antara
kami tidak ada yang masuk islam kecuali saya dan satu lagi yang lain, maka Utsman berkata;”Khitan keduanya dan sucikan Lalu saya
berkhidmat kepada Utsman. HR. Imam Bukhari. 6.
Khitan adalah syiar kaum muslimin dan yang membedakan antara mereka dengan umat lainnya dari kalangan kaum kuffar dan ahli kitab. Oleh sebab
itu, sebagaimana syiar kaum muslimin yang lain wajib, maka khitan pun wajib. Juga, sebagaimana menyelisihi kaum kuffar itu wajib, maka khitan
juga wajib. Rasulullah bersabda: Barangsiapa menyerupai suatu kaum maka dia termasuk darinya.
7. Dibolehkan membuka aurat untuk dikhitan, kalaulah hukum khitan itu
bukan wajib, maka pasti membuka aurat untuknya tidak dibolehkan, apalagi tidak ada unsur darurat disitu dan tidak ada pula unsur pengobatan.
8. Khitan itu memotong anggota badan sedangkan pada dasarnya memotong
anggota tubuh itu haram. Sesuatu yang haram tidak mungkin menjadi boleh kecuali dengan sesuatu yang wajib.
9. Bahkan Ibnul Qayyim menyebutkan lima belas dalil tentang kewajiban
khitan bagi laki-laki dalam kitabnya “Tuhfat al-Maudud”. Mereka yang berpendapat bahwa hukum khitan itu adalah sunat bagi laki-
laki dan wanita, berdalil dengan dalil-dalil berikut : 1. Diriwayatkan Abu Hurairah, Rasulullah saw bersabda artinya: “Ada lima hal
yang merupakan fitrah: Khitan, membuang bulu kemaluan, memendekkan
kumis, memotong kuku dan mencabut bulu ketiak ”, yang dimaksud fitrah disini
adalah sunat, artinya khitan itu hukumnya sunat bukan wajib, oleh karena itu dalam hadis ini Rasulullah saw menyebutnya bersamaan dengan hal-hal yang
disunatkan. Dan hadis ini bersifat umum, tanpa membedakan antara laki-laki dan wanita.
2. Diriwayatkan bahwa Rasulullah saw bersabda artinya: “Khitan itu adalah sunnah bagi kaum laki-laki dan kehormatan bagi kaum wanita
”. Zahir Hadis ini menunjukkan bahwa khitan itu tidak wajib, baik bagi laki-laki maupun
wanita.
Sedangkan mereka yang berpendapat bahwa khitan wajib bagi laki-laki, dan hanya merupakan kehormatan mustahab bagi wanita, berdalil dengan dalil-
dalil kelompok pertama, dan mengatakan bahwa khitan bagi laki-laki lebih kuat, karena khitan bagi laki-laki tujuannya membersihkan sisa air kencing yang najis
yang terdapat pada kulit tutup kepala zakar, sedangkan suci dari najis merupakan syarat sah shalat. Sedangkan khitan bagi wanita hanyalah untuk mengecilkan dan
menstabilkan syahwatnya, yang ini hanyalah untuk mencari sebuah kesempurnaan dan bukan sebuah kewajiban.
1. Adanya beberapa dalil yang menunjukkan Rasulullah menyebut khitan bagi
wanita di antaranya sabda beliau: Apabila bertemu dua khitan, maka wajib mandi. Imam Ahmad berkata, Hadits ini menunjukkan bahwa wanita juga
dikhitan. 2.
Dari Aisyah, beliau berkata, Rasulullah bersabda,Apabila seorang laki-laki duduk di empat abang wanita dan khitan menyentuh khitan, maka wajib
mandi.” Hadis ini zahirnya menunjukkan bahwa wanita juga dikhitan. 3.
Dari Anas bin Malik berkata, Rasulullah bersabda kepada Ummu Athiyah, Apabila engkau mengkhitan wanita, maka sedikitkanlah, dan jangan
berlebihan, karena itu lebih bisa membuat ceria wajah dan lebih disenangi oleh suami.
4. Khitan bagi wanita sangat masyhur dilakukan oleh para sahabat dan para
salaf,diantaranya apa yang diceritakan oleh Ummu muhajir diatas.
Ibnu Taimiyah pernah ditanya, Apakah wanita itu dikhitan ataukah tidak? Beliau menjawab, Ya, wanita itu dikhitan, dan khitannya adalah dengan
memotong bagian yang paling atas yang mirip dengan jengger ayam jantan. Rasulullah bersabda kepada wanita yang mengkhitan, Biarkanlah sedikit dan
jangan potong semuanya, karena itu lebih bisa membuat ceria wajah dan lebih disenangi suami. Hal ini karena tujuan khitan laki-laki ialah untuk menghilangkan
najis yang terdapat dalam kulit penutup kepala zakar. Sedangkan tujuan khitan wanita ialah untuk menstabilkan syahwatnya, dan itu akan membuat jiwa mereka
lebih suci dan kehormatan diri mereka lebih terjaga.
13
B . Kontroversi sekitar khitan perempuan
Realitas mengakar terjadi, dimana, di sebagian masyarakat telah menganggap khitan perempuan sebagai kewajiban penyempurnaan dalam
kehidupan beragama telah menimbulkan kontroversi di kalangan sarjana, agamawan, dan ahli kontemporer. Sebagian besar bahkan mensakralkan bahwa
khitan perempuan merupakan ritual yang berasal dari perintah agama. Sehingga mereka berkesimpulan, jika perempuan belum dikhitan maka agamanya belum
sempurna. Di sisi lain sebagian kecil intelektual menyoal legitimasi penafsiran terkait
dengan khitan perempuan. KH. Husein Muhammad misalnya —sebagaimanaa mengutip pendapatnya Sayid Sabiq—dalam bukunya “Ijtihad Kiai Husein:
Membangun Keadilan Gender”, menyatakan bahwa maksud dari ayat ini
sesungguhnya membicarakan hal yang lebih luas dan lebih prinsip dibanding sekedar bicara soal khitan. Ajakan atau perintah millah Ibrahim adalah ajakan
13
Ibn Taimiyah, al-Fatâwâ al-Kubra, Beirut: Dâr al-Kutub al-‘Ilmiyah, t.th, h. 273-274.
kepada keyakinan tauhid dan menjauhi kekafiran atau kemusyrikan kepada Allah melalui argumen rasional dan ilmiah.
Menurut Husein, bahwa Al-Qur’an sama tidak memberikan rujukan dan dasar teologis terkait dengan khitan perempuan. Dangkalnya pengetahuan dan
pemahaman dalam mengkaji ayat-ayat inilah yang menjadikan tradisi khitan perempuan masih saja dilestarikan.Walaupun tidak dipungkiri ada beberapa hadits
yang sepintas merujuk pada perintah khitan perempuan, seperti misalnya hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad bin Hanbal: “Dari Abu Hurairah ra. Nabi
SAW bersabda: “Khitan adalah sunah bagi laki-laki dan kehormatan bagi perempuan”.
Atau juga bersandar pada hadits yang serupa dari Zaid ibn Abi Habib bahwa “Sesungguhnya Abu Hasan ibn Abi al-Hasan menanyakan tentang
khitan kepada Rasulullah, lalu Nabi menjawab; Untuk laki-laki merupakan ajaran sunah dan bagi perempuan merupakan anjuran mulia”
. Dalam membaca berikut memahami interpretasi hadits ini, diperlukan
sebuah olah pikir yang mendalam. Tradisi khitan yang sudah berlangsung lama ini harus dikontekstualisasikan dengan kondisi kekinian, dengan kata lain tradisi yang
dianggap terhormat disuatu masa dan tempat, tidak melulu terhormat untuk masa dan tempat yang lain. Dalam pada itu, hadits ini harus dipahami dalam konteks
yang dalam kehidupan klasik-tradisional telah mengakar tradisi khitan perempuan ekstrim, yakni praktik dengan menghilangkan sebagian klitoris clitorydectomy
atau bahkan memotong keseluruhan klitoris, labia minora, dan labia mayora sekaligus infibulation.
Oleh sebab itu, hadits ini harus dipahami dalam bentuk usaha transformasi gradual-kultural yang dilakukan Nabi dalam menyikapi ekstrimisme tradisi khitan
perempuan saat itu. Dan secara implisit, hadits ini mempunyai spirit dan pesan moral bahwa Nabi sebetulnya ingin menghapuskan praktik khitan perempuan ini.
Peninjauan ulang penghapusan praktik khitan perempuan menemukan signifikansinya tatkala melihat beberapa indikasi dan mudarat yang
mengakibatkan kekerasan fisik maupun psikis yang disebabkan oleh praktik khitan perempuan, seperti; pendarahan yang dapat mengakibatkan kematian,
infeksi yang dapat menimbulkan rasa sakit pada saat menstruasi, dan sakit karena operasi tanpa pembiusan yang berimplikasi trauma berkepanjangan, stress, dan
gangguan kejiwaan lainnya. Sebagian kalangan lagi berpendapat bahwa membincangkan soal khitan
perempuan merupakan hal tabu, terlebih jika hal ini jarang atau tidak pernah sama sekali disosialisasikan ke publik secara terbuka dan ilmiah, dari perspektif medis
maupun teologis agama. Akan tetapi jika melihat fakta sosial masyarakat, terkait problem serius yang disebabkan praktik khitan perempuan, seperti dibeberapa
Negara, semisal Afrika yang masih ditemukan praktik-praktik “kejam”; memotong seluruh klitoris dan kemudian menyemburkan sejenis abu gosok
kebagian luka, atau juga dengan cara menjahit bagian lubang vagina. Dan tidak heran jika akibat praktik khitan tidak sedikit anak perempuan yang meninggal
akibat praktik khitan perempuan ini. Sementara itu Majelis Ulama Indonesia menegaskan bahwa khitan bagi
laki-laki mapaun perempuan termasuk fitrah dan syiar Islam, sednagkan khitan perempuan meruapakan makrumah, pelaksanaannya sebagai salah satu bentuk
ibadah yang dianjurkan. Sebalaiknya MUI menolak segala upaya pelarangan praktek khitan perempuan dipandang bertentangan dengan syariat Islam. Namun
MUI juga tidak menutup mata dimana terjadi penyimpangan praktek khitan perempuan yang dapat memebhayakan kesehatan perempuan, sehingga dalam
pelaksanaannya MUI memberikan batasan. Khitan perempuan hanya dilakuakn dengan mengupas selaput yang menutupi klitoris dan tidak boleh dilakukan
dengan melekuai atau memotong klitoris.
14
MUI berpendapat bahwa berdasarkan kosensus ulama menegaskan bahwa khitan perempuan adalah hal disyariatkan dan tidak ada satupun yang
14
M. Asrorun Niam Sholeh, “Fatwa MUI tentang Khitan Perempuan”, Makalah
.
melarangnya. Dari keumuman ayat al-Qur’an dan hadis yang sahih, praktek sahabat, khazanah fiqh klasik tidak ditemukan satupun pendapat yang
melarangnya, baik status hukumnya makruh, atau haram. Pendapat sejenis juga ditegaskan dengan mengutip pendapat mufti
kontemporer dari Mesir Syekh Yusuf al-Qaradhawi dalam al-Hukm al-Syari fi Khitan al-Inats
yang menyatakan bahwa tidak staupun ahli Fiqh yang menyatakan khitan perempuan itu haram atau makruh, baik tahrim maupun tanzih. Ini adalah
dalail atas pensyariatan khitan perempuan. Ijma’ dlimniy dari seluruh ahli Fiqh ini menjadi dalil bahwa khitan perempuan sepanjang dilakukan sesusi denga petunjuk
hadis dimana Nabi menyarankan memotong sedikit dan tidak berlebihan, maka jelas bukan perbuatan dosa.
15
Juga ditegaskan Syekh al-Azhar Jad al-Haqq dalam Buhuts Fatawa Muashirah
menyatakan bahwa seluruh mazhab Fiqh sepakat bahwa sesungguhnya kkhitan bagi laki-laki dan perempauan adalah bagian dari fitrah
kesucian dan syiar Islam. Khitan pada prinsipnmya adalah perkara terpuji dan sepanjang penelaahan terhadap atas kitab-kitab fiqh tidak satupun pendapat yang
melansir tentang larangan khitan perempuan atau menganggapnya bahaya.
16
Berdasarkan paparan tersebut di atas, persoalan hukum khitan perempuan akan tetap mereupakan masalah kotroversial baik intern kalangan
ulama, maupun antar ahli. Titik temu tentu sangat diharapkan agar regulasi yang terkait dengan khitan perempuan akan membawa kemasalahtan bagi perempuan
bukan sebaliknya.
B. Khitan Perempuan dan Kesehatan