Urgensitas pembukaan konsentrasi kepenghuluan di Fakultas Syariah dan hukum UIN Jakarta

(1)

URGENSITAS PEMBUKAAN KONSENTRASI KEPENGHULUAN DI FAKULTAS SYAR’IAH DAN HUKUM UIN JAKARTA

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Islam (SHI)

Oleh :

Iis Nawati NIM : 104044201469

KONSENTRASI ADMINISTRASI KEPERDATAAN ISLAM PROGRAM STUDI AHWAL AL-SYAKSHIYAH

FAKULTAS SYARI'AH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(2)

Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kepada tuhan pengatur dan pemelihara semesta alam, Allah SWT yang maha kuasa. Atas kehendak dan kuasa-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam tak lupa pula penulis panjatkan kepada uswah kita Nabi Muhammad SAW, suri tauladan dalam setiap aktivitas kehidupan beserta keluarga dan para sahabatnya.

Dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis banyak menemui hambatan dan cobaan. Namun, penulis berusaha menghadapinya dengan ikhtiar dan tawakal. Alhamdulillah atas rahmat Allah SWT. Serta berkat do'a dan dukungan orang-orang yang sangat penulis cintai dan sayangi yaitu kedua orang tua, keluarga, sahabat serta teman-teman. Sehingga segala hambatan dan cobaan dapat penulis hadapi dan dari lubuk hati yang paling dalam, penulis mengucapkan terima kasih yang tulus dan tak terhingga kepada segenap pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan baik moril maupun materil dalam penyelesaian skripsi ini. Sehingga rasa syukur, penulis mengucapkan terima kasih sedalam-dalamnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Drs. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM. Dekan

Fakultas Syariah dan Hukum.

2. Bapak Dr. H. Ahmad Mukri Aji, MA dan Bapak H. Ah. Azharudin Latief M.Ag, MH selaku dosen pembimbing yang telah memberikan waktu luang,


(3)

tenaga serta Pikiran untuk memberikan ilmu, pengarahan dan bimbingan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini.

3. Ketua Program Studi, Drs. H. A. Basiq Djalil, SH, MA., Sekretaris Program

Studi Kamarusdiana S.Ag, MH. dan seluruh dosen yang telah membimbing dan memberikan ilmu yang sangat bermanfaat kepada penulis selama menempuh pendidikan di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Semoga penulis dapat mengamalkan ilmu yang telah bapak dan ibu berikan

4. Kepala Kantor Departemen Agama Kota Bogor beserta staf dan jajarannya yang telah membantu proses kelancaran dalam memperoleh data-data yang diperlukan untuk penelitian ini.

5. Kepala Kantor Urusan Agama Bogor Barat dan Kepala Kantor Urusan

Agama Kemang beserta staf dan jajarannya yang telah membantu proses kelancaran dalam memperoleh data-data yang diperlukan untuk penelitian ini.

6. Pimpinan beserta staf perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum dan

perpustakaan utama Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan fasilitas kepada penulis dalam memenuhi studi pustaka.

7. Ayahanda dan Ibunda tercinta, Mad Husen dan Sumiati atas pengorbanan dan

cinta kasihnya baik berupa moril dan materil, serta doa yang tak terhingga sepanjang masa untuk keberhasilan studi penulis. Segala hormat penulis persembahkan


(4)

8. Saudara-saudaraku tersayang Nuraini, Candra Supriatin, Heni Purwanti, Asep Mulyana, Hidayat, serta Vira Hidayah keponakanku yang selalu memberikan canda tawa di hari-hari penulis. "

9. Rekan-rekan seperjuangan (AKI '04) Rieda, Yuni, Rizka, Eva, Diah, Riyani, Puji, Ade, Farida, Lilis, serta rekan lainnya yang tidak bisa di sebutkan satu persatu, bersama kalian hidup jadi berwarna.

10.Teman-teman ASPI 2004, Ika, Indah, Ida, Ita, Lia, Ela, Ayu, yang selalu mengingatan penulis di kala gundah gulana,

11.Keluarga besar Irwan Setiawan, STP terima kasih atas dorongan doa dan semangatnya

12.Semua pihak yang telah memberikan bantuannya kepada penulis hingga

penulisan skripsi ini dapat terselesaikan.

Akhirnya, penulis berharap skripsi ini dapat memberikan kontribusi terhadap pengembangan khazanah keilmuan yang ada khususnya dalam bidang perkawinan.

Penulis


(5)

DAFTAR ISI

HALAMAN

KATA PENGANTAR... i

DAFTAR ISI... iv

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Metode Penelitian ... 8

E. Sistematika Penulisan ... 10

BAB II : FUNGSIONALISASI JABATAN PENGHULU A. Pengertian Penghulu ... 11

B. Tugas Penghulu ... 12

C. Fungsi Penghulu ... 19


(6)

BAB III : PROGRAM STUDI AHWAL AL-SYAKSHIYAH DI FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

A. Sejarah Berdirinya ... 37

B. Visi, Misi, dan Kompetensi Lulusan Ahwal-Syaksyiyyah ... 40

C. Kurikulum Ahwal Al-Syakshiyah yang terakhir ... 47

D. Kondisi Mahasiswa dan Alumni Saat ini ... 50

BAB IV : ANALISA PELAKSANAAN JABATAN PENGHULU SAAT INI DI KANTOR URUSAN AGAMA A. Fungsionalisasi Pelaksanaan Jabatan Fungsional Penghulu pada saat ini dan Respon para Penghulu terhadap Fungsionalisasi Jabatan Mereka ... 52

B. Arah Kebijakan yang akan diambil Departement Agama terkait dengan Pembinaan Penghulu... 54

C. Analisa SWOT Pembukaan Konsentrasi Kepenghuluan di Fakultas Syariah dan Hukum ... 55

D. Persiapan Sumber Daya Manusia (SDM) Kepenghuluan yang Ideal ... 60


(7)

BAB V : PENUTUP

A. Kesimpulan... 62

B. Saran ... 63

DAFTAR PUSTAKA... 64

LAMPIRAN 1.Kurikulum Ahwal Al-Syakshiyah 2007... 66

2.Wawancara Penghulu di Bogor ... 71

3.Wawancara Kepala Seksi Urusan Agama Islam Kota Bogor ... 78

4.Wawancara Ketua Dekan Fakultas Syari’ah dan Hukum ... 80


(8)

!

" " # $

#

%

% % & %%& %

' !

! "


(9)

!

)

Pada zaman penjajahan Belanda tugas-tugas penghulu mendapatkan perhatian yang lebih intens juga dari pemerintahan kolonial Belanda. Hal ini terbukti dengan

adanya beberapa Staatsblad dan Perundang-Undangan yang mengatur tugas–tugas

penghulu. Secara umum tugas penghulu pada zaman itu yaitu: 1). Sebagai imam masjid 2). Sebagai kepala pegawai pencatat nikah 3). Bertindak sebagai wali hakim 4). Penasehat bupati dalam masalah-masalah keagamaan 5). Penasehat pada landraat 6). Dan sebagai ketua pengadilan agama2.

)*+ ! $

$ $

,

-) . - /

# 0 %, )1+2 3 4

2 5 % %


(10)

* 8 9

: ; &

7 / < / , =

% 4

Melihat peran dan fungsi penghulu tersebut maka tidak mengherankan kalau kemudian penghulu memperoleh kedudukan yang terhormat di mata masyarakat.Apalagi pada zaman kerajaan-kerajaan Islam para pengulu adalah tokoh-tokoh agama yang disegani

oleh masyarakat dan dikenal juga sebagai penyebar Agama islam, seperti Sunan Kudus dan sunan Kalijaga. Namun demikian pada zaman Penjajahan belanda citra penghulu di mata masyarakat mulai ditempatkan pada posisi yang dualistis. Satu sisi, ia dipandang sebagai imam syar’i dan pemuka masyarakat Islam karena terkait dengan tugasnya yang langsung berhubungan dengan pelaksanaan hukum syara’, seperti tugasnya sebagai wali hakim, penentuan awal ramadhan, dan juga terkait dengan tanggung jawabnya dalam melayani masyarakat dalam pencatatan nikah, talak, cerai dan rujuk. Namun demikian, pada sisi yang lain para penghulu disebut juga sebagai “ndoro penghulu atau kanjeng tuan penghulu” sebutan ini terkait

dengan kedudukannya sebagai “ambsteaar” yaitu, menjadi alat pemerintahan

kolonial. Oleh karena itu, kadang kala aktivis pergerakan Islam memberikan julukan kepada mereka sebagai oportunis-oportunis penjajah belanda. Terlepas dari penghormatan dan mungkin kecaman dari sebagian masyarakat, lembaga

3 > & # 0 .


(11)

kepenghuluan pada zaman kerajaan Islam dan penjajahan belanda memiliki peranan yang besar dan strategis dalam pembinaan urusan keagamaan umat baik dari sisi administratif maupun segi pengembangan wawasan dan pengamalan keagamaan umat.

%

! '

8 # $ # $ "

)3!)2 & )1?* "

& 2 )1?*

.

$ !

= !

&,8 ? .

@

% A

4


(12)

& * )1+1 %

-$

7 % $

&

6

9 *4B

& 3 )1+1 $

0 ) "

3 " 4 "

$

. '

!

" " %

5. 8 ! ! " # $ # 0


(13)

$

7 $ $

%

. 8

8 & 4B)

, 3BB?

%

@ $

Berkaitan pembinaan profesionalisme jabatan penghulu dalam pelaksanaan tugasnya, Departemen Agama menetapkan standar kompetensi jabatan fungsional penghulu sebagai berikut:1). Menguasai substansi dan aplikasi hukum munakahat, dan teknik administrasi pencatatan nikah dan rujuk, dan teknik bimbingan dan pelayanan nikah dan rujuk; 2). Memiliki ketrampilan administrasi pencatatan dan penyusunan data dan pelaporan nikah dan rujuk; 3). Mampu melakukan monitoring dan pengkajian terhadap legalitas nikah dan rujuk; 4). Mampu memberikan bimbingan, penasihatan dalam rangka pembentukan keluarga


(14)

sakinah; 5). Mampu memberikan fatwa hukum; dan 6). Mampu melakukan evaluasi kegiatan kepenghuluan secara komprehensif.

!

C D = &

$ !

!

! @

$

C D =

.

@ /

Atas dasar latar belakang di atas, penelitian dengan judul Urgensitas Pembukaan Konsentrasi Kepenghuluan Di Fakultas Syari’ah Dan HukumUIN Jakarta penting dilakukan untuk mengetahui urgensitas dan visibilitas pembukaan konsentrasi ini.


(15)

'

C D

= / !

C D = &

#

! 0

) '

E

3 '

C D =

% $

! E

4 @

E

? C D =

@ E

! " "


(16)

) "

@

3 " .

C D =

% $

4 "

? " C D =

@

$ " "

% ! " " & ' !

%

/ ,

$ $ &! !


(17)

C

D =

$ $ / $

C D =

% $

( ) ' !

!

. !

F . !

0 )

' 3

A ' 4 . % $

C D =


(18)

.

! 0

8 .

.

! .

. .

"

!

.


(19)

-!

0 '

'

Bab III adalah Memaparkan sejarah berdirinya Program studi ahwal syakshiyyah di fakultas Syariah dan Hukum, visi dan misinya, Kompetensi lulusan ahwal syakshiyyah, kurikulum ahwal-syakshiyyah (yang terakhir),dan kondisi mahasiswa dan alumni sat ini

Bab IV adalah analisis fungsionalisasi jabatan penghulu, pelaksanaan jabatan fungsional penghulu di KUA pada saat ini dan respon para penghulu terhadap fungsional jabatan mereka, arah kebijakan yang akan di ambil Departemen Agama terkait dengan pembinaan penghulu, Pembukaan konsentrasi kepenghuluan di Fakultas Syariah dan hukum, dan persiapan Sumber Daya Manusia (SDM) jabatan kepenghuluan yang ideal.


(20)

BAB II

FUNGSIONALISASI JABATAN PENGHULU

A. Pengertian

Penghulu menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah kepala/ketua, kampung/negeri, kepala adat, kepala urusan Agama Islam di kabupaten/kotamadya, atau penasehat urusan Agama Islam di Pengadilan Negeri/kadi’6.

Penghulu adalah tokoh agama yang bertugas mengurusi hukum perkawinan, waris, cerai dan gugat, dan penasihat masalah- masalah keagamaan bagi sultan atau raja7.

Penghulu adalah Pegawai Negeri Sipil sebagai Pegawai Pencatat Nikah yang diberi tugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak secara penuh oleh Mentri Agama atau pejabat yang di tunjuk sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku untuk melakukan pengawasan nikah/rujuk menurut agama Islam dan kegiatan kepenghuluan8.

2. % & :+ , , - . "

*/- ' % 3BB) +6B

* . 8 0 1 % ) & ! + & /- #

. # ' " = = 3BB4 )!3

+ % " % & & 0


(21)

Istilah penghulu tidak di ketahui persis lahirnya namun pada masa Pemerintahan Belanda lembaga kepenghuluan sudah ada dan di akui sebagai bagian dari sistem administrasi pemerintahan. Lembaga penghulu di beri nama kantor Voor Inlandansche Zaken yang kemudian menjadi bagaian dari Departement Agama.

B.Tugas Penghulu

Subdit kepenghuluan mempunyai tugas melaksanakan bimbingan dan pelayanan masyarakat di bidang nikah rujuk serta pemberdayaan Kantor Urusan Agama berdasarkan kebijakan yang di tetapkan oleh Direktur Jendral Bimbingan Masyarakat Islam dan Penyelanggaraan Haji9.

Kegiatan penghulu adalah kegiatan pelayanan dan konsultasi nikah/rujuk serta pengembangan kepenghuluan. Pelayanan dan Konsultasi Nikah rujuk adalah kegiatan atau upaya yang dilakukan oleh penghulu meliputi perencanaan kegiatan kepenghuluan, pengawasan pencatatan nikah/rujuk, pelaksanaan pelayananan nikah dan rujuk, pemantauan pelanggaran ketentuan nika/rujuk, pelayanan fatwa hokum munakahat dan bimbingan muamala, pembinaan keluarga sakinah, serta pemantauan dan evaluasikegiatan kepenghuluan.10

Pengembangan kepenghuluan, adalah kegiatan atau upaya yang dilakukan penghulu meliputi pengkajian masalah hukum munakahat (bahsul masail munakahat

1. 8 , # $ )


(22)

dan ahwal-syakshiyyah), pengembangan metode penasehatan, konseling dan pelaksanaan nikah/rujuk, pengembangan perangkat, dan standar pelayanan nikah/rujuk, penyusunan fatwa hukum munakahat, serta koordinasi kegiatan lintas sektoral di bidang nikah dan rujuk11.

Tugas pokok penghulu adalah melakukan perencanaan kegiatan

kepenghuluan/pengawasan pencatatan nikah/rujuk, pelaksanaan pelayanan

nikah/rujuk, penasihatan dan konsultasi nikah/rujuk, pemantauan pelanggaran ketentuan nikah/rujuk, pelayanan fatwa hukum munakahat dan bimbingan muamalah, pembinaan keluarga sakinah, serta pemantauan dan evaluasi kegiatan kepenghuluan

dan pengembangan kepenghuluan12.

Berdasarkan Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia No. 301 tahun 2004 Ruang lingkup tugas setiap jenjang penghulu adalah :

a. Penghulu Ula/pertama

Penghulu Ula bertugas melakukan administrasi/ pencatatan dan memberikan bimbingan dan pelayanan peristiwa nikah/rujuk sesuai dengan data dan ketentuan yang berlaku13.

b. Penghulu Wustha/Muda

Penghulu Wustha bertugas melakukan penelitian/ pengujian legalitas

nikah/rujuk, memberikan bimbingan dan pelayanan peristiwa nikah/rujuk dan

))

)3. 8 ! " " % ) ! 2

3BB? )3!)4


(23)

memantau pelaksanannnya serta memberikan/ menyiapkan materi penasehatan/ pelayanan fatwa hukum munakahat dan pembinaan keluarga sakinah14.

c. Penghulu Ulya/Madya

Penghulu Ulya bertugas memberikan bimbingan dan pelayanan peristiwa nikah/rujuk, evaluasi kegiatan kepenghuluan dan melakukan pembinaan serta

pengembangan system kepenghuluan15.

Rincian tugas penghulu sesuai dengan jenjang jabatan :

a. Penghulu Ula/pertama

1. Menyusun rencana kerja tahunan kepenghuluan.

2. Menyusun rencana kerja operasional kegiatan kepenghuluan.

3. Melakukan pendaftaran dan meneliti kelengkapan administrasi pendftaran

kehendak nikah/rujuk.

4. Mengolah dan memverifikasi data calon pengantin.

5. Menyiapkan bukti pendaftaran nikah/rujuk.

6. Membuat materi pengumuman peristiwa nikah/rujuk dan

mempublikasikan melalui media.

)? )4


(24)

7. Menolah dan menganalisis tanggapan masyarakat terhadap pengumuman peristiwa nikah/rujuk.

8. Memimpin pelaksanaan akad nikah/rujuk melalui proses menguji

kebenaran syarat dan rukun nikah/rujuk dan menetapkan legalitas akad nikah dan rujuk.

9. Menerima dan melaksanakan taukil wali nikah/tauliyah wali hakim.

10.Memberikan khutbah/nasihat doa nikah dan rujuk.

11.Memandu pembacaan sighat taklik talak.

12.Mengumpulkan data kasus pernikahan.

13.Memberikan penasihatan dan konsultasi nikah/rujuk.

14.Mengidentifikasi kondisi keluarga pra sakinah. 15.Mengidentifikasi kondisi keluarga sakinah I.

16.Membentuk kader Pembina keluarga sakinah.

17.Melatih kader Pembina keluarga sakinah.

18.Melakukan konseling kepada kelompok keluarga sakinah.

19.Memantau dan mengevaluasi kegiatan kepenghuluan.

20.Melakukan koordinasi kegiatan lintas sektoral di bidang kepenghuluan16.

b. Penghulu Muda/Wustha

1. Menyusun rencana kerja tahunan kepenghuluan.

2. Menyusun rencana kerja operasional kegiatan kepenguhuluan.


(25)

3. Meneliti kebenaran data calon pengantin, wali nikah dan saksi dib alai nikah.

4. Meneliti kebenaran data calon pengantin, wali nikah,dan saksi di Balai Nikah.

5. Meneliti kebenaran data pasangan rujuk dan saksi.

6. Melakukan penetapan dan aau penolakan kehendak nikah/rujuk dan

menyampaikannya.

7. Menganalisa pengantin, kebutuhan konseling/penasihatan calon.

8. Menyusun materi dan desain pelaksanaan konseling/penasihatan calon

pengantin.

9. Mengarahkan/memberikan materi konseling/penasihatan calon pengantin.

10.Mengevaluasi rangkaian kegiatan konseling/penasihatan calon pengantin.

11.Memimpin pelaksanaan akad nikah/rujuk melalui proses menguji

kebenaran syarat dan rukun nikah/rujuk dan menetapkan legalitas akad nikah dan rujuk.

12.Menerima dan melaksanakan taukil wali nikah/tauliyah wali hakim.

13.Memberikan khutbah/nasehat/doa nikah/rujuk.

14.Memandu pembacaan sighat thalik talak.

15.Mengidentifikasi, memverifikasi, dan memberikan solusi terhadap

pelanggaran ketentuan nikah/rujuk.

16.Menyusun monografi kasus.


(26)

18.Memberikan penasihatan dan konsultasi nikah/rujuk.

19.Mengidentifikasi permasalahan hukum munakahat.

20.Menyusun bimbingan hokum muamalah.

21.Membentuk kader pembimbing muamalah.

22.Mengidentifikasi kondisi keluarga sakinah II. 23.Mengidentifikasi kondisi keluarga sakinah III.

24.Menyusun materi pembinaan keluarga sakinah.

25.Membentuk kader Pembina keluarga sakinah.

26.Melatih kader Pembina keluarga sakinah.

27.Melakukan konseling kepada kelompok keluarga sakinah.

28.Memantau dan mengevaluasi kegiatan kepenghuluan.

29.Menyusun materi bahsul masail munakahat dan ahwal as syakhsiyah.

30.Melakukan uji coba hasil pengembangan metode penasihatan, konseling dan pelaksanaan nikah/rujuk.

31.Melakukanuji coba hasil pengembangan perangkat dan standar pelayanan

nikah/rujuk.

32.Melakukan koordinasi kegiatan lintas sektoral di bidang kepenghuluan17

c. Penghulu Madya/Ulya

1. Menyusun rencana kerja tahunan kepenghuluan.

2. Menyusun rencana kerja operasional kegiatan kepenghuluan.


(27)

3. Memimpin pelaksanaan akad nikah/rujuk melalui proses menguji kebenaran syarat dan rukun nikah/rujuk menetapkan legalitas akad nikah dan rujuk.

4. Menerima dan melaksanakan taukil wali nikah.

5. Memberikan khutbah/ nasehat/doa nikah/rujuk.

6. Memandu pembacaan sighat taklik talak.

7. Menganalisis kasus dan problematika rumah tangga.

8. Menyusun materi dan metode penasihatan dan konsulltasi.

9. Memberikan penasihatan dan konsultasi nikah/rujuk.

10.Melakukan identifikasi pelanggaran peraturan perundangan nikah/rujuk.

11.Melakukan verifikasi pelanggaran

12.Melakukan pemantauan pelaksanaan nikah/rujuk di luar system.

13.Melakukan pengamanan/penyitaan dokumen nikah/rujuk.

14.Melakukan telaahan dan pemecahan masalah nikah di luar system.

15.Melaporkan pelanggaran kepada pihak yang berwenang.

16.Melakukan penertiban dan melaporkan kejadian hidup bersama di luar nikah dan pernikahan di bawah tangan bersama aparat terkait.

17.Mengidentifikasi kondisi keluarga sakinah III plus.

18.Menganalisis bahan/data pembinaan keluarga sakinah.

19.Membentuk kader Pembina keluarga sakinah.

20.Melatih kader Pembina keluarga sakinah.


(28)

22.Menganalisis dan menetapkan fatwa hukum.

23.Melatih kader Pembimbing Muamalah.

24.Melakukan pemantauan dan evaluasi kegiatan kepenghuluan.

25.Melakukan bahsul masail dan ahwal as syakshiyah.

26.Mengembangkan metode penasehatan.

27. Merekomendasi hasil pengembangan penasehatan.

28.Mengembangkan metode penasehatan perangkat pelayanan nikah/rujuk.

29.Merekomendasi hasil pengembangan metode penasehatan perangkat

pelayanan nikah/rujuk.

30.Mengembangkan sistim pelayanan nikah/rujuk.

31.Mengembangkan instrument pelayanan nikah/rujuk.

32.Menyusun kompilasi fatwa hukum munakahat.

33.Melakukan kegiatan lintas sektoral di bidang kepenghuluan18.

C Fungsi Penghulu

Fungsi Subdit Kepenghuluan adalah sebagai berikut :

a. Pengumpulan, pengolahan dan analisis data di bidang kepenghuluan.

b. Pelaksanaan pelayanan kepenghuluan.

c. Penyiapan bahan bimbingan dan penyuluhan di bidang kepenghuluan.


(29)

d. Optimalisasi peran dan fungsi KUA dan pemberdayaan pegawai pencatat nikah.

e. Evaluasi terhadap kegiatan bimbingan dan penyuluhan kepenghuluan19.

D. Penghulu Dalam Lintas Sejarah

Penghulu mempunyai kedudukan menonjol sebagai pelaksana dalam bidang kehakiman yang menyangkut hukum (syariat) Islam. Dari aspek perspektif historis, penghulu sudah ada sejak berabad-abad lamanya. Mereka adalah ulama-ulama yang hidup pada waktu sebelum periode para Wali20.

Berdasarkan surat keputusan raja Belanda yang di abadikan dalam Stattblaad no 152. 1882 yang berkenaan dengan penarikan kalangan ulama ke dalam birokrasi pemerintahan Belanda yang sebelumnya merupakan bagian dari lingkungan dan struktur kekuasaan pribumi21.

Keterlibatan penguasa kolonial Belanda terhadap ulama pejabat Negara (penghulu) membawa dampak yang positif seperti : sistem administrasi modern dalam pengadilan agama yang baik, tertib, teratur dan tercatat dengan teliti22.

)1. - 1 % ) & ! + & )

3B !C : & 3 + , ! & " ) 4 4

) C = & = # 3

3) 3


(30)

Hal yang mendorong semangat baru dalam kehidupan masyarakat Islam yang di tandai dengan maraknya semangat kebangkitan Islam dan berkembangnya modernisme Islam di awal abad ke-20, sehingga menimbulkan kesadaran akan kebangsaan (sense of awareness) yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan apa yang dilakukan oleh pihak kolonial. Belanda yang berkaitan dengan penerapan politik Islam Belanda pada saat itu.23. Sebelum abad ke-19, sudah ada pemimpin Agama seperti penghulu. Tetapi kedudukannya selaku pegawai agama tertinggi dalam struktur kabupaten. Yang bertindak sebagai pemimpin agama pada kabupaten adalah Bupati. Sementara penghulu berada di bawahnya. Bupati (kepala agama) harus mengawasi semua petugas agama, seperti imam, modin, dan lain sebagainya Bupati beranggapan bahwa selain sebagai bupati juga sebagai pemimpin agama merupakan suatu pekerjaan yang paling penting pada tingkat kabupaten24.

Pada akhir abad ke-19, gelar pemimpin agama yang melekat pada bupati mulai bergeser dan terlepas darinya. Beralih kepada penghulu. Penghulu langsung berada di bawah Gubernur Jendral. Di bawah penghulu ada penghulu tingkat kabupaten dan penghulu tingkat kecamatan. Dahulu jabatan penghulu tingkat kecamatan itu sebagai penghulu onderdistrick25.

34 5 C % 5 , ) & ! ! !

# $ # 0 % )1+6 +*

3? 24


(31)

Kebanyakan yang di angkat sebagai penghulu itu adalah adalah orang yang telah menunaikan ibadah haji. Tetapi tidak menutup kemungkinan juga seorang haji menjabat sebagai imam, merbot, amil atau sebagai guru agama. Jika seorang haji menjabat sebagai seorang mandor pasar dan polisi di tanah partikulir, mereka mendapat gaji dari Pemerintah. Selain daripada itu para haji yang tidak menjabat tetap menjadi petani dan pedagang26.

Perhatian masyarakat terhadap pelaksanaan ajaran agama Islam dari tahun ke tahun semakin meningkat. Ini terbukti dari tahun 1886 terjadi perubahan pengamalan ajaran Islam yang lenih intensif tahun 1989, terutama dalam menjalankan shalat lebih cermat dan aktif pergi ke langgar untuk sholat berjamaah.27

Dalam kitab al-Qawanin di kemuukakan ada empat kesalahan yang sering dilakukan oleh para penghulu yaitu, seorang penghulu suka melakukan perceraian antara suami istri tanpa mempertimbangkan alas an mengapa sampai terjadi perceraian itu28.

Dalam bab ke-14 (Qawanin) memberikan peringatan kepada penghulu tentang pentingnya penetapan jadwal penanggalan bagi keperluan keagamaan, terutama awal bulan Ramadhan. Jadi penghulu bertugas untuk menentukan awal bulan puasa. Dalam

32 2?

3* &8 < 8 ' / )++1 & 464@1

3+ H ! $ 6 7 8 11

" 11 ) 9 9 3 8 6 1 : 9 ) !


(32)

menetapkan aturan terkadang penghulu bekerja mengutamakan keinginannya sendiri daripada bersandar pada agama.29

Dalam perjalanan peradilan agama, sering bertumpu kepada penghulu. Karena itu pendapat penghulu harus di hormati. Pengangkatan penghulu dilakukan secara lebih cermat, mengingat pekerjaan penghulu bukan hanya sekedar menelaah beberapa kitab dan memakai sorban, melainkan juga pendidikan umum dan pengalaman yang luas.30

Akibat dari pada lambatnya proses penyebaran Islam berakibat sedikitnya orang-orang yang dapat menduduki jabatan penghulu. Bahkan boleh jadi menjadi Kadi, Penata keuangan dan Kepala Masjid. Dampak daripada itu, seorang penghulu menganggap seluruh pekerja di masjid di anggap bawahannya. Sesungguhnya adalah suatu kekecualian, seorang penghulu juga dapat bertindak sebagai Imam atau Khatib

waktu Shalat, sehingga mempunyai kedudukan penting di kalangan masyarakat.31

Pada masa kolonial Belanda, para anggota dan panitera tidak menerima gaji tetap ( kecuali ketua) mereka menerima honor yang diambilkan dari ongkos perkara

yang di bayaroleh para berperkara.32 Pengadilan Agama berwenang memeriksa

31 = < # 0 & )114 ?3!?6

4B I # 0 & )11? 6B

4) G 5 7 F ! ! 7 =

$ % = ' )+11!)142

# 0 & # < )11) +)6

43& F ; < &


(33)

perkara dan memberi keputusan hanya bila di hadiri paling tidak oleh tiga orang anggota termasuk ketua.

Merupakan realitas sejarah, bahwa setiap Pengadilan Agama mempunyai peranan penting dalam pembinaan hukum Agama. Penghulu Agama adalah orang-orang yang bernaung di Pengadilan Agama, ia sebagai orang-orang yang memberi petunjuk

pelaksanaan hukum agama kepada masyarakat.33

Jabatan penghulu sudah ada sejak berabad-abad lamanya, tetapi perkembangannya secara sempurna baru terjadi pada abad ke-19 dan abad ke-20

dahulu penghulu di terjemahkan dalam bahasa Belanda “Priester” tetapi

terjemahannya ini berdasarkan suatu kesalahpahaman karena agama Islam

tidakmengenal “pendeta”, kesalahpahaman orang-orang Belanda ini dapat di

mengerti jika dipikirkan hal-hal berikut ini :

1. Bahwa penghulu itu mengerjakan tugas-tugas yang dalam agama lain di

kerjakan oleh pendeta.

2. Bahwa penghulu itu berbeda dengan orang-orang biasa dalam segi

pakaiannya, kebanyakan mereka memakai pakaian arab seperti : sorban dan jas panjang34.

44 " 8 0 , ) & 3 ! ! " !

" " / &.!= -- 79 )1+6 11


(34)

Jabatan tertinggi dalam hal mengurusi soal-soal agama adalah penghulu, di ibukota penghulu di sebut penghulu kepala, dibawahnya terdapat pegawai-pegawai yang lebih rendah, yaitu “Penghulu Districk” dan “Penghulu Onderdisrick”35.

Penghulu-penghulu rendah tidak semuanya terpelajar, tetapi kalau mendapat kesulitan mereka minta bantuan para kiyai-kiyai, penghulu yang pada umumnya

sibuk dengan pekerjaan-pekerjaannya dalam mengurusi masyarakat Islam36.

Pada hari raya Islam, seperti hari lahir Nabi Muhammad saw (dalam bahasa arab; Mawlid al-Nabi, bahasa Jawa dan Sunda; Mulud, dalam bahasa Betawi; Maulid) dan hari Isra Miraj, yang menjadi pemimpin dalam upacara itu adalah Penghulu, perayaan tersebut dilaksanakan di masjid, di rumah penghulu atau di tempat lain.37

Campur tangan Pemerintahan Belanda dalam soal Pengadilan Agama dan upaya penertiban pengadilan agama setelah di keluarkanya stbl 1882 tentang pembentukan pengadilan agama di Jawa dan Madura ini mendapat kecaman dari ahli hukum adat. Snouck Hurgronje ia mengatakan bahwa pembentukan pengadilan agama itu merupakan kesalahan yang patut disesalkan sebab seharusnya pengadilan

46 *)

42 *3

4* 5 C % , ) & ! ! !


(35)

agama ini di biarkan berjalan liar tanpa ada bantuan dan campur tangan pemerintah

sehingga keputusan-keputusan tidak perlu memperoleh kekuatan undang-undang.38

Pentingnya jabatan penghulu terutama yang diketahui ialah penghulu ibukota kabupaten, kadang-kadang di sebut penghulu kepala, penghulu dapat dilihat dari peranannya di masyarakat. Kedudukan dan peran penghulu itu adalah sebagai berikut:

1. Sebagai Kadi’

Sebagaimana di tempat lain dengan kewenangan hukum yang dipersempit namun tetap mengacu kepada hukum peradilan yang sebenarnya dan peradilan sukarela, selama itu di dasarkan hukum Islam.

2. Sebagai Mufti

Yaitu orang yang memberi penerangan tentang hukum Islam, karena di dalam masyarakat dan kehidupan perorangan kerap kali timbul pertanyaan-pertanyaan yang menyangkut masalah agama, dan mereka sangat membutuhkan bimbingan dan petunjuk dari seorang yang pandai dan ahli di dalam masalah hukum Islam, maka dari itu di bentuk suatu Mufti Agama untuk siapa saja yang memerlukan nasehat-nasehat keagamaan.

4+ > & ' 0 " !


(36)

3. Juru Nikah

Dengan tugas untuk mengawasi pelaksanaan akad nikah yang benar, sesuai dengan aturan, dan pendaftaran perkara perceraian karena penjatuhan talak. Tugas dalam kedudukan itu tidak termasuk dalam wewenang hukum peradilan yang sebenarnya maupun yang sukarela, karena hukum Islam tidk mengenal pengawasan atas perkara pernikahan dan perceraian. Kebutuhan akan kepastian hukum tidak mengenal pengawasan atas perkara pernikahan dan perceraian.Kebutuhan akan kepastian hukum maka maka di setiap kota dan kampung selalu di temukan juru nikah atau penghulu terabaikan.39

4. Mengepalai Mesjid

Di samping sebagai mengepalai mesjid, penghulu juga sebagai kepala seluruh pegawainya. Kedua tugas inilah yang memberi gambaran kepada orang-orang luar tentang tugas penghulu. Penghulu sebagai wakil tertinggi dalam soal-soal agama dan ia di Bantu oleh beberapa pegawai mesjid bawahanya.

Sebagai kepala mesjid, penghulu mengatur soal-soal peribadatan, ia juga berhak bertindak sebagai imam, dan khotib, tetapi biasanya ia


(37)

melimpahkan tugas ini kepada bawahannya. Selain itu juga penghulu mengurus kas masjid40

Sebagai kepala personil masjid, penghulu mengatur peran bawahannya, seperti imam pada waktu sholat, khotib yang mengucapkan khutbah, hari raya Islam, Muadzin, dan marbut41

Perannya sebagai imam masjid atau kepala pegawai kemasjidan, ia bertanggung jawab atas pemeliharaan masjid maupun gaji bagi para pegawainya diambil dari dana kas masjid yang di bentuk di setiap kabupaten yang di bawah pengawsan Bupati.

Dana kas masjid di peroleh dari ongkos pembayaran pencatatan nikah, talak, dan ruju’, ongkos perkara di pengadilan Agama, wakaf maupun bagian zakat dan dan ritrah, kas masjid itu di urus oleh sebuah komisi yang di bentuk dan bertanggung jawab kepada Bupati.42

5. Mengurus dan Mencatat Pernikahan, Perceraian, dan Ruju

?B % , ) & ! ! !

# $ *+

?) " "

?3 , ) & & " ! ! = ) "


(38)

Menurut Hukum Islam, untuk menghindari dari penyalahgunaan dan kekacauan, penghulu sebagai ahli hukum Islam termasuk dalam kategori ahli yang ditugaskan mengurusi pernihkahan, perceraian dan ruju.

Dalam pelaksanaan tugas di bidang Dalam pelaksanaan tugas di bidang NTR (Nikah, Talak, Ruju) serta segalasesuatu yang ada sangkut pautnya dengan masalah tersebut dapat dilaksanakan oleh petugas-petugas di daerah tersebut. Dan mana kala timbul hal-hal yang tidak terselesaikan oleh petugas dan kewedaan atau di kecamatan itu secara baik ataupyn kalau timbul pertentangan pendapat di antara petugas di daerah itu dengan masyarakat barulah beliau turun tangan turut menyelesaikan sengketa yang timbul itu bertindak selaku juru pendamai dan yang menyelesaikan masalah yang timbul itu.

Biasanya kalau penghulu sudah turun tangan dalam masalah-masalah yang timbul dalam masyarakat, ia segera mengeluarkan fatwa-nya atas nama Allah maka segeralah pihak-pihak yang bersangkutan itu tunduk dan taat atas ketetapan dan fatwa tersebut. Jarang sekali fatwa yang dikeluarkan oleh penghulu mendapat sanggahan atau kritikan dari masyarakat, karena penghulu di angkat bukan sembarangan, tapi dengan proses dan prosedur tertentu. Disamping cakap, alim dan bijaksana maka faktor pemilihan


(39)

tentu juga diperhatikan, biasanya sesudah itu menurun kepada anak-anaknya yang memenuhi syarat-syarat tertentu.43

6. Penasehat pada Landrad

Dalam masa-masa sebelum kemerdekaan penghulu merupakan pejabat merupakan pejabat yang menetukan, sehingga dalam bidang peradilan pun mereka ikut menentukan dalam rangka menjaga agar hukum Islam dapat di terapkan dalam hal-hal yang di tentukan oleh Pengadilan Negeri. Hanya saja saying dalam pelaksananya, para penghulu kurang mengikuti derap langkah dari pengetahuan Hakim Pengadilan Agama Negeri yang memakai Hukum Barat sebagai sumber hukumnya. Sehingga Pada masa belakangan para penghulu dalam pengadilan negeri bukan lagi sebagai pihak yang menentukan sebaliknya merupakan pihak yang ditentukan. Tugasnya tinggal menyumpah para pihak-pihak yang berperkara di dalam persidangan.44

Sebagai penghulu landrad ia bertugas untuk memberi nasehat mengenai pandangan Islam terhadap perkara yang diadili dan juga bertindak sebagai

?4% % / . 8 >6 &

, 1 " ! % & > # .

% )1*B 4+!41


(40)

pengambil sumpah terhadap pihak yang diperlukan, untuk itu ia mendapat gaji tertentu dari pemerintah Belanda.

Pengangkatan penghulu sebagai penasehat landrad, di karenakan pemerintah Belanda masih menganggap hukum yang berlaku di kalangan orang Islam adalah hokum Islam, namun sikap ini di ubah oleh Snouck Hurgronje dengan mengatakan bahwa hukum yang berlaku di Indonesia adalah hukum adat45.

7. Sebagai Penasehat Pejabat Pemerintah

Penghulu dalam hal ini pula merupakan bagian dalam struktur Pemerintahan, bahkan adalah merupakan pejabat tinggi dalam Pemerintahan di bidang keagamaan. Karena itu segala ketentuan yang akan di ambil atau di laksnakan dalam pemerintahan selalulah lebih dahulu dimintakan pertimbangan para penghulu guna menentukan apakah ketentuan tersebut dapat dijalankan dan tidak bertentangan dengan ketentuan keagamaan. Dalam hal inilah fungsi penghulu bertindak sebagai penasehat dan pejabat pemerintah.46

8. Sebagai Ketua Pengadilan Agama

?6= 8 0 ! ;! ! ! 0 ! ! ) !

3 + ! + ) ? # - )11+

)32

?2% % / . 8 >6 &


(41)

Dalam hal ini penghulu juga mendapat peran memeriksa dan memutus manakala di kalangan umat terdapat perselisihan faham atau pendapat baik dalam masalah NTR (Nikah, Talak, Rujuk), Mawaris, Mahar, Hadhonah, Ta’lik talak, dan sebagainya, maka biasanya kalau pada timgkat Kecamatan atau Kewedaan tidak terselesaikan maka barulah diajukan kepada penghulu. Dalam hal mana, maka penghulu tentu segera mengadakan pemeriksaan dan penumpulan data dan fakta-fakta yang diperlukan. Dan kemudian diadakanlah pemicaraan dengan para anggota atau pegawainya guna mengadakan penyelesaian akan perkara tersebut.

Dalam persidangan mana masalah tersebut di bahas dan dipertimbangkan secara mendalam menurut ketentuan atau qaidah fiqhiyyah dan segera diambil jalan keluarnya kemudian barulah di ambil keputusan yang setepat-tepatnya dan sebenar-benarnya. Keputusan segera diumumkan dan disampaikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan.

Persidangan-persidangan para penghulu di saat sebelum kemerdekaan banyak dilakukan dirumah-rumah penghulu sendiri atau di serambi masjid.

Sehingga pada waktu itu terkenalah istilah pengadilan serambi. Baru sesudah kemerdekaan sidang-sidang dari penghulu ini mengambil tempat pada kantor atau ruangan khusus yang telah ditentukan.


(42)

Karena penghulu yang bertindak pula sebagai Ketua Pengadilan Agama maka segala keputusan dan ketetapan beliau ini terus di taati dan dilaksanakan oleh masyarakat dan pihak-pihak yang bersangkutan.

9. Membantu Pencatatan Penduduk

Dalam hal ini penghulu mendapat tugas tambahan, di samping mencatat perkawinan, ia juga di minta mencatat kematian, tugas tambahan ini lebih mudah dikerjakan oleh penghulu dari pada oleh pasirah atau pegawainya, karena bila seseorang meninggal tentu yang diberiahu terlebih dahulu adalah penghulu, karena penghulu dalam mengurus jenazah sangat diperlukan.

10.Mengawasi Pendidikan Agama

Statblaad 1905 menyebutkan bahwa siapa saja yang akan memberi pelajaran Agama, harus mendapatkan izin tertulis dari pemerintah setempat. Disamping itu guru-guru harus membawa daftar dari murid-muridnya menurut bentuk tertentu dan mengirimkannya secara berkala kepada kepala daerah setempat. Izin tersebut dapat di tarik kembali apabila ia berulang-ulang melanggar peraturan atau memiliki perilaku yang tidak baik.


(43)

11.Sebagai Wali Hakim

Masalah pihak perempuan yang akan melakukan perkawinan tidak mempunyai wali tapi tidak ada ditempat atau ada yang menghalangi menjadi wali, ataupun wali yang berhak tapi adhal (enggan) mengawinkan pihak perempuan tersebut , maka menurut ketentuan syar’I dapat dipindahkan hakmewalikan itu kepada wali hakim.

Didalam pemindahan kewalian kepada wali hakim dijelaskan terlebih dahulu tentang prosedur pemindahan dimana kedua pihak perlu di periksa lebih dahulu terutama tentang wali yang adhal (enggan) untuk menikahkan perempuan yang harus di walikan itu.

Manakala wali yang bersangkutan tetap adhal (enggan) tanpa alas an yang sah menurut syara’ maka barulah kewalian itu dipindahkan kepada wali hakim.Yang ditentukan bertindak sebagai wali hakim. Yang ditentukan bertindak sebagai wali hakim adalah pejabat-pejabat yang telah ditentukan yang pada umumnya adalah para Penghulu Naib atau penghulu pada

Kantor Urusan Agaka kabupaten.47

12.Pejabat Urusan Zakat


(44)

Seorang penghulu bertugas mengumpulkan dan membagikan zakat kepada yang berhak. Boleh jadi tugas itu dilaksanakan sendiri oleh penghulu atau diserahkan kepada bawahannya. Dari tugas ini penghulu memperoleh penghasilan sesuai aturan yang ditetapkan ajaran Islam.

13.Pegawai Tata Usaha dan Kepala Masjid

Dan tentu juga orang-orang bawahan yang diangkatnya sendiri dan bekerja secara teratur, memiliki hak untuk bertindak sendiri selaku imam atau khatib di mesjid.

Syarat menjadi seorang penghulu menurut atau wakil menurut Karel A Steenbrink bahwa ada tiga aliran yang menentukan kebijaksanaan pengangkatan penghulu baru dalam politik pemerintah kolonial.48.

Pertama. Sebagian besar pegawai pemerintah termasuk para residen dan gubernur jendral berpendapat, bahwa jabatan penghulu adalah jabatan agama, sehingga harus bebas dari campur tangan dari pemerintah Belanda. Bupati boleh saja mengangkat seorang keponakan, yang sama sekali tidak tahu agama, menjadi

?+ G 5 7 ! ! 7 =

$ % = ' )+11!)142


(45)

penghulu. Satu-satunya syarat yang dicantumkan dalam korespondensi para pejabat tentang pengangkatan penghulu baru adalah bahwa calon penghulu bukan pemakai tentang madat.

Kedua, sikap yang agak pasif juga yang datang dari Holle dan beberapa tokoh lain. Mereka berpendapat, bahwa pemerintah harus mempertahankan agar para penghulu tidak di angkat dari kelompok orang Islam yang terlalu fanatic atau yang turut dalam satu aliran tarekat. Credit point perlu diberikan kepada para penghulu jika mereka giat memperbaiki pertanian, melaksanakan proyek irigasi, membasmi tikus, membantu proyek suntikan penyakit cacar dan lain-lain.

Dalam beberapa laporan, Holle juga secara konsekwen maengajukan agar penghulu masjid dan pengulu landraad dijabat oleh seorang pejabat saja, sehingga pemerintah bisa menetapkan siapa pejabat Islam yang paling penting di suatu daerah (pemerintah tidak berhak memilih penghulu masjid, hanya penghulu landraad).

Ketiga, dipelopori oleh Snouck Hurgronje dan bersifat aktif, Snouck menandaskan, bahwa penghulu harus di angkat pemerintah dan pemerintah harus bertindak tegas terhadap penghulu yang korup atau yang sama sekali tidak mengetahui hukum Islam dan mengambil keputusan yang tidak sesuai dengan hukum itu.


(46)

1. Tamat dengan hasil baik dari sebuah kursus mengeni kitab-kitab yang paling lazim termasuk yang mengenai fiqih

2. Mempunyai sekedar pengetahuan bukan agama yang diperlukan untuk

secara tepat menjalankan pejabat penghulu, seperti pengetahuan tentang tugas dan kewenangan majlis-majlis ulama menurut undang-undang. Begitu juga pengetahuan tentang tugas penghulu sebagai penasehat pada pengadilan negeri, pengeahuan tentang peraturan pemerintah daerah yang dalam peresmian pernikahan atau penerimaan berita mengenai perceraian harus ditaati, dan lain sebagainya. Sehubungan dengan ini tidak ada seorang penghulu pun yang sama sekali tidak mempunyai pengetahuan yang dapat diperoleh pada sekolah pemerintah untuk pribumu.

3. Syarat-syarat tertentu mengenai watak, sifat sholeh dan jujur sedapat

mungkin juga syarat mengenai kedudukan didalam masyarakat.49

Jabatan Hakim Agama Islam kini menjadi fungsi-fungsi yang bersifat khusus, seperti yang terjadi pada keseluruhan birokrasi agama. Secara tradisionil, jabatan

Hakim Agama biasanya berada pada “Penghulu”, seorang administrator masjid yang

juga mempunyai tugas, peran dan tanggung jawab didalam masyarakat Islam. Kini, fungsi-fungsi itu di pisah-pisahkan, dan hakim agam akan menjadi “hakim” dengan sedikit tambahan tugas. Dengan pemisahan ini, mungkin hakim Agama akan


(47)

menurun kedudukannya di mata masyarakat dan menyempit pula kewibawaan

hukumnya.50

%

! '

8 # $ # $ "

)3!)2 & )1?* "

& 2 )1?*

.

$ !

= !

&,8 6) .

@

% A

& * )1+1 %

-$

6B = > & 0 ? ! !

! ! 6 !" 6 ) ) " / # %, )1+B

) )4)!)43

51


(48)

7 % $ &

63

9 *4B

& 3 )1+1 $

0 ) "

3 " 4 "

$

. '

!

" " %

$

7 $ $

%

. 8

8 & 4B)

, 3BB?

52 . 8 ! ! " # $


(49)

%

@ $


(50)

BAB III

PROGRAM STUDI AHWAL-SYAKSHIYYAH DI FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

A. Sejarah Berdirinya Program Studi Ahwal-Syakshiyyah (Hukum Keluarga Islam)

Gagasan untuk mendirikan Fakultas Sya’riah di Jakarta di mulai pada akhir tahun 1966. Sebelumnya IAIN Syarif Hidayatullah telah mengelola Fakultas Syari’ah di Serang, Jawa Barat. Untuk itu dilakukan persiapan-persiapan sehingga dibentuklah suatu tim yang dipimpin langsung oleh rektor pada saat itu, Prof. Drs. H. Soenardjo.

Karena sarana dan prasarananya belum siap dan belum memadai,maka fakultas Syari’ah Jakarta baru menerima mahasiswa mulai tahun ajaran 1968. Untuk tahap awal pimpinan fakultas di rangkap oleh rector dan pelaksana hariannya adalah Drs. H. Peunoh Daly, yang merangkap sebagai ketua Jurusan Ilmu Agama di Fakultas Tarbiyah, selanjutanya rector mengangkat K.H.M Syukri Ghazali sebagai dekan Fakultas Syari’ah. Fakultas Syari’ah pertama.Jakarta sendiri resmi berdiri berdasarkan SK Menteri Agama No. 159 Tahun 1967.


(51)

Sepanjang sejarahnya, tokoh-tokoh yang pernah memimpin Fakultas Sya’riah semenjak konversi IAIN ke UIN menjadi Fakultas Syari’ah dan Hukum sebagai dekan adalah sebagai berikut : K.H.M Syukri Ghozali (1968-1972), Drs. H. Peunoh Daly (1972-1975, 1983-1986, dan 1986-1991), Drs. Amir Syarifuddin (1975-1977 dan 1977-1979), H.A. Wasit Aulawi, MA (1979-1982 dan 1982-1983), Drs. A. Mustadjib, MA (1991-1994), Drs. H.A. Chairuddin, SH (1994-1998), Prof.Dr. H. Muhammad Amin Suma SH, MA (1998-2002 dan 2006-2010), dan Prof.Dr. Hasanuddin AF (2002-2006),

Visi dan Misi Fakultas Syariah dan Hukum

Visi Fakultas Syariah dan Hukum adalah mewujudkan Fakultas Sya’riah dan Hukum sebagai fakultas yang unggul, handal, dan terdepan dalam pengkajian, pengembangan, dan pengintegrasian serta penerapan ilmu Syari’ah,ilmu hukum, dan ilmu ekonomi Islam yang berorientasi pada nila-nilai keIslaman, kemanusiaan, dan keindonesiaan.

Misi Fakultas Syari’ah dan Hukum

1. Melaksanakan pengajaran dan pendidikan yang integratife dalam ilmu

syar’iah, ilmu hukum, dan ilmu ekonomi Islam baik bersifat teoritis maupun praktis.

2. Mengembangkan dan menerapkan ilmu Syari’ah, ilmu hukum, danilmu


(52)

3. Memberikan landasan akhlak dan moral terhadap pengembangan dan praktik ilmu Syari’ah, ilmu hukum, dan ilmu ekonomi Islam di masyarakat

4. Mengembangkan dan membina kehidupan civitas akademika yang

menjunjung tinggi kebenaran, keterbukaan,kritis, kreatif,dan inovatif, serta tanggap terhadap perubahan-perubahan social,baik dalam skala nasional maupun global.

5. Menyelanggarakan manajement modern perguruan tinggi yang berorientasi

pada mutu, profesionalisme, dan keterbukaan, serta memiliki daya saing yang tinggi dan kuat.

6. Memupuk dan menjalin kerjasama yang saling menguntungkan dengan

lembaga-lembaga pemerintah maupun non pemerintah, perguruan tinggi, industri dan lain-lain, baik dalam maupun luar negeri.

7. Memberikan perhatian yang sungguh-sungguh terhadap upaya implementasi

syari’ah Islam dalam konteks keindonesiaan.53

Secara historis dapat di kemukakan bahwa Program Studi Ahwal

Syaksyiyah pada mulanya bernama Jurusan al-Qadha. Lalu, dalam

perkembangannya berubah nama menjadi Jurusan Peradilan Agama. Seiring dengan perubahan regulasi pendidikan tinggi agama Islam, ia kemudian berubah menjadi Program Studi Ahwal- Syakhshiyyah yang memiliki 2 (dua) konsentrasi, yaitu Konsentrasi Peradilan Agama dan Konsentrasi Administrasi Keperdataan

64 & = " " = ! #= $


(53)

Islam. Dalam perkembangannya yang terkini (2007), Program Studi ini di sempurnakan namanya menjadi Program Studi Ahwal Syakhsiyyah (Hukum Keluarga Islam) dengan 2 (dua) Konsentrasi tersebut.54

B. Visi, Misi, dan Kompetensi Lulusan Ahwal-Syakshiyyah

Program Studi ini Memiliki Visi dan Misi sebagai berikut :

Visi :

Terwujudnya Program Studi Ahwal Syakshiyyah (Hukum Keluarga Islam) sebagai Program Studi yang unggul, handal, dan terdepan dalam Pengkajian, Pengembangan, Pengintegrasian dan Penerapan Ilmu Hukum Keluarga yang berorientasi Keislaman, Kemanusiaan dan Keindonesiaan.

Misi :

a. Melaksanakan pendidikan dan pengajaran yang integratife dalam ilmu Syariah

khususnya bidang Hukum Keluarga, baik yang bersifat teoritis maupun praktis.

b. Mengembangkan dan menerapkan ilmu-ilmu Syariah khususnya bidang

Hukum Keluarga

c. Menghasilkan Sarjana yang memiliki keilmuan Syariah khususnya bidang

Hukum Keluarga

6? ' % C = C = & 3 '


(54)

d. Memberikan landasan moral dan akhlak yang terpuji bagi pengembangan dan praktisi ilmu-ilmu Syariah, khususnya bidang Hukum Keluarga, dalam kehidupan Bermasyarakat

e. Membina dan mengembangkan kehidupan masyarakat yang menjunjung

tinggi nilai-nilai kebenaran, keadilan, dan keterbukaan, dan kesetaraan, dengan tetap kritis, kreatif, inovatif, dan respontif, terhadap perubahan social, baik dalam skala local, nasional, maupun global.

f. Menyelenggarakan manajement modern Program Studi yang berorientasi pada

kualitas, tranparasi, akuntabilitas, dan profesionalitas.

g. Menjalin kerjasama yang saling menguntunkan dengan lembaga-lembaga

pemerintah dan non-pemerintah, baik dalam maupun luar negeri.

h. Memberikan perhatian terhadap upaya implementasi Syariah Islam,

khususnya bidang Hukum Keluarga, dalam konteks keIndonesiaan. Program Studi ini memilki 2 (dua) konsentrasi :

1. Konsentrasi Peradilan Agama

Konsentrasi ini memiliki visi dan misi sebagai berikut :

Visi :

Terwujudnya Konsentrasi Peradilan Agama sebagai konsentrasi yang unggul, handal dan terdepan dalam Pengkajian, Pengintegrasian, dan Penerapan


(55)

Ilmu Hukum Peradilan yang berorientasi Keislaman, Kemanusiaan dan Keindonesiaan

Misi :

a. Melaksanakan pendidikan dan pengajaran yang integrative dalam ilmu

Syariah, khususnya bidang Hukum Peradilan baik yang bersifat teoritis maupun praktis

b. Mengembangkan dan menerapkan ilmu-ilmu Syariah khususnya bidang

Hukum Peradilan

c. Menghasilkan Sarjana yang memiliki keilmuan Syariah khususnya bidang Hukum Keluarga

d. Memberikan landasan moral dan akhlak yang terpuji bagi pengembangan dak praksis ilmu-ilmu Syariah, khususnya bidang Hukum Peradilan, dalam kehidupan Bermasyarakat

e. Membina dan mengembangkan kehidupan masyarakat yang menjunjung

tinggi nilai-nilai kebenaran, keadilan, dan keterbukaan, dan kesetaraan, dengan tetap kritis, kreatif, inovatif, dan respontif, terhadap perubahan sosial, baik dalam skala local, nasional, maupun global.

f. Menyelenggarakan manajement modern konsentrasi yang berorientasi pada

kualitas, tranparasi, akuntabilitas, dan profesionalitas.

g. Menjalin kerjasama yang saling menguntunkan dengan lembaga-lembaga


(56)

h. Memberikan perhatian terhadap upaya implementasi Syariah Islam, khususnya bidang Hukum Peradilan, dalam konteks keIndonesiaan.

2. Konsentrasi Administrasi Keperdataan Islam

Konsentrasi ini memiliki visi dan misi sebagai berikut :

Visi :

Terwujudnya Konsentrasi Administrasi Keperdataan Islam sebagai

konsentrasi yang unggul, handal dan terdepan dalam Pengkajian,

Pengembangan, Pengintegrasian dan Penerapan Ilmu Administrai

Keperdataan yang berorientasi KeIslaman, Kemanusiaan dan KeIndonesiaan.

Misi :

a. Melaksanakan pendidikan dan pengajaran yang integratife dalam ilmu Syariah khususnya bidang Ilmu Administrasi Keperdataan, baik yang bersifat teoritis maupun praktis.

b. Mengembangkan dan menerapkan ilmu-ilmu Syariah khususnya bidang

Administrasi Keperdataan yang berbasis penelitian

c. Menghasilkan Sarjana yang memiliki kompetensi keilmuan Syariah

khususnya bidang Administrasi Keperdataan

d. Memberikan landasan moral dan akhlak yang terpuji bagi pengembangan

dak praksis ilmu-ilmu Syariah, khususnya bidang Administrasi Keperdataan, dalam kehidupan Bermasyarakat


(57)

e. Membina dan mengembangkan kehidupan masyarakat yang menjunjung tinggi nilai-nilai kebenaran, keadilan, dan keterbukaan, dan kesetaraan, dengan tetap kritis, kreatif, inovatif, dan respontif, terhadap perubahan sosial, baik dalam skala lokal, nasional, maupun global.

f. Menyelenggarakan manajement modern Konsentrasi yang berorientasi

pada kualitas, tranparasi, akuntabilitas, dan profesionalitas.

g. Menjalin kerjasama yang saling menguntunkan dengan lembaga-lembaga

pemerintah dan non-pemerintah, baik dalam maupun luar negeri.

h. Memberikan perhatian terhadap upaya implementasi Syariah Islam,

khususnya bidang Administrasi Keperdataan, dalam konteks

keIndonesiaan55.

Kompetensi Lulusan

Tujuan Perguruan Tinggi Agama Islam adalah Menghasilkan sarjana Muslim yang memiliki kemampuan atau (kompetensi) akademik dan professional dalam bidang agama Islam serta mampu menerapkan di masyarakat serta menghasilkan sarjana muslim yang ahli dan mampu menjadi praktisi di bidang administrasi keprdataan dan peradilan agama Islam.


(58)

KURIKULUM INTI PTAI

PROGRAM STUDI AHWAL SYAKSHIYYAH

TUJUAN PTAI KOMPETENSI LULUSAN INDIKATOR KOMPETENSI

Menghasilkan sarjana Muslim

1. Memiliki kemampuan tentang Islam secara kompherensif

Memahami ajaran Islam yang normatife dan

yang memiliki kemampuan (kompetensi)

empiris akidah, syariah, akhlak,serta sejarah akademik dan profesional

dalam bidang ilmu peradaban Islam

agama Islam serta mampu

menerapkannya 2. General knowledge

memahami pokok-pokok Ilmu Pengetahuan

di masyarakat Sosial, IPA, dan humaniora

3. Beriman takwa dan akhlak yang mulia

a. Menjalan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya

b. Berfikir,berbicara,dan bertindak sesuai dengan

nilai-nilai ajaran Islam

c. Memiliki rasa tanggung jawab, harga diri, integritas,

mampu bersosialisasi, saling menghormati

4. Berkepribadian Indonesia

Beragama,memiliki rasa kebhinekaan, demokratis,


(59)

5. Sikap ilmiah

Cinta ilmu pengetahuan, cinta kebenaran, rasional,

kritis, obyektif, menghargai pendapat orang lain

6. Professional

Mampu melaksanakan pekerjaan secara efektif dan

efisien serta memiliki komitmen terhadap mutu hasil

Pekerjaan

7. Kewirausahaan

Inovatif, ulet, kreatif, pantang menyerah, adaptif,

respontif,mandiri, mempunyai keinginan untuk maju,

berani menanggung resiko

8. Memiliki keterampilan

a. Mampu menyajikan isi fikiran secara lisan dan

berbahasa Indonesia sistematis dan mudah dipahami

b. Mampu menulis karya ilmiah dengan sistematis dan

menggunakan bahasa Indonesia yang baku

9. Memiliki keterampilan berbahasa

Mampu memahami isi buku teks berbahasa

Arab dan Inggris

Arab/Inggris tanpa banyak kesulitan

10. Memiliki keterampilan dalam berfikir

a. Berfikir ilmiah: mampu memecahkan masalah melalui


(60)

pendekatan ilmiah

b. Berfikir kreatif: mampu menemukan alternative baru

dalam memecahkan masalah

c. Mengambil keputusan: mampu memilih salah satu dari

Alternatife

11. Memiliki keterampilan dalam mengolah

Mampu mencari mengolah dan menyajikan informasi

informasi

secara sistematis, kritis, dan obyektif

12. Memiliki keterampilan dalam mengelola

Mampu mengelola waktu, manusia, uang, dan barang

sumber daya

13. memiliki keterampilan dalam bekerjasama

Mampu bekerja tim,memimpin, dan bergaul dengan

dengan orang lain Masyarakat

14. Memiliki kemampuan dalam memanfaatkan

Mampu memilih mengoperasikan dan memelihara perangkat

teknologi Teknologi

B. Kompetensi Hasil Belajar Program Studi Ahwal Syakhshiyyah

TUJUAN PRODI KOMPETENSI LULUSAN INDIKATOR KOMPETENSI


(61)

sarjana muslim ilmu aspek-aspek yang ahli dan

mampu menjadi

administrasi keperdataan dan

administrasi keperdataan dan peradilan agama Islam, sejarah

praktisi di bidang

administrasi peradilan agama Islam

kebijakan, teori, tokoh dan pemikirannya, metodelogi dan institusi

keperdataan dan

b. Mampu menjelaskan dan menguraikan seluk beluk management

peradilan agama

Islam

administrasi keperdataan dan peradilan agama Islam

2. Menjadi tenaga

administrasi a. Mengkritisi berbagai pendapat

keperdataan dan peradilan

agama b. Menjunjung tinggi rasa keadilan

Islam yang yang obyektif

dan

menunjang keadilan

3. Menjadi tenaga

administrasi a. Bekerja berdasarkan kompetensinya

keperdataan professional b.Mencintai bidang tugasnya

4.Menjadi tenaga administrasi

a. Berusaha untuk mengembangkan kemampuan akademiknya

keperdataan dan peradilan yang

b. Berusaha melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi

mencintai ilmu pengetahuan

5. Menjadikan tenaga

administrasi a. Berusaha mengembangkan tugas-tugas


(62)

agama Islam baru di bidangnya

yang mempunyai sikap inovatif, kreatif,

c. Tanggap terhadap peradilan umum dan Islam

dan responsife

6. Memiliki keterampilan dalam

a. Dapat mengaplikasiakan teori-teori keperdataan dan peradilan

mengimplementasikan aspek-aspek

agama Islam dalam penyelenggaraan pengadilan

administrasi keperdataan dan peradilan

b. Dapat mengembangkan teori-teori keperdataan dan peradilan Islam

Islam

7. Memiliki keterampilan dalam manajemen keperdataan

a. Dapat mengelola administrasi peradilan dengan efektif dan efisiaen56

dan peradilan agama Islam

C. Kurikulum Jurusan Ahwal Al-Syakshiyah (yang terakhir)

Kurikulum Perguruan Tinggi Agama Islam terdiri atas :

1. Kurkulum Inti

Kurikulum ini meliputi Kompetensi Dasar dan Kompetensi utama. Kompetensi Dasar berlaku pada semua Program Studi (lintas program studi)


(63)

pada PTAI yang penyusunnya di koordinir dan di fasilitasi oleh Diperta Islam dan Ditjen Bagais Departement Agama RI57.

2. Kurikulum Institusi

Kurikulum ini meliputi Kompetensi Dasar (tambahan), Kompetensi Utama (tambahan) dan kompetensi lainnya58.

Mata kuliah dan bobot SKS

Jenis mata kuliah dan bobot SKS ditetapkan sepenuhnya oleh masing-masing PTAI. Menurut SK Mendiknas No. 234/U/2000 beban studi oleh masing-masing program studi Sarjana (S1) minimal 144 dan maksimal 160 SKS.59

Kurikulum Jurusan Ahwal Syakshiyyah terbagi menjadi 2 yaitu, distribusi mata kuliah menurut komponennya dan penjabaran rumpun mata kuliah.Distribusi mata kuliah menurut komponennya terdiri dari Mata Kuliah

Pengembangan Kepribadian (MPK), Mata Kuliah Berkehidupan

Bermasyarakat (MKB), Mata Kuliah Keilmuan dan Keterampilan (MKK)

6* 6+ 61


(64)

Mata Kuliah Keahlian Berkarya (MKB) Mata Kuliah Prilaku Berkarya (MPB)60

Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian terdiri atas : Ilmu kalam (aqidah), Ulumul Qur’an, Ulumul Hadist, Akhlak Tasawuf, Sejarah Peradaban Islam, Filsafat Umum, Pendidikan Kewarganearaan, Fiqh dan Praktek Ibadah61.

Mata Kuliah Berkehidupan Bermasyarakat terdiri atas : Bahasa Arab, Bahasa Inggris, Bahasa Indonesia, Ilmu Sosial Dasar, dan Sosiologi Hukum62.

Mata Kuliah Keilmuan dan Keterampilan terdiri atas : Fiqih Munakahat 1-2, MM Fil Munakahat, Fiqih Mawaris, Fiqih Muamalat, Fiqih Jinayah, Fiqih Siyasah, Tafsir Ahkam, Hadist Ahkam, Masail Fiqhiyyah, Tarikh Tasyri, Ilmu Falak 1-2, Hukum Perikatan Islam, Hukum Perwakafan, Peradilan Islam, Hukum Perdata Islam di Indonesia, Pengantar Ilmu Hukum dan Hukum Indonesia, Hukum Pidana, Hukum Perdata, Ilmu Perundang-undangan, Hukum Acara Perdata, hukum Acara Peradilan Agama, Hukum Keluarga di Negara Muslim, Hukum Tata Negara. Mata Kuliah Peminatan Peradilan Agama terdiri atas : Praktek Hukum Islam di Indonesia,Hukum Keluarga Kontemporer,Administrasi dan Manajemen Peradilan Agama, Ilmu

2B ' % C D = C = & 3 , "

" " 33

2) 33


(65)

Ekonomi, Ekonomi Syariah Bank dan Keuangan Syariah.. Mata Kuliah Peminatan Administrasi Keperdataan Islam : Ilmu Administrasi, Manajemen

dan Administrasi, Perkantoran urusan Keagamaan, Kepenghuluan,

Manajemen Masjid, Administrasi Zakat dan Wakaf, Penyuluhan Hukum

keluarga, Bimbingan Penasehatan, Penyuluhan dan Penyelesaian

Perkawinan63.

Mata Kuliah Pilihan terdiri dari : Hukum Lingkungan, Hukum Dagang, Hukum Tata Usaha Negara, Politik Hukum Islam di Indonesia, Hukum Acara Pidana, Legal Drafting, dan Keadvokatan Mata Kuliah Berkarya terdiri dari : Praktikum KUA, Praktikum PA, dan Praktikum PN64.

Mata Kuliah Perilaku Berkarya terdiri dari : Metode Penelitian Hukum Ushul Fiqih 1-2 Qawaid Fiqhiyyah, Filsafat Hukum Islam, Ilmu Mantiq, Kuliah Kerja Sosial (KKS), dan skripsi.65

D. Kondisi Mahasiswa dan Alumni Saat ini

Alumni fakultas Syariah dan Hukum tersebar ke berbagai departement; departement agama, departement hukum dan hak asasi manusia, departement luar

24 34

2? 3?


(66)

negeri mahkamah agung, kejaksaan agung, kementerian informasi dan komunikasi dan lain-lain.

Diantara alumni yang telah menduduki jabatan setingkat eselon dua, baik sebagai direktur atau kepala pusat maupun asisten dupati. Dari sekian alumni yang menduduki jabatan eselon dua hanya satu dari kalangan perempuan yaitu Dra. Nurhayati Djamas, MA. Sementara yang lainnya mayoritas laki-laki. Kondisi ini bisa di akibatkan karena sedikitnya perempuan yang kuliah di fakultas Syari’ah dan sehingga alumninya pun tidak banyak. Atau karena sebab-sebab lain.

Dari hasil penelitian terungkap bahwa mayoritas dari alumni yang menduduki jabatan tinggi adalah para aktifis selama menjadi mahasiswa, baik menjadi aktifis di intra kampus seperti di senat atau dewan mahasiswa maupun di eksta kampus seperti HMI, PMII maupun IMM.

Aktifitas mereka selama di kampus adalah modal bagi kesuksesan mereka saat ini. Sedikit banyak aktifitas mereka di kampus membawanya kepada kemampuan untuk berkomunikasi dengan orang lain. Aktif di organisasi

memberikan kemudahan setelah mereka keluar dari kampus. 66

Berdasarkan buku alumni yang ada di fakultas Syariah dan Hukum jumlah lulusan alumni Syariah dari tahun 1970-1999 adalah sebagai berikut :


(67)

Alumni Tahun 1970-1979 = kurang lebih ada 56 orang

Alumni Tahun 1980-1989 = kurang lebih ada 357 orang

Alumni Tahun 1990-1999 = kurang lebih ada 325 orang

Alumni Tahun 1999-2004 = kurang lebih ada 1514 orang.67

Alumni Tahun 2004-2009 = sedang di bukukan (masih dalam proses).

2* C = & = # @


(68)

BAB IV

ANALISA PELAKSANAAN JABATAN PENGHULU SAAT INI DI KANTOR URUSAN AGAMA

A. Fungsionalisasi dan Pelaksanaan Jabatan Fungsional Penghulu di KUA pada Saat ini dan Respon para Penghulu terhadap Fungsionalisasi Jabatan Mereka

Fungsionalisasi jabatan penghulu menurut hasil wawancara yang dilakukan penulis dengan para penghulu di wilayah Bogor ada beranekaragam jawaban yang diperoleh, tapi intinya adalah jabatan penghulu adalah suatu amanah yang diamanati kepada mereka agar di laksanakan dengan penuh tanggung jawab. Dengan didukung oleh Sumber Daya Manusia yang berkualitas dan berkompetensi di bidangnya sehingga jabatan fungsional penghulu dapat terlaksana dengan baik68.

Perubahan jabatan penghulu dari struktural ke fungsional diharapkan menjadi suatu acuan dan dorongan bagi para penghulu untuk senantiasa meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM) mereka dengan banyak membaca

2+A $ % % ' ' 3* & /


(69)

buku atau pedoman yang terkait dengan profesi di bidangnya ataupun dengan peraturan-peraturan baru yang telah ditetapkan oleh Departemen Agama69.

Pelaksanaan jabatan fungsional saat ini menurut hasil wawancara sudah dilaksanakan dengan baik dan kwalifikasi yang dibutuhkan pun sesuai dengan seharusnya yaitu Sarjana Syariah, tapi ada di beberapa KUA, jabatan penghulu bukan dari Fakultas Syariah tapi dengan adanya inpassing (peneyesuaian) dan pendidikan serta pelatihan yang diberikan maka penghulu yang bukan dari jurusan Syariah berkompetensi untuk menjabat sebagai penghulu70.

Respon mereka terhadap jabatan fungsional penghulu sangat positif karena dengan adanya Keputusan Menteri no 301 tahun 2004 tugas dan kedudukan mereka semakin jelas dan arahan yang sesuai dengan kompetensi yang mereka saat ini tertuang pada pasal-pasal yang ada dalam Keputusan Menteri no 301 tahun 2004 tersebut71.

Dari hasil wawancara di lapangan mereka merespon cukup baik dan mengaku siap dengan apapun konsekuensi yang di berlakukan oleh pihak Departemen Agama72.

21 *B *) *3


(70)

Adapun beberapa masukan dari para penghulu guna meningkatkan kompetensi penghulu agar menambahkan bidang mata kuliah khusus keahlian seperti fiqih munakahat, tafsir, dan pembelajaran kitab kuning guna menunjang bidang keahlian yang harus di miliki oleh penghulu yang ideal73.

Menurut penulis sendiri jabatan fungsional penghulu itu sangat berat dan memang semestinya diberikan tunjangan yang lebih baik sehingga diharapkan mereka akan lebih menghargai profesi mereka dan senantiasa selalu meningkatkan potensi dirinya. Penghulu sangat merespon baik tentang jabatan fungsional yang terdapat dalam Keputusan Menteri No. 301 tahun 2004 karena jabatan mereka sebagai penghulu selain sangat penting sebanding dengan yang mereka dapatkan yaitu berupa tunjangan.

B. Arah Kebijakan yang akan diambil Departement Agama terkait dengan Pembinaan Penghulu

Dari hasil wawancara yang dilakukan penulis dengan Ketua Seksi Urusan Agama Islam kota Bogor, beliau mengatakan kebijakan yang akan di ambil Departement Agama terkait masalah penghulu adalah dengan memberikan tunjangan khusus (angka kredit) kepada para penghulu sesuai dengan Keputusan


(71)

Menteri Agama Republik Indonesia No. 301 tahun 2004 karena tugas dan amanahnya sangat berat74

Sebelum adanya Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia No. 301 tahun 2004, penghulu tidak di berikan tunjangan khusus karena hanya sebagai jabatan struktural saja. Tujuan di berikannya jabatan fungsional kepada penghulu adalah untuk memacu dan meningkatkan kinerja dan eksistensinya sebagai penghulu75.

Menurut penulis memang baik sekali apabila ada jurusan khusus untuk jabatan penghulu karena jurusan khusus tentunya akan melahirkan calon penghulu yang emang benar-benar ahli di bidangnya tentunya.

C. Analisa SWOT Pembukaan Konsentrasi Kepenghuluan di Fakultas Syari’ah dan Hukum

Analisis SWOT adalah suatu cara menganalisis faktor-faktor internal dan eksternal menjadi langkah-langkah strategi dalam pengoptimalan usaha yang lebih menguntungkan. Dalam analisis faktor-faktor internal dan eksternal akan ditentukan

aspek-aspek yang menjadi kekuatan (Strengths), kelemahan (Weakness), kesempatan

(Opportunities), dan yang menjadi ancaman (Treathment)76.

*?A $ % # 31 # 3BB1

*6


(72)

Analisa SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisa ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalisasi kekuatan, peluang. Namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan dana ancaman77.

Hampir setiap perusahaan maupun pengamat bisnis dalam pendekatan menggunakan analisis SWOT, kecenderungan ini nampaknya akan terus semakin meningkat terutama pada era globalisasi, yang satu sama lain saling berhubungan dan saling tergantung, penggunaan analisis SWOT ini sebenarnya telah muncul ribuan tahun lalu dari bentuk sederhana, dipakai dalam menyusun strategi untuk

mengalahkan musuh dalam pertempuran78.

Dalam rangka pembukaan konsentrasi kepenghuluan di fakultas Syari’ah dan Hukum ini memerlukan perencanaan yang akurat sehingga dapat memusatkan perhatian posisi, mengetahui ke arah mana konsentrasi kepenghuluan akan pergi, bagaimana mencapainya serta tindakan apa yang perlu dilakukan agar dapat memaksimalkan kekuatan dan merebut peluang yang ada sehingga berhasil, karena itu perencanaan pembukaan konsentrasi kepenghuluan yang baik merupakan alat yang sangat berguna untuk menjalankan misi fakultas untuk memajukan mahasiswa dan mahasiswinya secara efektif dan efisien. Untuk lebih jelas tentang analisa SWOT

** % $ 3 ) " .! " ." '

-# 0 %, )11? *B

*+ C 8 C; " 3 ) + , - # 0 %,


(73)

tentang urgensitas pembukaan konsentrasi kepenghuluan di fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Jakarta.

Kekuatan (Strengths)

• Adanya Keputusan Menteri No 301 tahun 2004 ini tentang fungsionalisasi

penghulu mendorong untuk para penghulu agar meningkatkan professional kerja mereka sesuai dengan keahliannya

• Akan terjalin kerjasama yang baik antara UIN Jakarta dengan Departemen Agama

untuk rekruitmen jabatan penghulu, sehingga memudahkan Departemen Agama dalam mencari penghulu yang siap untuk terjun langsung ke KUA

• Adanya dukungan dari semua pihak tentang pembukaan konsentrasi

kepenghuluan ini.

• Peran Penghulu sangat di butuhkan oleh masyarakat

• Kekuatan peran penghulu bagi masyarakat sangat penting menyebabkan

pentingnya pembukaan konsentrasi kepenghuluan ini.

• Bagi KUA penghulu merupakan SDM yang sangat penting dan di butuhkan oleh


(74)

Kelemahan (weaknesses)

• Mahasiswa/mahasiswi peminat jurusan kepenghuluan ini akan didominasi oleh

pria mengingat jabatan penghulu sampai dengan sekarang hanya di jabat oleh kaum pria saja

• Minimnya masyarakat yang mengetahui peran dan fungsi secara luas tentang

penghulu, akan berpengaruh terhadap pemilihan jurusan

• Masyarakat cenderung memilih jurusan yang lagi tren sehingga sulit untuk

meyakinkan pentingnya jabaatan penghulu.

Peluang (Opportunities)

• Mempermudah Departemen Agama mencari calon-calon penghulu yang sudah

siap terjun langsung di lapangan.

• Jurusan yang lebih khusus akan melahirkan kualitas Sumber Daya Manusia yang

lebih kompeten.

• Akan terjalin kerjasama antara UIN Syarif Hidayatullan dengan Departemen

Agama dalam penyiapan penghulu yang benar-benar di siapkan untuk jabatan penghulu.


(75)

Ancaman (Threats)

• Meminimalisir kesempatan lulusan Syari’ah khususnya Ahwal Al-Syakshiyah

yang telah memperoleh gelar Sarjana di Fakultas Syari’ah dan Hukum dan di Perguruan Tinggi Islam lain yang bukan dari jurusan kepenghuluan.

• Bagi para penghulu yang belum Sarjana, akan dianjurkan mengambil jurusan

kepenghuluan agar ilmu yang di dapat sesuai dengan keahlian yang dimiliki. Di fakultas Syariah dan Hukum belum memiliki konsentrasi khusus untuk kepenghuluan, maka dari itu di adakan penelitian mengenai hal ini karena penulis tertarik membahas bahasan ini mengingat pentingnya jabatan penghulu untuk masyarakat secara luas.

Pentingnya di adakan penelitian ini untuk mengetahui tingkat kesiapan fakultas terhadap persiapan-persiapan lahirnya penghulu yang idealis dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat saat ini sehingga penghulu-penghulu yang lahir itu benar-benar memiliki kemampuan dan keahlian di bidangnya itu.

Menurut survey yang terdapat di lapangan pembukaan konsentrasi kepenghuluan di perlukan, karena memang bidang yang lebih khusus akan melahirkan kwalitas Sumber Daya Manusia yang jauh lebih baik.

Menurut Bapak H. A. Basiq Djalil yang penulis wawancarai mengatakan bahwa di fakultas Syariah dan Hukum memang belum ada program studi


(76)

kepenghuluan, beliau berpendapat perlu di adakan konsentrasi kepenghuluan ini, mengingat banyaknya Kantor Urusan Agama (KUA) yang tersebar di seluruh Indonesia dan begitu banyak pula penghulu yang di butuhkan tentunya. Orang terkadang salah menanggapi tentang penghulu, Orang sering beranggapan bahwa penghulu itu adalah orang yang menikahkan, padahal sebenarnya penghulu hanya bertugas mencatatakan pernikahan yang syah menurut agama maupun menurut Negara, tetap saja yang menikahkan adalah walinya, mengingat peristiwa pernikahan terjadi secara terus-menerus dari zaman ke zaman maka diperlukan adanya program studi/konsentrasi khusus kepenghuluan, tentunya dengan dukungan dari semua pihak.79.

Menurut Bapak H. Muhammad Amin Suma, Dekan Fakultas Syariah dan Hukum yang penulis wawancarai mengatakan perlu ada di adakan program studi/konsentrasi kepenghuluan di Fakultas Syari’ah dan Hukum dengan beberapa alasan :

1. Adanya jabatan fungsional penghulu saat ini yang ada dalam Keputusan Menteri No 301 tahun 2004

2. Adanya jurusan yang lebih khusus akan jauh lebih baik hasilnya


(77)

3. Adanya banyak Kantor Urusan Agama yang tersebar di Indonesia ini yang membutuhkan penghulu tentuya80.

Tapi apabila program studi/konsentrasi kepenghuluan ini di buka, apakah ada peminatnya, hal ini yang harus di pertimbangkan lagi.81

Menurut penulis sendiri kurikulum yang ada di fakultas Syari’ah jurusan Ahwal Syakshiyyah sudah cukup baik, tetapi belum memenuhi standar untuk melahirkan penghulu yang ideal dan mempunyai kompetensi yang di butuhkan masyarakat saat ini. Namun perlu di pertimbangakan banyak dampak positif jika di buka konsentrasi kepenghuluan. Karena konsentrasi ini memang lebih khusus untuk menduduki jabatan penghulu, akan tetapi perlu adanya pertimbangan yang sangat matang apabila konsentrasi ini memang penting untuk di adakan di fakultas Syariah dan Hukum. Jika konsentrasi ini di buka pun akan mempermudah Departement Agama untuk mengambil calon-calon penghulu yang memang benar-benar siap terjun ke lapangan dan bisa terjalin hubungan kerjasama antara UIN Syarif Hidayatullah dengan Departement Agama untuk persiapan calon penghulu.

C. Persiapan Sumber Daya Manusia (SDM) Jabatan Kepenghuluan yang ideal

+BA $ % " # 3B " 3BB1


(78)

Kurikulum yang ada di fakultas Syariah dan Hukum (terlampir pada lampiran 1). Persiapan Sumber Daya Manusia yang berkompetensi telah di siapkan oleh Fakultas Syariah khususnya program studi Ahwal Syakshiyyah khususnya program studi/konsentrasi Administrasi Keperdataan Islam karena setiap mata kuliah dan bobot Sistem Kredit Semester (SKS) yang ada pada program studi/konsentrasi ini, namun menurut saya belum cukup mendukung lahirnya lulusan-lulusan yang mempunyai keahlian dan kompetensi bidang yang di butuhkan oleh kriteria penghulu, mengingat banyaknya bidang yang harus dikuasai oleh penghulu saat ini dengan jabatan fungsionalnya tersebut.

Adapun pembukaan program studi/konsentrasi memang di perlukan untuk menunjang lahirnya calon-calon penghulu yang profesional dan ideal, namun apakah peminatnya akan program studi/konsentrasi ini akan banyak, perlu pertimbangan yang serius untuk pembukaan konsentrasi kepenghuluan ini.

Fakultas Syari’ah dan Hukum mempunyai konsentrasi Administrasi Keperdataan Islam yang telah di siapkan untuk dapat menduduki jabatan-jabatan yang ada di Kantor Urusan Agama, akan tetapi belum ada konsentrasi khusus untuk jabatan penghulu, maka menurut penulis fakultas Syari’ah dan Hukum perlu membuka konsentrasi kepenghuluan agar lulusan yang di hasilkan benar-benar siap untuk menduduki jabatan penghulu.


(1)

Jabatan : Penghulu

Lokasi : KUA Kemang

1. Jabatan fungsional penghulu pada saat ini sangat dibutuhkan karena di setiap KUA masih kekurangan penghulu

2. Pelaksanaan penghulu saat ini sangat dinantikan namun belum sepenuhnya dilaksanakan

3. Semua penghulu siap dengan konsekuensi yang dieberlakukan oleh Departement Agama sesuai dengan peraturan yang berlaku

4. Keadaan SDM di sini sudah mendukung namun kurang sosialisasinya kepada masyarakat.

5. Meningkatkan kwalitas SDM dengan mengikuti latihan yang dilakukan

6. Kurikulum yang ada di fakultas Syariah sudah cukup menunjang lahirnya penghulu yang idelais.

7. Pembacaan kitab kuning

8. Perlu, karena materi sebagian besar sudah tercover di jurusan Ahwal-Syaksiyyah tinggal menambahkanya saja.


(2)

Nama : Drs. H. Sufyan Suri

Jabatan : Kepala Seksi Urusan Agama Islam Kota Bogor Lokasi : Departement Agama Bogor

PERTANYAAN

1. Bagaimana tanggapan Bapak mengenai jabatan fungsional penghulu saat ini? 2. Apakah perbedaan jabatan penghulu sebagai jabatan fungsional dengan jabatan

penghulu terdahulu?

3. Apakah kurikulum fakultas syariah jurusan ahwal-syaksyiyyah konsentrasi administrasi keperdataan Islam telah memenuhi standar keahlian tuntutan profesi penghulu saat ini?

4. Bagaimana respon bapak tehadap kurikulum yang ada di fakultas Syariah?

5. Adakah masukan dari bapak untuk menambahkan mata kuliah yang kurang atau tidak ada dalam kurikulum fakultas Syariah dan Hukum yang diperlukan untuk jabatan penghulu?

6. Menurut bapak Apakah perlu di adakan prodi/konsentrasi khusus kepenghuluan untuk jabatan penghulu?

JAWABAN

1. Saya menanggapi respon jabatan fungsional penghulu itu adalah sesuatu yang amat baik karena dengan adanya jabatan fungsional penghulu sebagai jabatan fungsional adalah acuan untuk para penghulu guna meningkatkan kinerja dan kemampuan dalam bidangnya.

2. Dahulu jabatan fungsional hanya sebagai jabatan struktural yang hanya bertugas menikahkan saja, tapi saat ini di berikan jabatan fungsional dengan di berikan


(3)

tunjangan atau angka kredit karena penghargaan terhadap tugasnya yang berat yang tidak hanya bertugas menikahkan saja, tapi juga harus menguasai fiqih munakahat dan administrasinya.

3. Kurikulum yang ada di fakultas Syari;ah dan Hukum Jurusan ahwal syakshiyyah terlalu umum dan spesifik dan menurut saya kurang cukup untuk memenuhi standar profesi penghulu.

4. Kurikulum yang ada sudah cukup baik

5. Masukan saya untuk menambahkan mata kuliah yang terkait dengan administrasi kepenghuluan khususnya praktikum.

6. Menurut saya perlu diadakan konsentrasi kepenghuluan karena dengan adanya konsentrasi kepenghuluan akan memudahkan Departement Agama untuk menyaring lulusan kepenghuluan yang memang benar-benar di siapkan untuk profesi penghulu

HASIL WAWANCARA


(4)

Jabatan : Dekan Fakultas Syari;ah dan Hukum Lokasi : UIN Jakarta

PERTANYAAN

1. Adakah di perlukan program studi/konsentrasi khusus kepenghuluan di Fakultas Syari’ah dan Hukum untuk menduduki jabatan penghulu saat ini? 2. Bagaimana model desain kurikulum yang diperlukan untuk mencapai standart

kompetensi penghulu? JAWABAN

1. Program studi atau konsentrasi kepenghuluan di perlukan untuk menduduki jabatan penghulu karena adanya Keputusan Menteri No 301 tahun 2004 mengenai kedudukan penghulu yang menjabat sebagai jabatan fungsional, adanya pengkhususan jurusan akan jauh lebih baik di banding secara umum saja, selain itu pula ada sekitar 4089 KUA (terdapat di situs internet) di Indonesia, jadi penghulu memang sangat di butuhkan sekali untuk saat ini. 2. Model desain kurikulum yang diperlukan apabila akan di adakan konsentrasi

kepenghuluan di fakultas Syari’ah dan Hukum akan di musyawarahkan terlebih dahulu tentunya dengan pihak-pihak yang terkait. Tetapi untuk saat ini emang perlu di adakan konsentrasi kepenghuluan tetapi apakah akan ada peminatnya apabila konsentrasi kepenghuluan itu di buka di fakultas Syari’ah dan Hukum, perlu banyak pertimbangan-pertimbangan apabila konsentrasi kepenghuluan ini akan di adakan di fakultas Syari’ah dan Hukum.

HASIL WAWANCARA


(5)

Jabatan : Katua Jurusan Ahwal-Syaksyiyyah UIN Jakarta Lokasi : UIN Jakarta

PERTANYAAN

1. Adakah di perlukan program studi/konsentrasi khusus kepenghuluan di fakultas Syari’ah dan Hukum untuk menduduki jabatan penghulu saat ini? 2. Siapkah Fakultas Syari’ah dan Hukum membuka Konsentrasi Kepenghuluan? 3. Bagaimana model desain kurikulum yang diperlukan untuk mencapai standart

kompetensi penghulu

JAWABAN

1. Program studi/konsentrasi kepenghuluan di fakultas Syari;ah dan Hukum di perlukan untuk menduduki jabatan penghulu, mengingat banyaknya KUA di setiap Kecamatan di seluruh Indonesia, pastinya jabatan penghulu akan sangat di butuhkan. Akan tetapi tanggapan orang terhadap penghulu terkadang salah tanggap, mereka berargumentasi bahwa yang bertugas menikahkan adalah penghulu padahal argumentasi itu tidak benar, yang benar adalah penghulu bertugas mencatatkan perkawinan secara syah menurut Agama dan Negara,yang menikahkan sebenarnya adalah wali. Tapi karena pengalaman penghulu maka masyarakat sering mengatakan penghulu adalah orang yang menikahkan, padahal sebenarnya penghulu hanya membantu mencatatkan, yang menikahkan tetap walinya.

2. Fakultas Syari’ah dan Hukum siap membuka Program studi/kepenghuluan di Fakultas Syari’ah dan Hukum dengan dukungan semua pihak tentunya.

3. Model desain kurikulum yang diperlukan apabila akan di adakan konsentrasi kepenghuluan di fakultas Syari’ah dan Hukum akan di musyawarahkan


(6)

terlebih dahulu dengan pihak-pihak yang terkait dan melalui prosedur sesuai dengan aturan yang berlaku.


Dokumen yang terkait

Perceraian akibat suami impoten suatu study terhadap persepsi karyawati Fakultas Syariah dan Hukum UIN Jakarta

0 9 92

Kesesuaian kurikulum konsentrasi Perbankan Syariah Fakultas Syariah dan Hukum UIN Jakarta dengan kebutuhan Bank Syariah

2 23 98

Praktek khitan perempuan dalam Islam studi terhadap pandangan dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Jakarta

1 4 43

Keterampilan membaca kritis pada mahasiswa jurusan perbankan syariah fakultas syariah dan hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

0 6 17

Respon Kognitif,Afektif dan Konatif Pegawai Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Terhadap Minat Berasuransi Syariah

0 12 0

Tingkat pemahaman fiqh muamalat kontemporer terhadap keputusan menjadi nasabah bank syariah ( studi pada mahasiswa program studi muamalat konsentrasi perbankan syariah fakultas syariah dan hukum uin syarif hidayatullah jakarta )

0 55 126

Tingkat Pemahaman Fiqh Muamalat Kontemporer Terhadap Keputusan Menjadi Nasabah Bank Syariah (Studi pada Mahasiswa Program Studi Muamalat Konsentrasi Perbankan Syariah Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)

0 15 0

Tingkat Pemahaman Fiqh Muamalat kontemporer Terhadap keputusan menjadi Nasab Bank Syariah (Studi Pada Mahasiswa Program Studi Muamalat Konsentrasi Perbankan Syariah Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)

1 34 126

Tingkat Kepuasan Nasabah Pada Pembiayaan Mikro di PT.Bank BRI Syariah Kantor Cabang Pembantu (KCP) Ciputat (Studi pada Mahasiswa Program Studi Muamalat Konsentrasi Perbankan Syariah Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)

0 5 133

Refleksi perjalanan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Sunan Ampel Surabaya.

0 0 19