Pembahasan Hasil Penelitian 1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Fatika Sari Hasibuan : Hubungan Faktor Keturunan, Lamanya Bekerja Jarak Dekat, Dengan Miopia Pada Mahasiswa FK USU, 2010. Tabel III: Nilai Ekspektasi Hubungan Keturunan dan Miopia apakah anda mengalami miopia? Total ya tidak ayah dan ibu Expected Count 100.0 .0 100.0 apakah orang tua anda mengalami moipia? ayah atau ibu Expected Count 78.9 21.1 100.0 tidak Expected Count 56.5 43.5 100.0 Konsisten dengan hasil penelitian sebelumya bahwa ada faktor keturunan yang mendasari seseorang mengalami miopia. Hal ini cenderung mengikuti dose respons pattern. Dalam penelitian ini, anak yang kedua orang orang tuanya mengalami miopia, semuanya mengalami miopia dibandingkan dengan anak yang salah satu oranr tuanya mengalami miopia 78,9 atau anak yang memiliki orang tua yang tidak miopia 63,4.Tabel III

5.1.4 Pembahasan

Dalam penelitian ini faktor keturunan berhubungan dengan miopia. Hal ini mengikuti pola dose response pattern, dimana anak yang kedua orang tuanya mengalami miopia memiliki kemungkinan hampir 100 mengalami miopia dibandingkan hanya salah satu orang tua yang mengalami miopia 78,9 dan keduanya tidak mengalami miopia 63,4. Dari penelitian lain juga didapatkan bahwa orang yang mempunyai polimorfisme gen PAX6 akan mengalami miopia yang ekstrem ≥10 D, sedangkan orang yang tidak mempunyai gen ini hanya mengalami miopia tinggi 6-10 D dengan Fatika Sari Hasibuan : Hubungan Faktor Keturunan, Lamanya Bekerja Jarak Dekat, Dengan Miopia Pada Mahasiswa FK USU, 2010. sampel merupakan mahasiswa kedokteran tahun pertama di Universitas Kedokteran Chung Shan, Taiwan. Penelitian di Australia terhadap anak kembar yang mengalami miopia juga menunjukkan 50 faktor genetik mempengaruhi pemanjangan aksis bola mata Dirani, 2008. Namun dalam penelitian ini didapatkan hasil yang berbeda dalam hubungan antara lamanya bekerja jarak dekat dengan miopia pada mahasiswa kedokteran. Komponen individual dari faktor bekerja dalam jarak dekat mempunyai efek yang berbeda-beda. Asosiasi yang paling terkuat antara miopia dan aktivitas jarak dekat adalah menggunakan komputerP=0,025. Dari penelitian ini diketahui bahwa lama waktu yang dihabiskan untuk mengerjakan tugas kuliahP=0,147, membaca untuk hobi P=0,379, menonton TV P=0,177, antara mahasiswa yang miopia dan tidak miopia tidak jauh berbeda. Keterkaitan miopia dengan lamanya bekerja jarak dekat mungkin erat hubungannya dengan lamanya waktu yang dihabiskan untuk kegiatan ini ketika masih kanak kanak. Mempunyai televisi sebelum umur 12 tahun selama satu sampai tiga tahun dan menonton televisi dalam jarak dekat sangat berhubungan dengan kejadian miopia di Asia. Faktor resiko ini tidak mengikuti pola dose response fasionWong,1993. Di Amerika, orang dewasa yang lahir pada tahun 1917 dan 1927 asumsi eksposur televisi ketika anak anak rendah mempunyai prevalensi miopia pada umur 45 sampai 54 tahun. Namun orang yang lahir tahun 1947 dan 1960 dengan eksposur televisi yang lebih lama pada masa anak anak mengalami miopia pada umur 12 sampai 17 tahun. Penurunan prevalensi miopia seiring dengan umur dihipotesiskan karena meningkatnya lama bekerja jarak dekat Sperduto,1983. Sebagai contoh, estimasi prevalensi dari Framingham Offspring Eye Study 1996 memperkirakan bahwa 52 dewasa berumur 35 samapi 44 tahun adalah miopia, tetapi hanya 20 dewasa yang berumur 65 sampai 74 tahun yang mengalami miopia. Namun penelitian lain menunjukkan hasil yang berbeda dari asumsi ini., dimana penurunan prevalensi ini terjadi arena umur dari pada peningkatan lamanya bekerja jarak dekat selama masih anak anak dalam beberapa tahun iniMutti 200. Dari hasil penelitian ini juga terlihat bahwa mahasiswa kedokteran sedikit sekali menghabiskan waktu di luar rumah selain untuk kegiatan tugas perkuliahan. Hal ini mungkin disebabkan kepribadian yang introvert, atau tidak suka berolah raga, atau tebatasnya waktu untuk berada di luar rumah. Peneliti Australia membandingkan gaya Fatika Sari Hasibuan : Hubungan Faktor Keturunan, Lamanya Bekerja Jarak Dekat, Dengan Miopia Pada Mahasiswa FK USU, 2010. hidup 124 anak dari etnis Cina yang tinggal di Sidney, dengan 682 anak dari etnis yang sama di Singapura. Bila dibandingkan antara anak yang mengalami miopia di Singapura 29, hanya 3,3 anak-anak di Sidney yang menderita miopia. Padahal, anak-anak di Sidney membaca lebih banyak buku tiap minggu dan melakukan ativitas dalam jarak dekat lebih lama dari pada anak di Singapura. Tetapi, anak-anak di Sidney juga menghabiskan waktu di luar rumah lebih lama 13,75 jam per minggu dibandingkan dengan anak anak di Singapura 3,05 jam. Hal ini adalah faktor yang paling signifikan berhubungan dengan miopia antara kedua grup McCredie, 2008. Fatika Sari Hasibuan : Hubungan Faktor Keturunan, Lamanya Bekerja Jarak Dekat, Dengan Miopia Pada Mahasiswa FK USU, 2010.

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN