Analisis dan Pengaruh Efisiensi Modal kerja, Liquiditas, dan Solvabilitas terhadap Profitabilitas pada Industry otomotif yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

(1)

SKRIPSI

ANALISIS PENGARUH EFISIENSI MODAL KERJA, LIKUIDITAS, DAN SOLVABILITAS TERHADAP RETURN ON INVESTMENT (ROI) PADA INDUSTRI OTOMOTIF YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

Oleh :

NAMA : LEO BENNY

NIM : 070503208

DEPARTEMEN : AKUNTANSI (S1)

PROGRAM STUDI STRATA S-1 AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul “ Analisis Pengaruh Efisiensi Modal Kerja, Liquiditas, dan Solvabilitas terhadap Return On Investment ( ROI ) pada Industri Otomotif yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia “ adalah benar hasil karya tulis saya sendiri yang disusun sebagai tugas akademik guna menyelesaikan beban akademik pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari perusahaan atau lembaga, dan/atau saya kutip dari hasil karya orang lain telah mendapat izin, dan/atau dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah, dan etika penulisan ilmiah. Apabila dikemudian hari ditemukan adanya kecurangan dan plagiat dalam skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Medan, November 2011. Yang Membuat Pernyataan,

Leo Benny NIM : 070503208


(3)

KATA PENGANTAR

Terpujilah Allah Bapa atas kasih rahmatNya yang senantiasa baru setiap hari. KaryaMu luar biasa dalam kehidupanku, yang memberikan kekuatan kepadaku melewati suka dan duka dalam pengerjaan skripsi ini. Sungguh ku bangga Bapa punya Allah seperti Engkau, tak pernah Kau tinggalkan aku sedetik pun, bahkan tak Kau biarkan aku jatuh. Biarlah setiap hari aku boleh terus bersyukur atas segala yang Kau berikan.

Adapun skripsi ini berjudul “Analisis dan Pengaruh Efisiensi Modal kerja, Liquiditas, dan Solvabilitas terhadap Profitabilitas pada Industry otomotif yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”, dan disusun bertujuan guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi Departemen Akuntansi Universitas Sumatera Utara. Dalam kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang telah memberikan bimbingan, dorongan semangat, nasehat, dan bantuan selama proses penyusunan skripsi penelis hingga skripsi ini selesai.

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si, Ak dan Dra. Mutia Ismail, M.M, Ak selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi Akuntansi S-1 Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.


(4)

3. Ibu Dra. Sri Mulyani, MBA, Ak, selaku dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu dalam memberikan petunjuk, pengarahan, bimbingan dan bantuan dari awal hingga selesainya skripsi ini.

4. Bapak Drs. Rustam, M.Si, Ak dan Ibu Risanty, SE, M.Si, Ak selaku dosen penguji dan pembanding yang telah banyak memberikan masukan dan arahan dalam penyelesaian skripsi ini.

5. Kedua orang tua peneliti, terima kasih buat kasih sayang dan dukungan yang diberikan.

Terima kasih penulis juga kepada teman-teman stambuk 2007 serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah banyak membantu peneliti dalam pengerjaan skripsi ini. Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan karena keterbatasan peneliti dalam pengetahuan dan pengulasan skripsi. Oleh karena itu peneliti mengharapkan kritik dan saran yang membangun sehingga dapat dijadikan acuan dalam penelitian karya-karya ilmiah selanjutnya. Akhir kata, peneliti berharap skripsi ini bermanfaat.

Medan, September 2011 Peneliti,

Nama: Leo Benny NIM : 0705030208


(5)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui analisis dan pengaruh efisiensi modal kerja (working capital turnover), liquiditas (current ratio), dan solvabilitas (debt to total asset) terhadap profitabilitas (return on investment) pada industri otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sejak tahun 2007 sampai dengan 2009. Penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui tolak ukur mana yang mempunyai pengaruh paling signifikan terhadap return on investment. Data yang digunakan adalah laporan keuangan dari masing-masing perusahaan sampel, yang dipublikasikan melalui

websit

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif, dengan pengujian asumsi klasik, serta analisis statistik yaitu analisis regresi linear berganda. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah puposive sampling. Variabel penelitian ini terdiri dari working capital turnover (X1), current ratio (X2),

dan debt to total asset (X3) sebagai variabel independen, dan return on investment

(Y) sebagai variabel dependen dengan total sampel per tahun sebanyak 13 perusahaan.

Hasil penelitian ini adalah ketiga variabel independen tidak berpengaruh terhadap

return on investment secara bersama-sama, dan juga secara parsial masing-masing variabel independen tidak berpengaruh terhadap return on investment. Hal ini menunjukkan bahwa working capital turnover, current ratio, dan debt to total asset

bukan indikator yang berpengaruh besar terhadap penentuan besarnya return on investment.

Kata Kunci: working capital turnover, current ratio, debt to total asset, return on investment, regresi berganda.


(6)

ABSTRACT

This study analyzed the influence of working capital turnover, current ratio,and debt to total asset to the profitability (return on investment) of the otomotif industries companies that listed in Indonesian Stock Exchange since 2007 up to 2009. This study was also intended to know which performance measures have the most significant effect to the return on investment. Data that used in this research is financial statements from each company, publized through websit Analysis method that used in this research is kuantitatif method with multiple regression. Sampling method that used is purposive sampling. Variables that used in this research are working capital turnover (X1), current ratio (X2 ), and debt to total

asset (X3) as variable independent, and return on investement (Y) as variable dependent consist of the 13 firms.

This research concludes that both of three independent variables have not influence toward return on investment in simultan, and olso in parsial working capital turnover, current ratio, and debt to total asset are not influence toward return on inve stment. This result show that working capital turnover, current ratio, and debt to total asset are not give big influence to make decision in dividend payout ratio.

Keyword: working capital turnover, current ratio, debt to total asset, return on investment, multiple regression.


(7)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... i

KATA PENGANTAR ... ii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 8

D. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Profitabilitas Perusahaan ... 9


(8)

2. Modal Kerja ... 12

a.Pengertian Modal Kerja ... 12

b. Fungsi Modal Kerja ... 14

c. Sumber Modal Kerja ... 15

c. Efesiensi Modal Kerja ... 16

3. Liquiditas Perusahaan ... 18

4. Solvabilitas Perusahaan ... 23

B. Tinjauan Penelitian Terdahulu... 26

C. Kerangka Konseptual dan Hipotesis... 27

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 32

B. Populasi dan Sampel Penelitian ... 32

C. Teknik Pengumpulan Data ... 34

D. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 35

E. Metode Analisis Data ... 39

F. Jadwal Penelitian ... 45

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN A. Data Penelitian ... 46

B. Analisis Hasil Penelitian ... 46

1.Uji Asumsi Klasik ... 46

a. Uji Normalitas ... 46


(9)

c. Uji Heterokedastisitas ... 50

2. Analisis Regresi ... 51

a. Persamaan Regresi ... 52

b. Analisis Koefisien Korelasi dan Koefisien Determinasi ... 53

c. Pengujian Hipotesis ... 54

3. Analisis Statistik Deskriptif ... 57

C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 58

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 61

B. Keterbatasan Penelitian... 62

C. . Saran ... 63

DAFTAR PUSTAKA ... 65


(10)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual ... 27 Halaman

Gambar 4.1 Histogram ... 48 Gambar 4.2 Grafik Normal P-P Plot ... 48 Gambar 4.1 Scatterplot ... 51


(11)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul

Tabel 2.1 Hasil Penelitian Terdahulu ... 26

Halaman Tabel 3.1 Sampel Perusahaan Otomotif ... 34

Tabel 3.2 Jadwal Penelitian ... 45

Tabel 4.1 One Sample Kolmogorov-Smirnov Test... 47

Tabel 4.2 Coefficients untuk ROI = f(WCT, CR, DTA) ... 49

Tabel 4.3 Coefficients Correlations untuk ROI = f(WCT, CR, DTA) ... 49

Tabel 4.4 Hasil Analisis Regresi ... 52

Tabel 4.5 Hasil Analisis Koefisien Korelasi dan Koefisien Determinasi ... 54

Tabel 4.6 Hasil Uji t ... 55


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Judul

Lampiran i Populasi, Kriteria Perusahaan dan Sampel... 67

Halaman Lampiran ii Data Variabel Penelitian Tahun 2007 ... 68

Data Variabel Penelitian Tahun 2008 ... 69

Data Variabel Oenelitian Tahun 2009 ... 70

Lampiran iv Statistik Deskriptif ... 71

Lampiran v Hasil Uji Normalitas ... 72

Gambar Histogram... 72

Grafik normal P-P Plot ... 73

Hasil Uji Multikolinearitas ... 73

Hasil Uji Heteroskedastisitas... 74

Lampiran vi Hasil Uji Hipotesis (Uji t) ... 75

Hasil Uji Hipotesis (Uji F) ... 75

Lampiran vii Tabel t dengan signifikansi 5%... 76


(13)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui analisis dan pengaruh efisiensi modal kerja (working capital turnover), liquiditas (current ratio), dan solvabilitas (debt to total asset) terhadap profitabilitas (return on investment) pada industri otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sejak tahun 2007 sampai dengan 2009. Penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui tolak ukur mana yang mempunyai pengaruh paling signifikan terhadap return on investment. Data yang digunakan adalah laporan keuangan dari masing-masing perusahaan sampel, yang dipublikasikan melalui

websit

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif, dengan pengujian asumsi klasik, serta analisis statistik yaitu analisis regresi linear berganda. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah puposive sampling. Variabel penelitian ini terdiri dari working capital turnover (X1), current ratio (X2),

dan debt to total asset (X3) sebagai variabel independen, dan return on investment

(Y) sebagai variabel dependen dengan total sampel per tahun sebanyak 13 perusahaan.

Hasil penelitian ini adalah ketiga variabel independen tidak berpengaruh terhadap

return on investment secara bersama-sama, dan juga secara parsial masing-masing variabel independen tidak berpengaruh terhadap return on investment. Hal ini menunjukkan bahwa working capital turnover, current ratio, dan debt to total asset

bukan indikator yang berpengaruh besar terhadap penentuan besarnya return on investment.

Kata Kunci: working capital turnover, current ratio, debt to total asset, return on investment, regresi berganda.


(14)

ABSTRACT

This study analyzed the influence of working capital turnover, current ratio,and debt to total asset to the profitability (return on investment) of the otomotif industries companies that listed in Indonesian Stock Exchange since 2007 up to 2009. This study was also intended to know which performance measures have the most significant effect to the return on investment. Data that used in this research is financial statements from each company, publized through websit Analysis method that used in this research is kuantitatif method with multiple regression. Sampling method that used is purposive sampling. Variables that used in this research are working capital turnover (X1), current ratio (X2 ), and debt to total

asset (X3) as variable independent, and return on investement (Y) as variable dependent consist of the 13 firms.

This research concludes that both of three independent variables have not influence toward return on investment in simultan, and olso in parsial working capital turnover, current ratio, and debt to total asset are not influence toward return on inve stment. This result show that working capital turnover, current ratio, and debt to total asset are not give big influence to make decision in dividend payout ratio.

Keyword: working capital turnover, current ratio, debt to total asset, return on investment, multiple regression.


(15)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Modal kerja merupakan masalah pokok dan topik penting yang sering kali dihadapi oleh perusahaan, karena hampir semua perhatian untuk mengelola modal kerja dan aktiva lancar yang merupakan bagian yang cukup besar dari aktiva. Modal kerja dibutuhkan oleh setiap perusahaan untuk membelanjai operasinya sehari-hari, misalnya: untuk memberikan persekot pembelian bahan mentah, membiayai upah gaji pegawai, dan lain-lain, dimana uang atau dana yang dikeluarkan tersebut diharapkan dapat kembali lagi masuk dalam perusahaan dalam waktu singkat melalui hasil penjualan produksinya. Oleh karena itu, perusahaan dituntut untuk selalu meningkatkan efisiensi kerjanya sehingga dicapai tujuan yang diharapkan oleh perusahaan yaitu mencapai laba yang optimal.

Salah satu masalah kebijakan keuangan yang dihadapi perusahaan adalah masalah efisiensi modal kerja. Manajemen modal kerja yang baik sangat penting dalam bidang keuangan karena kesalahan dan kekeliruan dalam mengelola modal kerja dapat mengakibatkan kegiatan usaha menjadi terhambat atau terhenti sama sekali. Sehingga, dengan adanya analisis atas modal kerja perusahaan sangat penting untuk dilakukan untuk mengetahui situasi modal kerja pada saat ini, kemudian hal itu dihubungkan dengan situasi keuangan yang akan dihadapi pada masa yang akan


(16)

datang. Dari informasi ini dapat ditentukan program apa yang harus dibuat atau langkah apa yang harus diambil untuk mengatasinya.

Pengelolaan modal kerja merupakan hal yang sangat penting dalam perusahaan, karena meliputi pengambilan keputusan mengenai jumlah dan komposisi aktiva lancar dan bagaimana membiayai aktiva ini. Perusahaan yang tidak dapat memperhitungkan tingkat modal kerja yang memuaskan, maka perusahaan kemungkinan mengalami insolvency (tak mampu memenuhi kewajiban jatuh tempo) dan bahkan mungkin terpaksa harus dilikuidasi. Aktiva lancar harus cukup besar untuk dapat menutup hutang lancar sedemikian rupa, sehingga menggambarkan adanya tingkat keamanan (margin safety) yang memuaskan. Sementara itu, jika perusahaan menetapkan modal kerja yang berlebih akan menyebabkan perusahaan

overlikuid sehingga menimbulkan dana mengaggur yang akan mengakibatkan

inefisiensi perusahaan, dan membuang kesempatan memperoleh laba.

Modal kerja memiliki sifat yang fleksibel, besar kecilnya modal kerja dapat ditambah atau dikurangi sesuai kebutuhan perusahaan. Menetapkan modal kerja yang terdiri dari kas, piutang, persediaan yang harus dimanfaatkan seefisien mungkin. Besarnya modal kerja harus sesuai dengan kebutuhan perusahaan, karena baik kelebihan atau kekurangan modal kerja sama-sama membawa dampak negatif bagi perusahaan.

Modal kerja yang berlebihan terutama modal kerja dalam bentuk uang tunai dan surat berharga dapat merugikan perusahaan karena menyebabkan berkumpulnya dana yang besar tanpa penggunaan secara produktif. Dana yang mati, yaitu dana-dana


(17)

yang tidak digunakan menyebabkan diadakannya investasi dalam proyek-proyek yang tidak diperlukan dan yang tidak produktif. Disamping itu kelebihan modal kerja juga akan menimbulkan inefisiensi atau pemborosan dalam operasi perusahaan.

Indikator adanya manajemen modal kerja yang baik adalah adanya efisiensi modal kerja. Modal kerja dapat dilihat dari perputaran modal kerja (working capital turnover), perputaran piutang (receivable turnover), perputaran persediaaan (inventory turnover). Perputaran modal kerja dimulai dari saat kas diinvestasikan dalam komponen modal kerja sampai saat kembali menjadi kas. Makin pendek periode perputaran modal kerja, makin cepat perputarannya sehingga perputaran modal kerja makin tinggi dan perusahaan makin efisien yang pada akhirnya rentabilitas semakin meningkat.

Dalam penentuan kebijakan modal kerja yang efisien, perusahaan dihadapkan pada masalah adanya pertukaran (trade off) antara faktor likuiditas dan profitabilitas (Horne,1997: 217). Jika perusahaan memutuskan menetapkan modal kerja dalam jumlah yang besar, kemungkinan tingkat likuiditas akan terjaga namun kesempatan untuk memperoleh laba yang besar akan menurun yang pada akhirnya berdampak pada menurunnya profitabilitas. Sebaliknya jika perusahaan ingin memaksimalkan profitabilitas, kemungkinan dapat mempengaruhi tingkat likuiditas perusahaan. Makin tinggi likuiditas, maka makin baiklah posisi perusahaan di mata kreditur. Oleh karena terdapat kemungkinan yang lebih besar bahwa perusahaan akan dapat membayar kewajibannya tepat pada waktunya. Di lain pihak ditinjau dari segi sudut pemegang saham, likuiditas yang tinggi tak selalu menguntungkan karena berpeluang


(18)

menimbulkan dana-dana yang menganggur yang sebenarnya dapat digunakan untuk berinvestasi dalam proyek-proyek yang menguntungkan perusahaan.

Selain masalah tersebut di atas perusahaan juga dihadapkan pada masalah penentuan sumber dana. Pemenuhan kebutuhan dana suatu perusahaan dapat dipenuhi dari sumber intern perusahaan, yaitu dengan mengusahakan penarikan modal melalui penjualan saham kepada masyarakat atau laba ditahan yang tidak dibagi dan digunakan kembali sebagai modal. Pemenuhan kebutuhan dana perusahaan dapat juga dipenuhi dari sumber ekstern yaitu dengan meminjam dana kepada pihak kreditur seperti bank, lembaga keuangan bukan bank, atau dapat pula perusahaan menerbitkan obligasi untuk ditawarkan kepada masyarakat.

Pembiayaan dengan utang atau leverage keuangan menurut Brigham dan Houston (2001: 84) memiliki tiga implikasi penting, yaitu: Pertama, memperoleh dana melalui utang membuat pemegang saham dapat mempertahankan pengendalian atas perusahaan dengan investasi yang terbatas. Kedua, kreditur melihat ekuitas atau dana yang disetor pemilik untuk memberikan marjin pengaman, sehingga jika pemegang saham hanya memberikan sebagian kecil dari total pembiayaan, maka risiko perusahaan sebagian besar ada pada kreditur. Ketiga, jika perusahaan memperoleh pengembalian yang lebih besar atas investasi yang dibiayai dengan dana pinjaman dibanding pembayaran bunga, maka pengembalian atas modal pemilik akan lebih besar. Sementara itu Sawir (2001: 11) menyebutkan bahwa leverage dapat digunakan untuk meningkatkan hasil pengembalian pemegang saham, tetapi dengan risiko akan meningkatkan kerugian pada masa-masa suram. Jika perusahaan


(19)

menggunakan lebih banyak hutang dibanding modal sendiri maka tingkat solvabilitas akan menurun karena beban bunga yang harus di tanggung juga meningkat. Hal ini akan berdampak terhadap menurunnya profitabilitas.

Pada dasarnya, jika perusahaan meningkatkan jumlah utang sebagai sumber dananya hal tersebut dapat meningkatkan risiko keuangan. Jika perusahaan tidak dapat mengelola dana yang diperoleh dari utang secara produktif, hal tersebut dapat memberikan pengaruh negatif dan berdampak terhadap menurunnya profitabilitas perusahaan. Sebaliknya jika utang tersebut dapat dikelola dengan baik dan digunakan untuk proyek investasi yang produktif, hal tersebut dapat memberikan pengaruh yang positif dan berdampak terhadap peningkatan profitabilitas perusahaan.

Siwi (2005) melakukan penelitian tentang analisis pengaruh efisiensi modal kerja, likuiditas, dan solvabilitas terhadap profitabilitas pada perusahaan property dan real estate yang go publik dibursa efek Jakarta pada tahun 1998–2002. Rasio-rasio yang digunakan adalah rasio working capital turnover (WCT), current ratio, debt to equity ratio (DTA) dan return on investment (ROI). Sampel yang digunakan sebanyak 37 perusahaan property dan real estate yang sudah listing dari tahun 1998-2002. Dalam penelitiannya Siwi (2005) menggunakan analisis regresi berganda linier yang hasilnya menunjukkan bahwa secara parsial hanya variabel efisiensi modal kerja (working capital turnover) dan solvabilitas (total debt to total capital assets) yang mempunyai pengaruh terhadap profitabilitas (return on investment) sedangkan variabel likuiditas (current ratio) tidak mempunyai pengaruh terhadap profitabilitas


(20)

(return on investment). Sedangkan secara simultan semua variabel berpengaruh terhadap profitabilitas.

Dani (2003) melakukan penelitian tentang pengaruh likuiditas, leverage dan efisiensi modal kerja terhadap profitabilitas (studi kasus pada PT Modern Toolsindo Bekasi). Rasio keuangan yang digunakan adalah Current Ratio, Debt to Equyity Ratio

(DER), Working Capital Turnover (WCT) dan Return On Invesment. Alat analisis yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda. Menggunakan 1 sampel perusahaan dengan menganalisis neraca dan laporan laba rugi tahun 1997-2002. Dalam penelitiannya Dani (2003) menggunakan analisis regresi linier berganda yang hasilnya menunjukkan bahwa secara simultan faktor likuiditas, leverage dan efisiensi modal kerja terbukti memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat profitabilitas PT Modern Toolsindo. Sedangkan secara parsial hanya variabel leverage yang tidak berpengaruh positif terhadap variabel profitabilitas.

Dari penjelasan diatas dapat kita dilihat bahwa variabel-variabel yang digunakan secara simultan berpengaruh terhadap profitabilitas tetapi secara parsial tidak semua variabel berpengaruh terhadap profitabilitas. Hal ini membuat peneliti ingin meneliti pengaruh modal kerja, liquiditas dan juga solvabilitas terhadap profitabilitas dengan menggunakan beberapa rasio. Tahun penelitian yang akan diteliti juga berbeda yaitu dari tahun 2007 sampai dengan 2009.

Dari hal diatas dapat dilihat bahwa sebuah perusahaan tumbuh kembangnya dapat dilihat dari faktor modal kerja, liquiditas, dan solvabilitas. Pada dewasa ini perusahaan otomotif sedang mengalami kemajuan yang signifikan. Industri otomotif


(21)

telah memberikan dampak yang baik bagi perekonomian Indonesia.. Industri otomotif menjadi industri yang penting bagi perkembangan perekonomian bangsa. Hal ini tidak terlepas dari banyaknya perusahaan-perusahaan yang bergerak dalam industri barang otomotif di Indonesia. Industri ini telah mengalami kemajuan yang pesat yang dapat dilihat dari semakain banyak perusahaan yang bergelut didunia otomotif dan juga semakian banyak masyarakat yang komsumtif dalam membeli kendaraan. Kemajuan industri otomotif ini menjadi alasan bagi peneliti untuk meneliti perusahaan otomotif yang telah go public untuk melihat pengaruh modal kerja, liquiditas, dan solvabilitas perusahaan terhadap kemajuan perusahaan bila diukur dengan profitabilitas yang diperoleh perusahaan. Alasan lain peneliti untuk memilih perusahaan otommotif juga karena peneliti-peneliti sebelumnya belum ada yang menjadikan industri otomoti sebagai sampel penelitian mereka.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada investor dan calon investor untuk merumuskan kebijakan dalam melakukan investasi pada perusahaan dalam sektor industri otomotif di Bursa Efek Indonesia supaya tingkat pengembalian dari penanaman investasi tersebut memperoleh hasil yang maksismum. Berdasarkan gambaran tersebut menarik untuk diteliti mengenai “Analisis Pengaruh Efisiensi Modal Kerja, Likuiditas, dan Solvabilitas terhadap Profitabilitas Pada Perusahaan Otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia”.

B. Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang permasalahan maka masalah penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:


(22)

1. Apakah efisiensi modal kerja, likuiditas, dan solvabilitas berpengaruh secara parsial dan simultan terhadap profitabilitas industri otomotif di Bursa Efek Indonesia?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah :

Mengetahui bagaimana pengaruh efisiensi modal kerja, likuiditas dan solvabilitas terhadap profitabilitas secara parsial maupun simultan pada industri otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).

2. Manfaat Penelitian

Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain: a. Manfaat Teoritis

1.Peneliti

Penelitian ini sangat berguna bagi Peneliti dikemudian hari jika nantinya dimintakan pendapatnya mengenai pengaruh financial leverage dan total assets turnover terhadap earning per share (EPS). 2.Perusahaan

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan masukan khususnya dibidang keuangan dalam menilai hasil operasi dan kebijaksanaan pendanaan perusahaan.


(23)

Peneliti berharap hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan, wawasan dan sebagai bahan referensi untuk penelitian lebih lanjut. b. Manfaat secara praktis

Hasil Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi calon investor sebagai bahan pertimbangan untuk melakukan investasi di Bursa Efek Indonesia.


(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A Tinjauan Pustaka

1. Tinjauan Teoritis

a. Profitabilitas Perusahaan

Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva, maupun modal sendiri (Sartono, 1998: 130). Jumlah laba bersih kerap dibandingkan dengan ukuran kegiatan atau kondisi keuangan lainnya seperti penjualan, aktiva, ekuitas pemegang saham untuk menilai kinerja sebagai suatu persentase dari beberapa tingkat aktivitas atau investasi. Perbandingan ini disebut rasio profitabilitas (profitability ratio).

Berikut ini beberapa rasio yang digunakan untuk mengukur profitabilitas adalah sebagai berikut :

1) Gross Profit Margin

Rasio gross profit margin atau margin keuntungan kotor berguna untuk mengetahui keuntungan kotor perusahaan dari setiap barang yang dijual.

Gross profit margin sangat dipengaruhi oleh harga pokok penjualan. Apabila harga pokok penjualan meningkat maka gross profit margin akan menurun, begitu pula sebaliknya. Dengan kata lain, rasio ini mengukur efisiensi pengendalian harga pokok atau biaya produksinya,


(25)

mengindikasikan kemampuan perusahaan untuk berproduksi secara efisien.

Formulasi dari gross profit margin atau GPM adalah sebagai berikut:

2) Net Profit Margin

Net Profit Margin (NPM) menggambarkan besarnya laba bersih yang diperoleh perusahaan pada setiap penjualan yang dilakukan. Dengan kata lain ratio ini mengukur laba bersih setelah pajak terhadap penjualan. Formulasi dari net profit margin adalah sebagai berikut:

3) Return on Investment

Return on Investment atau return on assets menunjukkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba dari aktiva yang dipergunakan. Dengan mengetahui rasio ini, akan dapat diketahui apakah perusahaan efisien dalam memanfaatkan aktivanya dalam kegiatan operasional perusahaan. Rasio ini juga memberikan ukuran yang lebih baik atas profitabilitas perusahaan karena menunjukkan efektifitas manajemen dalam menggunakan aktiva untuk memperoleh pendapatan.

Analisis Return On Investment (ROI) dalam analisis keuangan mempunyai arti yang sangat penting sebagai salah satu teknik analisa keuangan yang bersifat menyeluruh/komprehensif. Analisa Return On


(26)

Investment (ROI) ini sudah merupakan tehnik analisa yang lazim digunakan oleh pimpinan perusahaan untuk mengukur efektivitas dari keseluruhan operasi perusahaan. Return On Investment (ROI) itu sendiri adalah salah satu bentuk dari ratio profitabilitas yang dimaksudkan untuk dapat mengukur kemampuan perusahaan dengan keseluruhan dana yang ditanamkan dalam aktiva yang digunakan untuk operasi perusahaan untuk menghasilkan keuntungan. Dengan demikian Return On Investment (ROI) menghubungkan keuntungan yang diperoleh dari operasi perusahaan (Net Operating Income) dengan jumlah investasi atau aktiva yang digunakan untuk menghasilkan keuntungan operasi tersebut (Net Operating Assets). Sebutan lain untuk ROI adalah “Net Operating profit Rate Of Return”

atau “Operating Earning Power” (Munawir, 1995: 89).

Formulasi dari return on investment atau ROI adalah sebagai berikut:

4) Return on Equity

Return on equity atau return on net worth mengukur kemampuan perusahaan memperoleh laba yang tersedia bagi pemegang saham perusahaan atau untuk mengetahui besarnya kembalian yang diberikan oleh perusahaan untuk setiap rupiah modal dari pemilik. Rasio ini dipengaruhi oleh besar kecilnya utang perusahaan, apabila proporsi utang makin besar maka rasio ini juga akan makin besar. Formulasi dari return on equity atau ROE adalah sebagai berikut:


(27)

b. Modal Kerja

1. Pengertian Modal Kerja

Mengenai pengertian modal kerja terdapat beberapa konsep yaitu (Riyanto, 1995: 57-58):

a) Konsep Kuantitatif

Konsep ini mendasarkan pada kuantitas dari dana yang tertanam dalam unsur-unsur aktiva lancar dimana aktiva ini merupakan aktiva yang sekali berputar kembali dalam bentuk semula atau aktiva dimulai dari yang tertanam di dalamnya akan dapat bebas lagi dalam waktu yang pendek. Dengan demikian modal kerja dalam konsep ini adalah keseluruhan dari jumlah aktiva lancar.

b) Konsep Kualitatif

Dalam konsep ini pengertian modal kerja juga dikaitkan dengan besarnya jumlah utang lancar atau utang yang harus segera dibayar. Dengan demikian maka sebagian dari aktiva lancar itu harus disediakan untuk memenuhi kewajiban financial yang harus segera dibayar dimana bagian aktiva lancar ini tidak boleh digunakan untuk membayar operasi perusahaan untuk menjaga likuiditasnya. Oleh karena itu modal kerja menurut konsep ini adalah sebagian dari aktiva lancar yang benar-benar dapat digunakan untuk membayar operasi perusahaan mampu


(28)

mengganggu likuiditasnya yaitu yang merupakan kelebihan aktiva lancar diatas utang lancar. Modal kerja dalam pengertian ini sering disebut modal kerja memo (non working capital)

c) Konsep Fungsional

Konsep ini mendasarkan pada fungsi dari dana dalam menghasilkan pendapatan. Setiap dana yang dikerjakan atau digunakan dalam perusahaan dimaksudkan untuk menghasilkan pendapatan. Pendapatan yang dimaksud adalah pendapatan dalam satu periode accounting (current income) bukan periode berikutnya (future income). Dari pengertian tersebut maka terdapat sejumlah dana yang tidak menghasilkan current income atau kalau menghasilkan tidak sesuai dengan misi perusahaan yaitu non working capital, sehingga besarnya modal kerja adalah:

1) Besarnya kas

2) Besarnya persediaan

3) Besarnya piutang (dikurangi bersarnya laba)

4) Besarnya sebagian dana yang ditanamkan dalam aktiva tetap (besarnya adalah sejumlah dana yang berfungsi untuk menghasilkan current income tahun yang bersangkutan)

Sedangkan bagian piutang yang merupakan keuntungan adalah tergolong dalam modal kerja potensial dan sebagian dana yang ditanamkan dalam aktiva tetap yang menghasilkan future income (pendapatan tahun-tahun sesudahnya) termasuk dalam non working capital.


(29)

2. Fungsi Modal Kerja

Fungsi modal kerja adalah sebagai berikut:

1) Modal Kerja itu menampung kemungkinan akibat buruk yang ditimbulkan karena penurunan nilai aktiva lancar seperti penurunan nilai piutang yang diragukan dan yang tidak dapat ditagih atau penurunan nilai persediaan.

2) Modal kerja yang cukup memungkinkan perusahaan untuk membayar semua utang lancarnya tepat pada waktunya dan untuk memanfaatkan potongan tunai ; dengan menggunakan potongan tunai maka jumlah yang akan dibayarkan uttuk pembelian barang menjadi berkurang.

3) Modal kerja yang cukup memungkinkan perusahaan untuk memelihara “Credit standing” perusahaan yaitu penilaian pihak ketiga, misalnya bank dan para kreditor akan kelayakan perusahaan untuk memelihara kredit. Disamping itu modal kerja yang mencukupi memungkinkan perusahaan untuk menghadapi situasi darurat seperti dalam hal terjadi : pemogokan banjir dan kebakaran.

4) Memungkinkan perusahaan untuk memberikan syarat kredit kepada para pembeli. Kadang-kadang perusahaan harus memberikan kepada para pembelinya syarat kredit yang lebih lunak dalam usaha membantu para pembeli yang baik untuk membiayai operasinya.


(30)

5) Memungkinkan perusahaan untuk menyesuaikan persediaan pada suatu jumlah yang mencukupi untuk melayani kebutuhan para pembeli dengan lancar.

6) Memungkinkan pimpinan perusahaan untuk menyelenggarakan perusahaan lebih efisien dengan jalan menghindarkan kelambatan dalam memperoleh bahan, jasa dan alat-alat yang disebabkan karena kesulitan kredit. 7) Modal kerja yang mencukupi, memungkinkan pula perusahaan untuk menghadapi masa resesi dan depresi dengan baik.

3. Sumber Modal Kerja

Sumber modal kerja terdiri dari: a) Operasi rutin perusahaan

b) Laba yang diperoleh dari penjualan surat-surat berharga dan penanaman sementara lainnya.

c) Penjualan aktiva tetap, penanaman jangka panjang/aktiva tak lancar dan lain-lainnya.

d) Pengembalian pajak dan keuntungan luar biaya lainnya.

e) Penerimaan yang diperoleh dari penjulan obligasi dan saham dan penyetoran dana oleh para pemilik perusahaan.

f) Penerimaan pinjaman jangka panjang dan jangka pendek yang diperoleh dari Bank atau pihak lain.

g) Pinjaman yang dijamin dengan hipotek atas aktiva tetap atau aktiva tak lancar.


(31)

h) Penjualan piutang dengan jalan penjualan biasa/dengan “factoring” (penjualan dengan cara penjualan faktur, pemberian kredit, diserahkan pada lembaga keuangan).

6. Efisiensi Modal Kerja

Manajemen atau pengelolaan modal kerja merupakan hal yang sangat penting agar kelangsungan usaha sebuah perusahaan dapat dipertahankan (Hanafi, 2005: 125). Kesalahan atau kekeliruan dalam pengelolaan modal kerja akan menyebabkan buruknya kondisi keuangan perusahaan sehingga kegiatan perusahaan dapat terhambat atau terhenti sama sekali.

Adanya kesalahan atau kekeliruan dalam pengelolaan modal kerja dapat menimbulkan kelebihan atau kekurangan dalam penyediaan modal kerja (Djarwanto, 2005: 88). Adanya kelebihan modal kerja dalam sebuah perusahaan dapat disebabkan oleh pengeluaran ologasi/ saham dalam jumlah yang lebih dari yang diperlukan, penjualan aktiva lancer yang tak diganti,konversi aktiva tetap ke dalam modal kerja, dan laba operasi yang tidak digunakan untuk membayar deviden,pembelian aktiva atau tujuan lainnya. Kekurangan modal kerja terjadi karena kerugian usaha, kerugian luar biasa (extraordinary losses), dan kebijakan dividen yang kurang baik.

Indikasi pengelolaan modal kerja yang baik adalah adanya efisiensi modal kerja yang dilihat dari perputaran modal kerja (Husnan, 1997: 98) yang dimulai dari aset kas diinvestasikan dalam komponen modal kerja sampai saat kembali menjadi kas. Makin pendek periode perputarannya, makin cepat


(32)

perputarannya sehingga perputaran modal kerja makin tinggi dan perusahaan makin efisiens yang pada akhirnya rentabilitas semakin tinggi.

Rasio-rasio yang digunakan untuk mengukur efisiensi modal kerja adalah a) Perputaran Modal Kerja (Working Capital Turnover)

Rasio ini menunjukkan banyaknya penjualan (dalam rupiah) yang dapat diperoleh perusahaan untuk tiap rupiah modal kerja. Formulasi dari Working Capital Turnover (WCT) adalah sebagai berikut :

b) Perputaran persediaan (Inventory Turnover)

Rasio ini mengukur efisiensi pengelolaan persediaan barang dagang. Rasio ini merupakan indikasi yang cukup popular untuk menilai efisisensi operasional, yang memperlihatkan seberapa baiknya manjemen mengontrol modal yang ada pada persediaan Formulasi dari

Inventory Turnover adalah sebagai berikut :

c) Perputaran Piutang (Receivable Turnover)

Rasio ini menunjukkan efisiensi pengelolaan piutang perusahaan. Semakin tinggi rasio menunjukkan modal kerja yang ditanamkan dalam piutang rendah. Formulasi dari receivable turnover (RT) adalah:


(33)

Kebijakan modal kerja yang efisien menghadapkan pihak manajemen pada keputusan yang mengakibatkan adanya pertukaran (trade off) antara faktor likuiditas dan profitabilitas (Van Horne,1997: 217). Keputusan untuk menetapkan jumlah modal kerja yang besar modal kerja memungkinkan tingkat likuiditas terjaga namun dapat menurunkan profitabilitas. Sebaliknya keputusan yang cenderung untuk memaksimalkan profitabilitas dapat mengganggu tingkat kelancaran likuiditas.

d. Likuiditas Perusahaan

Likuiditas (Riyanto, 1995: 25) adalah berhubungan dengan masalah kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansialnya yang segera harus dipenuhi. Jumlah alat-alat pembayaran (alat likuid) yang dimiliki oleh suatu perusahaan pada suatu saat merupakan kekuatan membayar dari perusahaan yang bersangkutan. Suatu perusahaan yang mempunyai kekuatan membayar belum tentu dapat memenuhi segala kewajiban finansialnya yang segera harus dipenuhi atau dengan kata lain perusahaan tersebut belum tentu memiliki kemampuan membayar.

Kemampuan membayar baru terdapat pada perusahaan apabila kekuatan membyar-nya adalah demikian besarnya sehingga dapat memenuhi semua kewajiban finansiilnya yang segera harus dipenuhi. Dengan demikian maka kemampuan membayar itu dapat diketahui setelah membandingkan kekuatan membayar-nya di satu pihak dengan kewajiban-kewajiban finansiilnya yang segera harus dipenuhi di lain pihak.


(34)

Suatu perusahaan yang mempunyai kekutan membayar sedemikian besarnya sehingga mampu memenuhi segala kewajiban finansiilnya yang segera harus dipenuhi, dikatakan bahwa perusahaan tersebut adalah likuid, dan sebaliknya yang tidak mempunyai kemampuan membayar adalah illikuid. Sedangkan menurut Munawir (2001:31) likuiditas adalah menunjukkan kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya yang harus segera dipenuhi, atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan pada saat ditagih. Sehingga dapat disimpulkan bahwa likuiditas adalah kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan jangka pendeknya yang segera harus dipenuhi.

Untuk menilai likuiditas perusahaan terdapat beberapa rasio yang dapat digunakan sebagai alat untuk menganalisa dan menilai posisi likuiditas perusahaan, yaitu :

1) Current Ratio

Current Ratio biasanya digunakan sebagai alat untuk mengukur keadaan likuiditas suatu perusahaan, dan juga merupakan petunjuk untuk dapat megetahui dan menduga sampai dimanakah kiranya kita, apabila memberikan kredit berjangka pendek kepada seorang nasabah, dapat merasa aman atau tidak. Dasar perbandingan tersebut dipergunakan sebagai alat petunjuk, apakah perusahaan yang mandapat kredit itu kira-kira akan mampu ataupun tidak untuk memenuhi kewajibannya untuk melakukan pembayaran kembali atau pada pelunasan pada tanggal yang


(35)

sudah ditentukan. Dasar perbandingan itu menunjukan apakah jumlah aktiva lancar itu cukup melampaui besarnya kewajiban lancar, sehingga dapatlah kiranya diperkirakan bahwa, sekiranya pada suatu ketika dilakukan likuiditas dari aktiva lancar dan ternyata hasilnya dibawah nilai dari yang tercantum di neraca, namun masih tetap akan terdapat cukup kas ataupun yang dapat dikonversikan menjadi uang kas di dalam waktu singkat, sehingga dapat memenuhi kewajibannya (Tunggal, 1995: 154). Current ratio yang tinggi maka makin baiklah posisi para kreditor, oleh karena terdapat kemungkinan yang lebih besar bahwa utang perusahaan itu akan dapat dibayar pada waktunya. Hal ini terutama berlaku bila pimpinan perusahaan menguasai pos-pos modal kerja dengan ketat/dengan semestinya. Dilain pihak ditinjau dari sudut pemegag saham suatu current ratio yang tinggi tak selalu paling menguntungkan, terutama bila terdapat saldo kas yang kelebihan dan jumlah piutang dan persediaan adalah terlalu besar.

Pada umumnya suatu current ratio yang rendah lebih banyak mengandung risiko dari pada suatu current ratio yang tinggi, tetapi kadang-kadang sutau current ratio yang rendah malahan menunjukkan pimpinan perusahaan menggunakan aktiva lancar sangat efektif. Yaitu bila saldo disesuaikan dengan kebutuhan minimum saja dan perputaran piutang dari persediaan ditingkatkan sampai pada tingkat maxsimum. Jumlah kas yang diperlukan tergantung dari besarnya perusahaan dan


(36)

terutama dari jumlah uang yang diperlukan untuk membayar utang lancar, berbagai biaya rutin dan pengeluaran darurat (Tunggal, 1995: 157).

Munawir (2001:72) menyatakan current ratio 200% kadang sudah memuaskan bagi suatu perusahaan, tetapi jumlah modal kerja dan besarnya rasio tergantung pada beberapa faktor, suatu standar atau rasio yang umum tidak dapat ditentukan untuk seluruh perusahaan. Current ratio 200% hanya merupakan kebiasaan atau rule of thumb dan akan digunakan sebagai titik tolak untuk mengadakan penelitian atau analisa yang lebih lanjut.

Current ratio ini menunjukkan tingkat keamanan (margin of safety) kreditor jangka pendek, atau kemampuan perusahaan untuk membayar hutang-hutang tersebut. Tetapi suatu perusahaan dengan current ratio

yang tinggi belum tentu menjamin akan dapat dibayarnya hutang perusahaan yang sudah jatuh tempo karena proporsi atau distribusi dari aktiva lancar yang tidak menguntungkan, misalnya jumlah persediaan yang relatif tinggi dibandingkan taksiran tingkat penjualan yang akan datang sehingga tingkat perputaran persediaan rendah dan menunjukkan adanya over investment dalam persediaan tersebut atau adanya saldo piutang yang besar yang mungkin sulit untuk ditagih.

(Riyanto, 1995: 26) menyatakan bahwa bagi perusahaan bukan kredit, current ratio kurang dari 2:1 dianggap kurang baik, sebab apabila aktiva lancar turun misalnya sampai lebih dari 50% maka jumlah aktiva


(37)

lancarnya tidak akan cukup lagi menutup utang lancarnya. Pedoman current ratio 2 : 1, sebenarnya hanya didasarkan pada prinsip “hati-hati”. Pedoman current ratio 200% bukanlah pedoman mutlak.

Apabila pedoman current ratio 2 : 1 atau 200% sudah ditetapkan sebagai ratio minimum yang akan dipertahankan oleh suatau perusahaan, maka perusahaan dalam penarikan kredit jangka pendeknya juga harus selalu didasarkan pada pedoman tersebut. Setiap saat perusahaan harus mengetahui berapa kredit jangka pendek maksimum yang boleh ditarik supaya pedoman current ratio tersebut tidak dilanggar. Batas maksimum kredit jangka pendek yang boleh diambil supaya tidak mengganggu atau melanggar pedoman current ratio tertentu ialah apa yang disebut “the line of credit” atau “maximum current indebtedness

Apabila perusahaan menetapkan bahwa current ratio yang harus dipertahankan adalah 3:1 atau 300% ini berarti bahwa setiap hutang lancar sebesar Rp.1,00 harus dijamin dengan aktiva lancar sebesar Rp.3,00 atau dijamin dengan net working capital sebesar Rp.2,00. Dengan demikian maka ratio modal kerja dengan hutang lancar adalah 2:1, karena modal kerja tidak lain adalah kelebihan aktiva lancar diatas hutang lancar.


(38)

2) Quick Ratio

Rasio ini disebut juga sebagai acid test ratio, yaitu perbandingkan antara aktiva lancar dikurangi persediaan dengan hutang lancar (Munawir 2001: 74). Rasio ini merupakan ukuran kemampuan ukuran kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya dengan tidak memperhitungkan persediaan, karena menganggap persediaan memerlukan waktu lama untuk direalisir menjadi kas, walaupun pada kenyataannya mungkin persediaan lebih likuid dari piutang. Rasio ini lebih tajam dari pada current ratio karena hanya membandingkan aktiva yang sangat likuid. Jika current ratio tinggi tapi quick ratio rendah, hal ini menunjukkan adanya investasi yang sangat besar dalam persediaan. Adapun formulasi dari quick ratio adalah sebagai berikut :

e. Solvabilitas Perusahaan

Solvabilitas suatu perusahaan menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi segala kewajiban finansialnya apabila perusahaan sekiranya saat ini dilikuidasikan (Riyanto, 1995: 32). Pengertian solvabilitas dimaksudkan sebagai kemampuan perusahaan untuk membayar semua utang-utangnya (baik jangka pendek dan jangka panjang). Sedangkan menurut Munawir (2002: 32) solvabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya apabila perusahaan tersebut


(39)

dilikuidasikan, baik kewajiban jangka pendek maupun jangka panjang. Pengertian solvabilitas dimaksudkan sebagai kemampuan perusahaan untuk membayar semua hutang-hutangnya baik jangka pendek maupun jangka panjang.

Suatu perusahaan yang solvabel berarti bahwa perusahaan tersebut mempunyai aktiva atau kekayaan yang cukup untuk membayar semua hutang-hutangnya, tetapi tidak dengan sendirinya berarti bahwa perusahaan tersebut likuid. Sebaliknya perusahaan yang insolvabel (tidak solvabel) tidak dengan sendirinya bahwa perusahaan tersebut adalah juga likuid. Dalam hubungan antara likuiditas dan solvabilitas terdapat 4 kemungkinan yang dapat dialami perusahaan yaitu perusahaan yang liquid tetapi insolvable, perusahaan yang

liquid dan solvable, perusahaan yang solvable tetapi liquid, dan perusahaan

insolvable tetapi inliquid.

Baik perusahaan yang insolvabel maupun illikuid, kedua-duanya pada suatu waktu akan menghadapi kesukaran finansiil yaitu pada waktu tiba saatnya untuk memenuhi kewajibannya. Perusahaan yang insolvabel tetapi

likuid tidak segera dalam keadaan kesukaran finansiil, tetapi perusahaan yang illikuid akan segera dalam kesukaran karena segera menghadapi tagihan-tagihan dari krediturnya. Perusahaan yang insolvable tapi likuid masih dapat bekerja dengan baik, dan sementara itu masih mempunyai kesempatan atau waktu untuk memperbaiki solvabilitasnya. Tetapi apabila usahanya tidak


(40)

berhasil, maka pada akhir perusahaan tersebut akan menghadapi kesukaran juga (Riyanto, 1995: 33).

Solvabilitas dapat diukur dengan rasio antara lain:

1) Debt to Equity Ratio

Rasio ini menggambarkan perbandingan utang dan ekuitas dalam pendanaan perusahaan dan menunjukkan kemampuan modal sendiri perusahaan tersebut untuk memenuhi seluruh kewajibannya. Formulasi dari

debt to equity ratio adalah sebagai berikut:

2) Debt to Total Assets

Menunjukkan beberapa bagian dari keseluruhan kebutuhan dana yang dibelanjai dengan utang atau beberapa bagian dari aktiva yang digunakan untuk menjamin utang. Kreditur lebih menyukai rasio utang yang rendah karena semakin rendah rasio ini, maka semakin besar perlindungan terhadap kerugian kreditur dalam peristiwa likuidasi. Di sisi lain, pemegang saham akan menginginkan leverage yang lebih besar karena akan dapat meningkatkan laba yang diharapkan.


(41)

Tabel 2.1 Penelitian terdahulu

Nama Judul Variabel Hasil Penelitian

Siwi (2005) Analisis Pengaruh efisiensi modal kerja, likuiditas, dan solvabilitas terhadap likuiditas pada perusahaan property dan real eastate yang go public di BEJ

Working Capital Turnover (WCT) Debt to equity ratio (DER)

Return on Investment (ROI)

Working Capital Turnover (WCT),

Debt to equity ratio (DER), memiliki pengaruh secara parsial dan simultan terhadap

Return on Investment (ROI)

Faurani (2004) Pengaruh modal kerja terhadap profitabilitas dan rentabilitas pada Koperasi Dharma Wanita “Mandalika” Nusa Tenggara Timur

Profit margin on sales Ratio Profit Margin Working Capital Working Capital Tidak Memiliki pengaruh terhadap profit margin on sales,profit margin Dani(2003) Pengaruh liquiditas, leverage

dan efisiensi modal kerja terhadap Profitabilitas (Studi kasus pada PT.Modern Toolsindo Bekasi)

Current Ratio (CR), Debt to Equity Ratio (DER), Working Capital Turnover (WCT), Return On Investment (ROI)

Current ratio, debt to equity ratio, dan working capital memiliki pengaruh secara simultan dan parsial terhadap Return On Investment

(ROI) pada

PT.Modern Toolsindo Bekasi

Indri Astuti (2003)

Pengaruh manajemen Modal Kerja, likuiditas, hutang lancar, kecukupan kas terhadap profitabilitas perusahaan otomotif dan Allied Product di BEJ

Current Ratio (CR) Working Capital Turn Over (WCT) Cash Ratio

Debt to Equity Ratio (DER)

Return on Investment (ROI)

Current Ratio (CR) Working Capital Turn Over (WCT)

Cash ratio memiliki pengaruh terhadap Return On Investment (ROI) baik secara parsial maupun simultan

Siwi, yang meneliti analisis pengaruh efesiensi modal kerja, liquiditas, solvabilitas terhadap profitabilitas pada perusahaan property dan real estate yang go public di BEJ dimana hasil penelitiannya membuktikan bahwa WTC, Debt to Equity Ratio memiliki pengaruh secara parsial dan simultan terhadap Return on Invesment.

Dani yang meneliti pengaruh liquiditas, laverage, dan efisiensi modal kerja terhadap profitabilitas dimana penelitiannya membuktikan bahwa Current Ratio, Debt to


(42)

Equity Ratio, dan WTC memiliki pengaruh parsial dan simultan terhadap Return on Investment.

C . Kerangka Konseptual dan Hipotesis Penelitian 1. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual penelitian ini dapat dilihat pada gambar berikut ini:

H1

H2 H4

H3

Gambar 2.1 Kerangka konseptual

Tunggal (1995:165) menyebutkan indikasi pengelolaan modal kerja yang baik adalah adanya efisiensi modal kerja yang dapat dilihat dari perputaran modal kerja yang dimiliki dari asset kas di investasikan dalam komponen modal kerja sampai saat kembali menjadi kas. Efisiensi modal kerja dapat dilihat dari perputaran modal kerja (working capital turnover), perputaran persediaan (inventory turnover), dan perputaran piutang (receivable turnover). Perputaran modal kerja dimulai dari saat kas diinvestasikan dalam komponen modal kerja sampai saat kembali menjadi

Efisiensi Modal Kerja Working Capital

Turnover (X1)

Likuiditas Current Ratio (X2)

Solvabilitas Total Debt to Total Capital Assets (X3)

Profitabilitas Return on Investment (Y)


(43)

kas. Semakin pendek periode perputaran modal kerja semakin cepat perputarannya, sehingga modal kerja semakin tinggi dan perusahaan semakin efisien yang pada akhirnya profitabilitas meningkat.

Pengelolaan manajemen modal kerja yang baik dapat dilihat dari efisiensi modal kerja. Pengukuran efissiensi modal kerja umumnya diukur dengan melihat perputaran modal kerja (working capital turnover), Jika perputaran modal kerja semakin tinggi maka semakin cepat dana atau kas yang diinvestasikan dalam modal kerja kembali menjadi kas, hal itu berarti keuntungan perusahaan dapat lebih cepat diterima.

Perusahaan yang tidak dapat memperhitungkan tingkat modal kerja yang memuaskan, maka perusahaan kemungkinan mengalami insolvency (tak mampu memenuhi kewajiban jatuh tempo) dan bahkan mungkin terpaksa harus dilikuidasi. Aktiva lancar harus cukup besar untuk dapat menutup hutang lancar sedemikian rupa, sehingga menggambarkan adanya tingkat keamanan (margin safeti) yang memuaskan. Sementara itu, jika perusahaan menetapkan modal kerja yang berlebih akan menyebabkan perusahaan overlikuid sehingga menimbulkan dana mengaggur yang akan mengakibatkan inefisiensi perusahaan, dan membuang kesempatan memperoleh laba.

Dalam penentuan kebijakan modal kerja yang efisien, perusahaan dihadapkan pada masalah adanya pertukaran (trade off) antara faktor likuiditas dan profitabilitas (Horne, 1997: 217). Jika perusahaan memutuskan menetapkan modal kerja dalam jumlah yang besar, kemungkinan tingkat likuiditas akan terjaga namun


(44)

kesempatan untuk memperoleh laba yang besar akan menurun yang pada akhirnya berdampak pada menurunnya profitabilitas. Sebaliknya jika perusahaan ingin memaksimalkan profitabilitas, kemungkinan dapat mempengaruhi tingkat likuiditas perusahaan. Makin tinggi likuiditas, maka makin baiklah posisi perusahaan di mata kreditur. Oleh karena terdapat kemungkinan yang lebih besar bahwa perusahaan akan dapat membayar kewajibannya tepat pada waktunya. Di lain pihak ditinjau dari segi sudut pemegang saham, likuiditas yang tinggi tak selalu menguntungkan karena berpeluang menimbulkan dana-dana yang menganggur yang sebenarnya dapat digunakan untuk berinvestasi dalam proyek-proyek yang menguntungkan perusahaan (Djarwanto, 91).

Selain masalah tersebut di atas perusahaan juga dihadapkan pada masalah penentuan sumber dana. Jika perusahaan menggunakan lebih banyak hutang dibanding modal sendiri maka tingkat solvabilitas akan menurun karena beban bunga yang harus di tanggung juga meningkat. Hal ini akan berdampak terhadap menurunnya profitabilitas.

Pada dasarnya, jika perusahaan meningkatkan jumlah utang sebagai sumber dananya hal tersebut dapat meningkatkan risiko keuangan. Jika perusahaan tidak dapat mengelola dana yang diperoleh dari utang secara produktif, hal tersebut dapat memberikan pengaruh yang negatif dan berdampak terhadap menurunnya profitabilitas perusahaan. Sebaliknya jika utang tersebut dapat dikelola dengan baik dan digunakan untuk proyek investasi yang produktif, hal tersebut dapat memberikan pengaruh yang positif dan berdampak terhadap peningkatan profitabilitas perusahaan.


(45)

Rasio solvabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah debt to total asset. Rasio ini menunjukkan berapa bagian dari aktiva yang digunakan untuk menjamin utang. Kreditur lebih menyukai rasio utang yang rendah karena semakin rendah rasio ini, maka semakin besar perlindungan terhadap kerugian kreditur dalam peristiwa likuidasi. Di sisi lain, pemegang saham akan menginginkan leverage yang lebih besar karena akan dapat meningkatkan laba yang diharapkan.

Rasio profitabilitas adalah ukuran untuk mengetahui seberapa jauh aktivitas manajemen dalam mengelola perusahaannya. Efektifititas manajemen meliputi kegiatan fungsional manajemen, seperti keuangan, pemasaran, sumber daya manusia dan operasional. Jadi banyak sekali faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas yang kemudian meningkatkan atau menurunkan laba. Meskipun demikian, analisis rasio keuntungan dapat memberikan gambaran keuntungan yang diperoleh perusahaan (Rangkuti, 2004: 79).

Metode yang umum digunakan dalam evaluasi kinerja perusahaan adalah membandingkan seluruh sumber yang digunakan dengan laba yang diperoleh. Model pengukuran yang dipakai adalah analisis pengembalian investasi atau return on investment (ROI). Rasio ini membandingkan hasil yang dipeoleh dari operasi perusahaan dengan jumlah investasi atau aktiva yang digunakan untuk menghasilkan keuntungan tersebut.

Berdasarkan hasil-hasil penelitian terdahulu apabila dikaitkan dengan teori yang diungkapkan oleh Tunggal, Van Horne, Djarwanto, dan Sawir menunjukkan


(46)

adanya suatu masalah atau gap antara teori dengan kenyataan. Masalah tersebut dapat dilihat dari hasil penelitian yang tidak konsisten.

2. Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah jawaban sementara yang harus diuji kebenarannya atas suatu penelitian yang dilakukan agar dapat mempermudah dalam menganalisis. Hipotesis penelitian ini adalah Working Capital Turnover, Current Ratio,dan Debt to Total Asset berpengaruh terhadap Return On Investment (ROI) baik secara simultan maupun secara parsial.


(47)

BAB III

METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian

1. Desain Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian asosiatif kausal, yaitu penelitian yang bertujuan untuk menganalisis hubungan antara suatu variable dengan variable lainnya (Umar, 2003:30). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara tiga variabel independen terhadap satu variable dependen. Variable independen dalam penelitian ini di dalam hipotesis memiliki pengaruh yang kuat terhadap variable dependennya.

2. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi adalah semua nilai baik hasil perhitungan maupun pengukuran, baik kuantitatif maupun kualitatif, dari pada karakteristik tertentu mengenai sekelompok obyek yang lengkap dan jelas (Usman, 2003: 181). Adapun populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan kelompok industri otomotif yang sudah go public di Bursa Efek Indonesia periode waktu 2007-2009 di mana data diperoleh dari sumber data sekunder dengan jumlah populasi sebanyak 13 perusahaan. Sumber data sekunder adalah data-data yang dikumpulkan oleh peneliti melalui pihak kedua atau tangan kedua (Usman, 2003: 20).

Data yang diperoleh adalah data polled yaitu data dalam bentuk gabungan dari data time series dan data cross section. Data time series merupakan data yang berdasarkan dalam interval waktu (interval waktu dalam penelitian ini mulai dari


(48)

tahun 2006 sampai 2009), sedangkan data cross section merupakan data yang dikumpulkan dengan mengamati banyak subyek (seperti individu, perusahaan atau negara / wilayah) pada titik waktu yang sama, atau tanpa memperhatikan perbedaan waktu (subyek yang diteliti adalah laporan keuangan perusahaan-perusahaan otomotif yang terdaftar di BEI).

Sampel adalah suatu bagian dari populasi yang akan diteliti dan dianggap dapat menggambarkan populasinya (Soehartono, 1999: 57). Teknik penentuan sampel dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan purposive sampling. Teknik ini ditentukan untuk memilih anggota sampel secara khusus berdasarkan tujuan penelitian dan kesesuaian kriteria-kriteria yang telah ditetapkan oleh peneliti. Adapun yang menjadi kriteria perusahaan dalam penentuan sampel dalam penelitian ini adalah :

a. perusahaan otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode 2007 sampai 2009,

b. menerbitkan laporan keuangan selama periode penelitian yaitu dari tahun 2007 sampai tahun 2009,

c. perusahaan yang diteliti tersebut tidak mengalami delisting selama periode penelitian.

d. perusahaan yang diteliti memiliki laba setiap tahun penelitian yaitu tahun 2007 sampai dengan 2009.


(49)

Berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan dalam pengambilan sampel, maka perusahaan yang memenuhi kriteria yang dapat dijadikan sebagai sampel, yaitu sebagai berikut.

Tabel 3.1 Sampel Penelitian No Nama Perusahaan

1 PT Astra Internasional 2 PT Astra Otoparts 3 PT Gajah Tunggal 4 PT Goodyear Indonesia 5 PT Indo Kordsa

6 PT Indospring 7 PT Intraco Penta

8 PT Multi Prima Sejahtera 9 PT Multistrada Arah Sejahtera 10 PT Nipress

11 PT Selamat Sempurna 12 PT Tunas Ridean 13 PT United Traktor

3. Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data ini adalah metode dokumentasi. Metode dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data yang tidak langsung ditujukan kepada subjek penelitian (Suhartono, 1999:70). Metode ini dilakukan dengan mencatat atau mengumpulkan data-data yang tercantum pada Indonesian Capital Market Directory yang berupa data laporan keuangan perusahaan-perusahaan yang tergabung di dalam industri otomotif yang listing di BEI tahun 2007-2009. Data yang


(50)

dipakai adalah data sekunder, berupa data-data laporan keuangan perusahaan industri otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2007-2009. Menurut Sugiyono (2008:193) “sumber sekunder adalah sumber data yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen”.Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah laporan keuangan perusahaan industri otomotif yang terdapat pada Indonesian Capital Market Directory yang diterbitkan oleh Bursa Efek Indonesia, JSX Statistics, laporan hasil penelitian ilmiah dan jurnal penelitian ilmiah.

4. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Penelitian

Variabel dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang akan menjadi objek pengamatan penelitian (Suryabrata, 2003: 25). Ada dua variabel yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu variabel independen atau variabel bebas dan variabel dependen atau variabel tidak bebas.

a. Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah profitabilitas yang diwakili oleh return on investment (ROI). Return on Investment merupakan rasio yang digunakan untuk membandingkan hasil usaha yang diperoleh dari operasi perusahaan (net operating income) dengan jumlah investasi atau aktiva yang digunakan untuk menghasilkan keuntungan tersebut (Rangkuti, 2004: 80). Indikator-indikator dari return on investment adalah sebagai berikut:


(51)

2) Total aktiva

Dengan demikian pengukuran variabel tersebut menggunakan skala rasio. Untuk mengukur besarnya ROI digunakan formulasi :

b. Variabel independen dalam penelitian ini adalah Efisiensi modal kerja, likuiditas dan solvabilitas.

1) Efisiensi Modal Kerja (X

1)

Modal kerja yang digunakan dalam penelitian ini adalah modal kerja konsep kuantitatif yang didasarkan pada unsur-unsur aktiva lancar dimana aktiva ini merupakan aktiva yang sekali berputar kembali pada bentuk semula. Variabel efisiensi modal kerja ini diukur dengan melihat tingkat perputaran modal kerja (working capital turnover).

Rasio perputaran modal kerja (working capital turnover) menunjukkan banyaknya penjualan (dalam rupiah) yang dapat diperoleh perusahaan untuk tiap rupiah modal kerja. Indikator-indikator dari working capital turnover adalah penjualan bersih dan aktiva lancar.

a) Penjualan bersih

b) Aktiva lancar, adalah aktiva perusahaan yang berupa kas atau aktiva yang lain yang diharapkan dapat dicairkan menjadi kas, dijual atau dipakai habis dalam satu tahun atau dalam siklus


(52)

kegiatan normal perusahaan jika melampaui satu tahun. Pos-pos neraca yang masuk dalam perkiraan aktiva lancar adalah kas, investasi jangka pendek, piutang wesel, piutang dagang, piutang penghasilan, persediaan, dan biaya dibayar di muka.

Untuk mengukur besarnya Working Capital Turnover (WCT) digunakan formula :

2. Likuiditas (X

2)

Variabel likuiditas dalam penelitian ini diukur dengan current ratio

(CR). Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva lancarnya.

Indikator-indikator dari current ratio adalah sebagai berikut :

a) Aktiva lancar, adalah aktiva perusahaan yang berupa kas atau aktiva yang lain yang diharapkan dapat dicairkan menjadi kas, dijual atau dipakai habis dalam satu tahun atau dalam siklus kegiatan normal perusahaan jika melampaui satu tahun. Pos-pos neraca yang masuk dalam perkiraan aktiva lancar adalah kas, investasi jangka pendek, piutang wesel, piutang dagang, piutang penghasilan, persediaan, dan biaya dibayar di muka.


(53)

b) Hutang lancar, adalah kewajiban keuangan perusahaan yang pelunasannya atau pembayarannya akan dilakukan dalam jangka pendek (satu tahun sejak tanggal neraca). Pos-pos neraca yang masuk ke dalam perkiraan utang lancar adalah utang dagang, utang wesel, utang pajak, biaya yang masih harus dibayar, utang jangka panjang yang segera jatuh tempo, pendapatan diterima di muka.

Untuk mengukur besarnya current ratio digunakan formula :

3. Solvabilitas (X

3)

Variabel solvabilitas dalam penelitian ini diukur dengan Total debt to total capital assets ratio. Total debt to total capital assets merupakan rasio yang menunjukkan berapa bagian dari aktiva yang digunakan untuk menjamin utang. Indikator-indikator dari Total debt to total capital assets

adalah sebagai berikut:

a) Utang Lancar/kewajiban lancer, adalah kewajiban keuangan perusahaan yang pelunasannya atau pembayarannya akan dilakukan dalam jangka pendek (satu tahun sejak tanggal neraca). Pos-pos neraca yang masuk ke dalam perkiraan utang lancar adalah utang dagang, utang wesel, utang pajak, biaya yang masih harus dibayar, utang jangka panjang yang segera jatuh tempo, pendapatan diterima di muka.


(54)

b) Utang Jangka Panjang, adalah kewajiban keuangan yang jangka waktu pembayarannya masih panjang atau lebih dari satu tahun. Utang jangka panjang meliputi utang obligasi, utang hipotik, dan pinjaman jangka panjang lainnya.

c) Total Aktiva, adalah kekayaan perusahaan yang berwujud dan tak berwujud, serta pengeluaran yang belum dialokasikan atau biaya yang masih harus dialokasikan pada penghasilan yang akan datang. Secara umum, aktiva dibagi menjadi dua:

Untuk mengukur besarnya solvabilitas digunakan formula :

B. Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian agar dapat diinterpretasikan dan mudah dipahami adalah:

1. Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik digunakan untuk menguji apakah model regresi benar-benar menunjukkan hubungan yang signifikan dan representatif. Ada empat pengujian dalam uji asumsi klasik, yaitu:

a. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel terikat dan variabel bebas keduanya memiliki distribusi normal


(55)

atau tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Distribusi normal akan membentuk satu garis lurus diagonal, dan ploting data akan dibandingkan dengan dengan garis diagonal. Jika distribusi data adalah normal, maka garis yang menghubungkan data sesungguhnya akan mengikuti garis diagonalnya (Ghozali 2001:83). Deteksi normalitas dapat dilakukan dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik. Menurut Santoso (2004:214), dasar pengambilan keputusan dari uji normalitas adalah: 1). Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis

diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.

2). Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan atau tidak mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.

”Uji statistik yang dapat digunakan untuk menguji normalitas residual adalah uji statistik Kolmogorov-Smirnov (K-S)”, yang dijelaskan oleh Ghozali (2005:115). Uji K-S dibuat dengan membuat hipotesis berikut ini.

H0 : Data residua l berdistribusi normal,

Ha : Data residua l tidak berdistribusi normal.

Bila signifikansi > 0,05 dengan α = 5% berarti distribusi data normal dan Ho

diterima, sebaliknya bila nilai signifikan < 0,05 berarti distribusi data tidak normal dan Ha diterima.


(56)

Uji multikolinieritas dimaksudkan untuk menguji apakah model regresi ditemuka n adanya korelasi antara variabel bebas (independen) (Ghozali, 2001: 57). Apabila terjadi korelasi antara variabel bebas, maka terdapat problem multikolinieritas (multiko) pada model regresi tersebut. Deteksi adanya multikolineriaritas:

1) Besaran VIF (variance inflation faktor) dan Tolerance

Model regresi yang bebas multikolinearitas adalah : a) Mempunyai nilai VIF disekitar angka 1.

b) Mempunyai angka tolerance mendekati 1. 2). Besaran kolerasi antar variabel independen

Pedoman suatu model regresi yang bebas multikolinearitas adalah koefisien korelasi antar variabel independent haruslah lemah di bawah 0,05. Jika korelasi kuat maka terjadi problem multikolinearitas (Santoso 2004:207).

c. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas ditujukan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dan residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut homoskedastis dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas (Ghozali, 2001: 69). Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas dapat diketahui


(57)

dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara nilai prediksi variabel terikat (ZPRED) dengan residualnya (SRESID) di mana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi, dan sumbu X adalah residual (Y prediksi – Y sesungguhnya). Dasar analisis dari uji heteroskedastis melalui grafik plot adalah sebagai berikut:

1). Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas.

2). Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.

2. Analisis Regresi Berganda

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi berganda. Regresi berganda berguna untuk meramalkan pengaruh dua variabel prediktor atau lebih terhadap satu variabel kriterium atau untuk membuktikan ada atau tidaknya hubungan fungsional antara dua buah variabel bebas (X) atau lebih dengan sebuah variabel terikat (Y) (Usman, 2003: 241). Analisis regresi berganda dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui pengaruh working capital turnover, current assets, dan total debt to total capital assets terhadap return on investment pada industri barang konsumsi yang go publik di BEI periode waktu 2007 - 2009.


(58)

Y = a + b

1X1 + b2X2 + b3X3 + e

Dimana:

Y : Return On Investment

a : Bilangan Konstanta b

1 – b3 : Koefisien Regresi

X

1 : Working Capital Turnover

X

2 : Current Ratio

X

3 : Debt to Total Assets

E : Variabel Pengganggu

3. Uji t (t Test)

Uji t digunakan untuk menguji pengaruh variabel independen secara parsial terhadap variabel dependen, yaitu pengaruh dari masing-masing variabel independen yang terdiri atas efisiensi modal kerja, likuiditas, dan solvabilitas terhadap profitabilitas yang merupakan variabel dependennya. Seperti halnya dengan uji hipotesis secara simultan, pengambilan keputusan uji hipotesis secara parsial juga didasarkan pada nilai probabilitas yang didapatkan dari hasil pengolahan data melalui program SPSS Statistik Parametrik (Santoso 2004:168) sebagai berikut:


(59)

a). Jika probabilitas > 0,05 maka H

0 diterima.

b). Jika probabilitas < 0,05 maka H

0 ditolak.

Pada uji t, nilai probabilitas dapat dilihat pada hasil pengolahan dari program SPSS pada tabel coefficients kolom sig atau significance.

4. Uji F (F Test)

Uji F digunakan untuk menguji pengaruh variabel independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen dari suatu persamaan regresi dengan menggunakan hipotesis statistik. Pengambilan keputusan didasarkan pada nilai probabilitas yang didapatkan dari hasil pengolahan data melalui program SPSS Statistik Parametrik (Santoso 2004:168) sebagai berikut:

a). Jika probabilitas > 0,05 maka H

0 diterima.

b). Jika probabilitas < 0,05 maka H

0 ditolak.

Nilai probabilitas dari uji F dapat dilihat pada hasil pengolahan dari program SPSS pada tabel ANOVA kolom sig atau significance.

5. Koefisien Determinasi Koefisien determinasi (R

2

) dari hasil regresi berganda menunjukkan seberapa besar variabel dependen bisa dijelaskan oleh variabel-variabel bebasnya (Santoso 2004:167).

Dalam penelitian ini menggunakan regresi linier berganda maka masing-masing variabel independent yaitu efisiensi modal kerja, likuiditas dan


(60)

solvabilitas secara parsial dan secara simultan mempengaruhi variabel dependen yaitu profitabilitas yang dinyatakan dengan R

2

untuk menyatakan koefisien determinasi atau seberapa besar pengaruh variabel efisiensi modal kerja, likuiditas, dan solvabilitas terhadap variabel profitabilitas. Sedangkan r

2

untuk menyatakan koefisien determinasi parsial variabel independent terhadap variabel dependen.

Besarnya koefisien determinasi adalah 0 sampai dengan 1. Semakin mendekati nol, maka semakin kecil pula pengaruh semua variabel independent terhadap nilai variabel dependen (dengan kata lain semakin kecil kemampuan model dalam menjelaskan perubahan nilai variabel dependen). Sedangkan jika koefisien determinasi mendekati 1 maka dapat dikatakan semakin kuat model tersebut dalam menerangkan variasi variabel independent terhadap variabel terikat. Angka dari R square didapat dari pengolahan data melalui program SPSS yang bisa dilihat pada tabel model summery kolom R square.

6. Analisis Deskriptif

Penggunaan analisis deskriptif ini ditujukan untuk mengetahui gambaran kondisi efisiensi modal kerja, likuiditas, dan solvabilitas terhadap profitabilitas melalui return on investment perusahaan yang dikomparasikan secara eksternal, yaitu melibatkan satu perusahaan yang dibandingkan dengan kondisi rata-rata dari seluruh objek penelitian.


(61)

C. Jadwal Penelitian

Penelitian untuk penulisan skripsi ini berlangsung dari bulan April 2011 sampai dengan bulan Desember 2011.

Tabel 3.2 Jadwal Penelitian

Ta ha p Okt-Nov

Penel i ti a n 2011

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1Pengajuan judul dan penyetujuan proposal 2Pengumpulan data dan bimbingan proposal 3Seminar proposal

4Analisa dan penyusunan hasil pene litian 5Bimbingan dan penyele saian pene litian 6Ujian skripsi Jul i 2011 Des ember 2011 Agt 2011 Sept 2011 No Juni 2011 Mei 2011 Apr Jul -05


(62)

BAB IV

ANALISIS HASIL PENELITIAN A. Data Penelitian

Metode penelitian data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis stastistik dengan menggunakan model persamaan regresi berganda yang bertujuan untuk mengetahui hubungan dan pengaruh dari beberapa variable bebas atau independen terhadap variabel tidak bebas atau variabel dependen. Analisis data dimulai dengan mengolah data menggunakan microsoft excel, selanjutnya dilakukan pengujian asumsi klasik dan pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan regresi berganda. Pengujian asumsi klasik dan regresi berganda dilakukan dengan menggunakan software SPSS versi 16. Prosedur dimulai dengan memasukkan semua variabel independen dan variabel dependen ke program SPSS tersebut dan menghasilkan output-output sesuai dengan metode analisis data yang telah ditentukan. Berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan, terdapat sejumlah 13 perusahaan otomotif yang memenuhi criteria untuk dijadikan sampel dan diamati selama periode 2007 sampai dengan 2009.

B. Analisis Hasil Penelitian 1. Uji Asumsi Klasik


(63)

Pengujian normalitas data dalam penelitian ini menggunakan uji statistik non parametric Kolmogorov-Smirnov (K-S) dengan membuat hipotesis berikut ini.

H0 : Data residual berdistribusi normal,

Ha : Data residua l tidak berdistribusi normal

Apabila nilai signifikansinya lebih besar dari 0.05 maka H0 diterima,

sedangkan jika nilai signifikansinya lebih kecil dari 0.05 maka H0 ditolak.

Tabel 4.1 Uji Normalitas Data

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 34

Normal Parametersa Mean .0000000

Std. Deviation 4.56335695

Most Extreme Differences Absolute .192

Positive .192

Negative -.138

Kolmogorov-Smirnov Z 1.122

Asymp. Sig. (2-tailed) .161

a.Test distribution is Normal

Hasil pengolahan data tersebut menunjukkan besarnya nilai Kolmogrov-Smirnov (K-S) adalah 1.122 dan signifikans pada 0.161 dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa data telah terdistribusi secara normal karena p= 0.161 > 0.05. Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa nilai-nilai observasi data telah terdistribusi secara normal. Hal ini juga dapat dilihat dari grafik histogram dan grafik normal plot data.


(64)

Gambar 4.1 Histogram

Gambar 4.2 Grafik Normal P-P Plot

Melalui perbandingan antara data observasi dengan distribusi yang mendekati distribusi normal, dari grafik di atas dapat disimpulkan bahwa distribusi data normal karena grafik histogram menunjukkan distribusi data


(65)

mengikut garis diagonal yang tidak melenceng (skewness) ke kiri maupun ke kanan tetapi grafik histogram tersebut menunjukkan bahwa data menyebar secara normal. Pada grafik normal plot data, terlihat titik-titik menyebar disekitar garis diagonal serta penyebarannya agak mendekati dengan garis diagonal sehinnga dapat disimpulkan bahwa data dalam model regresi terdistribusi secara normal.

b. Uji Multikolinearitas

Pada penelitian ini, untuk mendeteksi ada tidaknya gejala multikolinearitas adalah dengan melihat besaran korelasi antar variabel independen dan besarnya tingkat kolonieritas yang masih dapat ditoleransi, yaitu tolerance >0.10 dan VIF < 10. Berikut disajikan table 4.3 hasil pengujian.

Tabel 4.2

Coefficients untuk ROI= f(WTC, CR, DTA) Model

Collinearity Statistics

Tolerance VIF

1 (Constant)

Working Capital Turnover .807 1.239

Current Ratio .790 1.265

Debt to Total Asset .945 1.058

a. Dependent Variable: Return On Investment

Tabel 4.3

Cofficients Correlations untuk ROI=( WTC, CR, DTA) Model

Debt to Total Asset

Working Capital

Turnover Current Ratio

1 Correlations Debt to Total Asset 1.000 .085 -.165

Working Capital Turnover .085 1.000 .411


(66)

Covariances Debt to Total Asset .030 .001 -.034

Working Capital Turnover .001 .004 .031

Current Ratio -.034 .031 1.465

a. Dependent Variable: Return On Investment

Melihat hasil besaran korelasi antar variabel independen tampak bahwa variabel Working Capital Turnover, Current Ratio, dan Debt to Total Asset mempunyai korelasi sebesar 0.165 atau sekitar 16.5 %. Hasil dari

coefficient correlations tersebut menunjukkan tidak ada korelasi yang tinggi (umumnya diatas 0.90), maka hal ini merupakan indikasi tidak adanya multikolinearitas. Hasil perhitungan nilai tolerance juga menunjukkan tidak terjadinya korelasi antar variable independen dimana nilai tolerance lebih dari 0.1. Nilai tolerance WCT sebesar 0.807, nilai tolerance CR sebesar 0.790 dan nilai tolerance DTA sebesar 0.945. Perhitungan VIF juga menunjukkan hal yang sama dimana variabel independen memiliki nilai VIF kurang dari 10 dimana nilai VIF WCT sebesar 1.239, nilai VIF CR sebesar 1.265 dan nilai VIF DTA sebesar 1.058. berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikolinearitas antar variabel independen dalam model ini.

c. Uji Heterokedastisitas

Dalam penelitian ini, untuk mendeteksi ada tidaknya gejala heterokedastisitas adalah dengan melihat grafik plot yang dihasilkan dari pengolahan data dengan menggunakan program SPSS. Dasar pengambilan keputusannya adalah:


(67)

1. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka mengidentifikasi telah terjadi heterokedastisitas,

2. Jika tidak ada pola yang jelas, seperti titik-titik menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heterokedastisitas.

Berikut ini dilampirkan grafik scatterplot untuk menganalis apakah terjadi heterokedastisitas atau terjadi homokedastisitas dengan mengamati penyebaran titik-titik pada gambar.

Gambar 4.3

Scatterplot

Grafik scatterplot terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak serta tersebar baik diatas maupun dibawah angka 0 pada sumbu Y, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heterokedastisitas pada model regresi.


(1)

(2)

Model

Collinearity Statistics

Tolerance VIF

1 (Constant)

Working Capital Turnover .807 1.239

Current Ratio .790 1.265

Debt to Total Asset .945 1.058

a. Dependent Variable: Return On Investment

Coefficient Correlationsa

Model Debt to Total Asset

Working Capital

Turnover Current Ratio 1 Correlations Debt to Total Asset 1.000 .085 -.165

Working Capital

Turnover .085 1.000 .411

Current Ratio -.165 .411 1.000

Covariances Debt to Total Asset .030 .001 -.034 Working Capital

Turnover .001 .004 .031

Current Ratio -.034 .031 1.465

a. Dependent Variable: Return On Investment


(3)

Lampiran vii

Hasil Uji Hipotesis (Uji t)

Model

Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 7.009 2.643 2.652 .013

Working Capital

Turnover -.081 .062 -.256 -1.309 .201

Current Ratio -.909 1.210 -.149 -.751 .459

Debt to Total Asset -.130 .173 -.136 -.751 .459 a. Dependent Variable: Return On Investment


(4)

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 52.056 3 17.352 .758 .527a

Residual 687.199 30 22.907

Total 739.256 33

a. Predictors: (Constant), Debt to Total Asset, Working Capital Turnover, Current Ratio b. Dependent Variable: Return On Investment

Lampiran viii

Tabel t dengan signifikansi 5%

df

Tabel t one tail

Tabel t two tail

1

6.3138

12.7062

2

2.9200

4.3027

3

2.3534

3.1824

4

2.1318

2.7764

5

2.0150

2.5706

6

1.9432

2.4469

7

1.8946

2.3646

8

1.8595

2.3060

9

1.8331

2.2622

10

1.8125

2.2281

11

1.7959

2.2010

12

1.7823

2.1788

13

1.7709

2.1604

14

1.7613

2.1448

15

1.7531

2.1314

16

1.7459

2.1199

17

1.7396

2.1098


(5)

19

1.7291

2.0930

20

1.7247

2.0860

30

1.6973

2.0423

40

1.6839

2.0211

50

1.6759

2.0086

77

1.6649

1.9913

78

1.6646

1.9908

79

1.6644

1.9905

80

1.6641

1.9901

81

1.6639

1.9897

82

1.6636

1.9893

83

1.6634

1.9890

84

1.6632

1.9886

85

1.6630

1.9883

86

1.6628

1.9879

87

1.6626

1.9876

88

1.6624

1.9873

89

1.6622

1.9870

90

1.6620

1.9867

91

1.6618

1.9864

92

1.6616

1.9861

93

1.6614

1.9858

Lampiran ix

Tabel F dengan signifikansi 5 %

n = 1

2

3

df = 1

161.4476

199.5

215.7073

2

18.51282

19

19.16429

3

10.12796

9.552094

9.276628

4

7.708647

6.944272

6.591382

5

6.607891

5.786135

5.409451

6

5.987378

5.143253

4.757063

7

5.591448

4.737414

4.346831

8

5.317655

4.45897

4.066181

9

5.117355

4.256495

3.862548

10

4.964603

4.102821

3.708265

11

4.844336

3.982298

3.587434

12

4.747225

3.885294

3.490295


(6)

14

4.60011

3.738892

3.343889

15

4.543077

3.68232

3.287382

74

3.970229

3.120349

2.72828

75

3.968471

3.118642

2.726589

76

3.96676

3.116982

2.724944

77

3.965094

3.115366

2.723343

78

3.963472

3.113792

2.721783

79

3.961892

3.11226

2.720265

80

3.960352

3.110766

2.718785

81

3.958852

3.109311

2.717343

82

3.957388

3.107891

2.715937

83

3.955961

3.106507

2.714565

84

3.954568

3.105157

2.713227

85

3.953209

3.103839

2.711921

86

3.951882

3.102552

2.710647

87

3.950587

3.101296

2.709402

88

3.949321

3.100069

2.708187

89

3.948084

3.09887

2.706999

90

3.946876

3.097698

2.705838

91

3.945694

3.096553

2.704703

92

3.944539

3.095433

2.703594