Defenisi Tanah Jenis-jenis Tanah Pendukung Pondasi

Boycke Marbun : Analisa Penurunan Elastis Pondasi Tiang Pancang Proyek Pembangunan Rusunawa Medan Area, 2009. USU Repository © 2009 Gambar 2.5 Tiang Pancang Dengan Tahanan Lekatan Adhesive Pile

2.2.2 Tiang Pancang Berdasarkan Bahan yang Digunakan

Bahan yang digunakan pada pembuatan tiang pancang antara lain: tiang pancang kayu, tiang pancang beton, tiang pancang baja dan tiang pancang komposit. Pemakaian dari keempat tiang pancang ini berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan, sebab masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangan, dan tidak menutup kemungkinan untuk mengkombinasikannya pada pelaksanaan.

2.3 Defenisi, Jenis dan Keadaan Tanah Pendukung Pondasi

2.3.1 Defenisi Tanah

Tanah adalah kumpulan partikel dengan ukuran beranekaragam butiran padat disertai air dan udara yang mengisi ruang-ruang kosong di antara partikel padat; hasil pelapukan batuan secara fisik, mekanis dan kimiawi, diberi nama khusus seperti kerikil, lanau, lempung; teknik sipil digunakan untuk membedakan jenisnya; campurannya dipakai sebagai nama dibelakang unsur utamanya lempung berlanau: lempung mengandung lanau, material utamanya lempung. Tanah terdiri dari 3 unsur: udara, air dan bahan padat. Udara dianggap tidak mempunyai pengaruh teknis; air sangat mempengaruhi sifat teknis tanah. Bila rongga terisi air seluruhnya, disebut kondisi jenuh fully saturated. Bila rongga terisi udara dan air, disebut kondisi jenuh sebagian partially saturated. Boycke Marbun : Analisa Penurunan Elastis Pondasi Tiang Pancang Proyek Pembangunan Rusunawa Medan Area, 2009. USU Repository © 2009 Tanah kering tidak mengandung air kadar airnya sama dengan nol. Hubungan antara kadar air, angka pori, porositas, berat volume sangat diperlukan dalam praktik perencanaan dan pelaksanaan pekerjaan pondasi Hardiyatmo, 1996.

2.3.2 Jenis-jenis Tanah Pendukung Pondasi

Berbagai usaha telah dilakukan untuk memperoleh klasifikasi atau pengelompokan jenis tanah secara umum, yang dapat membantu dalam memprediksi perilaku tanah ketika mengalami pembebanan. Metode-metode yang telah dibuat didasarkan pada pengalaman yang diperoleh dalam perancangan pondasi dan riset-riset. Tanah yang ditinjau menurut klasifikasi tertentu dapat diprediksi perilakunya, didasarkan pada pengalaman di lokasi lain yang memiliki jenis tanah kira-kira sama. Dalam perencanaannya, klasifikasi tanah berguna sebagai petunjuk awal dalam memprediksi kelakuan tanah. Tanah berbutir kasar dapat diidentifikasikan berdasarkan ukuran butiran. Menurut MIT Massachusetts Institute of Technology nomenclature, kerikil adalah butiran dengan diameter lebih besar dari 2 mm. Pasir adalah butiran yang ukurannya kurang dari 2 mm, masih dapat dilihat oleh mata. Tanah pasir disebut pasir kasar jika diameter butiran berkisar 0,6 sd 2 mm, pasir sedang jika diameter butirannya 0,2 sd 0,6 mm, pasir halus bila diameter butirannya 0,06 sd 0,2 mm. Tanah berbutir halus terdiri dari fraksi- fraksi tanah mikroskopis yang mengembangkan plastisitas atau kohesi disebut lanau. Lempung adalah kumpulan butiran mineral kristalin bersifat mikroskopis dan berbentuk serpihan-serpihan atau pelat-pelat, butiran lempung lebih halus dari Boycke Marbun : Analisa Penurunan Elastis Pondasi Tiang Pancang Proyek Pembangunan Rusunawa Medan Area, 2009. USU Repository © 2009 lanau. Di lapangan merupakan kombinasi dari salah satu unsur secara parsial dan atau perpaduankombinasi semua unsur secara keseluruhan Hardiyatmo, 1996. Dengan mengetahui bahwa tanah memiliki sifat yang beragam, dikombinasikan dengan beban yang tidak diperhitungkan sebelumnya, gerakan tanah yang akan terjadi misal oleh gempa, dapat menyebabkan penurunan settlement, menjadi masalah bagi perencana dan pelaksana konstruksi, karena hanya sedikit mempunyai kemampuan dalam perhitungan dan pengendaliannya. Faktor lain mempersulit perencanaan adalah parameter tanah diperoleh sebelum dan pada waktu pondasi sudah terpasang, kenyataannya pondasi itu terletak pada tanah dengan sifat-sifat yang mungkin sudah berubah dari keadaan aslinya atau disebabkan oleh ketergangguan oleh pekerjaan konstruksi lainnya.

2.3.3 Keadaan Tanah Pendukung Pondasi