Pembobotan T LANDASAN TEORI

1. Spin Echo Convensional Spin Echo Convensional adalah sekuen yang paling banyakdigunakan padapemeriksaan Magnetic Resonance Imaging MRI. Pada spin echo konvensional, segera setelah pulsa RF Radio Frekuensi 90 diberikan, sebuah Free Induction Decay FID segera terbentuk. Dengan menggunakan kekuatan radiofrekuensi yang sesuai, akan terjadi transfer Net Magnetisation Vector NMVbersudut 90kemudian diikuti dengan rephasing pulse bersudut 180 2. Fast Spin Echo Fast Spin Echo merupakan bagian dari urutan pulsa spin echo dengan waktu scanning lebih singkat dari pada spin echo convensional. Dengan satu kali pulsa 90° dipakai aplikasi 180º berkali-kali dalam satu kali TR disebut dengan ETL echo train length, dengan cara melakukan lebih dari satu phase encoding step per TR dan mengisi lebih dari satu baris k-space per TR. Berbagai istilah sequence FSE sesuai dengan system pesawat MRI, disebut rapid acquisition with relaxation enhancement RARE oleh system GE, FAME oleh system Philips, Turbo spin echo TSE oleh Siemens Hoa, 2007. sequence ini diuraikan oleh Henning pada tahun 1986 merupakan modifikasi sequencespin echo convensional dengan aplikasi suatu rangkaian refocusing pulsa 180 dan memperoleh echo kembali setelah pulsa180 Raul,dkk., 2002

2.9. Pembobotan T

2 atau Spin-spin Relaksasi Pembobotan T 2 mempunyai 2 pembobotan parameter Waktu Gaung atau Time Echo TE yang lama dan Waktu Pengulangan atau Time Repetition TR yang lama. Biasanya dalam terjemahan Magnetic Resonance Imaging pembobotan T 2 baik dalam menghasilkan sinyal yang terang pada pemeriksaan kelainan patologi pada pasien. Lemak tidak tampak cerah di bandingkan air akan tampak lebih cerah Robbie, 2006. Nilai TE lebih dari 30 msec dan TR lebih dari 1000 msec. Dengan TR yang panjang mengakibatkan terjadinya pemerosesan magnetisasi ke equilibrium untuk semua jenis jaringan fat, CSF akan mencapai magnetisasi maksimum, saat itu juga perbedaan intensitas sinyal relative untuk semua jaringan. Peluruhan sinyal yang banyak mengakibatkan intensitas sinyal relatif yang dihasilkan menjadi sedikit, menjadi hyperintens. Artinya peluruhan sinyal yang sedikit akan meminimalkan proses. Begitu juga dengan nilai TE yang Universitas Sumatera Utara panjang maka jaringan yang mempunyai nilai TR pendek yaitu lemak pada pembobotan T 2 akan tampak gelap atau hyperintens, karena waktu untuk meluruh atau relaksasi spin-spin pendek sehingga peluruhan sinyal menjadi lebih banyak. Pembobotan T 2 sangat penting dalam memperlihatkan suatu citra dari vertebra Brain terutama pada irisan - irisan dibandingkan teknik SE konvensionalMaksymowych, 2007.Pembobotan T 2 FSE menggunakan echo train yang panjang atau ETL echo train length . Semakin banyak ETL, pembobotan T 2 akan semakin tinggi. Hal ini akan menyebabkan kekaburan citra atau blurring , memungkinkan pengurangan nilai signal to noise ratio SNR atau perbandingan antara besarnya amplitudo sinyal dengan amplitude noise , yang berpengaruh terhadap kontras citra atau contras to noise ratio CNR merupakan salah satu kelemahan FSE Woodward dan Freimarck, 2001. Penelitian sebelumnya tentang pengaruh ETL menyatakan pada peluruhan T 2 dengan echo train yang panjang atau ETL akan menyebabkan bluring yang berhubungan dengan pelebaran puncak pada fungsi titik sebaran point spread function PSF, menggambarkan luasnya puncak setengah maksimum atau full width at half maximum FWHM, yang menghasilkan nilai SNR yang akan mempengaruhi kontras citra MRI Qin, 2012. Pada pencitraan MRI selain T 2 yang tinggi juga dengan T 2 yang pendek menyebabkan kekaburan dan kerugian terhadap sinyal amplitudo Rahmer, et. al, 2006.

2.10. Proses sinyal MRI