Dalam suatu perceraian, orangtua mencurahkan seluruh waktu dan uangnya untuk saling bertikai mengenai harta, tunjangan uang yang akan diberikan suami setelah
bercerai, hak pemeliharaan anak, dan hak-hak lain. Jumlah perceraian di Indonesia mencapai angka yang fantastis setiap tahunnya,
duaratus ribu pasangan berpisah, rekor nomor satu untuk kawasan Asia Pasifik. Perceraian adalah alasan terakhir yang diambil pasangan suami istri jika tidak
tersedia lagi jalan lain yang lebih bermanfaat. Sekalipun perceraian dianggap sebagai salah satu cara penyelesaian, hal ini akan menimbulkan masalah baru baik bagi mantan
suami istri yang bersangkutan maupun anak-anak.
B. Pengertian Perceraian
Perceraian adalah berakhirnya suatu pernikahan. Saat kedua pasangan tak ingin melanjutkan kehidupan pernikahannya, mereka bisa meminta pemerintah untuk
dipisahkan. Selama perceraian, pasangan tersebut harus memutuskan bagaimana membagi harta mereka yang diperoleh selama pernikahan seperti rumah, mobil,
perabotan atau kontrak, dan bagaimana mereka menerima biaya dan kewajiban merawat anak-anak mereka. Banyak negara yang memiliki hukum dan aturan tentang
perceraian, dan pasangan itu dapat diminta maju ke pengadilan. Perceraian merupakan akumulasi dari penyesuaian pernikahan yang buruk, dan
terjadi bila antara suami dan istri sudah tidak mampu lagi mencari cara penyelesaian masalah yang dapat memuaskan kedua belah pihak. Banyak pernikahan yang tidak
mendatangkan kebahagiaan tetapi tidak diakhiri dengan perceraian karena pernikahan tersebut didasari oleh pertimbangan agama, moral, kondisi ekonomi dan alasan lainnya,
tetapi banyak juga pernikahan yang diakhiri dengan perpisahan dan pembatalan secara hukum maupun dengan diam-diam dan ada juga yang salah satu suamiistri
Raras Sutatminingsih : Perceraian Dan Penyesuaiannya, 2009 USU Repository © 2008
meninggalkan keluarga Hurlock, 1999. Menurut Atwater 1983 perceraian adalah terputusnya pernikahan, biasanya bersamaan dengan penyesuaian psikologis, sosial dan
keuangan. Berdasarkan uraian diatas perceraian didefinisikan berakhir atau putusnya suatu
ikatan pernikahan dikarenakan penyesuaian pernikahan yang buruk dan melibatkan penyesuaian secara sosial, ekonomi, maupun psikologis.
C. Proses perceraian 1. Keputusan Bercerai
Mengatakan untuk iya atau tidak bercerai meruapakan kunci pertanyaan dalam tahap pengambilan keputusan untuk bercerai. Proses perceraian berlangsung lama yang
diawali dengan kesadaran akan ketidakpuasan terhadap pernikahan, kemudian berkembang menjadi fikiran yang mendalam mengenai pilihan - pilihan alternatif dan
kemudian berproses menjadi pemikiran yang konsisten untuk mengakhiri perceraian atau membangun kembali rumah tangga. Keputusan untuk bercerai juga meliputi
keuntungan atau kerugian jika tetap atau tidak mempertahankan rumah tangga. Pasangan yang tidak bahagia akan terhambat untuk bercerai karena beberapa hal seperti,
agama, kewajiban, konsekuensi keuangan jika bercerai, dan tekanan sosial. Hambatan- hambatan ini akan menjadi penghalang untuk mendapatkan alternatif yang menarik jika
bercerai seperti kehidupan yang lebih damai, pasangan yang lebih baik, atau kebebasan. Jika alternatif yang menarik tersebut dirasakan lebih menguntungkan dan hal tersebut
merupakan sisi positf dari perceraian, maka individu akan memutuskan untuk bercerai.
Setiap individu akan mengalami pengalaman yang berbeda- beda dalam menjalani proses pengambilan keputusan ini. Pada beberapa individu, proses
pengambilan keputusan ini dapat berlangsung dengan sangat cepat, tetapi pada sebagian
Raras Sutatminingsih : Perceraian Dan Penyesuaiannya, 2009 USU Repository © 2008
orang proses ini akan berlangsung dalam waktu yang lama bahkan bertahun- tahun dan dihadapkan dengan banyak masalah. Seringnya, individu lama untuk mengambil
keputusan untuk bercerai karena beberapa hal seperti, kekerasan, janji yang diingkari, perselingkuhan sampai akhirnya mereka memutuskan untuk bercerai.
Proses pengambilan keputusan untuk bercerai merupakan suatu proses yang membutuhkan waktu yang diawali dengan ketidakpuasan terhadap kondisi rumah
tangga kemudian berkembang menjadi pemikiran dan mulai mempertimbangkan keuntungan dan kerugian jika mempertahankan rumah tangga hingga berakhir pada
sebuah pemikiran konsisten yang menghasilkan keputusan untuk bercerai atau tidak
2. Perpisahan : Perceraian Secara Legal
Pasangan akhirnya memutuskan bahwa mereka akan berpisah dan memutuskan untuk bercerai. Salah satu atau pasangan yang lainnya akan mengemasi barang- barang
milik mereka dan meninggalkan rumah. Setelah itu pasangan ini akan dihadapkan dengan konsekuensi atas keputusan mereka. Priode ini akan menghadapkan mereka
dengan kenyataan bahwa mereka sudah terpisah secara fisik dan biasanya ditandai dengan level distress yang tinggi. Pada kenyataannya, kebanyakan individu pada masa
sebelum dan sesudah berpisah merupakan masa- masa yang lebih stres dibandingkan saat perceraian telah diputuskan.
Salah satu tugas yang dilalui selama masa perpisahan adalah perceraian secara resmi. Terdapat tiga tahap yang dilalui dalam proses perceraian secara resmi, yaitu:
mengurus perceraian, pengaturan keuangan, dan hak asuh anak. jika kedua pasangan setuju dengan segala suatu hal yang diputuskan maka proses akan berlangsung dengan
sederhana dan lancar.
Raras Sutatminingsih : Perceraian Dan Penyesuaiannya, 2009 USU Repository © 2008
Mengurus perceraian merupakan tugas pertama yang dilakukan dalam perceraian secara resmi yang berkaitan dengan pengurusan perceraian ke pengadilan.
Masing- masing pasangan akan mencari pengacara yang menjadi pendampingan mereka untuk mengurus perceraian ini.
Pengaturan keuangan setelah bercerai merupakan hal yang penting. Pasangan yang telah bercerai akan berbagi harta yang mereka miliki selama pernikahan
berlangsung. Namun, untuk membagikan harta tersebut bukanlah hal yang mudah. Salah satu pasangan bisa saja tidak setuju dengan pembagian tersebut, karena sulit
untuk membuktikan harta benda yang dimilki setelah menikah dan sebelum menikah. Jika terjadi ketidaksetujuan, proses ini akan memakan waktu lama dan selalu tidak
berakhir dengan pembagian yang seimbang. Pembagian harta benda setelah bercerai juga menjadi sulit karena adanya perbedaan kebutuhan wanita dan pria setelah bercerai.
Wanita seringnya menginginkan anak dan rumah, dengan kata lain suami bebas dari tanggung jawabnya seperti pengasuhan anak, pajak rumah dan tetapi seringnya lelaki
tidak mendapat rumah. Pengasuhan anak dan hak untuk mengunjungi anak merupakan hal lebih
kompleks dibandingkan dengan pengaturan keuangan. Kedua orang tua menginginkan untuk mengasuh anaknya. Kedua orang tua juga menginginkan untuk memiliki kontrol
lebih terhadap anak- anak dan ingin bebas dari gangguan mantan pasangannya, tetapi masing- masing pasangan mungkin akan melakukan usaha- usaha yang lebih dari
mantan pasangannya. Jika pasangan yang bercerai dapat membuat keputusan mengenai hak asuh, maka pengadilan akan meresponnya, sebaliknya, jika pasangan yang bercerai
tersebut tidak dapat berkompromi mengenai hak asuh anak, maka pengadilan akan mengambil langkah- langkah hukum.
Raras Sutatminingsih : Perceraian Dan Penyesuaiannya, 2009 USU Repository © 2008
II. PENYESUAIAN PERCERAIAN
A. Penyesuaian Perceraian
Penyesuaian perceraian merupakan hal yang kompleks dan memakan waktu yang lama Amato,2000. Degenova 2008 mengemukakan penyesuaian yang harus
dihadapi setelah perceraian terjadi, yaitu :
a. Trauma Emosional
Pada situasi tertentu, perceraian merupakan sebuah pengalaman emosional yang mengganggu. Namun, pada situasi lainnya, perceraian bisa menimbulkan shock yang
tinggi dan disorientasi. Perceraian merupakan krisis emosional yang dipicu oleh perasaan kehilangan secara tiba- tiba. Proses perceraian meliputi kekacauan emosi yang
terjadi sebelum dan selama perceraian, shock dan krisis saat perpisahan terjadi, perasaan sedih akibat telah berakhirnya suatu hubungan, dan usaha untuk mencapai kembali
keseimbangan dan menata ulang kehidupannya. Proses perceraian legal yang menimbulkan perkelahian akan semakin menambah trauma emosional terhadap
perceraian. Hampir semua studi menunjukkan bahwa pada priode sebelum dan sesudah
perpisahan baik laki- laki dan wanita melaporkan terjadinya penurunan dalam penyesuaian psikologis terhadap perceraian. Awal perpisahan merupakan priode tersulit
pada beberapa indvidu. Trauma yang paling besar pada sebagaian individu terjadi setelah proses legal diputuskan. Suatu studi yang mengkaji mengenai hubungan antara
perceraian dan stres pada wanita dewasa yang bercerai menunjukkan bahwa peningkatan stres signifikan segera setelah perceraian terjadi dan berkurang setelah tiga
tahun perpisahan walaupun level nya tidak sama dengan wanita yang menikah Lorenz et, al, 1997. Disamping itu, perceraian juga mengakibatkan kesehatan fisik lebih
Raras Sutatminingsih : Perceraian Dan Penyesuaiannya, 2009 USU Repository © 2008
memburuk, penggunkaan alkohol meningkat Mastakaasa,1994, dan tingkat bunuh diri lebih tinggi pada individu yang bercerai dibandingkan dengan yang menikah. Hal ini
mengindikasikan bahwa perceraian merupakan suatu peristiwa yang traumatis.
b. Sikap Masyarakat Terhadap Perceraian
Salah satu bagian dari trauma akibat perceraian adalah sikap masyarakat terhadap perceraian dan individu yang bercerai itu sendiri. Pada beberapa pandangan,
perceraian mencerminkan kegagalan moral. Butuh banyak keberanian untuk memberitahukan bahwa seseorang mengalami kegagalan dalam rumah tangganya.
Teman – teman akan memberi lebel yang kurang menyenangkan terhadap inidvidu yang bercerai dan menolak kehadirannya.
Stewart Brentano,2006 mengatakan bahwa seringnya pasangan yang menikah tidak mengetahui cara bekerjasama dengan teman mereka yang single dalam aktivitas
pasangannya, sehingga individu yang bercerai lebih mengisolasi diri mereka sendiri dari teman- teman karena merasa tidak nyaman, marah saat melihat kebahagian orang lain,
atau mengasumsikan bahwa orang lain mengkritisi perilaku mereka. Khusunya jika individu yang bercerai malu karena perilaku suaminya.
Secara umum individu yang bercerai memandang bahwa perceraian merupakan hal yang negatif cenderung melihat perceraiannya sebagai kegagalan secara moral.
Individu yang berpandangan negatif terhdap perceraian akan mempersulit penyesuaiannya terhadap perceraian.
c. Kesendirian dan Social Readjustment
Penyesuaian terhadap kesendirian merupakan hal yang sulit apalagi jika tidak memiliki anak. Persahabatan dan membentuk suatu hubungan dengan orang lain
merupakan salah satu cara yang yang sangat dianjurkan agar berhasil dalam melakukan
Raras Sutatminingsih : Perceraian Dan Penyesuaiannya, 2009 USU Repository © 2008
penyesuaian kembali setelah perceraian terjadi. Membina hubungan baru yang positif dan yang mendukung dapat mengurangi beban psikologi yang diakbatkan oleh
perceraian. Suatu studi menunjukkan bahwa besarnya jaringan sosial merupakan prediktor yang signifikan terhadap penyesuaian setelah perceraian Coysh, Johnston,
Tschann, 1989;De Garmo and Forgatch,1999. Prediktor yang paling kuat terhadap penyesuaian perceraian adalah keterlibatan
dalam suatu hubungan intim. Individu yang memilki pasangan baru menunjukkan penyesuaian yang lebih baik, kelekatan yang kurang terhadap mantan pasangan, dan
pandangan yang lebih positif terhadap kehidupan Wang dan Amato, 2000. Menikah kembali juga membantu individu menyesuaikan diri dan bukan hanya dapat
meningkatkan kepercayaan diri tetapi juga meningkatkan kenyamanan ekonomi A.D. Shapiro,1996.
Terdapat perbedaan social readjustment pada individu yang bercerai menurut usia mereka saat perceraian terjadi. Individu yang berusia lebih tua lebih sulit
menyesuaikan diri dibandingkan dengan individu yang berusia muda. Wanita yang berusia diatas 40 tahun lebih sedikit untuk menikah kembali dibandingkan dengan pria.
Diantara individu yang tidak menikah kembali, kesendirian merepresentasikan konsekuensi berat yang dihadapi setelah perceraian.
d. Penyesuaian Terhadap Pengaturan Orang Tua
Penyesuaian terhadap pengaturan orangtua beragam. Orang tua yang peduli dengan anak- anaknya akan merindukan anak- anaknya dan sering mencari kesempatan
untuk bisa bersama dengan mereka. Tipe orang tua yang peduli dengan anaknya akan merasa bersalah dan cemas karena tidak bisa sering bersama anak- anaknya. Sebagian
orang tua justru mengabaikan anak- anaknya, tidak pernah menemuinya, menelpon,
Raras Sutatminingsih : Perceraian Dan Penyesuaiannya, 2009 USU Repository © 2008
ataupun mengingat ulang tahun anak- anaknya. Kategori ketiga, orangtua masih berkeinginan untuk sering menemui anak- anaknya namun terhalang karena jarak yang
jauh atau kondisi- kondisi lainnya. Namun, secara keseluruhan penelitian menunjukkan bahwa kedekatan anak dengan orang tua yang bukan mengasuhnya semakin berkurang
setelah perceraian terjadi. Seorang wanita yang bercerai lebih sering melibatkan mantan suaminya dalam
hal anak- anak walaupun sering berakhir dengan konflik, sebaliknya hanya sedikit ibu yang tidak melibatkan suaminya dalam hal- hal yang berkaitan dengan anak.
e. Keuangan
Secara umum wanita memliki pendapatan yang lebih rendah dibandingkan dengan pria, meskipun memiliki pekerjaan, pendidikan, pengalaman, dan jumlah jam kerja yang
sama. lah
Stewart Brentano, 2006 mengemukakan bahwa konsekuensi dari penurunan ekonomi setelah bercerai mengakibatkan seorang yang bercerai pindah ke rumah yang
lebih sederhana dibandingkan dengan rumah saat masih menikah dahulu. Penurunan ekonomi ini mulai terjadi beberapa tahun sebelum bercerai dan kemudian terus berlanjut
setelah bercerai hingga kurang lebih 5 tahun setelah bercerai.
f. Perubahan Tanggung Jawab dan Peran Kerja
Orangtua yang bercerai yang mengasuh anak- anaknya akan dihadapkan dengan pekerjaan yang banyak. Setelah terjadi perceraian, orang tua harus mengatasi seluruh
pekerjaan rumah tangga yang seharusnya dikerjakan oleh dua orang. Konsekuensinya, orang tua yang mengasuh anak- anaknya memilki waktu yang kurang dengan anak-
anak, kurang mendengarkan, dan sering mengalami masalah dalam hal mengontrol dan
membimbing anak- anaknya.
Raras Sutatminingsih : Perceraian Dan Penyesuaiannya, 2009 USU Repository © 2008
g. Kontak dengan Mantan Pasangan
Banyak pasangan yang marah pada pasangannya saat perceraian terjadi dan perasaan tersebut akan terus dibawa selama proses perceraian dan bahkan sampai
beberapa tahun seteah perceraian terjadi. Penting bagi pasangan saling bekerja sama untuk menjaga rasa marah di depan anak- anak mereka sehingga tidak melibatkan
mereka pada perseteruan setelah perceraian. Semakin tinggi perasaan marah terhadap pasangannya maka semakin timbul
perasaan dendam terhadap pasangannya dan kontak dengan mantan pasangan setelah bercerai akan semakin berkurang. Kontak dengan mantan pasangan biasanya meningkat
karena berhubungan dengan anak - anak atau masalah keuangan. Saat anak - anak memiliki masalah, kedua orang tua akan terlibat dan akan saling berbicara satu dengan
yang lainnya. Hubungan yang baik setelah perceraian akan mempermudah untuk mencari jalan keluar permasalahan dan anak- anak menjadi sangat terbantu.
Perselisihan setelah perceraian berkaitan dengan hak kunjungan dan dukungan keuangan terhadap anak. Beberapa pasangan ada yang menyelesaikan masalahnya di
pengadilan karena ayahnya tidak memberi dukungan keuangan tepat waktu. Perselisihan setelah perceraian lainnya dapat terjadi karena mantan suami menginginkan
pengurangan biaya terhadap anak- anak setelah bercerai.
h. Interaksi Dengan Keluarga
Baik pria atau wanita setelah bercerai lebih mempercayakan permasalahannya dengan keluarga, khususnya dukungan praktikal dan juga dukungan emosional unutk
menurunkan distress psikologis. Pria lebih cenderung mempercayakan masalah perceraiannya pada keluarga pada tahap awal perceraian dan wanita pada jangka waktu
yang lebih lama Gerstel,1988.
Raras Sutatminingsih : Perceraian Dan Penyesuaiannya, 2009 USU Repository © 2008
Perceraian merupakan proses multigenerasi yang melibatkan orang tua dan keluarga lainnya, seperti indivdiu yang bercerai dan anak- anak mereka. Dukungan
positif dari orang tua memiliki pengaruh terhadap penyesuaian setelah perceraian,seperti dukungan emosional, membantu menjaga anak, memberikan saran
yang rasional dan kebebasan. Frekuensi hubungan dengan mantan mertua setelah bercerai tidak lagi sesering
seperti sebelum bercerai. wanita lebih baik dalam membina hubungan dengan mantan mertua daripada pria.
B. Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Penyesuaian Perceraian 1.