Bahan yang mempunyai sifat pozolan adalah bahan yang mengandung sifat silica aluminium dimana bentuknya halus dengan adanya air, maka senyawa-senyawa ini
akan bereaksi secara kimia dengan kalsium hidroksida pada suhu kamar membentuk senyawa yang mempunyai sifat seperti semen. Semen Portland pozolan dapat
digolongkan menjadi 2 dua jenis yaitu sebagai berikut: 1. Semen portland pozolan jenis SPP A yaitu semen Portland pozolan yang
dapat dipergunakan untuk semua tujuan pembuatan adukan beton serta tahan sulfat sedang dan panas hidrasinya sedang.
2. Semen portland pozolan jenis SSP B yaitu semen Portland pozolan yang dapat dipergunakan untuk semua adukan beton tersebut tahan sulfat sedang
dan panas hidrasi rendah.
2.4. Agregat
Pembagian agregat sangat menolong dalam memperbaiki keawetan serta stabilitas volume dari beton ringan. Karakteristik fisik dari agregat dalam beberapa hal
komposisi kimianya dapat mempengaruhi sifat-sifat beton ringan dalam keadaan plastis maupun keadaan telah mengeras dengan hasil-hasil yang berbeda. berikut ini
merupakan jenis-jenis agregat:
1. Agregat Biasa
Jenis ini dapat digunakan untuk tujuan umum dan menghasilkan beton dengan massa jenis yang berkisar antara 2,3 – 2,5 grcm
3
. Agregat ini seperti pasir dan kerikil yang dapat diperoleh dengan cara ekstraksi dari batuan alluvial dan glasial. Pasir dan
kerikil dapat juga diperoleh dengan cara menggali dari dasar sungai dan laut Sihombing Berlian, 2009.
Universitas Sumatera Utara
2. Agregat Ringan
Jenis ini dipakai untuk menghasilkan beton ringan dalam sebuah bangunan yang beratnya sendiri sangat menentukan. Beton yang digunakan dengan agregat ringan
mempunyai sifat tahan api yang baik. Agregat ini mempunyai pori sangat banyak, sehingga daya serapnya jauh lebih besar dibandingkan dengan daya serap agregat
lainnya. Oleh karena itu penakarannya harus dilakukan secara volumetrik. Massa jenis agregat ringan berkisar antara 0,35 - 0,85 grcm
3
. Dalam penelitian ini menggunakan 2 dua jenis agregat yaitu agregat biasa pasir dan agregat ringan sekam padi
Sihombing Berlian, 2009.
3. Agregat Berat
Jenis ini dapat digunakan secara efektif dan ekonomis untuk jenis beton yang harus menahan radiasi, sehingga dapat memberikan perlindungan terhadap sinar-X,
sinar Gamma dan Neutron. Efektivitas beton berat dengan massa jenis antara 4 – 5 grcm
3
bergantung pada jenis agregatnya.
2.5. Pasir
Agregat yang digunakan untuk pembuatan beton ringan ini adalah pasir yang lolos ayakan mengacu pada SNI 03-6866-2002, yang diameternya lebih kecil 5 mm.
Adapun kegunaan pasir ini adalah untuk mencegah keretakan pada genteng beton apabila sudah mengering. Karena dengan adanya pasir akan mengurangi penyusutan
yang terjadi mulai dari pencetakan hingga pengeringan.
Universitas Sumatera Utara
Pasir ini memang sangat penting dalam pembuatan beton ringan, tapi apabila kadarnya terlalu besar akan mengakibatkan kerapuhan jika sudah mengering. Ini
disebabkan daya rekat antara partikel-partikel berkurang dengan adanya pasir dalam jumlah yang besar, sebab pasir tersebut tidak bersifat merekat akan tetapi hanya
sebagai pengisi Filler. Pasir yang baik digunakan untuk pembuatan beton ringan berasal dari sungai, tetapi pasir dari laut harus dihindarkan karena dapat
mengakibatkan perkaratan dan masih mengandung tanah lempung yang dapat membuat genteng menjadi retak-retak.
2.6. Air
Air juga sangat berperan penting dalam proses pembuatan beton ringan yang kegunaannya untuk melunakkan campuran agar bersifat plastis. Air yang digunakan
adalah air yang baik terhindar dari asam dan limbah. Air minum yang di kota relatif bebas dari bahan-bahan lainnya yang dapat merugikan genteng beton. Namun tidak
demikian semua air yang dapat diminum itu baik digunakan untuk dipakai campuran beton ringan. Jadi air harus dipilih agar tidak mengandung kotoran-kotoran yang dapat
mempengaruhi mutu dari batako ringan.
2.7. Karakteristik Batako Ringan
Batako ringan aerated concrete sering juga disebut batako berpori telah dibuat dari campuran: Semen, pasir dan sekam padi. Campuran beton kemudian dicetak dan
dikeringkan secara alami, dengan waktu pengeringan selama 28 hari. Adapun karakteristik batako ringan yang diuji meliputi: kuat tekan, kuat impak , kekerasan,
densitas, penyerapan air, dan daya redam suara.
Universitas Sumatera Utara
Adapun pengujian beton ringan antara lain pengujian sifat mekanik dan sifat fisis.
2.7.1. Sifat Mekanik 2.7.1.1
Kuat Tekan
Pengukuran kuat tekan σ dilakukan dengan menggunakan Ultimate Testing
Machine UTM dan kecepatan penekanan konstan sebesar 2 mmmenit, dan mengacu pada standar SNI 03 – 0691-1996 yang memenuhi persamaan berikut Sihombing
Berlian, 2009.
A F
= σ
2.1
Keterangan : σ = Kuat tekan Nm
2
F = Beban yang diberikan N A= Luas penampang silinder m
2
.
2.7.1.2 Uji Pukul Kuat Impak
Pengujian impak merupakan suatu pengujian yang mengukur ketahanan bahan terhadap beban kejut. Pengukuran kuat impak ini mengacu pada SNI-07-0411-1989.
Pada pengertian lain bahwa pengujian impak adalah sebuah metode untuk mengevaluasi ketangguhan relatif dari bahan-bahan teknik atau konstruksi. Pengujian
impak Charpy secara kontinyu digunakan pada saat ini sebagai metode kontrol
Universitas Sumatera Utara
kualitas yang ekonomis untuk memperkirakan sensitifitas takikan dan ketangguhan impak dari bahan-bahan teknik.
Pengujian impak Charpy mengukur energi yang diserap oleh laju regangan tinggi perpatahan dari sebuah benda uji bertakik standar. Benda uji dipatahkan dengan
benturan dari sebuah palu pendulum yang berat dan jatuh dari jarak tetap energi potensial yang konstan untuk membentur benda uji disini adalah sampel batako
dengan kecepatan yang tetap Energi kinetik konstan. Bahan-bahan yang tangguh tough menyerap banyak energi ketika dipatahkan dan bahan-bahan yang getas
brittle menyerap energi sangat sedikit. Energi impak yang diukur dengan pengujian Charpy adalah usaha yang dilakukan untuk mematahkan benda uji.
Pada pengujian impak, energi yang diserap oleh benda uji biasanya dinyatakan dalam satuan Joule dan dibaca langsung pada skala dial penunjuk yang telah
dikalibrasi yang terdapat pada mesin uji. Nilai impak HI suatu bahan yang diuji dengan metode charpy diberikan oleh Fakultas Teknik UI, 2002.
2 .
2 A
E HI
=
Keterangan: HI = Nilai Impak Kuat Impak Jm
2
E = EnergiJoule A = Luas Penampang m
2
Universitas Sumatera Utara
2.7.1.3 Kekerasan
Kekerasan dapat didefenisikan sebagai ketahanan bahan terhadap penetrasi pada permukaannya. Cara pengukuran kekerasan dapat ditetapkan dengan deformasi yang
berbeda yaitu Static Hardness Test berupa Brinnel, Rockwell, Vickers, dan Dynamic Hardness Tests berupa Shore Scleroscope, pendulum Hardness, Cloudburst Tests,
Eguotip Hardness. Ketiga alat uji ini menggunakan indentor yang bentuknya berupa bola kecil, piramid atau tirus. Indentor berfungsi sebagai pembuat jejak pada logam
sampel dengan perbedaan tertentu, nilai kekerasan diperoleh setelah diameter jejak diukur. Kekerasan Hv suatu bahan dapat ditentukan dengan persamaan berikut Balai
Besar Pengembangan Industri logam dan Mesin, 1994.
2
8544 ,
1 D
P Hv
= 2.3
Keterangan: Hv = Kekerasan Vikers Nm
2
P = Beban yang diberikan N D = Panjang diagonal jejak indentor m
Universitas Sumatera Utara
2.7.2.Sifat Fisis 2.7.2.1
Densitas
Pengukuran densitas beton ringan ρ
pc
menggunakan metode Archimedes, Sihombing Berlian, 2009 dan dihitung
menggunakan persamaan berikut:
A ba
k k
pc
M M
M M
ρ ρ
− +
=
1
2.4
i penggantung di dalam air gram ρ
A
= Densitas air = 1 grcm
3
.
Untuk mengetahui besarnya penyerapan air dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut Simbolon
Keterangan : M
k
= Massa benda di udara gram M
t
= Massa tali penggantung di dalam air gram M
ba
= Massa benda beserta tal
2.7.2.2 Penyerapan Air Water Absorption .
Tiurma, 2008:
5 .
2 100
x Mk
Mk Mj
WA −
=
Universitas Sumatera Utara
Keterangan : WA= Water Absorption
Mj = Massa benda dalam kondisi saturasijenuh gram
mengetahui sejauh mana aplikasi material tersebut dapat diterapkan. Level intensitas suara atau tingkat kenyaringan dari suatu material diukur dalam
unakan persamaan berikut: p n
ra Mediastika, C. E, 2005. Mk= Massa benda di udara
2.7.2.3 Daya Redam Suara
Besarnya penyerapan suara atau daya redam suara dari batako ringan berpori perlu diukur, guna
decibel dB. Uji penyerapan suara dapat dihitung dengan mengg
Koefisien penyera a sua
Ii Ia
= α
= g
da suara
energi total
tan diserap
yang suara
Jlh 2.6
Ii = Intensitas sumber suara yang datang dB. Keterangan :
Ia = Intensitas suara yang diserap dB
Universitas Sumatera Utara
2.8. Pengertian Bunyi
Gelombang bunyi merupakan gelombang longitudinal yang terjadi karena energi membuat partikel udara merapat dan merenggang, dengan cara ini pula energi
dirambatkan ke seluruh ruang. Jika partikel udara tidak ada atau anda berada dalam ruang vakum seperti di luar angkasa, suara anda tidak akan menjalar dan tidak
terdengar rekan astronot lain karena tidak ada medium yang dapat merambatkan energinya, maka untuk komunikasi di luar angkasa mereka tidak menggunakan
gelombang suara namun menggunakan gelombang elektromagnetik yang tidak memerlukan medium untuk menjalar. Tidak semua gelombang suara bisa terdengar
oleh indera pendengaran kita, telinga hanya mampu mendengar suara dengan frekuensi 20 Hz hingga 20 KHz, daerah pendengaran ini disebut daerah pendengaran
manusia audible range, sedangkan dibawah 20 Hz disebut infrasonik, misalnya suara dari gempa bumi, sedangkan suara diatas 20 KHz disebut ultrasonik, misalnya suara
ian janin dalam rahim Ishaq M, 2007.
i
ya, dan hukum pemantulan bunyi hanya berlaku jika panjang gelombang bunyi adalah kecil
ibandingkan dibandingkan ukuran pemantul Leslie l. Doelle, 1993. yang dimanfaatkan dalam pendekteks
2.8.1. Sifat-sifat Gelombang Buny 1. Pemantulan gelombang bunyi
Permukaan yang keras, rata, seperti beton, bata, batu, atau gelas, memantulkan hampir semua energi bunyi yang jatuh padanya. Gejala pemantulan bunyi hampir
sama dengan pemantulan cahaya, dimana sinar bunyi datang dan sinar bunyi pantul terletak dalam bidang datar sama dan sudut gelombang bunyi datang sama dengan
sudut gelombang bunyi pantul hukum pemantulan. Namun harus diingat, bahwa panjang gelombang bunyi jauh lebih panjang dari gelombang sinar caha
d
Universitas Sumatera Utara
2. Difraksi gelombang bunyi