Sifat-sifat Alkaloida Deteksi Senyawa Alkaloida

Dari klasifikasi di atas dapat disimpulkan bahwa belum ada keseragaman dalam pengklasifikasian senyawa alkaloida Hendrikson,1965.

2.2.3. Sifat-sifat Alkaloida

Alkaloida adalah senyawa organik yang mengandung nitrogen biasanya dalam bentuk siklik dan bersifat basa. Senyawa ini tersebar luas dalam dunia tumbuh - tumbuhan dan banyak diantaranya yang mempunyai efek fisiologi yang kuat. Beberapa dari efek tersebut telah dikenal dan dimanfaatkan oleh manusia primitif jauh sebelum Ilmu Kimia Organik berkembang. Alkaloida ‘Cinchona’ yang terkandung dalam kulit pohon dari spesies Cinchona dan Remijia misalnya telah dikenal oleh penduduk asli dipegunungan Andes, Kuinin yang merupakan salah satu konstituen utama dari ekstrak kulit kayu tersebut, laporkan telah dikenal sebagai anti malaria yang efektif sejak tahun 1633. Karena banyaknya senyawa alkaloida serta keterkaitannya dengan bidang lain seperti farmasi, sebenarnya dunia alkaloida memerlukan satu bidang tersendiri. Secara umum, golongan senyawa alkaloida mempunyai sifat-sifat sebagai berikut : 1. Biasanya merupakan kristal tak berwarna, tidak mudah menguap, tidak larut dalam air, larut dalam pelarut-pelarut organik seperti : eter, etanol dan juga koroform. Beberapa alkaloida seperti koniin dan nikotin berwujud cair dan larut dalam air. Ada juga alkaloida yang berwarna misalnya berberin kuning. 2. Bersifat basa, pada umumnya berasa pahit, bersifat racun, mempunyai efek. 3. Dapat membentuk endapan dengan larutan asam fosfowolframat, asam fosfomolibdat, asam pikrat, kalium merkuriiodida dan lain sebagainya. Dari endapan-endapan ini, banyak juga yang memiliki bentuk kristal yang khusus sehingga sangat bermanfaat dalam identifikasinya Rangke, 1989. Universitas Sumatera Utara

2.2.4. Deteksi Senyawa Alkaloida

Bukti kualitatif untuk menunjukkan adanya alkaloid dalam pencirian kasar dapat diperoleh dengan menggunakan berbagai pereaksi alkaloid. Tata kerja untuk menguji apakah tumbuhan mengandung alkaloid dapat ditentukan dengan reaksi pewarnaan yang jelas yaitu dengan menggunakan pereaksi Mayer Kalium tetraiodomerkurat yang banyak digunakan untuk mendeteksi alkaloid karena pereaksi ini memberikan endapan dengan hampir semua alkaloid. Sebelum melakukan uji ini, dianjurkan untuk melakukan pemurnian terlebih dahulu karena pereaksi ini mengendapkan komponen tumbuhan yang lain juga. Pereaksi lain seperti Wagner Iodium dalam kalium iodida, asam siklotungstat 5, asam tanat 5, pereaksi Drangendorff Kalium tetraiodobismutat, iodoplatinat, dan larutan asam pikrat jenuh sering pula dipakai. Beberapa alkaloid mengandung gugus fungsi khas yang dapat ditentukan dengan pereaksi khusus, misalnya morfina bersifat fenol sehingga dapat dipakai pereaksi fenol untuk membedakannya. Penggunaan pereaksi seperti itu secara bersistem dapat dipakai untuk penggolongan alkaloid. Jika kita menginginkan pencirian alkaloid yang lebih lengkap, cara kromatografi dan spektrofotometri dapat dipakai untuk memberikan informasi secukupnya dengan usaha sedikit mungkin. Untuk kebanyakan alkaloid pelarut bersifat basa atau asam dipakai untuk memastikan bahwa molekul semuanya tidak terprotonisasi atau semuanya terprotonisasi. Untuk alkaloid yang bersifat basa lemah, pelarut yang didapar pada harga pKa alkaloid yang akan dipisahkan memberikan hasil yang baik. Pereaksi deteksi yang paling umum dipakai untuk menyemprot kromatogram pereaksi ini beberapa nonalkaloid meskipun kepekaan terhadap alkaloid sekitar sepuluh kalinya, beberapa pereaksi lain untuk mendeteksi alkaloid adalah flouresamina dan 7,7,8,8-tetra sianokuinondimetana. Keuntungannya adalah bahwa pereaksi ini bereaksi secara berlainan dengan jenis struktur yang berbeda. Alkaloid yang mengandung gugus fenol dapat dideteksi dengan pereaksi khusus fenol Robinson, T . 1995. Universitas Sumatera Utara

2.2.5. Isolasi Senyawa alkaloida