RIWAYAT KEPANGKATANGOLONGANJABATAN AKADEMIK 1989 CPNS PENELITIAN KURSUSPENATARAN Metodologi Penelitian, Lembaga Penelitian USU, Medan
Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap Universitas Sumatera Utara
4
menjadi lingkungan seseorang guna mencapai tujuan yang sempurna.
5
Hal yang bersamaan dikemukakan Edwards Lee Thorndike, seorang penganut
paham psikologi behavior. Kalau Adler memakai istilah “dorongan masyarakat”, Thorndike menonjolkan kata “belajar” di dalam menjelaskan
latar belakang tingkah laku seseorang, yang menurutnya merupakan terbentuknya asosiasi-asosiasi antara peristiwa-peristiwa dalam lingkungan
seseorang yang disebutnya “stimulus” S dengan respons R yang diberikan terhadap stimulus tersebut.
Agama dan Perkembangan Moral Serta Perilaku
Cukup jelas dari bahasan di atas, bahwa perkembangan moral dan perilaku individu-individu masyarakat manusia bukan karena proses-proses yang
bersifat kodrati, tetapi lewat proses yang disebut proses belajar learning process, yang menurut istilah teknis sosiologi disebut “proses sosiologis”.
Perkembangan moral dan perilaku itu ditentukan oleh lingkungan seumur hidupnya yang menurut Koentjaraningrat serba berpranata, serba bersistem
atau mengandung norma-norma sosial yang terorganisir dan mengatur setiap perilaku warga masyarakat. Salah satu dari antara sekian banyak
pranata sosial itu adalah pranata agama. Agama sebagai pranata sosial berperan sangat penting dalam mempengaruhi perilaku para penganutnya
dalam kehidupan sehari-hari.
6
Memang teori tentang apa agama dan apa fungsi agama juga banyak dan bermacam-macam. Banyak pemikir yang
membuat defenisi agama dengan berfokus pada fungsinya dalam kehidupan ibadah semata. Max Muller
7
dalam defenisinya memberi penekanan pada a perception of the Infinite, Edward Taylor
8
pada the belieft of spiritual beings dan Herbert Spencer
9
pada ancestors worship. Bahkan kerapkali agama dituduh sebagai penghambat kemajuan manusia, mempertinggi fanatisme,
takhayul dan kesia-siaan. Tetapi sebagai salah satu pranata sosial, seperti dikemukakan di atas, peran agama sebagai sumber moral dan kaidah sosial
tak dapat disangkal. Bahkan Emile Durkheim, seorang atheist, dalam banyak tulisannya, berulang kali menegaskan sumbangan positif agama
5
Lihat bahasan rinci mengenai hal ini dalam Alfred Alder, The Individual Psikology of Alfred Alder, H.L. Ansbacher R. Ansbacher ed., Harper Torchbooks, New York, 1956.
6
Koentjaraningrat, Manusia dan Kebudayaan di Indonesia, Djambatan, Jakarta, 1979; bnd. Herwanto Aryo Manggolo, “Pranata Sosial”, dalam J. Dwi Narwoko-Bagong Suyanto ed., Sosiologi Teks
Pengantar dan Terapan, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2006, hal.215-226.
7
Lihat bahasan rinci mengenai hal ini dalam Max Muller, Introduction to Science of Religion, Longman Green and Co., London, 1982.
8
Lihat bahasan rinci mengenai hal ini dalam Edward Tylor, Primitive Culture, J.P. Putnam’as Sons, New York, 1871.
9
Lihat bahasan rinci mengenai hal ini dalam Herbert Spencer, The Principle of Sociology, Greenwood Press, London, 1987.
Pendidikan Agama pada Perguruan Tinggi dalam Menghadapi Masalah Etis dan Moral di Era Global dan Teknik Informasi
21