❏ Mulyadi
Kategori dan Peran Semantis Verba Dalam Bahasa Indonesia
LOGAT JURNAL ILMIAH BAHASA DAN SASTRA
Volume V No. 1 April Tahun 2009 Halaman 59
verba berbagai peran yang berbeda direalisasikan sesuai dengan ciri semantis predikatnya.
Dalam teori PSR penentuan peran umum pada sebuah verba didasarkan pada struktur
logisnya Van Valin dan LaPolla, 1999:151; Van Valin, 2005:62. Ada tiga kemungkinan dalam
pemberian peran umum, yaitu 0, 1, 2. Jika sebuah verba memiliki dua argumen atau lebih pada
struktur logisnya, verba itu memerlukan dua peran umum. Apabila sebuah verba mempunyai argumen
tunggal pada struktur logisnya, pada situasi ini diperlukan satu peran umum. Pada verba tanpa
argumen mis., verba rain dan snow dalam bahasa Inggris tidak terdapat peran umum. Sifat peran
umum merupakan fungsi dari struktur logis verba. Jika sebuah verba membutuhkan dua argumen,
keduanya boleh jadi berupa aktor dan penderita. Pada verba dengan peran umum tunggal, pilihan
utamanya diikuti langsung dari struktur logis verbanya. Verba dengan predikat kegiatan pada
struktur logisnya diberi peran aktor; jika tidak, perannya adalah penderita.
Pilihan terhadap argumen sebagai aktor dan penderita tidak bersifat acak, tetapi
berdasarkan dalil tertentu. Van Valin dan LaPolla 1999 mengusulkan sebuah hierarki pemarkahan
untuk lingkungan aktor dan penderita, seperti diringkas pada Gambar 1.
AKTOR PENDERITA
Arg arg 1
arg 1 arg 2
arg pred’ MELAKUKAN melakukan’ x ... pred’ x, y pred’ x, y keadaan x
Gambar 1. Hierarki Aktor dan Penderita
Pada hierarki di atas, ‘argumen MELAKUKAN’ berperingkat tertinggi, dan
argumen ini adalah pilihan yang tak bermarkah untuk aktor. Sementara itu, ’argumen pred’ x’
berperingkat terendah dan argumen ini adalah pilihan yang tak bermarkah untuk penderita. Tanda
panah menunjukkan peningkatan pemarkahan pada peristiwa tipe argumen tertentu untuk aktor atau
penderita. Terkait dengan aktor, pilihan yang bermarkah dimungkinkan jika argumen yang
berperingkat lebih tinggi tidak hadir pada klausa. Pada penderita, pilihan itu dimungkinkan apabila
tidak hadir pasien pada klausa.
4. METODE PENELITIAN
Tiga tahapan dalam penelitian ini ialah pengumpulan data, analisis data, dan penyajian
hasil analisis data. Data penelitian ini berupa pola- pola tuturan dan kalimat, utamanya yang
mengekspresikan berbagai perilaku verba BI. Data juga bersumber dari intuisi kebahasaan peneliti.
Data lisan diperoleh melalui penerapan metode simak dan metode cakap. Data tulis BI
dikumpulkan dari surat kabar, majalah, novel, dan kamus. Data intuisi dibangkitkan secara
introspektif untuk melengkapi kekurangan yang ada.
Dalam analisis data digunakan metode padan dan metode agih lihat Sudaryanto, 1993;
Mahsun, 2005; Djajasudarma, 2006. Metode padan berguna dalam penentuan tipe-tipe semantis
verba BI. Contohnya, verba sedih, hancur, dan mengambil digolongkan kelas yang berbeda sebab
ekspresinya
mengacu pada peristiwa yang berbeda. Sedih mengacu pada keadaan mental;
hancur mengacu pada perubahan keadaan; dan mengambil mengacu pada
tindakan. Dengan
demikian, ekspresi ketiga verba ini, secara berurutan, mengacu pada keadaan, proses, dan
tindakan. Metode agih diterapkan untuk
mengidentifikasi peran semantis VBI. Beberapa teknik analisis yang digunakan ialah teknik ganti,
teknik ubah wujud, teknik parafrase, teknik sisip, dan teknik perluas. Melalui penerapan teknik
perluas dan teknik ubah wujud, misalnya, dimungkinkan untuk menunjukkan perbedaan
peran semantis sebuah argumen verba. Tidak semua teknik itu diterapkan sekaligus, tetapi
penggunaannya disesuaikan dengan kebutuhan.
Hasil analisis data disajikan dengan metode informal dan metode formal. Metode
informal tampak dalam penggunaan kata-kata atau kalimat yang dikembangkan secara deduktif dan
induktif. Metode formal direalisasikan melalui pemakaian tanda, gambar, dan diagram untuk
menerangkan contoh-contoh data. Kaidah analisis disajikan melalui teknik konflasi, yaitu penyajian
beberapa kaidah tunggal secara berjalin sedemikian rupa sehingga membentuk satu
gabungan kaidah ganda.
5. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Tipe Semantis VBI
Verba keadaan—dibandingkan dengan verba proses dan verba tindakan—tergolong paling
dasar sebab ekspresi temporalnya sangat terbatas. Semua peristiwa lain dapat dihasilkan dari
keadaan. Umpamanya, peristiwa inkoatif dapat dihasilkan dari keadaan melalui operator ‘menjadi’
dan peristiwa kausatif dibentuk oleh peranti konektif ‘menyebabkan’. Karena verba ini bersifat
statis, properti temporalnya tidak memungkinkan untuk diperluas. Dalam pandangan Mourelatos
1981:192, verba keadaan bertahan selama rentang waktu. Salah satu parameternya, tetapi
parameter ini bukanlah satu-satunya alternatif,
❏ Mulyadi
Kategori dan Peran Semantis Verba Dalam Bahasa Indonesia
LOGAT JURNAL ILMIAH BAHASA DAN SASTRA
Volume V No. 1 April Tahun 2009 Halaman 60
ialah bahwa verba keadaan umumnya tidak menerima bentuk progresif, seperti 3b dan 4b.
3 a. Kartareja percaya akan cerita Sukarya. b. Kartareja sedang percaya akan cerita
Sukarya. 4 a. Mereka mengetahui ceritanya.
b. Mereka sedang mengetahui ceritanya. Kegagalan verba kognisi seperti percaya
dan verba pengetahuan seperti mengetahui menerima progresif dikarenakan peristiwa yang
diekspresikannya menggambarkan keadaan yang sudah ada. Adanya pemarkah progresif justru
mengimplikasikan suatu usaha atau kekuatan dan kedua verba ini tidak memerlukan usaha atau
kekuatan apa pun untuk menghadirkan keadaan. Itu sebabnya, pada latar struktural kalimatnya
menjadi tidak gramatikal.
Verba keadaan mungkin saja terbentuk sebagai hasil dari suatu perubahan dan menyimpan
potensi perubahan, tetapi keadaan itu sendiri bukanlah suatu perubahan. Fakta semantis ini
tampak pada verba emosi seperti mencintai. Walaupun menerima progresif, mencintai tetap
digolongkan sebagai verba keadaan. Ini terjadi karena mencintai merupakan hasil dari suatu
perubahan sehingga di dalam struktur internalnya terdapat suatu proses yang memungkinkannya
menerima bentuk progresif. Dalam perspektif lain, verba mencintai menerima progresif karena verba
itu menyatakan keadaan sementara. Jika 5 diberi keterangan, maknanya adalah ‘Dia sedang
berusaha, dengan mengerahkan tenaga, untuk merasakan sesuatu’.
5 a. Dia mencintai tetangganya. b. Dia sedang mencintai tetangganya.
Hal yang sama juga berlaku untuk verba persepsi, verba volisi, dan verba posesi, yang
secara berurutan diilustrasikan pada 6—8. Dalam struktur internal kelompok verba ini
termuat suatu proses; akibatnya, perilaku semantisnya menerima progresif. Pada ketiga tipe
verba ini, sekalipun terbuka slot untuk dua partisipan, tidak terdapat peralihan tindakan di
antara partisipannya. Implikasinya ialah tidak ada partisipan yang dipengaruhi oleh partisipan lain.
Contohnya, 6 Dia sedang melihat perempuan mandi di
pancuran. 7 Kami sedang ingin makan rujak.
8 Dia sedang mempunyai sebuah mobil baru sekarang.
Tipe verba kedua, yaitu verba proses, secara sederhana merujuk pada anggota verba yang
menempati ranah di luar dari ranah verba keadaan dan verba tindakan. Secara umum istilah ini
hampir sama dengan kelas achievement Vendler Foley dan Van Valin, 1984:37—38; Mourelatos,
1981:191—192, 201; Shirai dan Andersen, 1995:744, atau kelas performansi Kenny
Mourelatos, 1981:192—193, atau kelas inseptif Leech 1981:210—211. Verba proses
mendeskripsikan perubahan suatu entitas dari suatu keadaan menjadi keadaan yang lain. Ini
terjadi karena batas keadaan yang lama telah dilampaui. Di sini ciri atau arah perubahan
keadaan yang baru itu tidak dipersoalkan, kecuali batas yang dilintasinya.
Misalnya, 9 Bunga itu sedang layu.
10 Kakak sedang hamil.
Ciri dinamis juga terdapat pada mekar dan terbit mis. sedang mekar, sedang terbit,
tetapi ciri ini gagal dipenuhi oleh hangus dan putus mis. sedang hangus, sedang putus meskipun
keduanya mengekspresikan perubahan keadaan entitasnya. Namun, Chafe 1970:99
mengingatkan bahwa penggunaan kaidah progresif dalam menentukan kelas semantis verba bersifat
garis besar, bukan ”prosedur penemuan”. Jadi, tidak perlu berpendapat bahwa fakta semantis
tertentu akan konsisten seratus persen dengan beberapa fakta lain. Frawley 1992:153 , kendati-
pun menggunakan lima tes diagnostis, juga menemukan kasus-kasus yang meragukan ketika
menguji fenomena semantis bahasa Inggris.
Hangus dan putus cenderung ditafsirkan statif dalam bahasa Indonesia. Itu sebabnya,
keduanya menolak pemarkah progresif. Namun, kedua verba itu tidak bisa dikelaskan sebagai verba
keadaan sebab ekspresi temporalnya memiliki batas akhir sehingga dapat menerima perfektif
mis. sudah hangus, sudah putus. Keduanya juga kurang tepat ditempatkan di bawah verba tindakan
sebab makna dasarnya tidak menyatakan suatu tindakan. Karena itu, keduanya dimasukkan ke
dalam verba proses.
Karena ciri perfektif, dan juga pungtual, dalam kajian ini sudah dielaborasi, dalam arti
kedua cirinya berfokus pada pengaruh yang diterima penderita—jadi, bukan hanya tindakan
yang sudah selesai dan terjadi dalam waktu singkat, verba proses menolak kedua ciri ini. Ciri
perfektif dan pungtual lebih cocok dikaitkan dengan predikat dua tempat daripada predikat satu
tempat. Pada predikat dua tempat, relasi semantisnya menjadi aktor-penderita, sedangkan
pada predikat satu tempat, hanya ada satu pilihan peran semantisnya: aktor atau penderita.
Verba proses bahasa Indonesia umumnya tidak bermarkah, kecuali verba yang terbentuk
❏ Mulyadi
Kategori dan Peran Semantis Verba Dalam Bahasa Indonesia
LOGAT JURNAL ILMIAH BAHASA DAN SASTRA
Volume V No. 1 April Tahun 2009 Halaman 61
sebagai hasil derivasi dari adjektiva prototip. Selain itu, proses derivasi dengan prefiks me-
hanya dimungkinkan pada dasar yang mengandung ciri semantis keadaan untuk membentuk verba
proses. Namun, pada verba yang sudah mengandung ciri proses, pelekatan prefiks me-
menjadi tidak gramatikal; misalnya, menghancur, menyakit, memandul, menjatuh, dan
menimbul.
Lebih lanjut, salah satu ciri semantis verba tindakan, dan ciri ini sama dengan verba
proses, ialah sifatnya yang dinamis. Ini berarti bahwa ekspresi temporal verba tindakan dapat
diperluas. Ciri ini terdapat pada verba gerakan seperti pergi, berlari, dan melompat, atau verba
ujaran seperti membujuk, melarang, dan menghina.
11
a. Pemuda itu melompat dari tempat
duduknya. b. Ibu membujuk Maria.
12 a. Pemuda itu sedang melompat dari tempat duduknya.
b. Ibu sedang membujuk Maria. Pada 11, batas temporal atau titik acuan
melompat dan membujuk bersifat implisit. Dalam sebuah wacana batas temporalnya dapat bersifat
eksplisit, seperti diilustrasikan oleh pemakaian adverbia temporal ketika saya masuk pada 13.
13 Ketika saya masuk, pemuda itu sedang melompat dari tempat duduknya.
Properti semantis lain yang melekat pada verba tindakan ialah kepungtualan. Properti ini
selain terdapat pada verba ujaran dan verba gerakan, juga pada verba perpindahan, seperti
merampas, mencubit, dan memukul. Contoh 14c tidak berterima sebab tindakan entitas mempunyai
interval waktu yang terbatas. Dengan kata lain, mencubit tidak memiliki tahap transisi yang jelas
di antara batas awal dan batas akhir. 14 a. Sophia mencubit hidung Indra.
b. Sophia mencubit hidung Indra dengan
cepat. c. ??Sophia mencubit hidung Indra dengan
lambat. Ciri kepungtualan pada hakikatnya
menyangkut masalah tingkatan. Maksudnya, berbagai verba yang diklasifikasikan sebagai verba
tindakan memiliki tingkat kepungtualan yang berbeda. Jadi, walaupun merampas, memukul, dan
mencubit lebih pungtual daripada membakar, membantu, dan membeli, bukan berarti verba-
verba ini tidak pungtual. Oleh karenanya, semua verba ini tetap digolongkan verba tindakan.
Verba tindakan juga mensyaratkan keperfektifan. Banyak verba memenuhi ciri ini.
Selain beberapa contoh di atas, ciri ini ditemukan pada verba membantai, menghantam, menikam,
dan memancung. Verba-verba ini mengungkapkan bahwa tindakan aktor sudah selesai dan penderita
dipengaruhi sepenuhnya. Kalimat seperti 15 Munadi menghantam kepala Ngatemi.
16 Mereka memancung lehernya. dengan jelas menggambarkan bahwa aktor
bertindak pada penderita dan penderita menerima pengaruh tindakan tersebut sepenuhnya.
Pemetaan ciri temporal itu pada ketiga klasifikasi VBI, yakni keadaan, proses, dan
tindakan, memperlihatkan properti berikut. Verba keadaan dan verba proses tergolong imperfektif
dan tak pungtual, tetapi verba proses bersifat dinamis. Verba tindakan memenuhi semua properti
semantis itu. Pemetaan ketiga ciri temporal tersebut pada VBI diilustrasikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Properti Temporal VBI
Properti Temporal
Keadaan Proses Tindakan
Dinamis - + + Perfektif
- -
+ Pungtual
- -
+
Berdasarkan perangkat makna asali, tipe keadaan, proses, dan tindakan memiliki subtipe
masing-masing. Verba keadaan memuat subtipe verba kognisi ‘pikir’, verba pengetahuan ‘tahu’,
verba perasaan ‘rasa’, verba persepsi ‘lihat’ dan ‘dengar’, verba volisi ‘ingin’, dan verba posesi
‘punya’. Verba perasaan mempunyai dua kelas verba bawahan: emosi dan sensasi. Perbedaan
keduanya didasari oleh fakta bahwa verba emosi mis. sedih, marah, takjub, dan ngeri dibentuk
oleh sintaksis MSA ‘X merasakan sesuatu’, sementara verba sensasi mis. lapar, lelah, gatal,
dan mengantuk dibentuk oleh sintaksis MSA ‘X merasa seperti Y. Jelasnya, ekspresi “merasa
lapar”, misalnya, dapat diparafrase sebagai berikut: ‘X merasa seperti orang yang tidak makan apa pun
dalam waktu lama dan ingin makan sesuatu karena itu.’
Verba proses memiliki dua subtipe: peristiwa dan gerakan nonagentif. Verba peristiwa
terbagi atas verba kejadian dalam pola sintaksis ‘sesuatu terjadi pada sesuatu’, mis. hancur, lebur,
retak, dan patah, dan verba proses badani dalam pola sintaksis ‘sesuatu terjadi pada seseorang’,
mis. sakit, mengidam, demam, dan mabuk. Verba gerakan nonagentif yang tidak memuat gagasan
kendali terdapat pada verba-verba, seperti
❏ Mulyadi
Kategori dan Peran Semantis Verba Dalam Bahasa Indonesia
LOGAT JURNAL ILMIAH BAHASA DAN SASTRA
Volume V No. 1 April Tahun 2009 Halaman 62
tumbang, longsor, menggelinding, dan runtuh ‘sesuatu bergerak di tempat ini’ di satu sisi dan
verba-verba, seperti jatuh, terpeleset, terjungkang, dan terperosok ‘seseorang bergerak di tempat ini’
di sisi lain.
Verba tindakan mengandung tiga subtipe, yakni verba gerakan agentif, verba ujaran, dan
verba perpindahan. Makna verba perpindahan sangat kompleks sebab dapat menurunkan makna
sejumlah verba, antara lain, ‘menampilkan’, ‘mencipta’, mengambil, memberi, membawa,
‘menyentuh’, ‘mengonsumsi’, memotong, merusak, dan memukul. Klasifikasi VBI
diringkas pada Tabel 3. Tabel 3. Tipe Semantis VBI
Tipe Verba Subtipe Sub-
Subtipe Contoh
Kognisi memercayai,
menduga, merenung Pengetahuan mengetahui,
mengerti, mengenal Emosi gembira,
kecewa, menyesal
Perasaan Sensasi
puas, gatal, haus Persepsi
memandang, menonton,
mendengar Volisi
berkehendak, bermaksud, berniat
KEADAAN
Posesi mempunyai,
memiliki Kejadian hancur,
pecah, patah
Peristiwa Proses
Badani sakit, hamil, mabuk
PROSES Gerakan
Nonagentif tumbang,
jatuh, terpelanting
Gerakan Agentif
pergi, berjalan,
memanjat Ujaran
meminta, memuji,
menuduh Tampilan bernyanyi, menari,
berdansa Ciptaan menulis,
mengarang, mencetak
Sentuhan menyentuh, memegang, meraba
Ambilan mencuri, menculik,
memungut Berian menyumbang,
membeli, mengajar Bawaan mengangkat,
memikul, mengusung
Konsumsi makan, melahap, minum
Potongan menebang, membelah,
menyayat Pukulan menghajar,
meninju, menerjang TINDAKAN
Perpindahan
Rusakan merusak, membongkar,
menjebol
5.2 Peran Semantis VBI