TINJAUAN PUSTAKA Kategori Dan Peran Semantis Verba Dalam Bahasa Indonesia

❏ Mulyadi Kategori dan Peran Semantis Verba Dalam Bahasa Indonesia LOGAT JURNAL ILMIAH BAHASA DAN SASTRA Volume V No. 1 April Tahun 2009 Halaman 56 KATEGORI DAN PERAN SEMANTIS VERBA DALAM BAHASA INDONESIA Mulyadi Universitas Sumatera Utara Abstract This paper attempts to present the verb category and the semantic roles of the verb arguments in Bahasa Indonesia. The formulation of the verb is measured by time stability- scale. Verb category applies the natural semantic metalanguage theory and concept of semantic roles adopts generalised semantic roles theory. The Indonesian verbs have three main classes, i.e. states, processes, and actions. The state verbs consist of cognition, knowledge, feeling, perception, volition, and possession types; the process verbs include event and non-agentive motion types; and the action verbs comprise with agentive motion, utterance, and movement. The semantic roles of the state verbs are experiencer and experiencer-locativethemestimulus, except for perception verbs that have agent-stimulus relations. The participants of the process verbs are patient and the roles in the derivation system are patient and theme. For the action verbs, the participants are effector and agent while the patient becomes locative, theme, and patient. Keywords: semantic role, verb, semantic classes, semantic primes, generalised semantic roles

1. PENDAHULUAN

Artikel ini membahas dua masalah pokok yang menyangkut semantik verba bahasa Indonesia VBI, yakni kategori semantis dan peran semantis. Kajian ini penting sebab berbasis pada kriteria semantis—dan bukan kriteria struktural—dalam menelaah semantik VBI. Dalam kajian sebelumnya periksa Tampubolon, dkk., 1979, 1988; Moeliono, dkk., 1988; band. Mulyadi 1998, VBI digolongkan atas keadaan mis. tinggal, terlambat, bergetar, proses mis. menyukai, tumbuh, pecah, dan tindakan mis. mandi, menjumpai, berlari dengan menggunakan kriteria struktural sehingga hasilnya patut dipertanyakan. Misalnya, beberapa verba yang secara semantis mirip dipisahkan menjadi dua kelas yang berbeda, sedangkan beberapa verba yang berbeda secara semantis justru dikelompokkan ke dalam kelas yang sama. Penetapan ketiga kelas itu tampaknya terlalu sederhana untuk mencakup seluruh ranah makna VBI. Tiga kelas VBI kiranya mempunyai kelas bawahan tersendiri. Fakta lain yang ditemukan ialah bahwa peran semantis VBI belum disinggung sama sekali, kecuali oleh Mulyadi 1998. Namun, kelas dan peran semantis VBI yang diusulkannya tampaknya perlu dielaborasi mengingat ada kelas semantis verba, seperti verba sensasi, verba posesi, dan verba volisi, yang belum termuat dalam pembagiannya. Hal ini tentunya berimplikasi pada pemetaan peran semantis VBI. Nyatanya, ada relasi yang kuat antara perbedaan kelas semantis verba dan peran semantis argumennya. Melalui pemetaan peran semantis dimungkinkan untuk mengenali berbagai argumen semantis verba meskipun verba itu diekspresikan dalam konfigurasi sintaktis yang berbeda. Sebagai ilustrasi, pertimbangkan peran semantis verba mencintai 1a dan menampar 1b di bawah ini. 1 a. Tigor Pengalam mencintai gadis itu Stimulus b. Tigor Agen menampar gadis itu Pasien . Pada contoh di atas, mencintai tergolong verba keadaan dan menampar verba tindakan. Disebut verba keadaan sebab mencintai mendeskripsikan keadaan perasaan yang dialami oleh partisipan Tigor terhadap partisipan lain gadis itu. Sebaliknya, menampar mengimplikasikan tindakan satu partisipan kepada partisipan lain. Akibat perbedaan kelas semantis ini, mencintai dan menampar memiliki peran semantis yang berbeda. Pada 1a Tigor berperan sebagai pengalam dan gadis itu sebagai stimulus, tetapi pada 1b Tigor adalah agen dan gadis itu adalah pasien.

2. TINJAUAN PUSTAKA

Dalam analisis semantis status keanggotaan verba perlu diidentifikasi dengan tepat. Dalam penelitian Tampubolon, dkk. 1979, kelas verba ditentukan ❏ Mulyadi Kategori dan Peran Semantis Verba Dalam Bahasa Indonesia LOGAT JURNAL ILMIAH BAHASA DAN SASTRA Volume V No. 1 April Tahun 2009 Halaman 57 secara sintaktis. Dikatakan bahwa verba ialah semua kata yang berfungsi sebagai predikat dalam kalimat. Karena dalam bahasa Indonesia pengisi slot predikat termasuk adjektiva, mereka menggolongkan adjektiva seperti putih, kekar, dan cantik sebagai verba. Moeliono, dkk. 1988 secara eksplisit membedakan verba dengan adjektiva melalui prefiks ter- yang bermakna ‘paling’. Adjektiva dapat diberi prefiks ter- mis. terdingin, tersulit, sedangkan verba tidak bisa diberi prefiks ter- mis. tersukar. Verba adalah sebuah kategori gramatikal. Sebagai kategori semantis, verba mengacu pada peristiwa periksa Leech 1981:168; Givon 1984:51—52; Frawley 1992:141. Pengertian semacam ini tidak terdapat dalam tulisan Tampubolon, dkk. dan Moeliono, dkk. Berpangkal pada ekspresi peristiwa, perbedaan verba dengan adjektiva sejatinya dapat ditentukan; begitu juga klasifikasi verba. Akan tetapi, pengujiannya harus berbasis pada kriteria semantis. Lebih lanjut, Tampubolon, dkk. 1979, 1988 dan Moeliono, dkk. 1988 berpendapat bahwa VBI memiliki tiga kelas utama: keadaan, proses, dan aksi perbuatan. Status keanggotaan sebuah verba mereka uji dengan konstruksi interogatif. Jawaban terhadap tes seperti 2 a. X dalam keadaan apa? b. Apa yang terjadi pada X? c. X melakukan apa? secara berurutan mengacu pada anggota verba keadaan, verba proses, dan verba aksi. Dalam hal ini, X mengacu pada entitas. Namun, hasil tes ini menimbulkan keraguan. Tampobolon, dkk. 1979:17—18 berpendapat bahwa bosan dan takut adalah verba keadaan, sementara bimbang adalah verba proses; datang adalah verba proses dan pergi verba aksi 1979:25—30. Yang ganjil, verba tahu dan bosan justru mereka tempatkan dalam kelas yang sama kendatipun mengacu pada peristiwa yang berbeda; begitu pula, verba seperti dengar, ingat, dan bimbang. Pada bagian yang lain, sejumlah ahli lihat, antara lain, Chafe 1970; Mourelatos 1981; Leech 1981; Foley dan Van Valin 1984; Frawley 1992; Van Valin dan LaPolla 1999; Van Valin 2005 sudah mengusulkan kategorisasi verba bahasa Inggris, tetapi verba tidak sepenuhnya diperlakukan sebagai fenomena semantis. Ini terlihat dari penggunaan tes struktural. Kecuali itu, karena menggunakan sumber data bahasa Inggris, verba yang dibahas kurang sesuai dengan VBI sebab menyangkut perbedaan morfologi kedua bahasa.

3. KONSEP DAN LANDASAN TEORI