yang dapat membantu usaha mereka dan diharapkan sesuai dengan harapan masyarakat.
Namun demikian, dalam pelaksanaan operasionalnya, usaha BPRS telah dihadapkan pada kenyataan bahwa sebagian besar masyarakat masih belum
memiliki pengetahuan dan informasi yang memadai tentang produk dan sistem operasional bank syariah. Faktor internal dan ekternal dalam pelaksanaan
operasional BPRS juga turut menentukan keberhasilan dan bermanfaatnya BPRS di tengah masyarakat. Dukungan dan kepercayaan seluruh masyarakat, regulasi
yang kondusif bagi pelaksanaan opersional BPRS, dan peran aktif semua pihak sangat diharapkan dalam memajukan BPRS.
2.3.2 Sejarah Perkembangan
Di Indonesia terdapat dua dua lembaga keuangan, yaitu Lembaga Keuangan Non Bank LKNB dan Lembaga Keuangan Bank perbankan.
Menurut jenisnya, lembaga keuangan bank perbankan terdiri dari : a.
Bank umum b.
Bank Perkreditan Rakyat BPR Undang-undang No. 10 Tahun 1998 yang merubah Undang-undang No. 7
Tahun 1992 tentang Perbankan nampak Iebih jelas dan tegas mengenai status perbankan syariah, sebagaimana disebutkan dalam pasal 13, Usaha Bank
Perkreditan Rakyat. Pasal 13 huruf C berbunyi sebagai berikut, menyediakan pembiayaan dan penempatan dana berdasarkan prinsip syari’ah, sesuai dengan
ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. Keberadaan BPRS secara khusus dijabarkan dalam bentuk Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No.
3234KepDir, tanggal 12 Mei 1999 tentang Bank Umum berdasarkan Prinsip
Universitas Sumatera Utara
Syari’ah, dan Surat Keputusan lDireksi Bank Indonesia No. 3236KeDir, tertanggal 12 Mei 1999 dan Surat Edaran Bank Indonesia No. 324KPPB tanggal
12 Mei 1999 tentang Bank Perkreditan Rakyat Berdasarkan Prinsip Syari’ah. Perkembangan bank syariah dari awal keberadaannya hingga November
2001 terdapat 81 BPRS. BPRS tersebut distribusi jarngan kantor tersebar pada 18 provinsi yang berada di Indonesia.
2.3.3 Pendirian BPR Syari’ah
Dalam mendirikan BPRS, ada beberapa hal yang harus dipenuhi, antara lain:
a. Persyaratan umum
b. Permohonan izin pninsip
c. Permohonan izin usaha
d. Persiapan pra operasional
e. Laporan pembukuan
2.3.3.1 Persyaratan Umum
1. BPRS yang telah memperoleh izin dari Menteri Keuangan mendengar
pertimbangan Bank Indonesia. 2.
Bentuk badan hukum BPRS, perusahaan daerah, koperasi dan Perseroan Terbatas PT.
3. Didirikan dan dimiliki oleh Pemda, koperasi dan Perseroan Terbatas PT.
4. Tempat kedudukan BPRS di kecamatan di luar ibu kota negara, ibu kota
Dati I dan Dati II 5.
Wilayah pelayanan mencakup desa-desa dan perkotaan di satu wilayah kecamatan kedudukan BPRS.
Universitas Sumatera Utara
6. Usaha meliputi tabungan dan deposito berjangka memberikan kredit
kepada pengusaha kecil. 7.
Modal disetor minimal Rp50.000.000,- 8.
Penanaman modal aktiva tidak boleh melebihi 50 modal sendiri. 9.
Mayoritas direksi harus berpengalaman dalam opersional bank minimal satu tahun.
2.3.3.2 Permohonan Izin Prinsip
1. BPR Syariah berbentuk Perseroan Terbatas
1.1. Siapkan modal disetor minimal Rp15.000.000,- atau 30 dari total
modal disetor. 1.2.
Siapkan minimal dua nama yang akan dipakai BPRS dan selanjutnya mintakan persetujuan ke Departemen Kehakiman.
2. BPR Syari’ah tidak berbentuk Perseroan Terbatas Menyesuaikan diri
dengan ketentuan yang telah digariskan oleh departemen terkait. 3.
Permohonan izin prinsip Mengajukan permohonan tertulis dialamatkan ke Menteri Keuangan RI
dengan melampirkan: a.
Rencana akte pendirian dan Anggaran Dasar AD BPRS b.
Rencana kerja BPR Syari’ah pada tahun pertama c.
Daftar calon direksi, dewan komisaris dan pengawas Syariah d.
Photocopy bukti setoran sebesar Rp15.000,000 pada rekening Menteri Keuangan pada bank pemerintah, yang merupakan 30 dari modal
disetor minimum dan telah dilegalisir oleh Bank Pemerintah yang bersangkutan.
Universitas Sumatera Utara
2.3.3.3 Permohonan Izin Usaha
Mengajukan permohonan izin usaha dan diajukan ke Menteri Keuangan RI dengan melampirkan:
a. Photocopy bukti setoran sebesar Rp35.000,000 pada rekening Menteri
Keuangan pada bank pemerintah, yang merupakan 70 dari modal disetor minimum dan telah dilegalsir oleh bank pemerintah bersangkutan.
b. Copy Anggaran Dasar AD BPRS yang telah disahkan Menteri
Kehakiman RI. c.
Photocopy NPWP BPR Syari’ah. d.
Menyampaikan prosedur dan sistem tata kerja BPRS disertai warkat yang akan digunakan.
e. Mengirimkan data pengurus BPRS.
f. Photocopy situasi dan kondisi perkantoran dan peralatan BPRS.
2.3.3.4 Persiapan Pra Opersional BPR Syari’ah
BPRS yang telah memperoleh izin usaha harus ke Pemda setempat untuk memperoleh: WDP Wajib Daftar Perusahaan dan SITU Surat Izin Tempat
Usaha, serta harus telah melakukan kegiatan opersionalnya selambat-lambatnya tiga bulan sejak dikeluarkannya izin dimaksud.
BPRS pun harus melakukan market development serta membuat brosur produk bank dan mempersiapkan logo bank.
2.3.3.5 Laporan Pembukuan
Laporan pembukuan BPRS pada hari pertama operasi harus dilaporkan kepada Bank Indonesia setempat dengan melampirkan neraca awal.
Universitas Sumatera Utara
2.3.4 Tujuan Pendirian
Tujuan pendirian BPRS antara lain: 1.
Meningkatkan kesejahteraan ekonomi ummat Islam, terutama masyarakat golongan ekonomi lemah.
2. Mengurangi urbanisasi.
3. Menambah lapangan kerja, terutama di kecamatan-kecamatan
4. Meningkatkan pendapatan perkapita.
5. Membina semangat ukhuwah Islamiah melalui kegiatan ekonomi.
6. Diarahkan untuk memenuhi kebutuhan jasa pelayanan perbankan bagi
masyarakat pedesaan. 7.
Menunjang pertumbuhan modernisasi ekonomi pedesaan. 8.
Melayani kebutuhan modal dengan prosedur pemberian kredit yang mudah dan sederhana.
9. Menampung dan menghimpun tabungan masyarakat. Dengan demikian
BPRS dapat turut memobilisasi modal untuk keperluan pembangunan dan turut mendidik rakyat dalam berhemat dan menabung; dengan
menyediakan tempat yang dekat, aman dan mudah untuk meyimpan uang bagi penabung kecil
2.3.5 Kegiatan Usaha