BAB IV KEBIJAKAN PENANGGULANGAN
TINDAK PIDANA KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DI KOTA MEDAN DI MASA DEPAN
A. Kebijakan Penanggulangan Kejahatan Criminal Policy
1. Kebijakan Penanggulangan dengan Hukum Pidana Penal Policy
Kejahatan atau tindak kriminil merupakan salah satu bentuk dari “perilaku menyimpang”
209
yang selalu ada dan melekat pada tiap bentuk masyarakat; tidak ada masyarakat yang sepi dari kejahatan. Menurut
Saparinah Sadli, perilaku menyimpang itu merupakan suatu ancaman yang nyata atau ancaman terhadap norma-norma sosial yang mendasari
kehidupan atau keteraturan sosial; dapat menimbulkan ketegangan inividual maupun ketegangan-ketegangan sosia; dan merupakan masalah
kemanusiaan, ia juga merupakan masalah sosial;
210
malahan menurut Benedict S. Alpen merupakan “the oldest social problem”.
211
Terhadap masalah kemanusiaan dan masalah kemasyarakatan yang tertua ini telah banyak usaha-usaha penanggulangan yang dilakukan dalam
berbagai cara. Salah satu usaha pencegahan dan pengendalian kejahatan itu ialah menggunakan hukum pidana dengan sanksinya yang berupa pidana.
209
Saparinah Sadli, Persepsi sosial mengenai perilaku menyimpang, Bulan Bintang, Jakarta, 1976, hal. 56 merumuskan “perilaku menyimpang” sebagai “tingkah laku yang dinilai menyimpang
dan aturan-aturan normatif yang berlaku”.
210
M. Ancel, Social Defence, A Modern Approach to Criminal Problems, London: Routledge Kegan Paul, 1965, hal. 99.
211
Benedict S.Alper, Changing Concept of Crime and Criminal Policy, Resource Material Series, No. 6, Unafei Tokyo, 1973, hal. 85.
Anda Nurani : Peran Polri Dalam Penanggulangan Tindak Pidana Kekerasan Dalam Rumah Tangga Di Kota Medan, 2008 USU Repository © 2008
Namun demikian, usaha inipun masih sering dipersoalkan. Menurut Herbert L. Packer, usaha pengendalian perbuatan anti-sosial dengan mengenakan
pidana pada seseorang yang bersalah melanggar peraturan pidana merupakan “suatu problem sosial yang mempunyai dimensi hukum yang
penting”.
212
Penggunaan upaya hukum, termasuk hukum pidana, sebagai salah satu upaya untuk mengatasi masalah sosial termasuk karena tujuannya
adalah untuk mencapai kesejahteraan masyarakat pada umumnya, maka kebijakan sosial, yaitu segala usaha yang rasional untuk mencapai
kesejahteraan masyarakat.
213
Menurut G. Peter Hoefnagels kebijakan penanggulangan kejahatan atau yang biasa dikenal dengan istilah “politik kriminal” dapat meliputi ruang
lingkup yang cukup luas. G. Peter Hoefnagels menggambarkan ruang lingkup “Criminal policy” dengan skema sebagai berikut:
214
212
Herbert L. Packer, The Limits of Criminal Sanction, Stanford University Press, California, 1968, hal. 3.
213
Muladi Barda Nawawi Arief, Teori-teori dan Kebijakan Pidana, Bandung: P.T. ALUMNI, 2005, hal. 149.
214
G. Peter Hoefnagels, op. cit., hal. 56.
Anda Nurani : Peran Polri Dalam Penanggulangan Tindak Pidana Kekerasan Dalam Rumah Tangga Di Kota Medan, 2008 USU Repository © 2008
Criminal Policy
Influencing view of Criminal law application
Prevention without society on crime and
practical criminology punishment
Punishment mass media
- adm.of criminal justice - social policy
in narrow sense: - criminal legislation
- community planning - criminal jurisprudence
mental health -
criminal proces in wide sense
- sentencing - national mental health
- forensic
psychiatry social
work child
welfare and psychology
- forensic social work - administrative civil law
- crime, sentence execution and policy statistic
Gambar 1 : Criminal Policy Dari skema di atas terlihat bahwa menurut G. Peter Hoefnagels upaya
penanggulangan kejahatan dapat ditempuh dengan: a. penerapan hukum pidana crimina law application
b. pencegahan tanpa pidana prevention without punishment c. mempengaruhi pandangan masyarakat mengenai kejahatan dan
pemidanaan lewat media massa influencing views of society on crime and punishmentmass media
Dengan demikian, upaya penanggulangan kejahatan secara garis besar dapat dibagi 2 dua, yaitu lewat jalur “penal” hukum pidana dan lewat
jalur “non-penal” bukandi luar hukum pidana. Dalam pembagian
Anda Nurani : Peran Polri Dalam Penanggulangan Tindak Pidana Kekerasan Dalam Rumah Tangga Di Kota Medan, 2008 USU Repository © 2008
G.P.Hoefnagels di atas, upaya-upaya yang disebut dalam butir b dan c dapat dimasukkan dalam kelompok upaya “non-penal”.
Penanggulangan kejahatan dengan mengunakan hukum pidana merupakan cara yang paling tua, setua perdaban manusia itu sendiri. Ada
pula yang menyebutnya sebagai “older philosophy of crime control”.
215
Dilihat sebagai suatu masalah kebijakan maka ada yang mempermasalahkan
apakah perlu kejahatan itu ditanggulangi, dicegah, atau dikendalikan dengan menggunakan sanksi pidana.
216
Istilah “kebijakan” berasal dari bahasa Inggris “policy” atau bahasa Belanda “politiek”. Istilah ini dalam bahasa indonesia sering diterjemahkan
dengan kata “politik”, oleh karena itu kebijakan hukum pidana biasa disebut juga politik hukum pidana. Berbicara mengenai politik hukum pidana, maka
tidak terlepas dari pembicaraan mengenai politik hukum secara keseluruhan karena hukum pidana adalah salah satu bagian dari ilmu hukum.
215
Gene Kassebaum, Delinquency and Social Policy, London: Prentice-Hall, Inc, 1974, hal. 93.
216
Muladi, op. cit., hal. 149. Lihat juga H.L. Packer, Op. Cit., hal. 364-366. Membicarakan masalah pidana dengan segala keterbatasannya dan menyimpulkan:
a. Sanksi pidana sangatlah diperlukan; kita tidak dapat hidup, sekarang maupun di masa yang akan datang, tanpa pidana. The criminal sanction is indispensable; we could not, no or in the foreseeable
future, get along without it. b. Sanksi pidana merupakan alat atau sarana terbaik yang tersedia, yang kita miliki untuk mengahadapi
kejahatan atau bahaya besar dan segera serta untuk menghadapi ancaman-ancaman dari bahaya. The criminal sanction is the best available device we have for dealing with gross and immediate harms and
threats of harm. c. Sanksi pidana suatu ketika merupakan “penjamin yang utama terbaik” dan suatu ketika merupakan
“pengancam yang utama” dari kebebasan manusia. Ia merupakan penjamin apabila digunakan secara hemat-cermat dan secara manusiawi; ia merupakan pengancam apabila digunakan secara
semabarangan dan secara paksa.The criminal sanction is at once prime guarantor and prime threatener of human freedom. Used profidently and humanely, it is gurantor; used indiscriminately
and coercively, it is threatener.
Anda Nurani : Peran Polri Dalam Penanggulangan Tindak Pidana Kekerasan Dalam Rumah Tangga Di Kota Medan, 2008 USU Repository © 2008
Menurut Soedarto, politik hukum adalah usaha untuk mewujudkan peraturan-peraturan yang baik dengan situasi dan kondisi tertentu. Secara
mendalam dikemukakan juga bahwa politik hukum merupakan kebijakan negara melalui alat-alat perlengkapannya yang berwenang untuk
menetapkan peraturan-peraturan yang dikehendaki dan diperkirakan dapat digunakan untuk mengekspresikan apa yang terkandung dalam masyarakat
dalam rangka mencapai apa yang dicita-citakan.
217
Senada dengan pernyataan di atas Solly lubis juga menyatakan bahwa politik hukum adalah kebijaksanaan politik yang menentukan peraturan
hukum apa yang seharusnya berlaku mengatur berbagai hal kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
218
Mahfud M.D., juga memberikan defenisi politik hukum sebagai kebijakan mengenai huku yang akan atau telah
dilaksanakan secara nasional oleh pemerintah. hal ini juga mencakup pula pengertian tentang bagaimana politik mempengaruhi hukum dengan cara
melihat konfigurasi kekuatan yang ada di belakang pembutaan dan penegakan hukum itu. Dalam konteks ini hukum tidak bisa hanya dipandang
sebagai pasal-pasal yang bersifat imperatif, melainkan harus dipandang sebagai subsistem yang dalam kenyataannya bukan tidak mungkin sangat
217
Soedarto, Hukum dan Hukum Pidana, Bandung: Alumni, 1981, hal. 159. Lihat juga Soedarto, Hukum Pidana dan Perkembangan Masyarakat, Bandung: Sinar Baru, 1983, hal. 20.
218
Solly Lubis, Serba Serbi Politik dan Hukum, Bandung: Mandar Maju, 1989, hal. 49.
Anda Nurani : Peran Polri Dalam Penanggulangan Tindak Pidana Kekerasan Dalam Rumah Tangga Di Kota Medan, 2008 USU Repository © 2008
ditentukan oleh politik, baik dalam perumusan materinya pasal-pasal, maupun dalam penegakannya.
219
Secara umum dapat ditarik kesimpulan bahwa politik hukum pidana merupakan upaya menentukan ke arah mana pemberlakuan hukum pidana
Indonesia masa yang akan datang dengan melihat penegakannya saat ini. Hal ini juga berkaitan dengan konseptualisasi hukum pidana yang paling baik
untuk diterapkan.
220
Lebih lanjut Soedarto mengungkapkan melaksanakan politik hukum pidana berarti mengadakan pemilihan dalam rangka mencapai
hasil perundang-undangan pidana yang paling baik dengan memenuhi syarat keadilan dan dayaguna.
221
A. Mulder mengemukakan secara rinci tentang ruang lingkup hukum pidana yang menurutnya bahwa politik hukum pidana
adalah garis kebijakan untuk menentukan: a Seberapa jauh ketentuan- ketentuan pidana yang berlaku perlu dilakukan perubahan atau diperbaharui;
b apa yang dapat diperbuat untuk mencegah terjadinya kejahatan; c cara bagaimana penyidikan, penuntutan, peradilan dan pelaksanaan pidana harus
dilaksanakan.
222
Berdasarkan pengertian
politik hukum pidana yang dikemukakan oleh A. Mulder di atas, maka ruang lingkup kebijakan hukum pidana ini
sesungguhnya meliputi masalah yang cukup luas, yaitu meliputi evaluasi
219
Mahfud M.D, Politik Hukum di Indonesia, Jakarta: LP3ES, 1989, hal. 1-2.
220
Mahmud Mulyadi, Kebijakan Hukum Pidana Penal Policy , Materi Perkuliahan Pembaharuan Hukum Pidana Program S2 Ilmu Hukum SPS USU, hal. 2.
221
Soedarto, op. cit., hal. 161.
222
Barda Nawawi Arief, op. cit., hal. 28.
Anda Nurani : Peran Polri Dalam Penanggulangan Tindak Pidana Kekerasan Dalam Rumah Tangga Di Kota Medan, 2008 USU Repository © 2008
terhadap substansi hukum pidana yang berlaku saat ini untuk pembaharuan substansi hukum pidana pada masa yang akan datang, dan bagaimana
penerapan hukum pidana ini melalui komponen Sistem Peradilan Pidana, serta yang tidak kalah pentingnya adalah upaya pencegahan terhadap
kejahatan. Upaya pencegahan ini berarti bahwa hukum pidana juga harus menjadi salah satu instrumen pencegah kemungkinan terjadinya kejahatan.
Ini juga berarti bahwa penerapan hukum pidana harus mempunyai pengaruh yang efektif untuk mencegah sebelum suatu kejahatan terjadi.
Soedarto pernah mengemukakan apabila hukum pidana hendak digunakan, hendaknya dilihat dalam hubungan keseluruhan politik kriminil
atau “social defence planning” yang ini pun harus merupakan bagian integral dari rencana pembangunan nasional.
223
Tujuan akhir dari kebijakan kriminil ialah “ perlindungan masyarakat” untuk mencapai tujuan utama yang sering
disebut dengan berbagai istilah misalnya “kebahagiaan warga masyarakatpenduduk” happiness of the citizens; “kehidupan kultural yang
sehat dan menyegarkan “ a wholesome and cultural living, “kesejahteraan masyarakat” social welfare atau untuk mencapai “keseimbangan”
equality.
224
223
Soedarto, op. cit., hal. 104. Lihat juga W. Clifford, Reform in Criminal Justice in Asian and The Far East. Resourse Material Series 6, UNAFEI, 1973, hal. 7:… there is the need for a wider
view of criminal policy as an integral part of general political an social policy of given country. Lihat juga G.P. Hoefnagels, op. cit., hal. 57: “Criminal policy as a science of policy is part of a larger
policy; the law enforcement policy… the legislative and enforcement policy is in turn part of social policy”
224
‘Summary report’ dari 34
th
International Training Course yang diselenggarakan di UNAFEI di Tokyo th. 1973 mengemukakan: “ Most of the group members agreed after disscusion that
Anda Nurani : Peran Polri Dalam Penanggulangan Tindak Pidana Kekerasan Dalam Rumah Tangga Di Kota Medan, 2008 USU Repository © 2008
2. Kebijakan Penanggulangan Tanpa Hukum Pidana Non Penal Policy