2. Kebijakan Penanggulangan Tanpa Hukum Pidana Non Penal Policy
Upaya penanggulangan
kejahatan lewat jalur “penal” lebih menitik beratkan pada sifat “repressive” penindasanpemberantasanpenumpasan
sesudah kejahatan terjadi, sedangkan jalur “non-penal” lebih menitikberatkan pada sifat “preventive” pencegahanpenangkalanpengendalian sebelum
kejahatan terjadi. Dikatakan sebagai perbedaan secara kasar, karena tindakan represif pada hakikatnya juga dapat dilihat sebagai tindakan
preventif dalam arti luas.
225
Mengingat upaya
penanggulangan kejahatan lewat jalur “non-penal”
lebih bersifat tindakan pencegahan untuk terjadinya kejahatan, maka sasaran utamanya adalah menangani faktor-faktor kondusif penyebab terjadinya
kejahatan. Faktor-faktor kondusif itu antara lain berpusat pada masalah- masalah atau kondisi-kondisi sosial yang secara langsung atau tidak
langsung dapat menimbulkan atau menumbuhsuburkan kejahatan. Dengan demikian, dilihat dari sudut politik kriminal secara makro dan global, maka
upaya-upaya non-penal menduduki posisi kunci dan strategis dari keseluruhan upaya politik kriminal.
226
“protection of the society “ could be accepted as the final goal of criminal policy, although not the ultimate aim of society, which might perhaps be described by terms like “happiness of the citizens”, “a
wholesome and cultur living”, “social welfare”or “equality”. Demikian juga seminar kriminologi ketiga tahun 1976 di Semarang menyimpulkan: “Hukum pidana hendaknya dipertahankan sebagai
salah satu sarana untuk “social defence” dalam arti melindungi masyarakat terhadap kejahatan…”
225
Sudarto, Kapita selekta Hukum Pidana, Bandung: P.T.ALUMNI, 1981, hal. 118.
226
Barda Nawawi Arief, Bunga Rampai, Kebijakan Hukum Pidana, Bandung, P.T.Citra Aditya Bakti, Bandung, 2005, hal. 42-43.
Anda Nurani : Peran Polri Dalam Penanggulangan Tindak Pidana Kekerasan Dalam Rumah Tangga Di Kota Medan, 2008 USU Repository © 2008
Usaha-usaha non penal dapat meliputi bidang yang sangat luas sekali
diseluruh sektor kebijkan sosial. Misalnya penyantunan dan pendidikan sosial dalam rangka mengembangkan tanggung jawab sosial warga masyarakat;
penggarapan kesehatan jiwa masyarakat melalui pendidikan moral, agama, dan sebagainya; peningkatan usaha-usaha kesejahteraan anak dan remaja;
kegiatan patroli dan pengawasan lainnya secara kotinue oleh polisi dan aparat keamanan lainnya. Tujuan utama dari usaha-usaha non penal ini
adalah memperbaiki kondisi-kondisi sosial tertentu. Namun, secara tidak langsung mempunyai pengaruh preventif terhadap kejahatan. Dengan
demikian, dilihat dari sudut politik kriminil keseluruhan kegiatan preventif yang non penal itu sebenarnya mempunyai kedudukan yang sangat strategis
memegang posisi kunsi yang harus diintensifkan dan efektifkan.
227
Berdasarkan uraian di atas, maka pendekatan pidana semata tidaklah cukup. Perlu pendekatan lain berupa non penal policy yang integral dengan
penal policy. Integrasi dua pendekatan ini dalam penganggulangan kejahatan disyaratkan dan diusulkan dalam United Nations Congress on the Prevension
of Crime and the Treatment of Offenders. Hal ini dilatarbelakangi bahwa kesejahteraan adalah masalah sosial dan masalah kesejahteraan. Oleh
karenanya upaya penganggulangan kejahatan tidak hanya dapat mengandalkan penerapan hukum pidana semata, tetapi juga melihat akar
227
Muladi, op. cit., hal. 159.
Anda Nurani : Peran Polri Dalam Penanggulangan Tindak Pidana Kekerasan Dalam Rumah Tangga Di Kota Medan, 2008 USU Repository © 2008
lahirnya persoalan kejahatan ini dari persoalan sosial, sehingga kebijakan sosial juga sangat penting dilakukan.
Kongres PBB
ke-4 tahun 1970 tentang the Prevension of Crime and the Treatment of Offenders di Kyoto, Jepang, menyatakan bahwa terdapat
keterkaitan antara kejahatan dan pembangunan, namun semua ini tergantung pada proses pembangunan disuatu negara. Oleh karena itu perencanaan
perlindungan sosial harus terintegrasi dalam perencanaan pembangunan nasional.
228
Kongres ke-5 PBB tahun 1975 tentang the Prevension of Crime and the Treatment of Offenders di Geneva, menekankan pentingnya pemikiran
kembali dalam jangka panjang tentang kebijakan penanggulangan kejahatan secara komprehensif dalam semangat yang rasioanl, demokratis dan
terencana …. it was necessary, in long term, to rethinking the whole of criminal policy in a spirit of rationalization, planning dan demokratization.
229
Selanjutnya dinyatakan dalam kongres ke-5 PBB ini: “Criminal policy was an aspect of social policy and it’s planning therefore had to be integrated into
that of generall progress of community… crime prevension policy was one aspect general social policy and hence should be integrated into a country’s
development planning as a whole”.
230
228
Fourth United Nations Congress on the Prevention of Crime and the Treatment of Offenders. New York: Department of Economic and Social Affairs, UN, 1971, hal. 9.
229
Fifth United Nations Congress on the Prevention of Crime and the Treatment of Offenders. New York: Department of Economic and Social Affairs, UN, 1976, hal. 20.
230
Ibid, hal. 21.
Anda Nurani : Peran Polri Dalam Penanggulangan Tindak Pidana Kekerasan Dalam Rumah Tangga Di Kota Medan, 2008 USU Repository © 2008
Akhirnya kongres PBB ke-5 ini menyimpulkan bahwa berbagai aspek dari kebijakan penanggulangan kejahatan harus dikoordinasikan dan secara
keseluruhan harus terintegrasi dalam kebijakan sosial pada setiap negara The many aspects of criminal policy should be coordinated and the whole
should be integrated into generall social policy of each country.
231
Pentingnya keterpaduan antara kebijakan penanggulangan kejahatan dengan rencana pembangunan, ditegaskan kembali pada kongres PBB ke-6
tahun 1981 tentang the Prevension of Crime and the Treatment of Offenders di Caracas. Kongres ini menghasilkan deklarasi Caracas yang menekankan
keterkaitan secara integral antara Sistem Peradilan Pidana Criminal Justice System dan kebijakan penanggulangan kejahatan ynag harus terpadu
dengan kebijakan pembangunan eonomi, politik dan sosial budaya.
232
Kongress PBB
ke-7 tahun 1985 tentang the Prevension of Crime and the Treatment of Offenders di Milan, menyatakan harus adanya keterpaduan
kebijakan penanggulangan kejahatan dengan di bidang ekonomi, politik, dan budaya sebagai bagian dari kebijakan sosial. Secara rinci, hal ini dinyatakan
sebagai berikut: “Crime prevention and criminal justice should not be treated as isolated
problem to be tackled by simplistic, fragmentary method but rather as complex and wideranging activities requiring systematic strategies and
differentiated in relation to: a The socio-economic, political and cultural contect and circumtances
of the
society in which they are applied;
231
Ibid, hal. 25.
232
Sixth United Nations Congress on the Prevention of Crime and the Treatment of Offenders. New York: Department of Economic and Social Affairs, UN, 1981, hal. 25.
Anda Nurani : Peran Polri Dalam Penanggulangan Tindak Pidana Kekerasan Dalam Rumah Tangga Di Kota Medan, 2008 USU Repository © 2008
b The development stage, whichh special emphasis of the changes taking
place and likely to occur and related requiriments; c The respective tradition and customs, making maximum and
effective use of human indigeneus options.”
233
Kejahatan berakar dari faktor-faktor yang berkaitan dengan lingkungan sosial masyarkat itu sendiri. Oleh karena itu perlu langkah-langkah
penanganan yang didasarkan pada penguatan sumber daya yang ada di dalam masyarakat community crime prevension. Program-program yang
dapat dilakukan oleh community crime prevension antara lain: 1 pembinaan terhadap penyalahgunaan narkotika dan obat-obat terlarang; 2 pembinaan
tenaga kerja; 3 pendidikan; 4 rekreasi; 5 pembinaan mental melalui agama; dan 6 desain tata ruang fisik kota.
234
Misalnya, pendidikan keagamaan terhadap seseorang merupakan upaya yang massif untuk mereduksi terjadi kejahatan. dalam konteks ini
adalah bagaimana menciptakan komunitas masyarakat yang religius sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing hingga dapat
mendorong anggota masyarakat untuk tidak melakukan kejahatan. Selain itu juga, lembaga-lembaga keagamaan mempunyai landasan yang kuat untuk
melibatkan para anggotanya dalam upaya penanggulangan kejahatan. Sedangkan komunitas-komunitas keagamaan ini mendorong para anggota
perkumpulannya yang tersebar di seluruh belahan dunia untuk melakukan
233
Seventh United Nations Congress on the Prevention of Crime and the Treatment of Offenders. New York: Department of Economic and Social Affairs, UN, 1986, hal. 9.
234
Neil C. Chamelin, Et. all, Introduction to Criminal Justice, Second Edition, New Jersey: Prentice-Hall, Inc., Englewod Cliffs, 1979, hal. 190.
Anda Nurani : Peran Polri Dalam Penanggulangan Tindak Pidana Kekerasan Dalam Rumah Tangga Di Kota Medan, 2008 USU Repository © 2008
kegiatan penanggulangan kejahatan bekerjasama dengan pihak-pihak terkait. Secara khusus, komunitas religius ini dapat melakukan:
235
1. pendataan dan pendaftaran bagi komunitas-komunitas keagamaan untuk berpartisipasi
dalam penanggulangan kejahatan;
2. mendorong lembaga-lembaga keagamaan untuk menginformasikan di daerah
masing-masing tentang permasalahan kejahatan; 3.
mendata lembaga-lembaga keagamaan yang mendukung upaya penanggulangan
kejahatan; 4. membuka fasilitas-fasilitas rumah ibadah untuk keperluan program
penanggulangan kejahatan;
5. mempromosikan partisipasi kelompok-kelompok keagamaan dalam sistem
peradilan pidana. Upaya selanjutnya adalah usaha mereduksi peluang seseorang untuk
melakukan kejahatan melalui pengawasan dan mendesain lingkungan environmental design.
236
fisik tempat tinggal, seperti alat-alat pengamanan security hardware, lampu-lampu jalan street lighting, pengawasan
surveillance, dan desain gedung building design. Desain lingkungan ini harus terstruktur sehingga seseorang akan berpikir ulang untuk melakukan
235
Ibid., hal. 201.
236
Leslie T. Wilkins, Social Invention for Social Defence: The Technology of Crime Prevension. Dalam Criminal Justice in Asia: The Quest for An Integrated Approach, Tokyo:
UNAFEI, 1982, hal. 65.
Anda Nurani : Peran Polri Dalam Penanggulangan Tindak Pidana Kekerasan Dalam Rumah Tangga Di Kota Medan, 2008 USU Repository © 2008
kejahatan karena perbuatannya akan cepat teridentifikasi dan kemungkinan besar dapat ditangkap.
237
Pencegahan kejahatan oleh masyarakat community crime prevension mengarah kepada tindakan-tindakan yang diharapkan dapat
merubah kondisi sosial yang mendukung terjadinya kejahatan di kediaman masyarakat. Fokus perhatiannya dikonsentrasikan pada kemampuan institusi
sosial lokal untuk megurangi angka kejahatan. Institusi lokal ini mewadahi anggota masyarakat dalam suatu komunitas untuk bekerjasama secara
sungguh-sungguh, memberikan bimbingan dan mengatur etika berprilaku, khususnya bagi anak-anak muda. Community crime prevension ini dapat
didekati melalui dua dimensi, pertama, melalui dimensi horizontal dari hubungan sosial antara orang-orang dan group-group dalam masyarakat.
Kedua, melalui dimensi vertikal dari relasi sosial yang menghubungkan institusi lokal dengan
komunitas yang lebih luas dari civil society.
238
237
Neil C. Chamelin, Et. all, op. cit., hal. 202.
238
Tim Hope, Community Crime Prevension dalam Reducing Offending: An Assessement of Research Evidence on Ways of Dealing with Offending Behaviour. Peter Goldblatt dan Chris Lewis
Ed.. London: Home Office, 1998, hal. 51 dan 54. Sebagai contoh, dalam dua puluh tahun terakhir ini, banyak negara telah membangun gerakan nasional dan gerakan lokal untuk mengorganisasikan dan
melibatkan masyarakat lokal dalam upaya penanggulangan kejahatan. Gerakan ini mempunyai struktur dan pengaturan yang berbeda di masing-masing negara dan tergantung dengan kondisi sosial budaya
negara tersebut, namun secara umum gerakan ini dikatakan sangat efektif dalam mengurangi angka kejahatan melalui koodinasi antara lembaga di tingkat lokal. Di Prancis, gerakan ini memfokuskan diri
pada upaya penanggulangan kejahatan secara khusus atau pada isu-isu yang lebih luas seperti peningkatan pendapatan masyarakat. Sedangkan di Italia dan Jerman membangun gerakan comminity
safety untuk mengurangi angka kejahatan. Di Amerika Serikat terdapat peranan yang penting secara dominan dari lembaga seperti polisi dan di Inggris terdapat pembagian tanggung jawab antar lembaga
dalam penanggulangan kejahatan.
Anda Nurani : Peran Polri Dalam Penanggulangan Tindak Pidana Kekerasan Dalam Rumah Tangga Di Kota Medan, 2008 USU Repository © 2008
Program-program dari
community prevention ini dapat diklasifikasiakn sebagai berikut:
239
1. Community organization, tipe ini ditujukan membangun sebuah komunitas masyarakat yang didasarkan pada kerjasama dalam penanggulangan
kejahatan. Kerjasama ini juga dibina melalui sekolah-sekolah lokal, tempat- tempat ibadah.
Program ini juga menyediakan sarana yang efektif bagi anak-anak muda untuk
bersosialisasi dalam suatu pergaulan yang positif; 2. Community defence, program pada tipe ini ditujukan untuk mencegah
terjadinya viktimisasi melalui pencegahan terhadap pelaku kejahatan.
Strategi yang digunakan adalah pencegahan kejahatan melalui
mendesain lingkungan crime prevension throuhg environmental design
CPTED, defensible space measures, dan organisasi pengawasan masyarakat melalui neighbourhood watch.
3. Order-maintenance, pendekatan ini dilakukan untuk mengontrol pengrusakan
sarana fisik, ancaman terhadap kehidupan bertetangga dan perilaku kasar di
jalanan. 4. Risk-based program, merupakan program yang menggunakan
pendekatan untuk mencari faktor-faktor yang beresiko dalam komunitas kehidupan
masyarakat, mengidentifikasi yang paling beresiko dan
menyediakan upaya pencegahan khusus bagi mereka. Program ini
meliputi pendekatan terhadap seseorang yang kemungkinan menjadi target
239
Ibid., hal. 56.
Anda Nurani : Peran Polri Dalam Penanggulangan Tindak Pidana Kekerasan Dalam Rumah Tangga Di Kota Medan, 2008 USU Repository © 2008
korban kejahatan dan strategi ditujukan untuk melindungi korban
dan pencegahan supaya tidak terjadi pengulangan menjadi
korban repeat
victimization. 5. Community development, strategi yang digunakan adalah membangun
kembali tatanan kehidupan sosial, fisik, dan perekonomian tempat
tinggal. 6. Structural change, tujuan yang ingin dicapai hampir sama dengan
community development, yaitu strategi yang dibangun adalah perubahan yang utama di dalam
kehidupan masyarakat yang dapat mereduksi terjadinya kejahatan. Pendekatan
yang dilakukan berupa penerapan kebijakan di level makro, pembangunan ekonomi,
dan ketenagakerjaan,
perumahan yang layak, pendidikan, pelayanan kesehatan, dan kesejahteraan serta pelayanan sosial.
B. Penanggulangan Tindak Pidana Kekerasan Dalam Rumah Tangga di Kota
Medan di masa depan
Kebijakan penanggulangan
kejahatan pada hakikatnya merupakan
bagian integral dari upaya perlindungan masyarakat social defence dan upaya mencapai kesejahteraan masyarakat social welfare. Oleh karena itu,
dapat dikatakan bahwa tujuan akhir atau tujuan utama dari politik kriminal ialah “perlindungan masyarakat untuk mencapai kesejahteraan masyarakat.”
Perumusan tujuan politik kriminal yang demikian itu pernah pula dinayatakan
Anda Nurani : Peran Polri Dalam Penanggulangan Tindak Pidana Kekerasan Dalam Rumah Tangga Di Kota Medan, 2008 USU Repository © 2008
dalam salah satu laporan Kursus Latihan ke-34 yang diselenggarakan oleh UNAFEI di Tokyo tahun 1973 sebagai berikut:
240
Most of group members agreed some discussion that “protection of the society”
could be accepted as the final qoal of criminal policy, although not the ultimate
aim of society, which might perhaps be described by terms like “happiness of citizens”, “a wholesome and cultural living”, “social
wlfare” or “equality” Kebijakan
penanggulangan kejahatan
juga merupakan bagian dari kebijakan penegakan hukum, termasuk kebijakan legislatif. Sedangkan
kebijakan penegakan hukum merupakan salah satu bagian dari kebijakan sosial. Jadi kebijakan penanggulangan kejahatan tidak bisa dipisahkan dari
bagian-bagian kebijakan sosial lainnya, yaitu kebijakan perekonomian, kebijakan sosial budaya, kebijakan politik, dan kebijakan pertahanan
keamanan. Oleh karena itu upaya penanggulangan Tindak Pidana Kekerasan Dalam Rumah Tangga tidak bisa didekati atau dilihat secara sektoral,
melainkan harus dilihat secara keseluruhan melalui sub-sub kebijakan lainnya yang bermuara pada kebijakan sosial.
241
Upaya penanggulangan
Tindak Pidana Kekerasan Dalam Rumah
Tangga di kota Medan di masa depan harus dimulai dengan perumusan visi bersama mengenai criminal policy. Visi bersama ini harus memperhatikan
240
Summary Report, Resource Material Series No. 7, UNAFEI, 1974, hal. 95.
241
Lihat Hiroshi Ishikawa 1984. Crime Prevention in The Context of National Development. Presented to Republic of Indonesia-Japan Joint seminar on The Prevention of Crime and
Treatment of Offenders, Jakarta, hal. 1-2. Dijelaskan bahwa kondisi sosial ekonomi sangat berpengaruh untuk terjadinya kejahatan. Oleh karenanya upaya penanggulangan kejahatan harus
selaras dengan kebijakan pembangunan nasional yang merupakan bagian dari kebijakan sosial. Kebijakan pembangunan nasional bertujuan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas kesejahteraan
masyarakat secara keseluruhan. Kebijakan penanggulangan kejahatan harus mencapai tujuan dari pembangunan nasional ini.
Anda Nurani : Peran Polri Dalam Penanggulangan Tindak Pidana Kekerasan Dalam Rumah Tangga Di Kota Medan, 2008 USU Repository © 2008
keterkaitan terjadinya Tindak Pidana Kekerasan Dalam Rumah Tangga di kota Medan dengan faktor korelatif penyebabnya, yaitu faktor ketidakadilan
gender, budaya patriarki, relasi kuasa yang timpang dan role modell perilaku hasil meniru, faktor perekonomian kemiskinan .
Dilihat dari faktor korelatif penyebab Tindak Pidana Kekerasan Dalam Rumah Tangga di kota Medan ini, maka apabila hanya mengandalkan kinerja aparat
penegak hukum semata, tentu saja Tindak Pidana Kekerasan Dalam Rumah Tangga sulit untuk ditanggulangi. Oleh karena itu keterpaduan antara
pendekatan penal policy upaya melalui penerapan hukum pidana dan non penal policy pencegahan terhadap kejahatan tanpa menggunakan hukum
pidana sangat penting dilakukan. Hal ini juga dikemukakan oleh Barda Nawai Arief
242
bahwa kejahatan sebagai salah satu masalah yang berdimensi sosial dan kemanusiaan yang
disebabkan oleh berbagai faktor yang kompleks dan berada di luar jangkauan hukum pidana. Jadi hukum pidana tidak akan mampu melihat secara
mendalam tentang akar persoalan kejahatan ini bila tidak dibantu oleh disiplin lain. Untuk itulah hukum pidana harus terpadu dengan pendekatan sosial.
Keterpaduan pendekatan
penal policy dan non penal policy dalam penanggulangan kejahatan ini sangat dianjurkan dalam United Nations
Congress on the Prevention of Crime and the Treatment of Offenders. Kongres PBB ke-4 Tahun 1970 di Kyoto, Jepang, menyatakan bahwa
242
Barda Nawawi Arief, op .cit., hal. 17.
Anda Nurani : Peran Polri Dalam Penanggulangan Tindak Pidana Kekerasan Dalam Rumah Tangga Di Kota Medan, 2008 USU Repository © 2008
terdapat keterkaitan antara kejahatan dengan pembangunan dan semua ini tergantung pada proses pembangunan di suatu negara. Oleh karena itu
perencanaan perlindungan sosial harus terintegrasi dalam perencanaan pembangunan nasional.
243
Sedangkan Kongres ke-5 PBB Tahun 1975 di Geneva, menekankan pentingnya pemikiran kembali dalam jangka panjang
tentang kebijakan penanggulangan kejahatan secara komprehensif dalam semangat yang rasional, demokratis dan terencana yang harus terintegrasi
dalam kebijakan sosial suatu negara.
244
Kongres PBB ke-6 Tahun 1980 di Caracas dan Kongres PBB ke-7 Tahun 1985 di Milan, Italia menekankan
keterkaitan secara integral antara Sistem Peradilan Pidana Criminal Justice System dan kebijakan penanggulangan kejahatan, yang harus terpadu
dengan kebijakan pembangunan ekonomi, politik dan sosial budaya.
245
Oleh karena itu, kebijakan penanggulangan kejahatan Tindak Pidana Kekerasan Dalam Rumah Tangga untuk masa yang akan datang di kota
Medan harus dilakukan secara komprehensif. Semua pihak, baik Pemerintah Kota Medan, Aparat Penegak Hukum yang tergabung dalam Sistem
Peradilan Pidana, Tokoh agama, Tokoh Masyarakat, Organisasi sosial kemasyarakatan, Organisasi kepemudaan dan masyarakat seluruhnya harus
terlibat.
243
Fourth United Nations Congress, loc.cit.
244
Fifth United Nations Congress, loc.cit.
245
Sixth Uniteed Nations Congress, loc.cit. Seventh United Nations Congress, loc.cit.
Anda Nurani : Peran Polri Dalam Penanggulangan Tindak Pidana Kekerasan Dalam Rumah Tangga Di Kota Medan, 2008 USU Repository © 2008
1. Kebijakan non penal