1. Kebijakan non penal
dalam Penanggulangan Tindak Pidana Kekerasan
Dalam Rumah Tangga di Kota Medan di masa depan
Kebijakan non penal dalam penanggulangan Tindak Pidana
Kekerasan Dalam Rumah Tangga mempunyai kedudukan yang strategis karena lebih bersifat tindakan pencegahan sebelum terjadinya kejahatan.
Oleh karena itu, sasaran utamanya adalah menangani faktor-faktor kondusif penyebab terjadinya kejahatan yang berpusat pada masalah-masalah atau
kondisi-kondisi sosial yang secara langsung atau tidak langsung dapat menimbulkan atau menumbuhsuburkan kejahatan.
246
Pernyataan di atas juga didukung oleh berbagai hasil dari Kongres PBB mengenai The Prevention of Crime and the Treatment of Offenders.
Kongres PBB ke-6 Tahun 1980 yang berlangsung di Caracas, Venezuela menyatakan dalam pertimbangan resolusinya mengenai Crime Trends and
Crime Prevention Strategies antara lain: 1. Bahwa masalah kejahatan merintangi kemajuan untuk pencapaian
kualitas kehidupan yang layak bagi semua orang the crime impedes progress towards the attainment of an acceptable quality of life for all
people; 2.
Bahwa strategi pencegahan kejahatan harus didasarkan pada penghapusan sebab-sebab dan kondisi-kondisi yang menimbulkan
kejahatan crime prevention strategies should be based upon the elemination of causes and condition giving rise to crime;
246
Barda Nawawi Arief, op. cit., hal. 25.
Anda Nurani : Peran Polri Dalam Penanggulangan Tindak Pidana Kekerasan Dalam Rumah Tangga Di Kota Medan, 2008 USU Repository © 2008
3. Bahwa penyebab utama banyaknya terjadi kejahatan diberbagai negara adalah disebabkan oleh ketimpangan sosial, diskriminasi rasial dan
diskriminasi nasional, standar hidup yang rendah, pengangguran dan kebodohan di antara sebagian besar penduduk the main causes of crime
in many countries are social inequality, ratial and national discrimination, low standar of living, unemployment and illiteracy among broad section of
the population. Berdasarkan Pertimbangan di atas, maka di dalam Resolusi Kongres
ke-6 PBB ini, dihimbau kepada semua anggota PBB untuk mengambil tindakan dalam kekuasaan mereka untuk menghapus kondisi-kondisi
kehidupan yang menurunkan martabat kemanusiaan dan menyebabkan kejahatan yang meliputi masalah pengangguran, kemiskinan, kebutahurufan,
diskrimninasi rasial dan nasional serta berbagai macam bentuk ketimpangan sosial.
Selanjutnya Dokumen
ACONF. 121L9 mengenai Crime Prevention in the Context of Development Kongres PBB ke-7 Tahun 1985 di Milan, Italia
menegaskan bahwa upaya penghapusan sebab-sebab dan kondisi yang menimbulakan kejahatan harus merupakan strategi pencegahan kejahatan
yang mendasar. Strategi pencegahan kejahatan yang mendasar ini harus dicarikan untuk menghilangkan penyebab dan kondisi-kondisi yang
menimbulkan suatu kejahatan.
Anda Nurani : Peran Polri Dalam Penanggulangan Tindak Pidana Kekerasan Dalam Rumah Tangga Di Kota Medan, 2008 USU Repository © 2008
Akhirnya di dalam Guiding Principles yang dihasilkan oleh Kongres PBB ke-7 ini, ditegaskan bahwa berbagai kebijakan mengenai pencegahan
kejahatan dan peradilan pidana harus mempertimbangkan sebab-sebab struktural, termasuk sebab-sebab ketidakadilan yang bersifat sosio-ekonomi,
dimana kejahatan sering merupakan suatu gejala semata symptom.
247
Kongres PBB ke-8 Tahun 1990 yang berlangsung di Havana, Cuba menekankan pentingnya aspek sosial dari kebijakan pembangunan yang
merupakan suatu faktor penting dalam pencapaian strategi pencegahan kejahatan dan peradilan pidana. Oleh karena aspek-aspek sosial dalam
konteks pembangunan ini harus mendapat prioritas yang utama. Kongres ke- 8 ini juga berhasil mengidentifikasi berbagai aspek sosial yang ditengarai
sebagai faktor-faktor kondusif penyebab timbulnya kejahatan. Hal ini disebutkan dalam Dokumen ACONF. 144L.3, yaitu sebagai berikut:
248
1. Kemiskinan, pengangguran, kebutahurufan, ketiadaan perumahan yang layak dan sistem pendidikan serta pelatihan yang tidak cocok;
2. Meningkatnya jumlah penduduk yang tidak mempunyai prospek harapan karena proses integrasi sosial dan karena memburuknya ketimpangan-
ketimpangan sosial; 3. Mengendornya ikatan sosial dan keluarga;
4. Keadaan-keadaan atau kondisi yang menyulitkan bagi orang yang berimigrasi ke kota-kota atau ke negara-negara lain;
247
Seventh United Nations Congress, loc.cit.
248
Eigth Uniteed Nations Congress, loc .cit.
Anda Nurani : Peran Polri Dalam Penanggulangan Tindak Pidana Kekerasan Dalam Rumah Tangga Di Kota Medan, 2008 USU Repository © 2008
5. Rusaknya atau hancurnya identitas budaya asli, yang bersamaan dengan adanya rasisme dan diskriminasi menyebabkan kelemahan di bidang
sosial, kesejahteraan dan lingkungan pekerjaan; 6. Menurunnya atau mundurnya kualitas lingkungan perkotaan yang
mendorong peningkatan kejahatan dan tidak cukupnya pelayanan bagi tempat-tempat fasilitas lingkungan kehiduapn bertetangga;
7. Kesulitan-kesulitan bagi orang-orang dalam masyarakat modern untuk berintegrasi sebagaimana mestinya di dalam lingkungan masyarakatnya,
di lingkungan keluarga, tempat pekerjaannya atau di lingkungan sekolahnya;
8. Penyalahgunaan alkohol, obat bius dan lain-lain yang pemakaiannya juga diperluas karena faktor-faktor yang disebut di atas;
9. Meluasnya aktivitas kejahatan yang terorganisir, khususnya
perdangangan obat bius dan penadahan barang-barang curian; 10. Dorongan-dorongan khususnya oleh media massa mengenai ide-ide dan
sikap-sikap yang mengarah pada tindakan kekerasan, ketidaksamaan hak atau sikap-sikap tidak toleran.
Kondisi sosial yang ditengarai sebagai faktor penyebab timbulnya kejahatan, seperti yang dikemukakan di atas adalah masalah-masalah yang
sulit dipecahkan bila hanya mengandalkan pendekatan penal semata. Oleh karena itulah, pemecahan masalah di atas harus didukung oleh pendekatan
Anda Nurani : Peran Polri Dalam Penanggulangan Tindak Pidana Kekerasan Dalam Rumah Tangga Di Kota Medan, 2008 USU Repository © 2008
non penal berupa kebijakan sosial dan pencegahan kejahatan berbasiskan masyarakat.
Strategi Poltabes Medan dalam pendekatan non penal merupakan upaya kepolisian untuk melakukan pencegahan sebelum Tindak Pidana
Kekerasan Dalam Rumah Tangga terjadi. Pada konteks ini, tugas dan peranan polisi sangat besar sekali karena polisi menjadi ujung tombak
penegakan hukum dan sangat menentukan keberhasilan penanggulangan Tindak Pidana Kekerasan Dalam Rumah Tangga di Kota Medan.
Pendekatan non penal oleh Poltabes Medan dalam rangka
pencegahan Tindak Pidana Kekerasan Dalam Rumah Tangga dilakukan secara pre-emptif. Fungsi pre-emptif bersifat bimbingan, penyuluhan dan
pembinaan yang mengarah pada pembentukan masyarakat yang patuh dan taat hukum, serta mampu menolak setiap bentuk kejahatan. Dengan kata lain
menciptakan kondisi masyarakat yang mempunyai daya tangkal tinggi terhadap semua jenis kejahatan. Pre-emptif dilaksanakan oleh fungsi
Binamitra. Penerapan
kebijakan pre-emptif dalam upaya penanggulangan Tindak
Pidana Kekerasan Dalam Rumah Tangga di Kota Medan dilaksanakan aparat Poltabes Medan dengan menerjunkan Bintara Perpolisian Masyarakat
Bintara Polmas. Dalam kegiatan Polmas Polri membentuk organisisasi formal FKPM Forum Kemitraan Polisi dan Masyarakat dan sebagai wadah
dari Petugas Polmas dan Pengurus FKPM untuk membangun kemitraan
Anda Nurani : Peran Polri Dalam Penanggulangan Tindak Pidana Kekerasan Dalam Rumah Tangga Di Kota Medan, 2008 USU Repository © 2008
khususnya dalam memecahkan permasalahan sosial dan masalah Kamtibmas, Poltabes Medan telah membangun BKPM Balai Kemitraan
Polisi dan Masyarakat. Di Wilayah Hukum Poltabes Medan terdapat 292 orang Bintara Polmas yang melayani 30 Kecamatan, 141 Desa, dan 151
Kelurahan. Dinamika operasional dalam lingkup lingkungan yang relatif kecil,
BKPM diharapkan dapat berkiprah yang lebih realistis terhadap berbagai aspirasi masyarakat, sehungunan kedudukan dan kedekatan Polri dengan
masyarakat. Kapanpun masyarakat membutuhkan pelayanan Polri, siang maupun malam dan dimanapun tempatnya, sudah seharusnya unsur
pelayanan optimal Polri diberikan kepada masyarakat yang membutuhkan sesuai dengan kepentingannya, agar setiap anggota dalam menjalankan
tugasnya dapat bereaksi secara cepat, tepat dan disertai dengan rasa ketulusan dan keikhlasan dalam pelaksanaan tugas serta penuh rasa
tanggung jawab. BKPM juga merupakan satuan di bawah Polsek yang mempunyai
tugas menelenggarakan pemeliharaan Kamtibmas, perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat serta tugas Polri lain dalam
wilayah hukumnya, sesuai kententuan hukum dan peraturan yang berlaku dalam organisasi Polri. Selain tugas tersebut dilakukan juga
kegiatankunjungan ke rumah-rumah penduduk, pusat-pusat perbelanjaan, pertokoan yang menjadi lingkup binaannya yang dikenal dengan P3K
Anda Nurani : Peran Polri Dalam Penanggulangan Tindak Pidana Kekerasan Dalam Rumah Tangga Di Kota Medan, 2008 USU Repository © 2008
Pelayanan, Penjagaan, Patroli dan Kunjungan. Kunjungan inilah yang merupakan suatu kegiatan yang perlu ditumbuhkembangkan dalam
pelaksanaan tugas. Selain Bintara Polmas yang bertugas ada Dewan BKPM yang
pengurus-pengurusnya berasal dari masyarakat di lingkungan binaan, yang merupakan wadah komunikasi antara Polri dengan berbagai lapisan
masyarakat, dalam rangka meningkatkan peran serta warga untuk berpartisipasi aktif di dalam bidang Kamtibmas, dan mencari solusi
pemedcahan masalah yang terjadi masyarakat. Adapun Peran Dewan Kemitraan Polisi dan Masyarakat dalam
Operasional Tugas BKPM adalah sebagai berikut: a. Mendorong peran aktif masyarakat untuk peduli dan mau berpartisipasi
dalam upaya mewujudkan keamanan dan ketertiban di lingkungan tempat kerja dan tempat tinggal masing-masing;
b. Menciptakan kerjasama yang harmonis dan saling membutuhkan antara Polri dan masyarakat, dalam menjaga dan memelihara keamanan dan
ketertiban; c. Membantu untuk menciptakan situasi aman, tertib dan kondusif bagi
aktivitas dan kehidupan masyarakat.
249
Patroli merupakan wujud peranan dan kehadiran Polri di lokasi-lokasi rawan lalu lintas, pemukiman, pertokoan dan tempat berkumpulnya
249
Wawancara dengan Kompol B.Sihotang, SE, loc.cit.
Anda Nurani : Peran Polri Dalam Penanggulangan Tindak Pidana Kekerasan Dalam Rumah Tangga Di Kota Medan, 2008 USU Repository © 2008
masyarakat, tugas ini sangat penting karena dapat mengamati, mengawasi, dan memperhatikan situasi dan kondisi yang mungkin dapat menimbulkan
se4gala bentuk gangguan Kamtibmas. Dalam pelaksanaan patroli dapat dilakukan berjalan kaki maupun menggunakan sepeda, sepeda motor serta
mobil, disesuaikan dengan tujuan dari patroli dan dapat menyentuh wilayah binaan, sehingga dapat memberikan kesan positif terhadap masyarakat atas
keberadaan Polri di tengah-tengah masyarakat. Kunjungan kegiatan ini merupakan salah satu upaya Polri untuk
mendekatkan diri ke masyarakat, dengan maksud untuk mengetahui berbagai permasalah maupun untuk mendapatkan onformasi actual yang berkembang
di masyarakat. Sudah barang tentu petugas harus dibekali interpersonal skill, komunikasi sosial dan pengetahuan lainnya, agar dapat dan mampu
berkomunikasi secara aktif untuk menyampaikan maksud tujuan dari kunjungan sehingga tidak ada penafsiran yang salah.
Selain itu untuk dapat memahami wilayah binaan di lingkungan kerjanya termasuk kehidupan sosial dan budaya masyarakat setempat, hal ini
sangat berpengaruh untuk membangun kepercayaan dan dedikasi masyarakat kepada Polri. Kunjungan ini merupakan suatu bentuk kegiatan
yang perlu disikapi secara hati-hati, mengingat belum semua warga masyarakat memahami dan mengerti, sehingga perlu adanya sosialisasi
terlebih dahulu melalui tokoh-tokoh masyarakat setempat.
Anda Nurani : Peran Polri Dalam Penanggulangan Tindak Pidana Kekerasan Dalam Rumah Tangga Di Kota Medan, 2008 USU Repository © 2008
Berbagai hal dilakukan pada saat kunjungan, antara lain memberikan saran tentang upaya preventif kejahatan, melakukan pendataan warga yang
menjadi binaannya, penyebaran brosur-brosurleaflet mengenai Kamtibmas, bimbingan terhadap para remajapemuda dan lain-lain, yang kesemuanya
diarahkan untuk menarik simpati masyarakat agar mau dan ikut serta berpartisipasi aktif di dalam bidang Kamtibmas di lingkungannya.
Dengan adanya BKPM harapan Poltabes Medan agar masyarakat memahami dan mengerti bahwa keamanan dan ketertiban merupakan
tanggung jawab bersama, serta lebih mengutamakan upaya-upaya yang bersifat preventif dari pada upaya represif dalam menangani suatu tindak
pidana. Kepedulian dan kesiaptanggapan petugas BKPM sangat diperlukan terhadap laporan keluhan, harapan, saran dan pendapat serta kritik yang
membangun dari masyarakat binaan secara cepat, tepat yang disertai dengan rasa ketulusan dan keikhlasan akan menjadi opini publik yang
berdampak pada keberhasilan dalam pelaksanaan tugas. Berbeda dengan kinerja Babinkamtibmas, maka Bintara Polmas kini
diberdayakan untuk dapat menyelesaikan perkara-perkara ringan di tingkat kelurahan atau desa. Dengan adanya kegiatan tersebut diharapkan kondisi-
kondisi pemicu terjadinya kejahatan dapat dipatahkan melalui upaya bersama Bintara Polmas dan anggota masyarakat setempat. Penyelesaian perkara
Anda Nurani : Peran Polri Dalam Penanggulangan Tindak Pidana Kekerasan Dalam Rumah Tangga Di Kota Medan, 2008 USU Repository © 2008
ringan
250
secara informal lebih dirasakan manfaatnya oleh kedua belah pihak pelaku dan korban.
Keberadaan dan peranan Sistem Peradilan Pidana lambat laun dipersoalkan efektifitasnya karena dirasakan kurang merespon
permasalahan-permasalahan sosial, berupa gangguan keamanan dan ketertiban dan pelanggaran norma-norma kehidupan, dalam perkembangan
kehidupan bermasyarakat yang lambat laun semakin kompleks. Dari sudut pandang prevensi, fenomena sosial yang disebut kejahatan tetap saja ada
dan bahkan berkembang. Sistem Peradilan Pidana yang terutama ditopang oleh doktrin dan teori
efek jera deterrence ternyata bukan saja tidak efektif menanggulangi gangguan keamanan dan ketertiban dan penegakan hukum tetapi juga tidak
selalu efektif memenuhi kebutuhan keadilan. Sistem Peradilan Pidana benar- benar hanya menaruh perhatian pada perbuatan pidana dan pelaku,
sementara korban hanya diperlakukan sebagai salah satu unsur pendukung. Penderitaan korban sebagai akibat perbuatan pidana hampir tidak mendapat
perhatian dalam proses.
250
Artidjo Alkostar, Alternatif Dispute Resolution, Bentuk Mekanisme Pemecahan dan Penanganan Masalah dalam Proses Penegakan Hukum Polri, Majalah RASTRA Sewakottama No.105,
2007, hal. 8. Yang dimaksudkan dengan perkara ringan adalah pelanggaran sebagaimana dimaksud dalam Buku Ketiga KUHP, tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara atau kurungan paling
lama 3tiga bulan atau denda sebanyak-banyaknya Rp.7.500,- dan kejahatan ringan lichte musdrijven seperti penganiayaan ringan, pencurian ringan, dan lain-lain. Pertikaian antar warga
adalah pertikaian yang terjadi antara individu dengan individu, individu dengan kelompok tindak pidana ringan yang apabila tidak ditangani dengan segera dapat menimbulkan pertikaian yang lebih
serius bahkan konflik sosial.
Anda Nurani : Peran Polri Dalam Penanggulangan Tindak Pidana Kekerasan Dalam Rumah Tangga Di Kota Medan, 2008 USU Repository © 2008
Penyelesaian perkara ringan secara informal didasarkan atas prakteknya hidup di dalam penyelenggaraan fungsi kepolisian kebijakan
tersebut dirumuskan dalam Penjelasan UU Nomor 13 tahun 1961 dan dalam UU nomor 2 tahun 2002 diakomodasi dalam konsep kepolisian. Penyelesaian
kasus secara informal dapat disebut sebagai Alternative Dispute Resolution ADR. Penyelesaian melalui pendekatan ADR atau pendekatan informal
lainnya tidak selalu berarti mengenyampingkan proses penegakan hukum formal. Dalam hal-hal tertentu, bisa saja suatu perbuatan pidana tetap
diproses secara hukum, sementara secara umum kasus pertikaian antar pihak diselesaikan secara kekeluargaan informal.
Gagasan untuk memberdayakan potensi lokal dalam penyelesaian perkara pelanggaran hukum serba ringan sejalan dengan tuntuan kepastian
hukum sebagai salah satu pilar dalam negara yang menjunjung supremasi hukum. Artinya, bahwa harus ada kepastian bahwa setiap pelanggaran
hukum menuntut adanya reaksi sosial. Reaksi sosial tidak selalu harus dalam bentuk sistem peradilan pidana formal; reaksi sosial dalam bentuk informal
sekalipun memberikan jaminan tentang adanya kepastian hukum. Oleh karena itu, jika sistem peradilan pidana formal tidak mampu menjamin
kepastian hukum maka sistem informal perlu dikembangkan terutama untuk menangani perkara-perkara pidana serba ringan terutama yang menyangkut
pertikaian antara warga dalam suatu komunitas.
Anda Nurani : Peran Polri Dalam Penanggulangan Tindak Pidana Kekerasan Dalam Rumah Tangga Di Kota Medan, 2008 USU Repository © 2008
Konsepsi ini sejalan dengan konsep Perpolisian Masyarakat Polmas atau community policing CP yang dikembangkan Polri dewasa ini. Polmas
mengandung dua untur utama: 1. kemitraan yang setara antara kepolisian dan masyarakat;
2. pemecahan permasalahan. Diakui bahwa upaya pemecahan permasalahan dalam konsep CP lebih
difokuskan pada upaya penanganan akar permasalahan sosial dalam rangka pencegahan kejahatan atau gangguan keamanan dan ketertiban lainnya.
Sejalan dengan tradisi yang sudah melembaga dalam sistem sosio-kultural bangsa kita. Konsep Polmas juga memberi perhatian pada upaya
penyelesaian perkara-perkara ringan dan pertikaian antar warga dalam suatu komunitas terbatas dalam lingkungan desakelurahan. Distribusi
‘kewenangan’ demikian tidak terlepas dari peran anggota Polri yang berperan sebagai petugas Polmas.
251
Untuk masa yang akan datang Poltabes Medan dalam melaksanakan penyuluhan tentang Tindak Pidana Kekerasan Dalam Rumah Tangga juga
harus ditujukan kepada kaum pria, karena selama ini yang menjadi pendengar penyuluhan Tindak Pidana Kekerasan Dalam Rumah Tangga
adalah kaum perempuan. Pada kenyataannya pelaku Tindak Pidana Kekerasan Dalam Rumah Tangga kebanyakan kaum pria. Dengan
251
Robert Friedmann, Community Policing: Kegiatan Polisi dalam Pembinaan Keamanan dan Ketertiban Masyarakat, disadur oleh Suharto dan Ardian Syamsudin, Jakarta: Cipta Manunggal,
1998, hal. 39.
Anda Nurani : Peran Polri Dalam Penanggulangan Tindak Pidana Kekerasan Dalam Rumah Tangga Di Kota Medan, 2008 USU Repository © 2008
dihadirkannya kaum pria sebagai peserta penyuluhan Tindak Pidana Kekerasan Dalam Rumah Tangga diharapkan mereka mengerti bahwa ada
hal-hal yang dikategorikan sebagai tindak pidana yang mereka lakukan walaupun di lingkup keluarganya sendiri. Sehingga pada masa yang akan
datang dengan pengetahuan tersebut kaum pria akan berpikir berkali-kali untuk melakukan Tindak Pidana Kekerasan Dalam Rumah Tangga terhadap
orang-orang di lingkungan keluarganya, karena telah mengetahui bahwa ada tindakannya apabila melanggar Undang-Undang Penghapusan Kekerasan
Dalam Rumah Tangga dapat diancam pidana. Strategi yang dapat dilakukan oleh Poltabes Medan dalam upaya
pencegahan terjadinya Tindak Pidana Kekerasan Dalam Rumah Tangga dengan membangun dan memanfaatkan sarana komunikasi milik sendiri
seperti bulletin, koran, majalah, stasiun radio yang dikelola sendiri atau bekerja sama dengan pihak lain dan website internet. Disamping dapat
mengurangi ketergantungan pada media massa milik pihak lain untuk mengomunikasikan misi dari Poltabes Medan. Selain itu media komunikasi
yang dimiliki sendiri dapat menjadi sumber pendapatan. Hal tersebut juga dapat bermanfaat bagi pelayanan publik seperti
pemberian informasi tentang berbagai hal yang menyangkut Kamtibmas termasuk Tindak Pidana Kekerasan Dalam Rumah Tangga. Baik tentang
informasi mengenai Undang-Undang No. 23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan Tindak Pidana Kekerasan Dalam Rumah Tangga, sanksi bagi
Anda Nurani : Peran Polri Dalam Penanggulangan Tindak Pidana Kekerasan Dalam Rumah Tangga Di Kota Medan, 2008 USU Repository © 2008
pelaku, hak-hak korban Tindak Pidana Kekerasan Dalam Rumah Tangga dan lain-lain. Dalam media ini dapat juga dipergunakan untuk mempengaruhi
pandangan masyarakat bahwa Tindak Pidana Kekerasan Dalam Rumah Tangga bukan lagi merupakan masalah internal keluarga yang harus ditutupi
atau masalah privat apabila telah terjadi Tindak Pidana Kekerasan Dalam Rumah Tangga. Poltabes Medan juga dapat membuat Program TV atau
bekerjasama dengan TV lokal di Medan seperti Deli-TV. Dalam acara tersebut dapat diadakan police-channel, saluran khusus polisi, ataupun dapat
memanfaatkan running text yang ada pada layar TV untuk menyampaikan informasi Tindak Pidana Kekerasan Dalam Rumah Tangga secara singkat.
Memanfaatkan media massa lain yang juga dapat dilakukan sebagai mitra kerja untuk menyampaikan informasi, tidak hanya secara pasif
mengirim press release, mengundang wartawan dan memasang iklan, tetapi secara aktif yakni sebagai penuliskolumnis, nara sumber, moderator
dalam talk show di radio dan TV yang diselenggarakan oleh pihak lain dan sudah barang tentu memberi muatan informasi mengenai Tindak Pidana
Kekerasan Dalam Rumah Tangga. Selain
itu Poltabes
Medan dapat juga melakukan kegiatan-kegiatan seperti seminar, olah raga dan kegiatan sosial budaya bersama masyarakat,
lembaga-lembaga pemerintah dan swasta, LSM. Pertunjukan grup-grup kesenian tradisional yang dimiliki Polri seperti ketoprak, ludruk sangat efektif
juga dalam menyampaikan informasi untuk masyarakat kelas bawah.
Anda Nurani : Peran Polri Dalam Penanggulangan Tindak Pidana Kekerasan Dalam Rumah Tangga Di Kota Medan, 2008 USU Repository © 2008
Pertunjukan grup-grup musik, band, orkes, dang-dut efektif untuk menarik perhatian generasi muda sekaligus dapat dipergunakan sebagai sarana
menyampaikan pesan-pesan tentang Tindak Pidana Kekerasan Dalam Rumah Tangga. Selain itu pemasangan baliho, umbul-umbul, pamflet, leaflet
pada event-event tertentu dan membuat iklan layanan masyarakat untuk disiarkan di TV dengan biaya sendiri maupun bekerja sama dengan sponsor.
Memasukkan kurikulum dalam pendidikan tentang perspektif gender juga dapat dilakukan dalam penanggulangan Tindak Pidana Kekerasan
Dalam Rumah Tangga. Walaupun hal ini tidak dapat dilakukan secara partial tetapi untuk upaya non penal policy kepolisian dapat bekerja sama dengan
Depdiknas agar memasukkan kurikulum dalam pendidikan tentang perspektif gender. Hal ini berkaitan dengan tuntutan perbaikan dalam pemahaman dan
penerapan sistem nilai struktur sosial dan budaya masyarakat yang berlangsung dengan wanita sebagai akibat terjadinya interpretasi yang salah
terhadap kedudukan wanita dalam struktur sosial dan budaya masyarakat sebelum adanya perubahan sebagai akibat interpretasi yang salah, telah
menimbulkan ketimpangan kedudukan peran antara pria dan wanita. Dimana kedudukan wanita cenderung ditempatkan dalam kondisi yang tidak
menguntungkan dibandingkan dengan kaum pria dalam memperoleh hak dan kesempatan sebagai sesama anggota masyarakat. Permasalahan yang
dihadapi kaum wanita di dalam masyarakat dapat dirasakan. hampir semua lini sektor kehidupan masyarakat dikuasai kaum pria. Perumusan kebijakan
Anda Nurani : Peran Polri Dalam Penanggulangan Tindak Pidana Kekerasan Dalam Rumah Tangga Di Kota Medan, 2008 USU Repository © 2008
maupun pelaksanaan pembangunan nyaris didominasi dengan jalan pikiran kaum pria. Sebagai akibat hal tersebut telah menimbulkan adanya isu
diskriminasi gender.
252
2. Kebijakan penerapan Hukum Pidana penal policy