Pandangan Hukum Islam Terhadap Perbuatan Pelecehan Seksual

BAB III PELECEHAN SEKSUAL DALAM PANDANGAN HUKUM ISLAM

DAN KUHP

C. Pandangan Hukum Islam Terhadap Perbuatan Pelecehan Seksual

Dalam agama Islam perbuatan pelecehan seksual ini sangat tidak terpuji. Agama Islam adalah agama yang sangat fitrah, universal yang paling kafah sepanjang zaman. Agama yang mampu menjawab tantangan zaman, mengatasi setiap permasalahan hidup dan kehidupan manusia. universalitas dalam hukum Islam sudah mencakup keseluruhan aspek kehidupan manusia dari yang paling besar dan paling kecil. Salah satunya adalah menyangkut dengan etika, moral, dan akhlak dan interaksi atau pergaulan antar manusia, sehingga permasalahan–permasalahan yang sering timbul dari pergaulan sosial masyarakat seperti pelecehan seksual yang dapat dihindari. Dalam agama Islam sifat ini dipandang sebagai perbuatan tercela karena agama Islam telah mengajarkan kepada setiap umat-Nya untuk saling hormat- menghormati kepada siapapun tanpa melihat posisi dan jabatan seseorang. Dalam makna pelecehan seksual ini sudah dapat kita pahami pada bab sebelumnya. Sementara, ketentuan aktifitas seksual tersebut dalam agama Islam hanya boleh dilakukan dengan jalur yang telah ditentukan, yakni melalui jalur pernikahan yang sah, dengan mengikuti syarat dan ketentuan yang telah ditentukan oleh Allah SWT yang telah menciptakan manusia dengan disertai hawa nafsu, hal ini dapat kita lihat dalam surat Al-Imran ayat 14: zAT … …93 †9 3yf J‡ Mc35 3 Dh3zV Wk3 - X 3v V  v 78 Mc35 s9Cw 3U3H 01 ,ˆ 3 5‰ Dh78 sx2 RŠ 3SF j M‹3 f Œ 7• R 5  \ , , qP ‚ ]PV3 Žch s• }8 .ƒ0 Dijadikan indah pada pandangan manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak. 17 dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik surga. QS. Al-Imran3:14 Dengan kata lain manusia tidak dapat lepas dari unsur nafsu karena dengan adanya unsur tersebut manusia dapat melanjutkan dan memperbanyak keturunannya. 18 Dengan demikian manusia tidak dapat lepas dari unsur nafsu seksual karena adanya unsur ini manusia dapat melanjutkan dan memperbanyak keturunannya. 19 Tetapi bukan berarti manusia boleh melakukan aktifitas tersebut sesuka hati. Bila 17 Yang dimaksud dengan binatang ternak di sini adalah binatang-binatang yang termasuk jenis unta, lembu, kambing, dan biri-biri 18 Jalaludin et.al, “Pengantar Ilmu Jiwa Agama”, Jakarta: Cv Pustaka, 1989, Cet .Ke1, h. 11 19 Jalaludin et.al, Ibid. h.11. aktifitas seksual dilakukan di luar jalur yang telah ditentukan, seperti yang telah dilakukan oleh orang-orang yang hanya menuruti hawa nafsu dan keinginan mereka, maka hubungan seksual tersebut disebut zina. Agar manusia menjauh dari perbuatan yang dapat mendekati zina maka Allah S.W.T. telah memberi rambu- rambu melalui Firman-Nya, adapun dalam surat Al-Isra ayat 32 yang berbunyi : + , - . 0 “Dan janganlah kamu mendekati zina; Sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. dan suatu jalan yang buruk.”QS. Al-Isra17: 32 Bila ayat di atas dipahami dan diaplikasikan maka dengan sendirinya perbuatan yang dapat menyebabkan perbuatan zina dapat dihindari. Adapun di antara aktivitas atau perbuatan yang dapat menyebabkan zina adalah bentuk- bentuk perbuatan pelecehan seksual seperti memandang wanita dari atas hingga bawah, lelucon seksual yang menyinggung perasaan, gambar atau foto yang pornografis dan bentuk-bentuk yang lain seperti yang telah disebutkan dalam bab sebelumnya tentang bentuk-bentuk pelecehan seksual. Pelecehan seksual merupakan permasalahan yang timbul dalam pergaulan sosial masyarakat. Untuk itu ajaran agama Islam telah memberi aturan-aturan dalam pergaulan sosial masyarakat seperti sopan santun, etika berpakaian dan memandang seseorang dalam berinteraksi atau bergaul. Dengan demikian pelecehan seksual ini merupakan bentuk perbuatan yang dianggap sebagai perbuatan yang bermoral rendah, karena moral merupakan tata kelakuan seseorang yang berinteraksi dan bergaul. Dengan demikian ukuran moral yang sangat tinggi dapat diukur dari pengakuan masyarakat bahwa suatu perbuatan tersebut tidak dianggap menyalahi aturan dan kebiasaan yang ada di dalam masyarakat, apa yang patut dan apa yang tidak patut untuk dilakukan. 20 Dalam ajaran agama Islam jangankan mencium atau memegang anggota badan seseorang perempuan, melihat dengan menimbulkan syahwat saja tidak boleh, karena dikhawatirkan dapat menimbulkan dan mendekati zina. Hal ini ditegaskan oleh Allah dalam Firman-Nya surat An-Nur ayat 31: 12 34 35 7893: ;=?  A =35 B3C DEF G ;=? H I B7JK  2 MNO3PFQA B7J R SA T U 5 J 7 JV35 W  X=Y , B3C 782AZ[ \ ]  B_` aK MNO3PFQA B7J R SA T U bc J3R 2 Q3  G bc Jd  G 3 bc J3e 2  G bc Jd VF G  G 3 VF G bc J3e 2  G B J3 f ;  G WgK bc J3 f ;  G WgK B J3 f ; G  G B Jd Dh i  G 5 =4 j]9 5 B7J8A G  G MNk32 QlR XF m no pG 3 Fq4r ;35 st  G 01 H3uv MNO3 w x  J=? A \ ]  3yf qF  3 Dh3zV W  X=Y { B J 9KFq o ;y]92,3 5 Wk3H AI 35 B J3R SA T \ | 2 ]n } 2a3• C €A G M• 35 78  j‚92 M• 7 9 H2 . ƒ0 “ Katakanlah kepada wanita yang beriman: Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang biasa nampak dari padanya. dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau Saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam, atau budak- budak yang 20 A. Gunawan Setiardja, Dialektika Hukum dan Moral , Joyakarta: Kanisius, 1990, Cet 1, h. 90 mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan terhadap wanita atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, Hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.” An-Nur 24:31 Dalam sebuah syair disebutkan: “ Semua peristiwa perzinaan itu bermula dari memandang. Dan api yang besar itu berasal dari percikan api yang sangat kecil” Dari konteks syair tersebut dapat kita pahami bahwa tindakan pelecehan seksual yang tampak sangat sepele sebenarnya dapat menyulut perbuatan yang sangat besar lagi, yaitu seperti terjadinya perzinaan. Untuk itulah Nabi S.A.W menganjurkan kepada umatnya untuk menikah. Hal ini tentunya dimaksudkan untuk mencegah dari perbuatan zina. Meskipun pernikahan dalam agama Islam bukan hanya sekedar untuk memenuhi hasrat seksual. Hadist Nabi tersebut adalah : ﻡ ﺱ ﺱ ﻡ ی +, - . 0 ﻡ 1 2,ﺱ ﻡ 3 3 4 5 5 678 ﻥ:- ; 5 ی - =2, ی ﻡ ? ﻥ - ? A B CDED ; ﻡ DD “ dDari Ibnu Mas’ud ia berkata, Rasulullah berkata kepada kami “Wahai para pemuda, barangsiapa diantara kamu yang sanggup menikah, maka menikahlah, karena nikah itu dapat memundukkan pandangan dan membersihkan fajri kemaluan maka barang siapa yang belum mampu, hendaklah mengerjakan shaum puasa karena shaum itu dapat mencegah dari perbuatan zina,” Riwayat Al- Bukhari dan Muslim Hadist di atas merupakan salah satu cara yang dianjurkan oleh Rasulullah SAW bagaimana seharusnya nafsu syahwat atau hasrat seksual itu disalurkan dengan tidak menyalahi aturan agama yang telah digariskan.

D. Pandangan KUHP Terhadap Perbuatan Pelecehan Seksual