BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kosmetik
Kosmetik adalah sediaan atau paduan bahan yang untuk digunakan pada bagian luar badan kulit, rambut, kuku, bibir dan organ kelamin bagian luar, gigi
dan rongga mulut untuk membersihkan, menambah daya tarik, mengubah penampakan, melindungi supaya tetap dalm keadaan baik, memperbaiki bau
badan tetapi tidak dimaksudkan untuk mengobati atau menyembuhkan suatu penyakit Iswari, 2007.
Komposisi utama dari kosmetik adalah bahan dasar yang berkhasiat, bahan aktif dan ditambah bahan tambahan lain seperti : bahan pewarna, bahan pewangi,
pada pencampuran bahan-bahan tersebut harus memenuhi kaidah pembuatan kosmetik ditinjau dari berbagai segi teknologi pembuatan kosmetik termasuk
farmakologi, farmasi, kimia teknik dan lainnya Wasitaatmadja, 1997. Krim merupakan suatu sediaan berbentuk setengah padat mengandung
satu atau lebih bahan kosmetik terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai, berupa emulsi kental mengandung tidak kurang 60 air ditujukan untuk
pemakaian luar. Yang diformulasikan sebagai emulsi air dalam minyak atau water in oil, WO seperti penyegar kulit dan minyak dalam air oil in
water,OW seperti susu pembersih Anief, 1993.
Universitas Sumatera Utara
Kualitas krim meliputi : a.
Mudah dioleskan merata pada kulit. b.
Mudah dicuci bersih dari daerah lekatan. c.
Tidak menodai pakaian. d.
Tidak berbau tengik. e.
Bebas partikulat keras dan tajam. f.
Tidak mengiritasi kulit. Adapun bahan dasar krim misalnya dalam krim pelembab adalah : mineral
oil, lanolin, paraffin wax, olive oil, dan bahan tambahan lainnya Ditjen POM, 1985.
2.2. Penggolongan kosmetik Penggolongan kosmetik antara lain berdasarkan kegunaan bagi kulit :
2.2.1. Kosmetik perawatan kulit skin-care cosmetic.
a. Kosmetik untuk membersihkan kulit cleanser, misalnya sabun, susu
pembersih wajah, dan penyegar kulit freshner b.
Kosmetik untuk melembabkan kulit mouisturizer, misalnya mouisterizer cream, night cream.
c. Kosmetik pelindung kulit, misalnya sunscreen cream dan sunscreen
foundation, sun block creamlotion. d.
Kosmetik untuk menipiskan atau mengampelas kulit peeling, misalnya scrup cream yang berisi butiran-butiran halus yang berfungsi sebagai
pengampelas abrasiver.
Universitas Sumatera Utara
2.2.2 Kosmetik riasan dekoratif atau make-up
jenis ini diperlukan untuk merias dan menutup cacat pada kulit sehingga menghasilkan penampilan yang lebih menarik. Dalam kosmetik riasan, peran
zat pewarna dan zat pewangi sangat besar Iswari, 2007. Pada penggolongan kosmetik, krim wajah termasuk dalam kosmetik
perawatan kulit skin-care cosmetic yang mempunyai tujuan untuk melembabkan kulit serta melindungi kulit dari paparan sinar matahari. Namun
tidak untuk diagnosis, pengobatan serta pencegahan penyakit.
2.3. Kosmetik yang Menimbulkan Reaksi Negatif Pada Kulit 2.3.1. Kosmetik Pemutih Kulit Mengandung Hidrokoinon
Hidrokinon direkomendasikan oleh dokter ahli kulit sebagai preparat pemutih kulit atau peluntur pigmen kulit. Hidrokinon dapat menimbulkan
dermatitis kontak dalam bentuk bercak berwarna putih dan menimbulkan reaksi hiperpigmentasi. Efek samping hidrokinon berupa iritasi kulit ringan,
panas, merah, gatal. Monobenzil hidrokinon 2-4 merupakan pemutih yang sangat kuat sehingga dapat terjadinya bintik-bintik hitam pada kulit.
2.3.2 Kosmetik Pemutih Kulit Mengandung Merkuri
Ammoniated mercury 1-5 direkomendasikan sebagai bahan pemutih kulit karena berpotensi sebagai bahan pemucat warna kulit. Daya
pemutih pada kulit sangat kuat. Karena toksisitasnya terhadap organ-organ ginjal, saraf dan sebagainya sangat kuat maka dilarang pemakaiannya didalam
sediaan kosmetik. Ada dua jenis reaksi negatif yang terlihat : reaksi iritasi dan reaksi alergi berupa perubahan warna kulit.
Universitas Sumatera Utara
2.3.3. Kosmetik Pemutih Kulit Mengandung Retinoat
Asam retinoat merupakan asam vitamin A yang digunakan untuk pengobatan akne secara topical. Prinsip pengobatan akne secara topical adalah
untuk mencegah pembentukan komedo, menekan peradangan dan mempercepat penyembuhan lesi akne. Asam vitamin A sebanyak 0,025-1
berguna sebagai bahan iritan atau pengelupas senyawa lain. Namun asam retinoat kini tidak digunakan lagi karena dapat menimbulkan efek samping
yang tidak menguntungkan Iswari, 2007.
2.4. Absorbsi Kosmetik Secara Perkutan
Kulit merupakan “selimut” yang menutupi permukaan tubuh dan memiliki fungsi utama sebagai pelindung dari berbagai macam gangguan dan
rangsangan luar. Absorbsi kosmetik melalui kulit terjadi karena kulit ternyata mempunyai celah anatomis yang dapat menjadi jalan masuk kedalam kulit zat-
zat yang melekat diatasnya. Celah tersebut antara lain adalah : a.
celah antar sel epidermis. Meskipun tersusun berlapis dan satu sama lainnya terikat oleh jebbatan anatar sel intercellular bridges, masih
mempunyai celah yang dapat dilalui oleh molekul kosmetik. b.
Celah antar sel saluran kelenjar keringat juga merupakan jalan masuk molekul kosmetik Wasitaatmadja, 1997.
Banyak kosmetik yang tidak layak beredar di pasaran saat ini karena mengandung bahan yang tidak diizinkan digunakan di dalam kosmetik dan tidak
mempunyai nomor registrasi. Bahan tersebut antara lain merkuri, hidrokinon, dan
Universitas Sumatera Utara
asam retinoat. Bahan merkuri, hidrokinon, dan asam retinoat digunakan pada kosmetik untuk memutihkan dan menghaluskan kulit wajah.
Para produsen kosmetik masih banyak yang memakai hidrokinon karena diyakini mampu mengelupaskan bagian kulit bagian luar. Bahan kimia itu juga
menghambat pembentukan melanin yang membuat kulit tampak hitam Word Press, 2008.
Kerusakan wajah akibat produk kosmetik pernah terjadi lebih dari seperempat abad lampau. Waktu itu telah ditemukan penggunaan logam berat
merkuri Hg atau air raksa pada pemutih wajah. Demikian pula Hidrokinon dengan dosis berlebihan.
Khusus hidrokinon, masih diyakini menjadi bahan kimia paling efektif untuk memuluskan wajah. Tapi penggunaannya harus atas pengawasan dokter.
mengingat dampak membahayakan yang muncul jika digunakan berkelanjutran. Kalau di atas dua persen harus di bawah pengawasan dokter, ternyata Pada
banyak kasus, kosmetik-kosmetik ilegal mengandung hidrokinon hingga 5.
Bagi aparat negara memberantas peredaran kosmetik beracun bukan perkara mudah. Jalur hukum terlalu ringan untuk membuat para produsen dan
penjual kosmetik ilegal jera. Itu sebabnya setiap peringatan publik dan pelarangan oleh BPOM tidak ampuh Word Press, 2008.
Universitas Sumatera Utara
2.5. Hidrokinon