Respon Rusa Timor terhadap Pemberian Pakan Alternatif di Penangkaran

RESPON RUSA TIMOR TERHADAP PEMBERIAN PAKAN
ALTERNATIF DI PENANGKARAN

HELLY FITRIYANTY

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

ii

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Respon Rusa Timor
Terhadap Pemberian Pakan Alternatif di Penangkaran adalah benar karya saya
dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun
kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip
dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
tesis ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, Juni 2014
Helly Fitriyanty
NIM E353120025

ii

RINGKASAN
HELLY FITRIYANTY. Respon Rusa Timor Terhadap Pemberian Pakan
Alternatif di Penangkaran. Dibimbing oleh BURHANUDDIN MASYUD dan
AGUS PRIYONO KARTONO.
Salah satu faktor penentu keberhasilan dalam penangkaran satwaliar adalah
pakan karena selain pakan diketahui sebagai faktor pembatas (limiting factor) bagi
jaminan keberlanjutan hidup dan perkembangbiakan satwa, juga dari segi biaya
produksi pakan merupakan biaya terbesar mencapai 70-80% (Surung & Rahman
2012). Secara umum salah satu permasalahan yang dihadapi terkait hijauan pakan
rusa timor di penangkaran adalah keterbatasan kontinuitas ketersediaannya karena
sangat tergantung pada musim. Pada musim hujan ketersediaannya melimpah

sehingga kebutuhan rusa timor pada musim tersebut terpenuhi. Sebaliknya ketika
musim kemarau hijauan pakan sulit diperoleh. Oleh karena itu diperlukan upaya
pengembangan pakan alternatif melalui penerapan teknik pengawetan (pembuatan
silase) hijauan pakan dan optimalisasi pemanfaatan bahan pakan lokal berupa
limbah pertanian agar kebutuhan rusa timor pada musim kemarau tetap terpenuhi.
Diantara limbah pertanian di sekitar lokasi penangkaran rusa timor di Tahura Wan
Abdul Rachman Lampung yang diketahui memiliki potensi ketersediaan cukup
besar, yang dapat dikembangkan melalui teknik silase untuk digunakan sebagai
pakan alternatif bagi rusa timor adalah jerami padi (Oryza sativa) dan batang
pisang (Musa paradisiaca).
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kualitas pakan silase yang
dibuat, mengukur respon perilaku makan rusa timor terhadap introduksi pakan
alternatif (silase), dan mengevaluasi pengaruh pemberian pakan alternatif
berbahan penyusun rumput gajah, silase rumput gajah dan silase limbah pertanian
(jerami padi dan batang pisang) terhadap penampilan (performans) rusa timor,
berdasarkan palatabilitas pakan silase, rataan jumlah konsumsi pakan, rataan
pertambahan berat badan harian dan nilai konversi pakan. Penelitian dilakukan
dengan menggunakan rancangan acak lengkap dengan tiga jenis perlakuan dan
tiga ulangan. Perlakuan pakan terdiri atas rumput gajah segar (RGS), silase
rumput gajah (SRG), silase jerami padi (SJP) dan silase batang pisang (SBP).

Komposisi ketiga macam perlakuan pakan (dalam bahan kering) sebagai berikut:
P1 terdiri atas 72% rumput gajah segar dan 28% silase rumput gajah (RGS+SRG),
P2 terdiri atas 65% rumput gajah segar dan 35% silase jerami padi (RGS+SJP),
dan P3 terdiri atas 54% rumput gajah segar dan 46% silase batang pisang
(RGS+SBP). Rataan kandungan protein kasar masing-masing perlakuan adalah
8.70% (P1), 8.09% (P2) dan 7.76% (P3). Setiap unit contoh (rusa timor) diberi
rumput gajah segar dan pakan silase sebanyak 12.5% dan 6.25% bahan segar per
kg berat badan. Setiap perlakuan dicobakan pada tiga individu rusa timor sebagai
ulangan, terdiri atas 3 individu rusa timor jantan dan 6 individu rusa timor betina
dengan kisaran berat badan 18-50 kg. Masing-masing rusa timor ditempatkan
dalam kandang individu berukuran 2.2 m x 2.56 m yang dilengkapi dengan tempat
makan dan minum sesuai kebutuhan. Silase dibuat dengan penambahan molases
sebanyak 3%.
Parameter yang diukur adalah kualitas pakan silase, perilaku makan rusa
timor terhadap pakan silase, palatabilitas pakan silase, rataan jumlah konsumsi

harian, rataan pertambahan berat badan harian, dan konversi pakan. Untuk
menentukan ada atau tidaknya pengaruh perlakuan maka dilakukan analisis sidik
ragam pada selang kepercayaan 95%, yang dilanjutkan dengan uji beda nyata
terkecil. Kualitas pakan silase ditentukan berdasarkan karakteristik fisik (meliputi

bau, rasa, warna, ada tidaknya jamur dan lendir, tekstur dan derajat keasaman) dan
kimiawi (kandungan nutrisi). Perilaku makan dianalisis secara deskriptif
berdasarkan hasil pengamatan selama tahapan preliminary dan koleksi data.
Analisis palatabilitas rusa terhadap pakan alternatif (silase) menggunakan Manly’s
Alpha (Manly 1972; Chesson1978).
Kualitas silase yang dibuat dengan penambahan molases sebanyak 3%
termasuk kategori baik berdasarkan karakteristik fisik dan kimiawi serta
memenuhi standar minimum untuk satwa ruminansia. Dari segi fisik, silase yang
dibuat berbau harum keasaman seperti bau tape, rasa keasaman, warna dan tekstur
masih seperti semula, tidak berjamur, tidak berlendir dan tidak menggumpal
dengan derajat keasaman (pH) 4. Dari segi kimiawi terjadi peningkatan
kandungan nutrisi berupa peningkatan protein kasar dan penurunan serat kasar.
Rusa timor di penangkaran Tahura Wan Abdul Rachman Lampung memberikan
respon perilaku makan yang positif dan adaptif terhadap silase sebagai pakan
alternatif dan cenderung menyukai silase rumput gajah dan silase batang pisang,
serta kurang menyukai silase jerami padi. Ketiga pakan percobaan memberikan
pengaruh tidak berbeda nyata (p>0.05) terhadap rataan konsumsi harian,
pertambahan berat badan harian dan nilai konversi pakan. Nilai konversi pakan
terbaik diperoleh dari pakan percobaan P3 dengan komposisi 54% rumput gajah
segar (RGS) dan 46% silase batang pisang (SBP) karena secara teknis biologis

dan ekonomi dipandang lebih efisien dan menguntungkan dibanding pakan
percobaan P1 (72% rumput gajah segar dan 28% silase rumput gajah) dan pakan
percobaan P2 (65% rumput gajah segar dan 35% silase jerami padi). Dengan
demikian dari ketiga formula pakan alternatif yang dicobakan, pakan percobaan
P3 (RGS+SBP) dapat dipilih sebagai pakan alternatif untuk diberikan pada rusa
timor di penangkaran.
Kata kunci: batang pisang, jerami padi, rumput gajah, rusa timor, silase

iv

SUMMARY
HELLY FITRIYANTY. Responses of Timor Deer toward the Provision of
Alternative Feed in Captivity. Supervised by BURHANUDDIN MASYUD and
AGUS PRIYONO KARTONO.
One of the critical factors for the success of production of wildlife in
captivity is feed, and beside that production cost reaching 70-80% (Surung &
Rahman 2012) is also known as the limiting factor for the sustainability and
breeding of the wildlife. In general, one of the problems faced related to the
forage of timor deer in captivity is the limited continuity of feed availability
because it depends on the season. In the rainy season, the forage resources are

abundant so that the feed for timor deer in this season can be fulfilled. Conversely,
in the dry season, the forage source is scarce. It is, therefore, necessary to develop
alternative feed through the application of preservation techniques of forage
(making of silage) and optimize the utilization of local feed in the form of
agricultural waste so that the needs of forage for timor deer in the dry season can
be fulfilled. Two types of agricultural wastes found around the captivity site of
timor deer in Tahura Wan Abdul Rachman Lampung include rice straw (Oryza
sativa) and banana stem (Musa paradisiaca) which are known to have a great
potential for the availability of forage, and they can be developed through a silage
technique whose products can be used as an alternative feed for timor deer.
The study aimed to analyze the quality of silage, analyze the behavior of
timor deer toward the introduction of alternative feed (silage), evaluate the effects
of alternative feed made of elephant grass, elephant grass silage and agricultural
waste silage (rice straw and banana stem) on the performance of timor deer
viewed from the palatability of silage, average amount of daily consumption,
average daily gain and feed conversion. The research used a completely
randomized design with three types of treatments and three replications. The feed
treatment consisted of elephant grass, elephant grass silage, rice straw silage and
banana stem silage. The compositions of the three kinds of feed treatments (in dry
matter) were as follows: P1 consisting of 72% of elephant grass and 28% of

elephant grass silage (RGS+SRG), P2 consisting of 65% of grass silage and 35%
of rice straw silage (RGS+SJP), and P3 consisting of 54% of elephant grass and
46% of banana stem silage (RGS+SBP). The average of crude protein content of
each treatment was 8.70% (P1), 8.09% (P2) and 7.76% (P3). Each sample unit
(timor deer) was given elephant grass and silage feed as much as 12.5% and
6.25% per kg of body weight (fresh matter). Each treatment used 3 individual
timor deer as replicates, consisting of 3 individual timor deer males and 6 females
where the weight of the deer ranging from 18 to 50 kg. Each timor deer was
placed in an individual cage with the size of 2.2 m x 2.56 m equipped with food
and drink containers as required. Silage was made by adding molasses as much as
3%.
The parameters measured included silage feed quality, feeding behavior of
timor deer toward silage feed, palatability of silage feed, average amount of daily
consumption, average daily gain, and feed conversion. To determine effects of the
treatments, analysis on variance at a confidence level was conducted, followed by
the least significant difference test. Silage feed quality is determined by the

physical characteristics (including smell, taste, color, presence or absence of mold
and slime, texture and acidity) and chemicals (nutrient contents). Feeding
behavior was analyzed descriptively based on observations during the preliminary

stages and data collection. Analysis on timor deer palatability toward the
alternative feed (silage) was conducted using Manly's Alpha (Manly 1972;
Chesson 1978).
The quality of silage made by the addition of molasses as much as 3% is
categorized good based on the physical and chemical characteristics and meets the
minimum standards for ruminant animals. Physically, the silage made smells like
acids such as tape fragrant, has an acidic flavor and original color and texture,
also, it is not moldy, not slimy and agglomerates with the degree of acidity (pH)
of 4. Chemically, there is an increase in nutrient content i.e. an increase in crude
protein and a decrease in crude fibers. Timor deer in captivity in Tahura Wan
Abdul Rachman Lampung gave a positive eating behavior response, and they are
adaptive to the silage as an alternative feed and tend to prefer the elephant grass
silage and banana stem silage than rice straw silage. The three experimental feeds
did not give significantly different effects (p>0.05) on the average amount of daily
consumption, average daily gain and feed conversion value. Therefore, feed
conversion value was the best in P3 with the composition off 54% elephant grass
(RGS) and 46% banana stem silage (SBP), because biologically and economically
is considered more efficient and profitable than P1 (72% elephant grass and 28%
elephant grass silage) and P2 (65% elephant grass and 35% rice straw silage).
Thus, of the three alternative feed formulas tested, P3 (RGS+SBP) can be chosen

as a feed alternative fed to the timor deer in captivity.
Keywords: banana stem, elephant grass, rice straw, silage, timor deer

vi

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2014
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

RESPON RUSA TIMOR TERHADAP PEMBERIAN PAKAN
ALTERNATIF DI PENANGKARAN

HELLY FITRIYANTY


Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Profesi
pada
Program Studi Konservasi Keanekaragaman Hayati

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

ii

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Dr Ir Nyoto Santoso, MS

Judul Tesis : Respon Rusa Timor terhadap Pemberian Pakan Alternatif di
Penangkaran
Nama
: Helly Fitriyanty
NIM

: E353120025

Disetujui oleh
Komisi Pembimbing

Dr Ir Burhanuddin Masyud, MS
Ketua

Dr Ir Agus Priyono Kartono, MSi
Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi
Konservasi
Keanekaragaman Hayati

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr Ir Agus Priyono Kartono, MSi

Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr

Tanggal Ujian: 16 Juni 2014

Tanggal Lulus:

iv

PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya
sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam
penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Oktober 2013 sampai dengan Januari
2014 ini adalah pengembangan pakan alternatif, dengan judul Respon Rusa Timor
terhadap Pemberian Pakan Alternatif di Penangkaran.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Burhanuddin Masyud,
MS dan Bapak Dr Ir Agus Priyono Kartono, MSi selaku pembimbing, Bapak Dr
Ir Nyoto Santoso, MS selaku Dosen Penguji luar komisi, dan Bapak Dr Ir Agus
Hikmat, MScFTrop selaku Moderator pada Sidang Ujian Tesis. Ucapan terima
kasih juga disampaikan kepada seluruh staf pengajar, staf administrasi serta rekanrekan program studi Konservasi Keanekaragaman Hayati Institut Pertanian Bogor
atas ilmu, pelayanan dan kerjasamanya. Kepada Kementerian Kehutanan
diucapkan terima kasih atas beasiswa yang diberikan. Di samping itu,
penghargaan juga penulis sampaikan kepada Kepala Balai Konservasi Sumber
Daya Alam (BKSDA) Lampung, Kepala Dinas Kehutanan Propinsi Lampung dan
Kepala UPTD Tahura Wan Abdul Rachman Lampung beserta staf yang telah
membantu selama pelaksanaan penelitian. Ungkapan terima kasih juga
disampaikan kepada ayah (alm), ibu, ayah mertua, ibu mertua, suami tercinta
(Ariyadi Agustiono SHut, MSi) dan kedua anakku tersayang (M. Ghazi Fitraizza
dan Tsamara Althafunnisa Nuraqila), serta seluruh keluarga, atas doa dan kasih
sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Juni 2014
Helly Fitriyanty

i

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

ii

DAFTAR GAMBAR

ii

DAFTAR LAMPIRAN

ii

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Kerangka Pikir Penelitian
Ruang Lingkup Penelitian
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian

1
2
3
5
6
6

METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian
Bahan dan Alat
Jenis dan Metode Pengumpulan Data
Tahapan Penelitian
Metode Analisis Data

6
6
7
8
10

HASIL DAN PEMBAHASAN
Kualitas Pakan Silase
Respon Perilaku Makan Rusa Timor terhadap Introduksi Pakan Silase
Palatabilitas dan Konsumsi Pakan Silase
Tingkat Konsumsi
Pertambahan Berat Badan Harian
Konversi Pakan

14
17
20
22
26
28

SIMPULAN DAN SARAN

29

DAFTAR PUSTAKA

30

LAMPIRAN

36

ii

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

Proporsi dan komposisi kimia pakan perlakuan
Denah lapangan Rancangan Acak Lengkap
Kriteria penilaian kualitas fisik silase
Kriteria yang diukur dalam penentuan indeks palatabilitas
Kualitas fisik dan kimiawi silase percobaan
Indeks palatabilitas dan rataan konsumsi pakan silase
Rataan jumlah konsumsi rusa timor penelitian
Rataan jumlah konsumsi berdasarkan kelas umur
Rataan jumlah konsumsi berdasarkan jenis kelamin
Proporsi rataan konsumsi terhadap berat badan berdasarkan kelas umur
Proporsi rataan konsumsi terhadap berat badan berdasarkan jenis
kelamin
12 Rataan pertambahan berat badan harian dan nilai konversi pakan

10
11
12
13
15
20
23
24
24
25
25
27

DAFTAR GAMBAR
1 Kerangka pikir penelitian
2 Bagan tahapan penelitian
3 Bahan yang digunakan dalam pembuatan silase: (a) rumput gajah; (b)
jerami padi; (c) batang pisang; dan (d) molases
4 Karakteristik fisik silase: (a) silase rumput gajah; (b) silase jerami padi;
(c) silase batang pisang
5 Perkembangan perilaku makan rusa timor percobaan: (a) perilaku
investigatif (menyelidik); (b) perilaku sikap waspada; (c) perilaku
moving; (d) perilaku membaui; (e) perilaku memakan pakan silase
6 Fluktuasi rataan jumlah konsumsi pakan silase dalam bahan kering
(SRG; silase rumput gajah; SJP: silase jerami padi; SBP: silase batang
pisang)
7 Fluktuasi rataan jumlah konsumsi bahan kering pakan perlakuan (P1:
RGS+SRG; P2: RGS+SJP; P3: RGS+SBP)

4
5
7
15

18

19
26

DAFTAR LAMPIRAN
1 Matrik hubungan antara parameter yang diukur, data yang dikumpulkan,
sumber data, teknik analisis data dan keluaran
2 Sidik ragam tingkat kesukaan (palatabilitas) pakan silase
3 Sidik ragam rataan konsumsi bahan segar pakan silase
4 Sidik ragam rataan konsumsi bahan kering pakan silase
5 Sidik ragam proporsi rataan konsumsi bahan segar pakan silase
terhadap berat badan
6 Sidik ragam proporsi rataan konsumsi bahan kering pakan silase
terhadap berat badan
7 Sidik ragam rataan jumlah konsumsi bahan segar pakan perlakuan
8 Sidik ragam rataan jumlah konsumsi bahan kering pakan perlakuan

36
38
38
38
38
39
39
39

iii

9 Sidik ragam rataan jumlah konsumsi bahan segar pakan perlakuan
terhadap kelas umur
10 Sidik ragam rataan jumlah konsumsi bahan kering pakan perlakuan
terhadap kelas umur
11 Sidik ragam rataan jumlah konsumsi bahan segar pakan perlakuan
terhadap jenis kelamin
12 Sidik ragam rataan jumlah konsumsi bahan kering pakan perlakuan
terhadap jenis kelamin
13 Sidik ragam proporsi rataan jumlah konsumsi bahan segar pakan
perlakuan terhadap kelas umur
14 Sidik ragam proporsi rataan jumlah konsumsi bahan kering pakan
perlakuan terhadap kelas umur
15 Sidik ragam proporsi rataan jumlah konsumsi bahan segar pakan
perlakuan terhadap jenis kelamin
16 Sidik ragam proporsi rataan jumlah konsumsi bahan kering pakan
perlakuan terhadap jenis kelamin
17 Analisis regresi linear pengaruh berat badan terhadap rataan jumlah
konsumsi bahan segar
18 Analisis regresi linear berganda pengaruh konsumsi nutrien terhadap
rataan jumlah konsumsi bahan kering
19 Sidik ragam pertambahan berat badan harian (PBBH)
20 Sidik ragam nilai konversi pakan

39
39
39
40
40
40
40
40
41
41
43
43

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kegiatan konservasi satwaliar selain dapat dilaksanakan di habitat aslinya
(konservasi insitu), juga dapat dilaksanakan di luar habitatnya (konservasi eksitu).
Salah satu bentuk pelaksanaan konservasi eksitu adalah penangkaran yakni usaha
pemeliharaan dan pengembangbiakan satwaliar dengan tetap mempertahankan
kemurnian jenisnya, dengan tujuan untuk menjamin kelestarian populasinya dan
pengembangan pemanfaatannya secara berkelanjutan (sustainable use) baik
sebagai satwa konsumsi, wisata maupun kepentingan pendidikan dan ilmu
pengetahuan. Terkait dengan pengembangan pemanfaatan secara berkelanjutan
tersebut, maka Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Taman Hutan Raya
(Tahura) Wan Abdul Rachman Lampung mengembangkan penangkaran rusa
timor (Rusa timorensis de Blainville 1822) semi tertutup pada areal seluas 2 ha,
yang berlokasi di Kelurahan Sumber Agung Kecamatan Kemiling Kota Bandar
Lampung.
Salah satu faktor penentu keberhasilan produksi dalam penangkaran
satwaliar adalah pakan karena selain pakan diketahui sebagai faktor pembatas
(limiting factor) bagi jaminan keberlanjutan hidup dan perkembangbiakan satwa,
juga dari segi biaya produksi seperti halnya pada hewan ternak menurut Surung &
Rahman (2012) mencapai 70-80%. Oleh karena itu untuk mencapai produksi yang
tinggi, jumlah dan komposisi pakan yang diberikan perlu mendapatkan perhatian
agar secara teknis biologis dapat memenuhi kebutuhan satwa dan secara teknis
ekonomis lebih murah (efisien). Pemberian pakan yang terlalu sedikit atau banyak
akan merugikan, sehingga perlu dipilih pakan yang murah tetapi mengandung gizi
yang tinggi (Garsetiasih 2007). Selain itu pemberian pakan perlu memperhatikan
faktor palatabilitas karena merupakan aspek makan yang lebih menentukan
daripada nilai gizinya (McIlroy 1964).
Rusa timor sebagai satwa ruminansia, hampir 90% kebutuhan pokoknya
bersumber dari hijauan sebagai sumber energi utama (Hasan 2012). Selanjutnya
Zakaria et al. (2013) juga menyatakan bahwa satwa ruminansia dapat memenuhi
kebutuhan hidupnya dengan mengandalkan hijauan sebagai bahan utama pakan.
Secara umum salah satu permasalahan yang dihadapi terkait hijauan pakan rusa
timor di penangkaran adalah keterbatasan kontinuitas ketersediaannya karena
sangat tergantung pada musim. Pada musim kemarau ketersediaannya berkurang
sementara pada musim penghujan melimpah. Hal ini menjadi salah satu
permasalahan yang dihadapi oleh pihak pengelola penangkaran rusa timor di
Tahura Wan Abdul Rachman Lampung saat ini.
Berdasarkan kondisi di atas, maka diperlukan upaya pengembangan pakan
alternatif dalam rangka memacu produktivitas yang optimal, efektif dan efisien
melalui penerapan teknik pengawetan hijauan pakan dan mengoptimalkan
pemanfaatan bahan pakan lokal berupa limbah pertanian. Diantara limbah
pertanian di sekitar lokasi penangkaran rusa timor di Tahura Wan Abdul Rachman
Lampung yang diketahui memiliki potensi ketersediaan cukup besar yang dapat
dikembangkan melalui teknik silase untuk digunakan sebagai pakan alternatif bagi
rusa timor adalah jerami padi (Oryza sativa) dan batang pisang (Musa

2

paradisiaca). Satwa ruminansia mempunyai kemampuan untuk mencerna serat
kasar dengan bantuan mikroorganisme rumen. Dengan demikian limbah pertanian
yang mengandung serat kasar tinggi dapat dimanfaatkan sebagai pakan pengganti
hijauan (Basuki & Wiryasasmita 1987). Penggunaan limbah ini diharapkan dapat
meningkatkan daya guna limbah tersebut dan menghemat biaya pakan.
Telah terbukti bahwa melalui teknik silase, bahan pakan dari limbah
pertanian yang berkualitas rendah yang ditandai dengan kandungan serat kasar
cukup tinggi dan protein rendah ternyata dapat ditingkatkan dan memberikan efek
positif sebagai pakan alternatif pada hewan ternak ruminansia (Hernaman et al.
2005). Selain itu juga dapat menyediakan pakan sepanjang tahun karena
pembuatannya tidak dipengaruhi oleh musim dan dapat diberikan kapan saja
sesuai kebutuhan. Hal ini dipertegas kembali dengan beberapa hasil riset yang
menyatakan bahwa campuran konsentrat dan jerami padi fermentasi pada ransum
kerbau lebih baik dan lebih ekonomis dibandingkan rumput lapang (Wadhwa &
Bakshi 2004) dan penggunaan jerami padi fermentasi baik dipotong maupun
digiling dapat menggantikan rumput gajah sebagai sumber energi utama bagi
kambing peranakan etawah (Novita et al. 2006). Selanjutnya Wina (2001)
melaporkan bahwa limbah dari tanaman pisang dapat dimanfaatkan sebagai pakan
mulai dari batang bagian bawah (bongkol), tengah dan atas termasuk daunnya.
Apabila kedua silase limbah pertanian (jerami padi dan batang pisang) dan
silase rumput gajah diberikan sebagai pakan alternatif pada rusa timor, maka
pertanyaan penelitiannya adalah bagaimana respon perilaku dan tingkat kesukaan
(palatabilitas) rusa timor sebagai satwa pemakan hijauan terhadap pemberian
pakan alternatif tersebut? Selain itu apabila pemberian silase tersebut
dikombinasikan dengan hijauan segar rumput gajah (Pennisetum purpureum)
yang telah diketahui cukup melimpah di sekitar areal penangkaran dan memiliki
kandungan gizi yang cukup tinggi (Ella 2002), maka pertanyaannya apakah juga
memberikan efek positif terhadap performans rusa timor dilihat dari rataan jumlah
konsumsi pakan harian, pertambahan berat badan harian dan nilai konversi pakan?
Berdasarkan pemikiran dan pertanyaan-pertanyaan di atas, maka dilakukan
penelitian tentang respon rusa timor terhadap pemberian pakan alternatif di
penangkaran.

Perumusan Masalah
Pemenuhan hijauan pakan di penangkaran rusa timor Tahura Wan Abdul
Rachman Lampung saat ini masih tergantung pada rumput gajah yang disuplai
oleh masyarakat sekitar kawasan. Ketersediaan hijauan pakan tersebut sangat
dipengaruhi oleh musim, ketika musim hujan hijauan pakan sangat berlimpah
sehingga kebutuhan rusa timor pada musim tersebut terpenuhi. Sebaliknya ketika
musim kemarau hijauan pakan sulit diperoleh, sehingga diperlukan pengolahan
hijauan pakan agar kebutuhan rusa timor pada musim kemarau tetap terpenuhi.
Pemanfaatan limbah pertanian sebagai bahan pakan merupakan suatu alternatif
dalam upaya memenuhi kebutuhan nutrisi rusa timor ketika hijauan sulit
didapatkan, terutama sebagai pakan sumber serat. Diantara limbah pertanian yang
berpotensi sebagai pakan alternatif bagi rusa timor adalah jerami padi dan batang
pisang. Salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas bahan pakan dari limbah

3

pertanian dan dalam rangka mengatasi kelebihan produktivitas hijauan di musim
hujan adalah melalui pembuatan silase. Berdasarkan beberapa hasil riset (Wina
2001; Wadhwa & Bakshi 2004; Novita et al. 2006) diketahui bahwa bahan pakan
percobaan tersebut sudah digunakan sebagai pakan ternak ruminansia dan
menunjukkan pertumbuhan yang baik. Oleh karena itu diperlukan suatu penelitian
implementasi bahan pakan tersebut terhadap rusa timor di penangkaran.
Permasalahan yang menjadi fokus penelitian adalah belum adanya informasi
mengenai respon rusa timor terhadap introduksi pakan alternatif tersebut.
Berdasarkan uraian di atas maka disusun pertanyaan penelitian (research
question) sebagai berikut:
a. Bagaimana kualitas silase rumput gajah, silase jerami padi dan silase batang
pisang yang dibuat dengan penambahan molases (akselerator) sebanyak 3%?
b. Bagaimana respon perilaku makan dan tingkat kesukaan (palatabilitas) rusa
timor terhadap introduksi pakan alternatif berupa silase?
c. Bagaimana pengaruh pemberian pakan alternatif berbahan penyusun rumput
gajah, silase rumput gajah dan silase limbah pertanian (jerami padi dan
batang pisang) terhadap penampilan rusa timor dilihat dari rataan jumlah
konsumsi pakan, rataan pertambahan berat badan harian dan nilai konversi
pakan?

Kerangka Pikir Penelitian
Manajemen pakan merupakan faktor utama dalam pengembangan
penangkaran rusa timor karena pakan harus tersedia baik secara kuantitas maupun
kualitas sepanjang tahun dalam sistem produksi. Ketersediaan pakan sepanjang
tahun juga merupakan faktor langsung yang berhubungan dengan keberlanjutan
dan kestabilan penangkaran. Ketersediaan hijauan pakan sepanjang tahun sangat
fluktuatif dan berhubungan erat dengan perubahan musim, biasanya di musim
hujan hijauan pakan berlimpah sedangkan di musim kemarau hijauan pakan
berkurang. Berdasarkan permasalahan tersebut, maka dalam pengembangan
penangkaran rusa timor diperlukan suatu keterampilan baik dari segi tata laksana
pemeliharaan maupun segi pengetahuan tentang pakan.
Salah satu upaya untuk mengatasi permasalahan tersebut dan sekaligus
menekan biaya pakan adalah dengan mencari bahan pakan alternatif yang murah
dan tidak bersaing dengan kebutuhan manusia maupun hewan ternak lainnya.
Oleh karena itu, perlu dicarikan alternatif sumber pakan berupa hasil sampingan
dari pertanian maupun kelebihan hijauan di musim hujan. Pemanfaatan limbah
pertanian sebagai pakan merupakan suatu alternatif dalam upaya memenuhi
kebutuhan nutrisi rusa timor ketika hijauan sulit diperoleh. Introduksi pakan
alternatif ini mempertimbangkan beberapa faktor di antaranya mudah diperoleh,
harga relatif murah, tersedia dalam jumlah yang cukup secara kontinu sepanjang
tahun serta palatabilitas dan nilai gizinya (dapat memenuhi kebutuhan hidup
pokok, pertumbuhan dan produksi). Berdasarkan kondisi tersebut maka dilakukan
penelitian terkait pemanfaatan hijauan unggul dan limbah pertanian sebagai pakan
sumber serat bagi rusa timor di penangkaran.
Pemilihan bahan pakan lokal yang digunakan dalam penelitian ini didasari
pernyataan Semiadi & Nugraha (2004) bahwa di penangkaran pakan rusa lebih

4

bervariasi, pakan yang biasa disukai sapi, domba dan kambing tentu disukai rusa.
Selain itu rusa timor juga hampir menyukai segala jenis hijauan dan pakan
tambahan sehingga mudah dalam hal penyediaan pakannya, serta mampu
beradaptasi dengan mudah apabila terjadi perubahan pakan (Semiadi & Nugraha
2004). Bahan pakan lokal yang digunakan dalam penelitian adalah limbah
pertanian potensial di Provinsi Lampung berupa jerami padi dan batang pisang.
Penelitian ini difokuskan pada respon rusa timor terhadap pemberian pakan
alternatif (silase) yang meliputi analisis kualitas pakan silase dan respon perilaku
makan rusa timor terhadap pakan alternatif berupa silase, serta mengevaluasi
pengaruh pemberian pakan alternatif berbahan penyusun rumput gajah, silase
rumput gajah dan silase limbah pertanian (jerami padi dan batang pisang) dengan
mengukur palatabilitas terhadap pakan silase, rataan jumlah konsumsi pakan,
rataan pertambahan berat badan harian dan nilai konversi pakan. Bagan alir
kerangka pikir penelitian disajikan dalam Gambar 1.
Konservasi Eksitu
(Penangkaran)

Ketersediaan

70-80% biaya

Hijauan pakan

Musim

Mudah
diperoleh

Harga murah

Palatabilitas

Nilai gizi

Pengembangan pakan alternatif berbasis
pemanfaatan hijauan unggul dan bahan pakan lokal
Tahapan:
1. Pembuatan silase
2. Persiapan
3. Penimbangan berat
badan (BB) awal
4. Pemberian pakan
percobaan
5. Pengambilan data

Eksperimen

Evaluasi Pakan

Formulasi Ransum
Alternatif
Kuantitas dan kualitas pakan
terpenuhi

Pemanfaatan rumput
gajah dan limbah
pertanian potensial
(jerami padi, batang
pisang)
Kualitas silase
Perilaku makan
Palatabilitas
Konsumsi pakan
Pertambahan
berat badan harian
(PBBH)
Konversi pakan

Kualitas kehidupan tinggi
Performans (produktivitas tinggi)

Gambar 1 Kerangka pikir penelitian

5

Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini meliputi pembuatan silase, yaitu silase rumput gajah, silase
jerami padi dan silase batang pisang dengan penambahan molases sebanyak 3%.
Kualitas silase dianalisis secara fisik dan kimiawi (analisis proksimat).
Selanjutnya dilakukan uji in vivo pakan silase yang diberikan kepada 9 individu
rusa timor. Parameter yang diukur adalah respon perilaku makan rusa timor
terhadap introduksi pakan silase, tingkat kesukaan (palatabilitas) terhadap pakan
silase, rataan jumlah konsumsi harian, rataan pertambahan berat badan harian, dan
nilai konversi pakan. Data yang diperoleh dianalisis statistik. Tahapan penelitian
disajikan dalam Gambar 2.

Kondisi umum lokasi
penelitian
Tingkat konsumsi rusa
timor/hari
Pemberian pakan tambahan
(jenis, frekuensi, jumlah)
Kondisi umum unit contoh
(umur, BB, kesehatan)

Pengumpulan Data

Data Primer

Data Sekunder

Wawancara dan Studi
Literatur

Eksperimen

Pakan
diberikan (a)
Pakan sisa (b)
Pakan
dikonsumsi (c)

BB awal
BB akhir

perilaku
makan

Analisis
deskriptif

Pembuatan silase
a-b

konsumsi
pakan (c)

(BB akhir – BB
awal)/hari
pengamatan

Manly’s
Alpha

palatabilitas

PBBH
(d)

c:d
Persiapan kandang
dan unit contoh
konversi
pakan

Penimbangan BB
awal
Pemberian pakan
perlakuan

Evaluasi formulasi
hijauan pakan
(penampilan rusa timor)
(

Gambar 2 Bagan tahapan penelitian

Pengambilan data

6

Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah (1) menganalisis kualitas pakan silase
(silase rumput gajah, silase jerami padi dan silase batang pisang) yang ditambah
molases sebanyak 3% sebagai akselerator, (2) menganalisis respon perilaku
makan dan tingkat kesukaan (palatabilitas) rusa timor terhadap introduksi pakan
alternatif berupa silase, (3) mengevaluasi pengaruh pemberian pakan alternatif
berbahan penyusun rumput gajah, silase rumput gajah dan silase limbah pertanian
(silase jerami padi dan silase batang pisang) terhadap penampilan rusa timor
dilihat dari rataan jumlah konsumsi pakan, rataan pertambahan berat badan harian
dan nilai konversi pakan.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai informasi ilmiah bagi
pengembangan penangkaran rusa timor, terutama dalam hal manajemen pakan.

METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di penangkaran rusa timor Tahura Wan Abdul
Rachman Lampung, yang berlokasi di Kelurahan Sumber Agung Kecamatan
Kemiling Kota Bandar Lampung, pada bulan Oktober 2013 sampai dengan
Januari 2014. Penangkaran rusa timor Tahura Wan Abdul Rachman Lampung
ditetapkan secara resmi berdasarkan Surat Keputusan Kepala Balai Konservasi
Sumber Daya Alam Lampung Nomor: SK.245/BKSDA.L/1.Prl/2012 tentang
pemberian izin penangkaran non komersial satwa liar yang dilindungi UndangUndang jenis rusa timor kepada UPTD Taman Hutan Raya (Tahura) Wan Abdul
Rachman Lampung. Sistem penangkaran yang dikembangkan adalah semi
terkurung dengan luasan 2 ha.
Bahan dan Alat
Penelitian ini menggunakan 9 individu rusa timor dengan rincian 3 individu
rusa timor jantan dan 6 individu rusa timor betina, dengan kisaran berat badan 1850 kg. Unit contoh berdasarkan kelas umur (Mukhtar 1996) terdiri atas 5 individu
rusa timor kelas umur anak dan 4 individu rusa timor kelas umur muda. Semua
individu rusa contoh dalam kondisi sehat dan diasumsikan secara fisiologis
homogen sehingga dipandang memiliki respon yang relatif sama terhadap
perlakuan. Masing-masing rusa timor ditempatkan dalam kandang individu yang
berukuran 2.2 m x 2.56 m dan dilengkapi dengan tempat makan dan minum sesuai
kebutuhan. Kelengkapan lain yang digunakan di antaranya: alat pembuatan silase
(alat pemotong, timbangan bahan, silo berupa tong berukuran 25-90 kg, plastik
dan pengaduk bahan), pemeliharaan kandang (sekop, timbangan, kereta sorong
sebagai alat pengangkut bahan pakan). Adapun bahan yang digunakan (Gambar 3)
terdiri atas rumput gajah (umur potong 60 hari), jerami padi (umur panen padi 3
bulan), batang pisang (50% pisang kepok, 12.5% pisang janten, 12.5% pisang

7

serai dan 25% pisang ambon), molases (tetes tebu), dan desinfektan. Air minum
diberikan ad libitum.

(a)

(c)

(b)

(d)

Gambar 3 Bahan yang digunakan dalam pembuatan silase: (a) rumput gajah; (b)
jerami padi; (c) batang pisang dan (d) molases

Jenis dan Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data
sekunder. Pengumpulan data primer menggunakan metode eksperimen. Adapun
data primer yang dikumpulkan terdiri atas karakteristik pakan perlakuan dan
karakteristik rusa timor percobaan. Karakteristik pakan perlakuan meliputi
kualitas pakan silase, jumlah pakan yang diberikan, jumlah pakan sisa, jumlah
pakan dikonsumsi dan nilai konversi pakan, sedangkan karakteristik unit contoh
(rusa timor) meliputi respon perilaku makan, data berat badan awal dan data berat
badan akhir. Selanjutnya data sekunder yang dikumpulkan dalam penelitian ini
meliputi data kondisi umum lokasi penelitian, tingkat konsumsi rusa timor/hari,
data pemberian pakan tambahan (feed aditive) yang meliputi jenis, frekuensi dan
jumlah pakan tambahan yang diberikan, serta data kondisi umum rusa timor yang
menjadi unit contoh (umur, berat badan, dan kesehatan). Pengumpulan data
sekunder dilakukan dengan cara wawancara secara langsung kepada pihak
pengelola dan studi literatur yang bersumber dari laporan statistik dan laporan
tahunan Dinas Kehutanan Propinsi Lampung, tesis/disertasi dan publikasi ilmiah
berupa jurnal.

8

Tahapan Penelitian
1 Pembuatan Pakan Silase
Penelitian ini diawali dengan pembuatan pakan silase berupa silase rumput
gajah, silase jerami padi dan silase batang pisang. Pembuatan silase untuk
meningkatkan kualitas bahan pakan dan mempertahankan kondisinya tetap segar
(Nevy 1999; Hernaman et al. 2005). Teknologi fermentasi yang dilakukan dalam
penelitian ini masih sangat sederhana dengan menggunakan molases sebanyak 3%
sebagai bahan aditif. Penambahan molases sebagai aditif dalam pembuatan pakan
silase didasari oleh pernyataan Asngad (2005), bahwa salah satu prinsip dalam
pembuatan silase adalah usaha untuk mencapai dan mempercepat keadaan hampa
udara dan suasana asam di tempat penyimpanan, dengan memberikan bahan
pengawet yang banyak mengandung karbohidrat seperti tetes tebu (molases).
Selanjutnya penentuan kadar (persentase) molases yang digunakan didasari oleh
Mochtar & Tedjowahjono (1985) yang menyatakan bahwa penggunaan molases
sebagai bahan pengawet dalam pembuatan silase sebanyak 1-4% dari berat segar
hijauan.
Pembuatan silase diawali dengan penyiapan bahan atau materi. Rumput
gajah dan jerami padi dilayukan selama 1 hari, kemudian dipotong-potong dengan
ukuran 3-5 cm. Batang pisang terlebih dahulu dipotong-potong dengan ukuran 3-5
cm lalu dilayukan selama 1-2 hari. Proses pengeringan atau pelayuan
dimaksudkan untuk mendapatkan kadar air mendekati 65-75%, yang ditandai
ketika rumput gajah, jerami padi dan batang pisang diremas air tidak menetes dan
tangan basah (Bolsen & Sapienza 1993). Bila kadar air lebih rendah dari 65%
maka keadaan anaerob sukar dicapai sehingga jamur akan tumbuh. Sebaliknya
ketika kadar air lebih besar dari 75%, maka Clostridia sp dapat berkembang biak
sehingga banyak dihasilkan asam butirat dan merusak asam amino sehingga akan
menurunkan kandungan nutrisi silase. Selanjutnya masing-masing bahan
dicampur dengan molases sebanyak 3% dari berat segar bahan sampai homogen,
kemudian dimasukkan ke dalam silo (kantung plastik), dipadatkan dan ditutup
rapat untuk menjaga kondisi anaerob di dalam silo.
Proses ensilase berlangsung selama 21 hari dan silase siap diberikan sebagai
pakan alternatif bagi rusa timor di penangkaran. Hal ini sesuai dengan Foley et al.
(1973), bahwa proses fermentasi silase terbagi atas 5 fase dan memakan waktu
sedikitnya 21 hari untuk mencapai hasil yang optimal. Pendapat ini juga didukung
oleh Santi et al. (2012), bahwa penambahan molases sebanyak 10% menghasilkan
silase batang pisang yang dikategorikan berkualitas baik berdasarkan karakteristik
fisik, kimiawi maupun nilai kecernaan invitro dan lama ensilase optimal untuk
membuat silase batang pisang yaitu 21 hari. Sebelum diberikan kepada rusa timor
percobaan, silase diangin-anginkan atau dikeringkan terlebih dahulu agar pH
silase bisa meningkat (sama dengan pH rumen) sehingga tidak menyebabkan
asidosis.
2 Persiapan
Kandang dan semua peralatan yang digunakan seperti tempat pakan dan
minum dibersihkan dan didesinfektan. Rusa timor percobaan tidak diberi obat
cacing, karena 1 bulan sebelum perlakuan pihak pengelola Penangkaran Tahura

9

Wan Abdul Rachman Lampung sudah memberikan obat cacing merk kalbazen.
Selanjutnya sebelum diberikan perlakuan, terlebih dahulu rusa timor
diadaptasikan dengan lingkungan kandang selama 7 hari.
3 Penimbangan Berat Badan
Sebelum diberi perlakuan, dilakukan penimbangan berat badan awal pada
pagi hari dengan mempuasakan unit contoh pada malam hari terlebih dahulu
(Kuswandi 2007). Selanjutnya pada akhir tahapan koleksi data, dilakukan
penimbangan kembali sehingga diperoleh data berat badan akhir dari masingmasing unit contoh (rusa timor).
4 Tahapan Koleksi Data (Pemberian Pakan Percobaan)
Percobaan Tahap 1 Pengukuran Tingkat Kesukaan (Palatabilitas) terhadap Jenis
Pakan Silase
Pengukuran palatabilitas pada penelitian ini merupakan derajat kesediaan
ketiga jenis pakan silase (silase rumput gajah, silase jerami padi dan silase batang
pisang) untuk dipilih dan dimakan oleh satu individu rusa timor percobaan,
melalui pemberian secara prasmanan (free choice feeding). Setiap unit contoh
(rusa timor) diberi ketiga jenis pakan silase sebanyak 6.25% bahan segar per kg
berat badan untuk masing-masing pakan silase. Ketiga jenis pakan silase disajikan
terpisah antara jenis pakan silase yang satu dengan yang lainnya, namun masih
dalam jangkauan rusa timor percobaan (saling berdekatan) sehingga
mempermudah proses pengamatan respon perilaku makan. Percobaan pada tahap
ini diawali dengan perlakuan preliminary selama 10 hari, yang dilanjutkan dengan
perlakuan untuk menentukan tingkat kesukaan (palatabilitas) terhadap jenis pakan
silase selama 14 hari. Perlakuan preliminary merupakan tahap pembiasaan agar
rusa timor percobaan terbiasa dengan makanan yang dicobakan serta
menghilangkan atau meminimumkan pengaruh makanan yang dicobakan.
Percobaan Tahap 2 Pengukuran Rataan Jumlah Konsumsi Harian
Pakan percobaan dalam penelitian ini terdiri atas rumput gajah segar, silase
rumput gajah, silase jerami padi, dan silase batang pisang yang merupakan pakan
sumber serat. Penyusunan pakan percobaan ini berdasarkan pernyataan Hasan
(2012), bahwa hampir 90% kebutuhan pokok ruminansia bersumber dari hijauan
yang merupakan sumber energi utama bagi ruminansia. Lebih lanjut ditegaskan
Zakaria et al. (2013), bahwa satwa ruminansia dapat memenuhi kebutuhan
hidupnya dengan mengandalkan hijauan sebagai bahan utama pakan. Setiap unit
contoh (rusa timor) diberi rumput gajah segar dan pakan silase sebanyak 12.5%
dan 6.25% bahan segar per kg berat badan (BB). Penentuan jumlah pemberian
pakan didasarkan pernyataan Garsetiasih & Takandjanji (2006) bahwa pemberian
pakan segar bagi rusa timor adalah sebesar 10% dari berat badan yang dikalikan 2.
Selain itu juga berdasarkan hasil pengamatan preliminary selama 10 hari yang
diberikan secara ad libitum. Adapun proporsi dari pakan percobaan (P) dalam
bahan segar sebagai berikut:
P1 = Rumput gajah segar (12.5% BB) + silase rumput gajah (6.25% BB)
P2 = Rumput gajah segar (12.5% BB) + silase jerami padi (6.25% BB)

10

P3 = Rumput gajah segar (12.5% BB) + silase batang pisang (6.25% BB)
Tahapan percobaan kedua ini juga diawali dengan perlakuan preliminary
kembali selama 10 hari dan dilanjutkan dengan pemberian pakan percobaan
selama 24 hari. Pemberian pakan silase dilakukan 2 jam sebelum pemberian
rumput gajah segar dan diberikan 2 kali sehari (pagi dan sore), yaitu pada pukul
07.00 WIB dan pukul 15.00 WIB, sedangkan rumput gajah segar diberikan pada
pukul 09.00 WIB dan pukul 17.00 WIB. Air minum diberikan ad libitum. Rataan
proporsi dan komposisi kimia pakan percobaan (dalam bahan kering) berdasarkan
rataan jumlah konsumsi harian selama koleksi data seperti disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1 Proporsi dan komposisi kimia pakan percobaan
Bahan penyusun/nutrien
Rumput gajah segar (%)
Silase rumput gajah (%)
Silase Jerami Padi (%)
Silase Batang Pisang (%)
Rataan Kandungan Protein Kasar (%)
Rataan Kandungan Serat Kasar (%)
Rataan Kandungan Lemak Kasar (%)
Rataan Kandungan BETN (%)

P1
72
28
8.70
25.47
0.77
36.68

Pakan Percobaan
P2
65
35
8.09
24.10
0.49
37.45

P3
54
46
7.76
21.43
0.86
41.65

P1: pakan percobaan 1, P2: pakan percobaan 2, P3: pakan percobaan 3; BS: bahan segar, BK: bahan
kering; BETN: bahan ekstrak tanpa nitrogen.

Pengukuran tingkat kesukaan terhadap pakan silase dan rataan jumlah
konsumsi harian pakan percobaan dilakukan dengan pendekatan jumlah pakan
yang dikonsumsi, maka data yang dikumpulkan meliputi:
a. Jumlah pakan yang diberikan.
b. Jumlah sisa pakan yang ditimbang pada waktu pagi keesokan harinya sesaat
sebelum diberi pakan kembali.
c. Jumlah pakan yang dikonsumsi.
5 Respon Perilaku Makan terhadap Introduksi Pakan Silase
Perilaku makan merupakan perilaku pokok yang dilakukan oleh rusa timor
untuk mempertahankan hidupnya. Perilaku makan seolah-olah merupakan proses
yang sederhana, tetapi hal ini merupakan masalah yang perlu diperhatikan pada
rusa timor yang diintroduksi pakan alternatif. Introduksi pakan alternatif selain
mempertimbangkan aspek kualitas pakan dan efisiensi ekonomi, juga
merpertimbangkan respon rusa timor terhadap pakan alternatif tersebut.
Pengamatan respon perilaku makan terhadap pakan silase dilakukan selama
tahapan preliminary dan tahapan koleksi data. Peubah perilaku yang diamati
meliputi perilaku makan dan minum (ingesti) dan perilaku lain yang menyertai
perilaku makan. Pengamatan dilakukan mulai dari pagi hari hingga malam hari.

Metode Analisis Data
Penelitian menggunakan rancangan acak lengkap dengan tiga jenis
perlakuan dan tiga ulangan. Semua data ditabulasi dan ditampilkan dalam bentuk

11

rataan. Untuk menentukan ada atau tidaknya pengaruh perlakuan maka dilakukan
analisis sidik ragam pada selang kepercayaan 95%, yang dilanjutkan dengan uji
beda nyata terkecil. Melalui prosedur pengacakan maka dibuatkan denah lapangan
rancangan acak lengkap dengan 3 perlakuan pakan yang diulang 3 kali, sehingga
ada 9 unit percobaan (Tabel 2). Adapun model matematika yang digunakan
(Gaspersz 1991) sebagai berikut:.
yij = µ + Ti +
keterangan:
yij : nilai pengamatan untuk perlakuan pakan dan ulangan rusa timor
µ
: rataan umum
Ti : efek perlakuan pakan
: pengaruh galat pada satuan percobaan rusa timor yang memperoleh
pakan percobaan
Tabel 2 Denah lapangan rancangan acak lengkap
Ulangan
1
2
3
Jumlah

P1
JM
BA
BM
3

Pakan Percobaan (P)
P2
P3
BM
BM
BA
BA
JA
JA
3
3

Jumlah
3
3
3
9

JM: jantan muda, JA: jantan anak, BM: betina muda, BA: betina anak.

Salah satu faktor internal dari satwa yang mempengaruhi tingkat konsumsi
adalah berat badan. Parakkasi (1995) menyatakan bahwa berat badan berkorelasi
positif dengan tingkat konsumsi maka untuk mengetahui pengaruh berat badan
dari unit contoh terhadap jumlah konsumsi harian maka dilakukan analisis regresi
linear. Pengolahan data menggunakan program SPSS 16. Model matematika yang
digunakan (Johnson & Bhattacharyya 2010) sebagai berikut:
y = ß0 + ß1x1 + e1
keterangan:
y
: rataan jumlah konsumsi
x1 : berat badan
ß0 : konstanta
ß1 : koefisien regresi
e1 : kesalahan galat
Tingkat konsumsi juga dipengaruhi oleh kualitas bahan pakan (Parakkasi
1995). Oleh karena itu untuk mengetahui zat gizi dalam bahan pakan yang paling
berpengaruh terhadap jumlah konsumsi harian maka dilakukan analisis regresi
linear berganda dengan pola stepwise. Model matematika yang digunakan
(Johnson & Bhattacharyya 2010) sebagai berikut:
y = ß0 + ß1x1 + ß2x2 + ß3x3 + ß4x4 + ß5x5 + ß6x6 + ei
keterangan:
y
: rataan jumlah konsumsi

12

x1
x2
x3
x4
x5
x6

ß0
ßk
ei

: konsumsi abu
konsumsi protein kasar
: konsumsi serat kasar
: konsumsi lemak kasar
: konsumsi bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN)
: konsumsi energi bruto
: konstanta
: koefisien regresi
: kesalahan galat

Parameter yang diukur dalam penelitian ini meliputi kualitas pakan silase,
respon perilaku makan terhadap pakan alternatif (silase), tingkat kesukaan
(palatabilitas) terhadap pakan silase, rataan jumlah konsumsi harian pakan
perlakuan, pertambahan berat badan harian (PBBH) dan nilai konversi pakan.
Matrik hubungan antara parameter yang diukur, data yang dikumpulkan, sumber
data, teknik analisis data dan keluaran yang diharapkan dari penelitian ini
disajikan dalam Lampiran 1. Adapun analisis dari paramater yang diukur adalah
sebagai berikut:
1 Kualitas Pakan Silase
Kualitas pakan silase ditentukan berdasarkan karakteristik fisik (meliputi
bau, rasa, warna, ada tidaknya jamur dan lendir, tekstur dan derajat keasaman) dan
kimiawi (kandungan nutrisi). Kriteria penilaian status kualitas fisik silase (Tabel
3) mengacu pada Bolsen & Sapienza (1993), Bolsen et al. (2000), Syarifuddin
(2008) dan Sandi et al. (2010). Adapun karakteristik kimiawi silase ditentukan
berdasarkan perbandingan hasil analisis proksimat bahan pembuat silase dan
silase terutama perbedaan kandungan protein kasar dan serat kasar. Analisis
proksimat pakan percobaan (bahan kering, abu, protein kasar, serat kasar, lemak
kasar, bahan ekstrak tanpa nitrogen dan energi bruto) dilakukan di Laboratorium
Ilmu dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan IPB.
Tabel 3 Kriteria penilaian kualitas fisik silase
Kriteria
Baik sekali
Baik
Sedang
Bau
asam
asam
kurang asam
Rasa
keasaman
asam
asam
Warna
hijau tua
hijau keperangan hijau keperangan
coklat muda*
coklat muda*
coklat tua*
Cendawan, tidak ada
sedikit
lebih banyak
lendir
Tekstur
lemas/tidak
lemas/tidak kaku agak kaku
kaku
padat*
padat*
agak padat*
**
**
pH
3.2-4.2
4.2-4.5
4.5-4.8**

Buruk
busuk
tidak asam
tidak hijau
kehitaman*
banyak
kaku
lembek*
> 4.8**

Bolsen dan Sapienza (1993); Bolsen et al. (2000); *: Syarifuddin (2008); **: Sandi et al. (2010).

2 Respon Perilaku Makan terhadap Introduksi Pakan Silase
Pengamatan perilaku makan dilakukan untuk mengetahui respon rusa timor
percobaan terhadap introduksi pakan alternatif (silase). Perilaku makan dianalisis

13

secara deskriptif berdasarkan hasil pengamatan selama tahapan preliminary dan
koleksi data pada tahapan percobaan pengukuran tingkat kesukaan (palatabilitas)
terhadap pakan silase dan tahapan percobaan pengukuran rataan jumlah konsumsi
harian pakan perlakuan.
3 Tingkat Kesukaan (Palatabilitas) terhadap Pakan Silase
Analisis palatabilitas terhadap pakan silase menggunakan asumsi bahwa
semakin tinggi konsumsi terhadap jenis pakan silase maka semakin disukai jenis
pakan silase tersebut. Analisis palatabilitas rusa timor percobaan terhadap pakan
alternatif (silase) menggunakan Manly’s Alpha (Manly 1972; Chesson 1978).
Kriteria yang diukur dalam penentuan indeks palatabilitas disajikan dalam Tabel 4.
Nilai indeks palatabilitas (αi) yang diperoleh menunjukkan tingkat kesukaan. Jika
nilai indeks palatabilitas (αi) > 1/m berarti jenis pakan perlakuan disukai dan jika
αi < 1/m berarti jenis pakan perlakuan tidak disukai, dengan m adalah jumlah jenis
pakan silase.

keterangan:
α1, α2, α3 :
n1, n2, n3 :
r1, r2, r3
:
m
:
1, 2, 3
:

indeks palatabilitas jenis pakan silase
proporsi jenis pakan silase diberikan
proporsi jenis pakan silase dikonsumsi
jumlah jenis pakan silase yang diberikan (m = 3)
silase rumput gajah, silase jerami padi, silase batang pisang

Tabel 4 Kriteria yang diukur dalam penentuan indeks palatabilitas
Pakan
percobaan
SRG
SJP
SBP
Total

Pakan diberikan
Jumlah
Proporsi
pakan
pakan
diberikan
diberikan
(ai)
(ni)
a1
n1
a2
n2
a3
n3
Σai
1.00

Pakan dikonsumsi
Jumlah
Proporsi
pakan
pakan
dikonsumsi dikonsumsi
(ci)
(ri)
c1
r1
c2
r2
c3
r3
Σci
1.00

Manly’s
Alpha (αi)
α1
α2
α3
1.00

SRG: silase rumput gajah, SJP: silase jerami padi, SBP; silase batang pisang.

Nilai alpha (αi) dinormalisasi sehingga:

4 Rataan Jumlah Konsumsi Pakan Perlakuan
Tingkat konsumsi merupakan faktor esensial yang menjadi dasar untuk
hidup dan menentukan produksi (Arora 1989; Parakkasi 1995). Konsumsi pakan
diukur setiap hari untuk menentukan rataan jumlah konsumsi harian rusa timor

14

meliputi konsumsi rumpu