Perabot dan Perlengkapan Tata Letak Perabot Perpustakaan Pengaturan Suhu Ruangan

i a. Pemerosesan bahan pustaka mulai dari pengadaan sampai bahan pustaka tersebut siap untuk disajikan kepada pemakai perpustakaan. b. Ruang tata usaha untuk kepala perpustakaan dan stafnya c. Ruang untuk memperbaiki bahab pustaka yang rusak 5.Ruang khusus Ruang khusus adalah ruang yang terdiri dari kamar kecil, ruang diskusi pertemuan, ruang bercerita untuk anak-anak dan ruang lain untuk anak-anak dan ruang lain untuk kantin. Perpustakaan Nasional, 1992: 5.

2.4. Perabot dan Perlengkapan

Perpustakaan perlu dan harusnya memberikan fasilitas perpustakaan seperti perabot dan perlengkapan demi kelancaran kegiatan perpustakaan. Penambahan beberapa jenis perabot dan perlengkapan ditujukan untuk layanan agar pengunjung dan pemakai jasa perpustakaan dapat menemukan semua informasi yang dibutuhkan dengan mudah dan cepat. Dalam buku perpustakaan Perguruan Tinggi: Buku Pedoman 1994: 129 dinyatakan bahwa “Perabot adalah barang yang diperlukan didalam ruang perpustakaan sebagai penunjang fungsinya”. Dalam buku Pepustakaan Tinggi : Buku Pedoman 2004:18 dinyatakan bahwa: “Perabot adalah perlengkapan fisik yang diperlukan fisik yang diperlukan didalam ruang perpustakaan sebagai penunjang fungsi perpustakaan seperti berbagai meja-kursi kerja dan layanan, berbagai rak, berbagai jenis lemari dan laci, kereta buku, dan lain-lain. Dalam buku Perpustakaan Perguruan Tinggi: Buku Pedoman 2004: 141 dinyatakan bahwa: ” Perlengkapan adalah perangkat atau benda yang digunakan sebagai daya dukung pekerjaan administrasi dan pelayanan seperti Mesin fotokopi, Komputer, LCD proyektor, VCD player, Pesawat telepon dan faksimili, Pengaman bahan pustaka, Mesin Potong dan lain-lain”

2.5. Tata Letak Perabot Perpustakaan

Perabot yang telah dipersiapkan untuk setiap ruangan perpustakaan harus ditata sedemikian rupa sehingga: i 1. Tidak terjadi hambatan arus lalu lintas pemakai dan pelaksanaan kerja disetiap ruangan dan antar ruang. 2. Terlihat suatu gambaran yang wajar dan menarik. 3. Terdapat keleluasaan bergerak yang wajar dari pemakai perpustakaan maupun pelaksanaan kerja. 4. Adapun efisiensi pemakaian ruangan. Perpustakaan Nasional, 1992:175 Berdasarkan pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa perpustakaan sangat membutuhkan seorang desain interior yang diharapkan dapat menata ruang- ruang di perpustakaan, sehingga tata letak perabot dalam ruangan dapat dimanfaatkan secara efektif oleh penggunanya.

2.6. Pengaturan Suhu Ruangan

Bangunan perpustakaan mempunyai sistem ventilasi yang berbeda-beda namun pada umumnya perpustakaan di Indonesia menggunakan sistem ventilasi yang dapat dibagi menjadi dua bagian antara lain: a.Ventilasi pasif Bangunan perpustakaan yang direncanakan dengan pemanfaatan ventilasi pasif alam, haruslah didirikan dengan pertimbangan kondisi angin tempat bangunan perpustakaaan tersebut akan dibangun. Arah angin, kecepatan angin, area yang terbuka dan jenis vegetasi di sekeliling bangunan dan tinggi bangunan akan sangat mempengaruhi ventilasi didalam bangunan. Konsep perencanaan dengan ventilasi pasif yang terbaik adalah dengan sistem ventilasi silang. Beberapa hal yang diperhatikan untuk perancangan perpustakaan dengan ventilasi pasif adalah sebagai berikut: 1.Menempatkan lubang ventilasi jendela lubang angin pada sisi dinding yang berhadapan. 2.Mengusahakan agar lubang ventilasi tersebut sejajar dengan arah angin. 3.Mengusahakan luas lubang ventilasi sebanding dengan persyaratan dan fasilitas ruang. Persyaratan dan fasilitas ruang dengan luas ruang, sekurang-kurangnya 10 dari luas ruang yang bersangkutan. i Penentuan letak lubang ventilasi perlu diperhatikan agar kondisi ruang mempunyai tingkat kelembaban relative humidity yang rendah sehingga keamanan koleksi buku dan pustaka yang lain dapat terjamin. Perpustakaan Perguruan Tinggi: Buku Pedoman1994:130. b.Ventilasi Aktif Walaupun ventilasi pasif mungkin dianggap telah mencukupi, namun sebaiknya bangunan perpustakaan dapat direncanakan dengan menggunakan sistem ventilasi aktif atau sistem penghawaan buatan air conditioning. Dasar pemikiran sistem ventilasi aktif ini adalah untuk menjaga agar kondisi temperature dan kelembaban ruang perpustakaan stabil sehingga koleksi perpustakaan terjamin keawetannya. Jika pemasangan penghawaaan buatan tidak dapat menjangkau keseluruhan ruang. Ruang yang perlu dijaga kondisinya adalah sebagai berikut: 1. Area penyimpanan-pengguna multimedia 2. Area koleksi buku langka 3. Area koleksi buku 4. Ruang baca 5. Ruang kerja pustakawan. Perencanaan ruang yang temperatur dan kelembabanya harus selalu terjaga haruslah memperhatikan hal berikut: 1.Efisiensi volume ruang sehingga penggunaan energi dapat dihemat 2.Pemilihan sistem pengkondisian yang bertujuan agar diperoleh beban pendingin minimal. Tingkat pengkondisian ruang yang diinginkan ialah sebagai berikut: Temperatur 22-24 untuk ruang koleksi buku,ruang baca,dan ruang kerja 20 untuk ruang komputer Kelembaban 45-55

2.7. Sistem Penerangan