HUBUNGAN ANTARA FREKUENSI ANTENATAL CARE DENGAN KEJADIAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH BERDASARKAN MASA KEHAMILAN DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

(1)

commit to user

HUBUNGAN ANTARA FREKUENSI ANTENATAL CARE DENGAN KEJADIAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH BERDASARKAN

MASA KEHAMILAN DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

SAMUEL HOTMA ROTUA G0007152

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2010


(2)

commit to user

PERSETUJUAN

Skripsi dengan judul :

Hubungan antara Frekuensi Antenatal Care dengan Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah Berdasarkan Masa Kehamilan

di RSUD Dokter Moewardi Surakarta

Samuel Hotma Rotua, G0007152, Tahun 2010

Telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Uji Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta

Pada Hari ..., Tanggal ... 2010 Pembimbing Utama Penguji Utama

Abdurrahman Laqif, dr. Sp. OG (K) Abkar Raden, dr. Sp. OG (K) NIP. 140 350 425 NIP. 19461019 197603 1 001

Pembimbing Pendamping Anggota Penguji

Heru Priyanto,dr. Sp. OG (K) Novi Primadewi, dr. Sp THT- KL NIP. 140 350 794 NIP. 19751129 200812 2 002

Tim Skripsi

Annang Giri Mulyo, dr. Sp. A M. Kes NIP:19730410 200501 1 001


(3)

commit to user PERNYATAAN

Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan penulis juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Surakarta,...

Samuel Hotma Rotua G0007152


(4)

commit to user

PENGESAHAN SKRIPSI

Skripsidenganjudul :Hubungan Antara Frekuensi Antenatal Care dengan Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah Berdasarkan Masa Kehamilan

di RSUD Dokter MoewardiSurakarta

Samuel Hotma Rotua, G0007152, Tahun 2010

Telahdiuji dan sudah disahkan di hadapanDewan Penguji Skripsi FakultasKedokteranUniversitasSebelasMaret Surakarta

PadaHari..., Tanggal... 2010

PembimbingUtama

Nama : Abdurrahman Laqif, dr. Sp. OG (K)

NIP : 19680121 199903 1 004 (...) PembimbingPendamping

Nama : Heru Priyanto,dr. Sp. OG (K)

NIP : 140 350 794 (...) PengujiUtama

Nama : Abkar Raden, dr. Sp. OG (K)

NIP : 19461019 197603 1 001 (...) AnggotaPenguji

Nama : Novi Primadewi, dr. Sp THT- KL

NIP :19751129 200812 2 002 (...)

Surakarta,...

Ketua Tim Skripsi Dekan FK UNS

Muthmainah, dr., M.Kes. Prof. Dr. A. A. Subiyanto,dr., MS NIP : 1966 0702 1998 02 2001 NIP : 1948 1107 1973 10 1 003


(5)

commit to user DAFTAR ISI

PRAKATA ...vi

DAFTAR ISI ...vii

DAFTAR TABEL... x

DAFTAR GAMBAR ...xi

DAFTAR LAMPIRAN...xii

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Perumusan Masalah... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... ... 4

BAB II. LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka ... ... 6

1. Definisi Antenatal Care... 6

2. Tujuan Antenatal Care... 6

3. SasaranAntenatal Care... 7

4.Lokasi Pelayanan Antenatal Care... 8

5. Cakupan Antenatal Care... 8

6. Tiga Aspek Pokok Antenatal Care... 9

7. Edukasi Ibu Hamil padaPelayanan Antenatal Care... 9

8. Tujuan Antenatal CareTiap Kunjungan ... 13

9. Prosedur Antenatal Care... 15

10. Jadwal Kunjungan Antenatal Care... 17

11. BBLR ... 18

12. Hubungan Frekuensi Antenatal Caredengan BBLR... 20

B. Kerangka Pemikiran ...17

C. Hipotesis ... 18

BAB III. METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 23


(6)

commit to user

C. Sampel Penelitian ... 23

D. Teknik Sampling... 24

E. Rancangan Penelitian ... 25

F. Variabel Penelitian... 26

G. Definisi Operasional Variabel... 26

H. Instrumentasi Penelitian ... 27

I. Teknik Analisis Data ... 28

BAB IV. HASIL PENELITIAN ... 29

A. Karakteristik Responden ... 30

B. Frekuensi Antenatal Care... 33

C. Analisis Data ... 34

BAB V. PEMBAHASAN ... 36

A. Karakteristik Responden ... 36

B. Hubungan Frekuensi Antenatal Care dengan Kejadian BBLR... 42

BAB VI. SIMPULAN DAN SARAN... 42

A. Simpulan ... 42

B. Saran ... 42

DAFTAR PUSTAKA ... 46


(7)

commit to user DAFTAR TABEL

Tabel II.1 Komponen yang Direkomendasikan dalam Kunjungan Antenatal Care

Pertama...8 Tabel II.1 Komponen yang Direkomendasikan dalam Kunjungan Antenatal Care

Rutin setelah Kunjungan Pertama ...9 Tabel IV.1 Tabel Karakteristik Responden ...30 Tabel IV.2 Distribusi Responden Menurut Frekuensi Antenatal Care dalam


(8)

commit to user DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Diagram Kerangka Penelitian...7 Gambar 3.1 Diagram Rancangan Penelitian ...25 Gambar 4.6Grafik Distribusi Responden Menurut Tingkat Pendidikan dalam


(9)

commit to user DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Hasil Pengambilan Data Responden Kontrol Lampiran 2. Hasil Pengambilan Data Responden Kasus Lampiran 3. Hasil Perhitungan Chi-Square Manual Lampiran 4. Hasil Perhitungan Chi-Square Melalui SPSS Lampiran 5. Surat Izin Penelitian

Lampiran 6. Lembar Pengambilan Data Lampiran 7. Inform Consent


(10)

commit to user

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kehamilan adalah masa terpenting dalam kehidupan seorang wanita. Para ibu akan menjaga kehamilannya dengan baik. Hampir semua ibu di seluruh dunia melakukan antenatal care sebagai salah satu usaha untuk menjaga kehamilan.Antenatal care adalah segala perawatan yang diterima ibu hamil daripusat kesehatan.Perawatan ini bersifat individual dan sangat memperhatikan kebutuhan dan keinginan sang ibu(Banta, 2003).

Ibu hamil dapat memeriksakan kehamilannya kepada dokter ahli kebidanan, dokter umum, bidan, perawat yang sudah mendapat latihan antenatal care. Lokasinyadapat berupa rumah sakit, klinik, maupun pusat kesehatan primer seperti puskesmas. Selain itu dapat digunakan pula poliklinik, posyandu, polindes, dan pos obat desa atau sarana kesehatan apapun yang terdapat di dalam daerah itu (Depkes RI, 1993 ; Peranginangin, 2006).

Antenatal care dapat digunakan sebagai screening awal terhadap kondisi bayi yang akan lahir. Bayi dapat lahir dalam berbagai kondisi antara lain bayi lahir dengan berat badan tinggi, normal, atau rendah. Pada kesempatan kali ini penulis akan menitikberatkan pembahasan kepada bayi lahir dengan berat badan lahir rendah.Bayi lahir dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah bayiyang lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gram. Hal ini merupakansalah satu faktor yang berperan terhadap kematian bayi


(11)

commit to user

khususnyapada masa perinatal. Upaya untuk meningkatkan kualitas manusiaharus dimulai sedini mungkin sejak janin dalam kandungan. Angkakematian BBLR mencerminkan derajat kesehatan masyarakat. Bayi-bayiini lebih mudah untuk menjadi sakit bahkan meninggal dibandingdengan bayi berat lahir normal (Setyowati, 1996).

Indonesia juga telah mengalami kemajuan yang signifikan dalam upaya penurunan kematian bayi dalam beberapa dekade terakhir. Pada 1960, Angka Kematian Bayi (AKB) Indonesia adalah 128 per 1.000 kelahiran hidup. Angka ini turun menjadi 68 per 1.000 kelahiran hidup pada 1989, 57 pada 1992 dan 46 pada 1995. Pada dekade 1990-an, rata-rata penurunan lima persen per tahun, sedikit lebih tinggi daripada dekade 1980-an sebesar empat persen per tahun. Walaupun pencapaian telah begitu menggembirakan, tingkat kematian bayi di Indonesia masih tergolong tinggi jika dibandingkan dengan negara-negara anggota ASEAN, yaitu 4,6 kali lebih tinggi dari Malaysia, 1,3 kali lebih tinggi dari Filipina, dan 1,8 kali lebih tinggi dari Thailand (Central Bureau of Statistics, 2000; GOI-UNICEF, 2000; Saifudin, 2002).

Menurut Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI)2002-2003, pada skala nasional juga masih terjadi kesenjangankematian bayi antar provinsi dengan variasi sangat besar yaituProvinsi Nusa Tenggara Barat mencapai 103 per 1.000 kelahiranhidup (tertinggi) dan provinsi D.I. Yogyakarta mencapai 23 per 1.000kelahiran hidup (terendah), kata Menkes. Sekitar 57% kematian bayitersebut terjadi pada bayi umur dibawah 1 bulan dan utamanyadisebabkan oleh gangguan perinatal dan bayi berat lahir rendah dengan usia kehamilan


(12)

commit to user

aterm.Menurut perkiraan, setiap tahunnya sekitar 400.000 bayi lahir denganberat rendah (Depkes RI, 2004).

Catatan dari berbagai negara selama lebih dari tiga puluh tahun terakhir mengungkapkan bahwa bayi dengan berat badan lahir rendah yang dapat bertahan hidup sampai kanak-kanak memiliki daya tahan tubuh yang rendah. Mereka juga mengalami hambatan pertumbuhan otak dan fisik. Kelompok BBLR ini sering mendapatkan penyulit atau komplikasi akibat kurang matangnya organ karena masa gestasi yang kurang (prematur). Komplikasi dapat meliputi hipotermi, hipoglikemia, ikterus/ hiperbilirubinemia, infeksi atau curiga sepsis, aspirasi mekoneum, perdarahan intra kranial (Enoch, 1992).

Berdasarkan uraian di atas, ternyata angka kejadian bayi dengan berat bayi lahir rendah masih tinggi dan berat badan lahir memiliki peranan penting terhadap perkembangan anak selanjutnya, maka keadaan ibu hamil sangat perlu untuk diperhatikan. Hal ini dapat tercermin dalam antenatal care yang dilakukan selama kehamilan. Melalui penelitian ini peneliti ingin mengetahui hubungan frekuensi antenatal care dengan kejadian bayi berat lahir rendah berdasarkan usia kehamilan aterm. Peneliti mengambil lokasi di RSUD Dr. Moewardi karena rumah sakit ini merupakan rumah sakit pendidikan selain itu didapatkan kurang lebih 150-170 ibu yang melahirkan di rumah sakit ini setiap bulannya, sehingga peneliti memiliki sampel yang cukup untuk melakukan penelitian.


(13)

commit to user B. Perumusan Masalah

Adakah hubungan frekuensi antenatal caredengan kejadian bayi berat lahir rendah berdasarkanmasa kehamilan di Rumah Sakit Umum Daerah Dokter Moewardi Surakarta ?

C. Tujuan Penelitian

Mengetahui hubungan frekuensi antenatal care dengan kejadian bayi berat lahir rendah berdasarkan masa kehamilan di Rumah Sakit Umum Daerah Dokter Moewardi Surakarta.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoretis

Meninjau lebih jauh dan memberi bukti-bukti empirik tentang hubungan antara frekuensi antenatal care dengan kejadian berat lahir rendah berdasarkan masa kehamilan.

2. ManfaatPraktis

a. Diharapkan hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan pembaca dan masyarakat luas tentang hubungan antara frekuensi antenatal care dengan kejadian berat lahir rendah sesuai masa kehamilan aterm

b. Meningkatkan kesadaran akan pentingnya antenatal care pada ibu hamil.


(14)

commit to user

c. Sebagai bahan masukkan dan informasi guna meningkatkan kualitas dan mutu pelayanan guna menekan angka kejadian berat lahir rendah sesuai masa kehamilan aterm.

d. Sebagai sumber pemikiran dan bahan acuan untuk penelitian selanjutnya.


(15)

commit to user BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Definisi Antenatal Care

American Academy of Pediatrics dan American College of Obstetricians and Gynecologist (1997) mendefinisikan antenatal care sebagai berikut : Antenatal Care adalah suatu program perawatan antepartum komprehensif yang melibatkan pendekatan terpadu perawatan medis dan dukungan psikososial yang secara optimal dimulai sebelum kmonsepsi dan meluas ke periode antepartum. Isi dari perawatan komprehensif ini mencakup penilaian selama masa prakonsepsi (Cunningham, 2005).

2. Tujuan Antenatal Care

Antenatal care memiliki tujuan umum yaitu menyiapkan seoptimal mungkin fisik, mental ibu dan janin selama kehamilan, persalinan dan nifas sehingga didapatkan ibu dan anak yang sehat. Adapun tujuan khusus antara lain : a)Mengenali dan menangani penyulit-penyulit yang mungkin dijumpai dalam kehamilan, persalinan dan nifas. b) Mengenali dan mengobati penyakit-penyakit yang mungkin diderita sedini mungkin. c) Menurunkan angka morbiditas dan mortalitas ibu dan anak.d) Memberikan


(16)

commit to user

nasihat tentang cara hidup sehari-hari dan Keluarga Berencana, kehamilan persalinan, nifas dan laktasi (Mochtar,1998).

Tujuan asuhan antenatal yaitu : (1) memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan Ibu dan tumbuh kembang bayi, (2) meningkatkan danmempertahankan kesehatan fisik, mental, dan sosial Ibu dan bayi, (3) mengenalisecara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang mungkin terjadi selamahamil, termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan dan pembedahan, (4)mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat, Ibu maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin, (5) mempersiapkan peran Ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar dapat tumbuh kembang secaranormal (Saifuddin, 2000).

3. Sasaran Antenatal Care

Sasaran dari perawatan ini antara lain untuk : deteksi dini faktor yang meningkatkan risiko perinatal terhadap satu orang atau sekelompok ibu hamil, meningkatkan kualitas kesehatan, edukasi pihak yang mendapatkan pelayanan, dan menjadikan kehamilan serta melahirkan menjadi pengalaman yang positif di dalam kehidupan sang ibu (Banta, 2003; Di Mario, 2005).


(17)

commit to user 4. Lokasi Pelayanan Antenatal Care

Antenatal care dapat dilakukan pada dokter ahli kebidanan, dokter umum, bidan, perawat yang sudah mendapat latihan antenatal care. Selain itu dapat dilakukan pada rumah sakit, klinik, maupun pusat kesehatan primer seperti puskesmas, poliklinik, posyandu, polindes, dan pos obat desa atau sarana kesehatan apapun yang terdapat di dalam daerah itu (Depkes RI, 1993 ; Peranginangin, 2006).

5. Cakupan Antenatal Care

Cakupan antenatal care dapat dipantau melalui kunjungan baru ibu hamil (K1) atau disebut juga akses dan pelayanan ibu hamil sesuai standar palingsedikit empat kali dengan distribusi sekali pada triwulan pertama, sekali pada triwulan dua dan dua kali pada triwulan ketiga (K4) untuk melihat kualitas kehamilan (Peranginangin, 2006).

Pelayanan K1 adalah pelayanan/pemeriksaan kesehatan bagi ibu hamil sesuai standar pada masa kehamilan oleh tenaga kesehatan terampil (Dokter, Bidan, dan Perawat). Ibu hamil (K4) adalah ibu hamil yang mendapatkan pelayanan antenatal sesuai standar paling sedikit empat kali, dengan distribusi pemberian pelayananminimal satu kali pada triwulan pertama, satu kali pada triwulan kedua dan duakali pada triwulan ketiga umur kehamilan (Peranginangin, 2006).


(18)

commit to user

Cakupan Kunjungan ibu hamil K4 adalah cakupan ibu hamil yang telahmemperoleh pelayanan antenatal 4 kali sesuai dengan standar di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu (Peranginangin, 2006).

6. Tiga Aspek Pokok Antenatal Care

Di tingkat pelayanan dasar, pemeriksaan masa hamil hendaknya memenuhi tiga aspek pokok, yaitu : 1) Aspek medik meliputi diagnosis kehamilan, penemuan kelainan secara dini, pemberian terapi sesuai dengan diagnosis; 2) Penyuluhan komunikasi dan motivasi ibu hamil mengenai penjagaan kesehatan dirinya dan janinnya, pengenalan tanda-tanda bahaya dan faktor risiko yang dimilikinya, serta pencarian pertolongan yang memadai secara tepat waktu; 3) Rujukan dengan pengertian ibu hamil dengan risiko tinggi harus dirujuk ke tempat pelayanan yang mempunyai fasilitas lebih lengkap (Depkes RI, 1996).

7. Edukasi Ibu Hamil pada Pelayanan Antenatal Care

Tidak semua ibu hamil dan keluarganya mendapat pendidikan dan konseling kesehatan yang memadai tentang kesehatan reproduksi, terutama tentang kehamilan dan upaya untuk menjaga agar kehamilan tetap sehat dan berkualitas. Kunjungan antenatal memberi kesempatan bagi petugas kesehatan untuk memberikan informasi kesehatan esensial bagi ibu hamil dan keluarganya. Beberapa informasi penting tersebut adalahnutrisi yang


(19)

commit to user

adekuat, perawatan payudara, perawatan gigi, serta kebersihan tubuh dan pakaian (Adriaansz, 2008).

Nutrisi yang dibutuhkan antara lain kalori, protein, kalsium, zat besi, dan asam folat. Jumlah kalori yang diperlukan bagi ibu hamil untuk setiap harinya adalah 2500 kalori. Pengetahuan tentang berbagai jenis makanan yang dapat memberikan kecukupan kalori tersebut sebaiknya dapat dijelaskan secara rinci dan bahasa yang dimengerti oleh para ibu hamil dan keluarganya. Jumlah kalori yang berlebih dapat menyebabkan obesitas dan hal ini merupakan faktor predisposisi untuk terjadinya preeklampsia. Jumlah pertambahan berat badan sebaiknya tidak melebihi 10-12 kg selama hamil. Jumlah protein yang diperlukan oleh ibu hamil adalah 85 gram per hari. Sumber protein tersebut dapat diperoleh dari tumbuh-tumbuhan (kacang-kacangan) atau hewani (ikan, ayam, keju, susu, telur). Defisiensi protein dapat menyebabkan kelahiran prematur, anemia dan edema(Adriaansz, 2008).

Kebutuhan kalsium ibu hamil adalah 1,5 gram per hari. Kalsium dibutuhkan untuk pertumbuhan janin, terutama bagi pengembangan otot dan rangka. Sumber kalsium yang mudah diperoleh adalah susu, keju, yogurt, dan kalsium karbonat. Defisiensi kalsium dapat menyebabkan riketsia pada bayi atau osteomalasia pada ibu. Metabolisme yang tinggi pada ibu hamil memerlukan kecukupan oksigenasi jaringan yang diperoleh dari pengikatan dan pengantaran melalui hemoglobin di dalam sel-sel darah merah. Untuk menjaga konsentrasi hemoglobin yang normal,


(20)

commit to user

diperlukan asupan zat besi bagi ibu hamil dengan jumlah 30 mg/hari. Zat besi yang diberikan dapat berupa ferfous gluconate, ferrous fumarate atau ferrous sulphate. Kekurangan zat besi pada ibu hamil dapat menyebabkan anemia defisiensi zat besi. Selain zat besi, sel-sel darah merah juga memerlukan asam folat bagi pematangan sel. Jumlah asam folat yang dibutuhkan oleh ibu hamil adalah 400 mikrogram per hari. Kekurangan asam folat dapat menyebabkan anemia megaloblastik pada ibu hamil(Adriaansz, 2008).

Payudara perlu dipersiapkan sejak sebelum bayi lahir sehingga dapat segera berfungsi dengan baik pada saat diperlukan. Pengurutan payudara untuk mengeluarkan sekresi dan membuka duktus dan sinus lateferus sebaiknya dilakukan secara hati-hati dan benar karena pengurutan yang salah dapat menimbulkan kontraksi pada rahim sehingga terjadi kondisi seperti pada uji kesejahteraan janin menggunakan uterotonika. Basuhan lembut setiap hari pada areola dan puting susu akan dapat mengurangi retak dan lecet pada area tersebut. Untuk sekresi yang mengering pada puting susu, lakukan pembersihan dengan menggunakan campuran gliserin dan alkohol. Karena payudara menegang, sensitif dan menjadi lebih berat maka sebaiknya gunakan penopang payudara yang sesuai (brassiere) (Adriaansz, 2008).


(21)

commit to user

Kebersihan tubuh harus terjaga selama kehamilan. Perubahan anatomi pada perut, area genitalia/lipat paha dan payudara menyebabkan lipatan-lipatan kulit menjadi lebih lembab dan mudah terinvestasi oleh mikroorganisme. Sebaiknya gunakan pancuran atau gayung pada saat mandi, tidak dianjurkan berendam dalam bathtub dan melakukan vaginal douche. Gunakan pakaian yang longgar, bersih dan nyaman dan hindarkan sepatu bertongkat tinggi (high heels) dan alas kaki yang keras (tidak elastis) serta korset penahan perut. Lakukan gerak tubuh ringan, misalnya berjalan kaki, terutama pada pagi hari. Jangan melakukan pekerjaan rumah tangga yang berat dan hindarkan kerja fisik yang dapat menimbulkan kelelahan yang berlebihan. Beristirahat cukup, minimal 8 jam pada malam hari dan 2 jam di siang hari. Ibu tidak dianjurkan untuk melakukan kebiasaan untuk merokok selama hamil karena dapat menimbulkan vasospasme yang berakibat pada anoksia bayi, berat badan lahir rendah (BBLR), prematuritas, kelainan kongenital dan solusio plasenta(Adriaansz, 2008).


(22)

commit to user 8. Tujuan Antenatal Care tiap Kunjungan

Antenatal care seyogyanya dimulai segera setelah diperkirakan terjadi kehamilan. Perwatan ini dapat dilakukan beberapa hari setelah terlambat menstruasi, terutama bagi wanita yang menginginkan terminasi kehamilan, tetapi bagi wanita secara umum sebaiknya jangan lebih dari saat terlambat menstruasi kedua kali. Komponen-komponen pada kunjungan awal terdapat pada tabel berikut.

Tabel II.1 Komponen yang Direkomendasikan dalam Kunjungan Antenatal Care Pertama (Cunningham, 2005)

No Komponen

1. 2.

3. 4. 5.

6.

Diagnosis kehamilan

Pengkajian risiko meliputi faktor genetik, medis, obstetris, danpsikososial

Taksiran partus

Pemeriksaan fisik umum

Uji laboratorium : hematokrit (hemoglobin), urinalisis, kultur urin, penentuan golongan darah, Rh, penapisan antibodi, status rubela, penapisan sifilis, Pap smear, uji HbsAg, menawarkan uji HIV Edukasi pasien

Ket : HbsAg=hepatitis B surface antigen; HIV=human immunodeficiency Virus


(23)

commit to user

Secara tradisional, penentuan waktu pemeriksaan selanjutnya dijadwalkan setiap interval 4 minggu sampai 28 minggu, dan kemudian setiap 2 minggu sampai 36 minggu, dan setelah itu setiap minggu (tabel II.2)

Tabel II.2 Komponen yang Direkomendasikan dalam Kunjungan Antenatal Care Rutin setelah Kunjungan Pertama (Cunningham, 2005)

Waktu kunjungan Pemeriksaan yang dilakukan Setiap kunjungan

15-20 minggu 24-28 minggu 28 minggu

Ukur tekanan darah, berat badan, protein dan glukosa urin, ukuran uterus, bunyi jantung janin, gerakan janin, kontraksi, perdarahan dan pecah ketuban

Penapisan alfa-fetoprotein di serum ibu. Penapisan untuk diabetes gestasional. Pemeriksaan antibodi pada wanita Rh-

Pemeriksaan yang dilakukan antara lain inspeksi (bentuk dan ukuran abdomen, parut bekas operasi, tanda-tanda kehamilan, gerakan janin, varises atau pelebaran vena, hernia ,edema), palpasi (tinggi fundus uteri, punggung bayi, presentasi, sejauh mana bagian terbawah bayi masuk pintu atas panggul), dan auskultasi (10 minggu dengan doppler, 20 minggu dengan fetoskop pinard)(adriaansz, 2008).


(24)

commit to user 9. Prosedur Antenatal Care

Prosedur Antenatal Care meliputi hal berikut : a. Identifikasi dan Riwayat Kesehatan

i. Data umum pribadi, berisi : nama, usia, alamat, pekerjaan ibu/suami, lamanya menikah, kebiasaan yang dapat merugikan kesehatan.

ii. Keluhan saat ini, berisi : jenis dan sifat gangguan yang dirasakan ibu dan lamanya mengalami gangguan tersebut. iii. Riwayat haid hari pertama haid terakhir (HPHT), usia

kehamilan dan taksiran persalinan (rumus naegele: tanggal hpht ditambah 7 dan bulan dikurangi 3)

iv. Riwayat kehamilan dan persalinan, berupa : antenatal care, persalinan dan nifas kehamilan sebelumnya, cara persalinan, jumlah dan jenis kelamin anak hidup, berat badan lahir, cara pemberian asupan bagi bayi yang dilahirkan, dan informasi dan saat persalinan atau keguguran terakhir.

v. Riwayat kehamilan saat ini, meliputi : identifikasi kehamilan, identifikasi penyulit (preeklampsia atau hipertensi dalam kehamilan), penyakit lain yang diderita, gerakan bayi dalam kandungan.

vi. Riwayat penyakit pada keluarga, contohnya : diabetes melitus, hipertensi atau hamil kembar dan kelainan bawaan.


(25)

commit to user

vii. Riwayat penyakit pada ibu, contohnya: infeksi saluran kemih, penyakit jantung, infeksi virus berbahaya, alergi obat atau makanan tertentu, pernah mendapat transfusi darah dan indikasi tindakan tersebut, inkompatibilitas rhesus, paparan sinar x/rontgen.

viii. Riwayat penyakit yang memerlukan tindakan pembedahan, seperti : dilatasi dan kuretase, reparasi vagina, seksio sesar, serviks inkompeten, operasi non-ginekologi.

ix. Riwayat mengikuti program keluarga berencana x. Riwayat imunisasi

xi. Riwayat menyusui b. Pemeriksaan

i. Keadaan Umum, meliputi: Tanda vital, Pemeriksaan jantung dan paru, Pemeriksaan payudara, Kelainan otot dan rangka serta neurologik.

ii. Pemeriksaan Abdomen:inspeksi (bentuk dan ukuran abdomen, parut bekas operasi, tanda-tanda kehamilan, gerakan janin, varises atau pelebaran vena, hernia ,edema), palpasi (tinggi fundus uteri, punggung bayi, presentasi, sejauh mana bagian terbawah bayi masuk pintu atas panggul), dan auskultasi (10 minggu dengan doppler, 20 minggu dengan fetoskop pinard)


(26)

commit to user c. Laboratorium

i. Pemeriksaan :analisis urin, analisis tinja, analisis darah, hitung darah, gula darah, antigen hepatitis b virus.

ii. Ultrasonografi (Adriaansz, 2008).

10. Jadwal Kunjungan Antenatal Care

Menurut Hanifa Wignyasastro, pemeriksaan pertama kali yang ideal sedini mungkin ketika haidnya terlambat satu bulan. Kemudian diikuti periksa ulang satu kali setiap bulan sampai usia kandungan tujuh bulan, periksa ulang tiap bulan dua kali sampai usia kandungan sembilan bulan, dan periksa ulang setiap minggu sesudah kehamilan berusia sembilan bulan. Selain dapat dilakukan pemeriksaan tambahan bila ada keluhan (Wignyasastro, 1991).

Walaupun demikian, disarankan kepada ibu hamil untuk memeriksakan kehamilannya dengan jadwal sebagai berikut : sampai dengan kehamilan 28 minggu periksa empat minggu sekali, kehamilan 28-36 minggu perlu pemeriksaan dua minggu sekali, kehamilan 28-36-40 minggu satu minggu sekali (Salmah, 2006).Sebaiknya tiap wanita hamil segera memeriksakan diri ketika haidnya terlambat sekurang-kurangnya satu bulan. Pemeriksaan dilakukan tiap 4 minggu sampai kehamilan. Sesudah itu, pemeriksaan dilakukan tiap 2 minggu, dan sesudah 36 minggu (Prawiroharjo, 1999).


(27)

commit to user 11.BBLR

a. Definisi

Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram tanpa memandang masa gestasi. Berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam 1 (satu) jam setelah lahir (IDAI, 2004).

b. Epidemiologi

Prevalensi bayi berat lahir rendah (BBLR) diperkirakan 15% dari seluruh kelahiran di dunia dengan batasan 3,3%-38% dan lebih sering terjadi di negara-negara berkembang atau sosio-ekonomi rendah. Secara statistik menunjukkan 90% kejadian BBLR didapatkan di negara berkembang dan angka kematiannya 35 kali lebih tinggi dibanding pada bayi dengan berat lahir lebih dari 2500 gram (WHO, 2005). BBLR termasuk faktor utama dalam peningkatan mortalitas, morbiditas dan disabilitas neonatus, bayi dan anak serta memberikan dampak jangka panjang terhadap kehidupannya dimasa depan (UNICEF, 2004). Angka kejadian di Indonesia sangat bervariasi antara satu daerah dengan daerah lain, yaitu berkisar antara 9%-30%, hasil studi di 7 daerah multisenter diperoleh angka BBLR dengan rentang 2.1%-17,2 %. Secara nasional berdasarkan analisis lanjut SDKI, angka BBLR sekitar 7,5 %. Angka ini lebih besar dari target BBLR yang ditetapkan pada sasaran program perbaikan gizi menuju Indonesia Sehat 2010 yakni maksimal 7% (Setyowati,1996 ; IDAI, 2004).


(28)

commit to user c. Faktor Risiko

Faktor risiko untuk BBLR antara lain usia ibu saat melahirkan (<20 dan ≥35 tahun), riwayat melahirkan BBLR sebelumnya, merokok saat kehamilan, ibu yang menderita penyakit kronis (hipertensi, penyakit jantung, dan diabetes melitus). Rendahnya tingkat pendidikan ibu juga meningkatkan risiko terjadinya BBLR (Vahdaninia, 2008).

d. Etiologi

Penyebab terbanyak terjadinya BBLR adalah kelahiran prematur. Faktor ibu yang lain adalah umur, paritas, penyakit (malaria, anemia, sipilis, infeksi TORCH), gizi ibu, faktor kebiasaan ibu (perokok, pecandu alkohol, pengguna narkotika), dan komplikasi yang tejadi pada kehamilan ibu seperti perdarahan antepartum, pre-eklamsia berat, eklamsia, dan kelahiran preterm. Faktor plasenta seperti penyakit vaskuler, kehamilan kembar/ganda, serta faktor janin juga merupakan penyebab terjadinya BBLR (IDAI, 2004).

e. Komplikasi

Komplikasi langsung yang dapat terjadi pada bayi berat lahir rendah antara lain :hipotermia, hipoglikemia, gangguan cairan dan elektrolit,hiperbilirubinemia,sindroma gawat nafas, asfiksia neonatorum, paten duktus arteriosus,infeksi,Apnea of Prematurity, anemia,Sudden infant death syndrome (UCSF, 2004). Masalah jangka panjang yang mungkin timbul pada bayi-bayi dengan berat lahir rendah (BBLR) antara lain: gangguan perkembangan, gangguan


(29)

commit to user

pertumbuhan,gangguan penglihatan (retinopati), gangguan pendengaran, penyakit paru kronis, kenaikan angka kesakitan, dan sering masuk rumah sakit, sertakenaikan frekuensi kelainan bawaan (IDAI, 2004).

12. Hubungan Frekuensi Antenatal Care dengan BBLR

Apabila seorang wanita hamil tidak melakukan antenatal care secara teratur maka kondisi ibu dan bayi selama kehamilan maupun menjelang persalinan tidak dapat dipantau demikian juga tidak dapat dijamin kondisi kesehatan yang terpelihara baik serta mengenai kebiasaan yang baik selama hamil. Dari hal tersebut dapat mengakibatkan status gizi yang kurang (Depkes, 1994). Keadaan tersebut mengakibatkan konsentrasi zat makanan tidak adekuat sehingga sumber makanan janin tidak cukup dan menginduksi bayi dengan berat lahir rendah. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Gomez-Olmedo pada tahun 1990-1993 di Spanyol dan Barros pada tahun 1996 di Portugal.


(30)

commit to user B. Kerangka Pemikiran

Keterangan : diteliti : tidak diteliti

ANC Kehamilan

Minimal 4 kali kunjungan (K) selamakehamilan

· K1 (trimester 1)

· K2 (trimester 2)

· K3 dan K4 (trimester 3)

Faktor Janin dan Plasenta

· Prematur

· Hidramnion

· Kehamilan ganda

· Kelainan kromosom

· Ras dan etnik

· Penyakit vaskuler

· Plasenta kecil

· Tumor plasenta Faktor Ibu

· Penyakit kronis

· Komplikasi pada kehamilan

· Umur dan paritas

· Status pendidikan

· Status sosioekonomi

· Status gizi

· Faktor kebiasaan ibu

Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)


(31)

commit to user Gambar 2.1 Diagram Kerangka Penelitian C. Hipotesis

Ada hubungan antara frekuensi antenatal care dengan kejadian bayi berat lahir rendah berdasarkan umur kehamilan di Rumah Sakit Umum Daerah Dokter Moewardi Surakarta.


(32)

commit to user BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini bersifat observasianalitik, dengan pendekatan studi kasus kontrol(case control) yaitumencuplik sebuah sampel dari populasi penderita/kasus dan populasi pembandingnya (orang sehat atau orang dengan penyakit lain) yang disebut populasi kontrol. Pendekatan ini bersifat retrospektif dan digunakan untuk melihat hubungan (asosiasi) atau menguji hipotesis hubungan kausal (Murti, 2010).

B. Lokasi Penelitian

Penelitian akan dilaksanakan di Bagian Kebidanan dan KandunganRSUD Dr. Moewardi Surakarta.

C. Sampel Penelitian

Sampel penelitian adalah seluruh ibu hamil yang melahirkan di RSUD Dr.Moewardi Surakarta baik yang melakukan antenatal care di rumah sakit atau tempat lain.Besar sampel yang digunakan adalah 60 orang berdasarkan kriteria Rules of Thumbs. Dalam Rules of Thumbs setiap penelitian yang datanya akan dianalisis secara statistik dengan analisis bivariat membutuhkan sampel minimal 30 subjek penelitian. Syarat untuk dapat memakai rumus ini antara lain adanya restriksi yang


(33)

commit to user

dilakukan oleh peneliti melalui kriteria inklusi dan eksklusi. Syarat kedua adalah jika menggunakan uji Chi Square, maka frekuensi harapan dianjurkan tidak kurang dari 5 subjek(Murti, 2010). Adapun kriteria inklusi dan eksklusi yang digunakan antara lain :

1. Kriteria inklusi

Kriteria inklusi adalah ibu-ibu yang sesaat setelah melahirkan dengan umur kehamilan aterm dimana perhitungan berdasarkan hari pertama menstruasi terakhir, usia 20-35 tahun di RSUD Dokter Moewardi Surakarta.

2. Kriteria eksklusi

Kriteria eksklusinya ibu yang memiliki riwayat penyakit kronis seperti diabetes melitus, penyakit jantung, dan ginjal.

D. Teknik Sampling

Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan cara fixed disease sampling. Fixed diseasesampling merupakan skema pencuplikan berdasarkan status penyakit subjek, yaitu berpenyakit atau tidak berpenyakit yang diteliti, sedang status paparan subjek bervariasi mengikuti status penyakit subjek. Teknik ini memastikan jumlah subjek penelitian yang cukup dalam kelompok berpenyakit (kasus) dan tak berpenyakit (kontrol), sehingga menguntungkan peneliti ketika prevalensi yang diteliti rendah (Murti, 2010).


(34)

commit to user E. Rancangan Penelitian

Gambar 3.1 Diagram Rancangan Penelitian Uji statistik

<4 kali ≥4 kali Frekuensi ANC

BBLR (< 2500 gram)

Populasi

Sampel

Tidak BBLR (≥ 2500 gram)

Frekuensi ANC


(35)

commit to user F. Variabel Penelitian

1. Variabel Bebas

Variabel bebas penelitian ini adalah frekuensi antenatal care. 2.Variabel Terikat

Variabel terikat penelitian ini adalah kejadian bayi berat lahir rendah. 3.Variabel Perancu:

a. Terkendali i. Usia ibu

ii. Umur kehamilan aterm b. Tak Terkendali

i. Faktor genetik

ii. Faktor sosio ekonomi iii. Faktor kebiasaan ibu

G. Definisi Operasional Variabel

1. Frekuensi Antenatal Care

Frekuensi antenatal care dihitung mulai saat pemeriksaan pertama sampai saat ibu melahirkan dengan pembagian 4 kali dan ≥4 kali. Pembagian dibuat berdasarkan frekuensi rujukan depkes yaitu 4 kali. Cara pengukuran dengan mengisi kuesioner yang telah peneliti siapkan. Skala pengukuran dengan skala nominal.


(36)

commit to user 2.Bayi Berat Lahir Rendah

Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram tanpa memandang masa gestasi. Tetapi pada kesempatan kali ini peneliti juga memperhitungkan usia kandungan yaitu aterm. Cara mengukur dengan melihat pada catatan medik yang berasal dari penimbangan langsung dengan menggunakan timbangan bayi dengan satuan gram. Data kemudian dikelompokkan menjadi BBLR atau tidak. Skala pengukuran dengan skala nominal.

3.Usia Ibu

Usia ibu yang dijadikan sampel pada penelitian kali ini berkisar antara 20-35 tahun.

4. Umur kehamilan

Umur kehamilan yang digunakan adalah aterm.

H. Instrumentasi Penelitian

Alat yang digunakan dalam penelitian antara lain :

1. Lembar pengambilan data yang diisi oleh responden atau wawancara yang berpedoman pada kuesioner.

2. Catatan rekam medik mengenai berat badan bayi yang ditimbang langsung sesaat setelah dilahirkan.


(37)

commit to user 3. Uji validitas dan Reliabilitas

Pertanyaan pada kuesioner tersebut dibuat sendiri oleh penulis sedangkan uji validitas dan reliabilitas dilakukan dengan konsultasi kepada pembimbing.

I. Teknik Analisis Data

Analisis yang dilakukan pada penelitian ini adalah analisis bivariabel menggunakan Chi Square dengan tingkat kemaknaan p<0,05. untuk mengetahui kekuatan hubungan variabel-variabel tersebut dilihat dari Odds ratio (OR) dengan Confident Interval (CI) 95%. Analisis data menggunakan program komputer SPSS versi 12.


(38)

commit to user BAB IV

HASIL PENELITIAN

Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Bagian Kebidanan dan Kandungan RSUD Dr. Moewardi Surakarta, diperoleh data ibu hamil yang melahirkan dari Januari 2010 sampai dengan Mei 2010 dan data primer pada bulan Juni 2010, terdapat sejumlah 769 persalian dan jumlah kelahiran dengan BBLR 149 kasus. Dengan kriteria eksklusi dan inklusi diambil 30 orang ibu melahirkan bayi dengan BBLR dan 30 orang ibu melahirkan bayi dengan tidak BBLR (BBLC). Adapun syarat pemilihan sampel telah dilakukan terlebih dahulu, disesuaikan dengan kemampuan dan tujuan dalam penelitian ini.

Berikut ini hasil penelitian yang ditampilkan dalam bentuk gambar dan tabel yang terdiri atas beberapa distribusi responden menurut umur, tingkat pendidikan, jenis kelamin bayi, lokasi antenatal care dan frekuensi antenatal care.


(39)

commit to user A. Karaketeristik Responden

Tabel IV.1 Tabel Karakteristik Responden

Kategori BBLR Tidak BBLR Total p

Jumlah Persentasi Jumlah Persentasi Jumlah Persentasi JenisKelaminBayi

laki-laki 12 40% 17 57% 29 48%

0.196259

Perempuan 18 60% 13 43% 31 52%

Pendidikan

SD 11 37% 7 23% 18 30%

0.52967059

SMP 10 33% 12 40% 22 37%

SMA 9 30% 11 37% 20 33%

LokasiANC

Puskesmas 3 10% 1 3% 4 7%

0.48955247

Bidan 22 73% 23 77% 45 75%

RumahSakit 4 13% 6 20% 10 17%

TidakANC 1 3% 0 0% 1 2%

Umur

20-25 6 13% 14 47% 20 33%

0.07327762

26-30 14 53% 11 37% 25 42%

31-35 10 33% 5 17% 15 25%

KondisiKlinisPenyerta

Sepsis Neonatorum 10 33% 3 10% 13 22%

0,443 Anemia

normositiknormokromik 1 3% 1 3% 2 3%

Anemia

mikrositikhipokromik 1 3% 1 3% 2 3%

Partial hellp syndrome 1 3% 1 3% 2 3%

Hiperbilirubinemia 4 13% 3 10% 7 12%

AsfiksiaSedang 3 10% 1 3% 4 7%

Gangguannapasringan 1 3% 1 3% 2 3%

Trombositopenia 1 3% 4 13% 5 8%

AspirasiMekoneum 1 3% 1 3% 2 3%


(40)

commit to user

Dari tabel IV.1 diketahui bahwa pada kelompok BBLR, responden bayi berjenis kelamin perempuan berjumlah 18 responden dan yang berjenis kelamin laki-laki berjumlah 12 responden. Sedangkan pada kelompok tidak BBLR, responden berjenis kelamin perempuan berjumlah 13 responden dan yang berjenis kelamin laki-laki berjumlah 17 responden.

Selain hal tersebut dari tabel IV.1 diketahui bahwa dalam hal usia ibu pada kelompok BBLR, responden ibu terbanyakada pada rentang umur26-30 tahun, yaitu 14 responden dan paling sedikit pada rentang umur 20-25 tahun, yaitu 6 responden. Sedangkan pada kelompok tidak BBLR responden terbanyak ada pada rentang umur 20-25 tahun, yaitu14 responden dan paling sedikit pada rentang umur 31-35 tahun, yaitu 5responden.

Tabel IV.1menunjukkan bahwa pada kelompok BBLR, responden terbanyak ada pada kelompok kondisi klinis penyerta sepsis neonatorum, yaitu

10 responden dan paling sedikit pada

kelompokanemianormositiknormokromik,anemia mikrositik hipokromik, partial hellp syndrome, Gangguan napas ringan, aspirasi mekoneum,dan trombositopenia, yaitu 1 responden. Sedangkan pada kelompok tidak BBLR responden terbanyak ada pada kelompok kondisi klinis penyerta tidak ada kondisi klinis yang menyertai, yaitu 14 responden dan paling sedikit pada kelompok anemia normositik normokromik, anemia mikrositik hipokromik, partial hellp syndrome, gangguan napas ringan, asfiksia sedang, dan aspirasi mekoneum, yaitu 1 responden.


(41)

commit to user

Tabel IV.1juga menunjukkan dalam hal tingkat pendidikan ibu pada kelompok BBLR, responden ibu terbanyak ada pada tingkat pendidikan SD, yaitu 11 responden dan paling sedikit pada tingkat pendidikan SMA, yaitu 9 responden. Sedangkan pada kelompok tidak BBLR responden terbanyak ada pada tingkat pendidikan SMP, yaitu 12 responden dan paling sedikit pada tingkat pendidikan SD, yaitu 7 responden.

Selain itu dari tabel IV.1dalam hal lokasi ANC diketahui bahwa pada kelompok BBLR, responden ibu terbanyak ada pada bidan, yaitu 22 orang dan paling sedikitterdapat pada tidak ANC, yaitu 1 responden. Sedangkan pada kelompok tidak BBLR responden terbanyak pada bidan, yaitu 23 orang dan paling sedikit terdapat pada tidak ANC, yaitu tidak ada responden.


(42)

commit to user B.Frekuensi Antenatal Care

Tabel IV.2. Distribusi Re Kelompok BB

Frekuensi

BBLR Jumlah Pe <4 18

≥4 12

Jumlah 30

Gambar 4.6. Grafik Distr Kelompok B 0 5 10 15 20 25 <4 Care

Responden Menurut Frekuensi Antenatal Care pok BBLR dan tidak BBLR

LR Tidak BBLR Total

Persentasi Jumlah Persentasi Jumlah Perse

60% 6 20% 20 33%

40% 24 80% 40 67%

100% 30 100% 60 100%

istribusi Responden Menurut Tingkat Pendidika pok BBLR dan Tidak BBLR

≥4 BBLR Tida Caredalam rsentasi 33% 67% 100% dikandalam BBLR Tidak BBLR


(43)

commit to user

Dari tabel IV. 2 diketahui ibu dengan frekuensi antenatal care<4 melahirkan bayi dengan kondisi BBLR berjumlah 18 dari 30 orang dengan persentase 60 %. Sedangkan ibu dengan frekuensi antenatal care ≥4melahirkan bayi dengan kondisi BBLR berjumlah 12 dari 30 orang dengan persentase 40 %. Di sisi lain,ibu dengan frekuensi antenatal care <4 melahirkan bayi dengan kondisi tidak BBLR (BBLC)berjumlah 6 dari 30 orang dengan persentase 20 %. Sedangkan ibu dengan frekuensi antenatal care ≥4melahirkan bayi dengan kondisi tidak BBLR (BBLC berjumlah 24 dari 30 orang dengan persentase 80 %. Pengelompokkan yang dilakukan berdasarkan jumlah frekuensi rujukan ANC Depkes, yaitu ≥4 kali.

C. Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji Chi

Square dengan taraf signifikansi

0,05.UjiChiSquaredigunakanuntukmengujihubunganataupengaruhduabuahvari abel nominal danmengukurkuatnyahubunganantaravariabel yang satudenganvariabel nominal lainnya.

Dasar pengambilan keputusan

1. Berdasarkan perbandingan Chi Square uji dan tabel (Manual): a. Jika Chi Square hitung <Chi Square tabel maka H0 diterima b. Jika Chi Square hitung >Chi Square tabel maka H0 ditolak 2. Berdasarkan probabilitas (Perhitungan SPSS)

a. Jika probabilitas > 0,05 maka H0 diterima b. Jika probabilitas < 0,05 maka H0 ditolak


(44)

commit to user

Dari tabel signifikasi (lampiran) dengan derajat kebebasan (db) = 1 dan taraf signifikasi 0,05 didapatkan angka 3,841. X2 yang didapatkan lebih dari dari tabel sehingga H0 ditolak dan H1 diterima. Sedangkan menurut perhitungan SPSS didapatkan probabilitas 0,002. Nilai itu kurang dari 0,05 sehingga H0 ditolak dan H1 diterima. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara frekuensi antenatal care dengan kejadian Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR). Di samping hal tersebut dari SPSS didapat pula angka Odds Ratio penelitian ini adalah 6.


(45)

commit to user BAB V

PEMBAHASAN

A.Karakteristik Responden

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Bagian Kebidanan dan Kandungan RSUD Dr. Moewardi Surakarta diperoleh data-data yang telah disajikan dalam bentuk gambar dan tabel. Kemudian data tersebut dianalisis dengan uji Chi Square. Adapun hasil analisis dari variabel bebas frekuensi antenatal care menunjukkan adanya hubungan dengan kejadian Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR).

Jumlah kelahiran di RSUD Dr. Moewardi Surakarta rata-rata tiap bulan berjumlah 150 orang. Dalam jangka waktu penelitian yaitu Januari 2010 sampai Juni 2010 didapatkan 769 kelahiran normal dan 149 kasus BBLR. Dengan memperhitungkan keterbatasan kemampuan dan waktu, peneliti mengambil masing-masing 30 sampel untuk kelahiran normal dan 30 untuk kasus BBLR. Pengambilan sampel tersebut menggunakan tabel random yang dilihat dari nomer rekam medis. Berikut ini akan dijelaskan lebih terperinci mengenai karakteristik distribusi responden.


(46)

commit to user 1. Jenis Kelamin

Faktor yang dapat mempengaruhi angka kejadian BBLR dapat berasal dari janin maupun ibu. Jenis kelamin adalah salah satu faktor yang berasal dari janin. Ewald pada tahun 2006 menyimpulkan bahwa jenis kelamin laki-laki memiliki risiko yang lebih besar untuk memiliki berat lahir rendah. Hal ini juga dikemukakan oleh Barros pada tahun yang sama.

Data yang didapatkan peneliti (Tabel IV.1) memiliki perbedaan dengan kedua penelitian tersebut. Dari 30 bayi yang lahir 18 orang yang lahir dengan berat badan rendah, termasuk ke dalam kelompok BBLR, berjenis kelamin perempuan, sedangkan bayi dalam BBLR yang berjenis kelamin laki-laki berjumlah 12 orang. Untuk bayi dalam kelompok tidak BBLR yang berjenis kelamin perempuan didapatkan 13 orang dan laki-laki 17 orang. Adanya perbedaan ini dikarenakan jumlah sampel yang digunakan peneliti terlalu kecil. Meskipun demikian faktor risiko ini tidak menjadi pengganggu dalam penelitian ini. Hal ini dapat disimpulkan dari p yang dihasilkan, yaitu 0.196259. Nilai p tersebut > 0,05, yang dapat diintepretasikan adanya perbedaan yang tidak signifikan diantara kedua kelompok (BBLR dan Tidak BBLR) jika dibandingkan dengan jenis kelamin bayi.


(47)

commit to user 2. Umur

Faktor umur memiliki hubungan dengan kejadian BBLR. Hubungan ini merupakan akibat dari adanya faktor-faktor biologis ibu yang mendasari. Sistem reproduksi wanita yang masih muda belum siap untuk menanggung beban kehamilan yang hebat, sedangkan umur lanjut akan mengurangi efisiensi seluruh proses reproduksi (Hakimi, 1997). Selain itu semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berpikir dan bekerja (Nursalam, 2001).

Hasil penelitian (Tabel IV.1) menunjukkan bahwa pada kelompok BBLR, responden ibu terbanyak ada pada rentang umur 26-30 tahun, yaitu 14 responden dan paling sedikit pada rentang umur 20-25 tahun, yaitu 6 responden. Hal ini tidak sesuai dengan teori dimana rentang umur semakin muda risikonya semakin tinggi. Hal ini dimungkinkan terjadikarena peneliti telah mengeksklusi sampel < 20 tahun dan > 35 tahun dimana umur tersebut adalah faktor risiko terbesar dalam kategori umur. Di samping itu ketidaksesuaian juga disebabkan karena sampel yang digunakan tidak representatif karena sampel terlalu kecil, sehingga responden yang didapat tidak sesuai teori. Tetapi ketidaksesuaian ini menunjukkan bahwa penelitian ini tidak diganggu oleh faktor risiko umur ibu. Hal ini dapat dilihat dari besar p yang dihasilkan adalah 0.07327762. Nilai p tersebut > 0,05, yang dapat diintepretasikan adanya perbedaan yang tidak signifikan diantara kedua kelompok (BBLR dan Tidak BBLR) jika dibandingkan dengan umur.


(48)

commit to user 3. Tingkat Pendidikan Formal

Selain faktor umur, faktor tingkat pendidikan formal yang didapat ibu juga berpengaruh dalam tingkat kejadian BBLR.Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka akan semakin berpengaruh terhadap pola pikir, sikap dan daya nalar dalam menghadapi sesuatu masalah. Seseorang yang memiliki tingkat pendidikan yang tinggi akan lebih terlatih pola pikir dan daya nalarnya sehingga akan lebih mudah menerima informasi tentang sesuatu hal dan kemudian menganalisisnya (Martaadisoebrata, 2005). Dengan tingkat pendidikan yang tinggi diharapkan ibu akan lebih mudah menerima dan menerapkan informasi tentang antenatal care.

Hasil penelitian (Tabel IV.1) menunjukkan distribusi responden dengan tingkat pendidikan formal terakhir SD dalam kasus BBLR berjumlah 11 orang (37%). Untuk SMP dalam kelompok BBLR berjumlah 10 orang (33 %) dan untuk SMA 9 orang (30%). Pada kasus kelompok tidak BBLR didapatkan tingkat pendidikan formal terakhir SD 7 orang (23%), SMP 12 orang (40%), dan SMA 11 orang (37%). Angka ini menunjukkan bahwa ibu dengan pendidikan sekolah menengah ke atas memiliki angka kejadian tidak BBLR lebih dari ibu yang tingkat pendidikan terakhir di sekolah dasar. Hal ini sejalan dengan penelitian Kolibu pada tahun 2006 yang menunjukkan ada pengaruh yang signifikan antara tingkat pendidikan ibu dengan angka kejadian BBLR. Tetapi dalam penelitian kali ini angka tersebut tidak mempengaruhi hasil penelitian dimana hal ini dapat disimpulkan dari nilai p (signifikansi)0.52967059. Nilai p tersebut > 0,05, yang dapat diintepretasikan


(49)

commit to user

adanya perbedaan yang tidak signifikan diantara kedua kelompok (BBLR dan Tidak BBLR) jika dibandingkan dengan tingkat pendidikan.

4. LokasiAntenatal Care

Lokasi tempat sang ibu melakukan antenatal care juga memiliki hubungan dengan risiko BBLR. Hal ini juga dikonfirmasi dalam penelitian Agung Komarudin dan Bhisma Murti pada tahun 2004. Dalam penelitian tersebut menunjukkan pelayanan antenatal di Rumah Sakit Bersalin 0,5 kali lebih kecil kelengkapan pemeriksaan antental dibandingkan dengan Puskesmas (OR = 0,46; CI 95 % = 0,08–2,77). Hasil yang didapat peneliti (Tabel IV.1) menunjukkan bahwa 45 dari 60 orang (75%) melakukan antenatal care di bidan. Hal ini disebabkan angka persebaran bidan masih lebih banyak dibandingkan dengan dokter di Indonesia walaupun angka tersebut masih belum mencukupi jumlah idealnya. Bidan di Indonesia menurut Ikatan Bidan Indonesia pada tahun 2007 berjumlah 83.000 sedangan dokter menurut Ikatan Dokter Indonesia pada tahun 2005 berjumlah 46.926. Pada penelitian kali ini faktor risiko ini tidak memberi pengaruh berarti dimana nilai p yang dihasilkan dari analisis data adalah 0.48955247.Nilai p tersebut > 0,05, yang dapat diintepretasikan adanya perbedaan yang tidak signifikan diantara kedua kelompok (BBLR dan Tidak BBLR) jika dibandingkan dengan lokasi antenatal care.


(50)

commit to user 5. Kondisi Klinis Penyerta (Komplikasi)

Komplikasi langsung yang dapat terjadi pada bayi berat lahir rendah antara lain : hipotermia, hipoglikemia, gangguan cairan dan elektrolit, hiperbili-rubinemia, sindroma gawat nafas, asfiksia neonatorum, paten duktus arteriosus, infeksi, apnea of prematurity, anemia, sudden infant death syndrome (UCSF, 2004).

Dari tabel hasil penelitian (Tabel IV.1) menunjukkan bahwa pada kelompok BBLR, responden terbanyak ada pada kelompok kondisi klinis penyerta sepsis neonatorum, yaitu 10 responden dan paling sedikit pada kelompok anemia normositik normokromik,anemia mikrositik hipokromik, partial hellp syndrome, Gangguan napas ringan, aspirasi mekoneum, dan trombositopenia, yaitu 1 responden. Sedangkan pada kelompok tidak BBLR responden terbanyak ada pada kelompok kondisi klinis penyerta tidak ada kondisi klinis yang menyertai, yaitu 14 responden dan paling sedikit pada kelompok anemia normositik normokromik, anemia mikrositik hipokromik, partial hellp syndrome, gangguan napas ringan, asfiksia sedang, dan aspirasi mekoneum, yaitu 1 responden.

Hasil penelitian tersebut sesuai dengan teori yang telah dinyatakan sebelumnya, akan tetapi hal ini tidak mempegaruhi hasil penelitian. Hal ini dapat disimpulkan dari nilai p yang dihasilkan dari analisis data adalah 0,443. Nilai p tersebut > 0,05, yang dapat diintepretasikan adanya perbedaan yang tidak signifikan diantara kedua kelompok (BBLR dan Tidak BBLR) jika dibandingkan dengan kondisi klinis penyerta.


(51)

commit to user

B.Hubungan Frekuensi Antenatal Care dengan Kejadian BBLR

Dari hasil penelitian terhadap 60 kasus yaitu 30 kasus BBLR dan 30 kasus tidak BBLR didapatkan ibu dengan frekuensi ANC <4 sebanyak 24 orang (40 %), sedangkan ibu dengan frekuensi ANC ≥4 sebanyak 36 orang (60 %). Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kepedulian ibu terhadap ANC sudah meningkat.

Berdasarkan data yang ada (Tabel IV.2) diketahui bahwa pada kelompok ibu dengan frekuensi antenatal care<4 angka kejadian BBLR berjumlah 18 dari 30 orang dengan persentase 60 %. Sedangkan pada ibu dengan frekuensi antenatal care ≥4 angka kejadian BBLC berjumlah 28 dari 30 orang dengan persentase 93 %. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Gomez-Olmedo pada tahun 1990-1993 di Spanyol dan Barros pada tahun 1996 di Portugal. Utama dan Alisjahbana tahun 1989 menyebutkan bahwa penyebab BBLR yang terpenting di negara yang sedang berkembang adalah keterlambatan pertumbuhan janin sebagai akibat dari malnutrisi ibu maka penjaringan ibu-ibu yang memerlukan penanggulangan gizi merupakan bagian yang penting dari pemeriksaan ibu hamil mengingat berat badan bayi lahir berkorelasi positif dengan berat badan ibu selama hamil.

Untuk mengetahui adanya hubungan antara frekuensi ANC dengan kejadian BBLR digunakan uji analisis Chi Square baik secara manual maupun dengan menggunakan SPSS. Dengan cara manual X2 yang diperoleh (10,00) jauh di atas batas signifikansi. Adapun nilai p yang didapat dengan


(52)

commit to user

menggunakan SPSS adalah 0,002. Nilai ini juga kurang dari batas signifikansi yaitu 0,05. Dengan menggunakan analisis ini peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa ada hubungan frekuensi antenatal care dengan kejadian bayi berat lahir rendah.

Hubungan di sini dapat dilihat dari tujuan umum antenatal care yaitu menyiapkan seoptimal mungkin fisik, mental ibu dan janin selama kehamilan, persalinan dan nifas sehingga didapatkan ibu dan anak yang sehat dan tujuan khusus antara lain : a)Mengenali dan menangani penyulit-penyulit yang mungkin dijumpai dalam kehamilan, persalinan dan nifas. b) Mengenali dan mengobati penyakit-penyakit yang mungkin diderita sedini mungkin. c) Menurunkan angka morbiditas dan mortalitas ibu dan anak. d) Memberikan nasihat tentang cara hidup sehari-hari dan Keluarga Berencana, kehamilan persalinan, nifas dan laktasi (Mochtar, 1998). Mengingat pentingnya kegiatan antenatal care ini diperlukan kerjasama semua pihak untuk tetap mensukseskannya, baik dari pihak ibu maupun dari pihak medis serta dukungan dari pemerintah. Adapun besarnya kekuatan risiko melakukan ANC <4 kali terhadap BBLR dapat dilihat dari Odds Ratio yang didapat. Odds Ratio yang didapat pada penlitian kali ini adalah 6 dengan intepretasi ibu yang melakukan ANC <4 kali memiliki risiko untuk melahirkan bayi dengan BBLR sebesar 6x lebih besar dibandingkan dengan ibu yang melakukan ANC ≥4 kali.

Dari pembahasan di atas, simpulan yang dapat diambil adalah ada hubungan secara langsung yang menunjukkan bahwa risiko kejadian bayi berat lahir rendah dapat menurun dengan dilaksanakannya antenatal care secara


(53)

commit to user

teratur dan intensif. Hal tersebut tidak mengesampingkan banyaknya faktor dari bayi berat lahir rendah selain dari jumlah frekuensi antenatal care. Oleh karena itu masih diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai hubungan antara faktor-faktor tersebut.


(54)

commit to user BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

C.Simpulan

Ada hubungan antara frekuensi antenatal care dengan kejadian bayi berat lahir rendah berdasarkan masa kehamilan dengan Odds Ratio(OR) yang didapatkan adalah 6.

D.Saran

1. Perlunya dukungan dan sosialisasi kepada wanita hamil untuk melakukan antenatal care dengan teratur dan intensif baik saat ada keluhan maupun tidak.

2. Peran serta masyarakat dan keluarga juga sangat dibutuhkan untuk terus mendorong ibu hamil untuk tetap melakukan antenatal care.

3. Diperlukan peningkatan pelayanan untuk semakin memperbaiki kualitas antenatal care di Indonesia baik dari segi sarana dan prasarana serta sumber daya manusia yang melakukan pelayanan tersebut.

4. Untuk dapat mencegah kejadian bayi berat lahir rendah secara lebih menyeluruh diperlukan penelitian multivariat yang akan dapat menentukan hubungan antara faktor-faktor yang mempengaruhi BBLR yang belum dapat diteliti pada kesempatan kali ini.

5. Untuk kesempatan selanjutnya disarankan agar mengambil jumlah sampel yang lebih besar agar tidak terjadi ketidaksesuaian dengan teori karena keterbatasan sampel.


(55)

commit to user Daftar Pustaka

Adriaansz, George. 2008 . Asuhan Antenatal.

http://www.pkmi-online.com/download/ASUHAN%20ANTENATAL.pdf, [diakses: 4 Maret 2010]

Banta, D .2003. What is the efficacy/effectiveness of antenatal care and the financial and organizationalimplications? Copenhagen, WHO Regional Office for Europe (Health Evidence Network

report;http://www.euro.who.int/Document/E82996.pdf [diakses: 23 Maret 2010]).

Barros, Henrique. 1996. Role of Prenatal Care in Preterm Birth and Low Birthweight in Portugal. Portugal.

http://jpubhealth.oxfordjournals.org[diakses 18 Maret 2010]

Central Bureau of Statistics. 2000. End Decade Statistical Report: Data and Descriptive Analysis, Jakarta.

Cunningham, F. Gary. 2005. Obstetri Williams. Jakarta: EGC.

Departemen Kesehatan RI (Depkes RI). 1993. Ibu Sehat Anakpun Sehat. Jakarta: Depkes RI.

Departemen Kesehatan RI (Depkes RI). 1994. Pedoman Pelayanan Antenatal Care di Tingkat Dasar. Jakarta: Depkes RI.

Departemen Kesehatan RI (Depkes RI). 1996. Pedoman Pelayanan Antenatal di Tingkat Pelayanan Dasar. Jakarta: Depkes RI.

Departemen Kesehatan RI (Depkes RI). 2004. Profil Kesehatan Indonesia 2004.

http://www.depkes.go.id/downloads/publikasi/Profil%20Kesehatan%20Indo nesia%202004.pdf [diakses 18 Maret 2010]

Di Mario, S et al. (2005). What is the effectiveness of antenatal care? (Supplement). Copenhagen, WHORegional Office for Europe (Health Evidence Network report;http://www.euro.who.int/Document/E87997.pdf, [diakses: 23 Maret 2010]).


(56)

commit to user

Enoch, M. 1992. Status Gizi Ibu hamil dan Berat Bayi yang Dilahirkan di Tiga Puskesmas di Cirebon, Tahun 18. Volume 6. Medika. Journal Kedokeran dan Farmasi. Jakarta. Hal 85-88

Ewald, Uwe. 2006. Low Birth Weight Infant.

http://www.kbh.uu.se/pdf/Quiip/Low-birth.pdf [diakses 25 Agustus 2010] GOI-UNICEF, 2000. Challenges for a New Generation: The Situation of Children

and Women in Indonesia, Jakarta.

Gomez-Olmedo, M. 1993. Pre-natal Care and Prevention of Low Birth Weight. Spain. http://eurpub.oxfordjournals.org [diakses 18 Maret 2010]

Hakimi, M. 1997. Hubungan antara Konrasepsi Mantap dan Kematian Perinatal. Dalam : Berita Kedokteran Masyarakat.

Ikatan Bidan Indonesia (IBI). 2006. Bidan Menjangkau Perempuan Dimanapun Mereka Berada.

http://indonesia.unfpa.org/publications/2007/Leaflet%20on%20Midwife.pdf

[diakses 25 Agustus 2010]

Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). 2004. Bayi Berat Lahir Rendah. Dalam : Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak. Edisi I. Jakarta; 307-313.

Kolibu, Budianto. 2006. Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Antenatal Care Ditinjau dari Segi Umur Pendidikan Pekerjaan dan Paritas.

Komaruddin, A, Murti, B. 2004. Perbedaan Pengaruh Kelengkapan Pemeriksaan Antenatal Antara Rumah Bersalin dan Puskesmas di Kota Surakarta.

http://eprints.ums.ac.id/785/1/Jurnal_Daya_Saing_1_6.pdf[diakses 25 Agustus 2010]

Martaadisoebrata, D, dkk. 2005. Bunga Rampai Obstetri dan Ginekologi Sosial. Jakarta. Yayasan Bina Pustaka.

Mochtar, R. 1998.Sinopsis Obstetri, Obstetri Operatif, Obstetri Sosial. Jilid 2. Edisi 2. Jakarta:EGC.

Murti, Bhisma. 2010. Desain dan Ukuran Sampel untuk Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif di Bidang Kesehatan. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Nursalam. 2003.Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta.


(57)

commit to user

Peranginangin, Henri. 2006. Telaah Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Pemanfaatan Pelayanan Antenatal Care pada Sarana Kesehatan: Pemeliharaan Kesehatan Ibu Hamil dalam Upaya Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup. Dalam :Makalah Pengantar Falsafah Sains (PPS702) Program Pasca Sarjana / S3, Institut Pertanian Bogor. http://www.rudyct.com/PPS702-ipb/12167/henri_peranginangin.pdf[diakses : 4 Maret 2010]

Prawiroharjo, S. 1999. Ilmu Kebidanan, Edisi 2 Cetakan II. Jakarta:Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Saifudin, AB. 2002.Buku Panduan Praktis Pelayanan Maternal dan

Neonatal. Jakarta: YBPSP SDKI 1991, 1994, dan 1997 dengan masing-masing meliputi periode lima tahun sebelum survei.

Saifuddin, dkk. 2000. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : JNPKKR-POGI bekerjasama dengan Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Salmah, dkk. 2006. Asuhan Kebidanan Antenatal. Penerbit ECG : Jakarta

Setyowati, T. 1996. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Bayi Lahir dengan Berat Badan Rendah (Analisa data SDKI 1994).

BadanLitbangKesehatan.Avaliablefrom

:http://www.digilib.litbang.depkes.go.id. [diakses :3 Maret 2010]. UCSF Children’s Hospital. 2004. Very Low and Extremely Low Birthweight

Infants. Dalam :Intensive Care Nursery House Staff Manual.

http://www.ucsfchildrenshospital.org/pdf/manuals/20_VLBW_ELBW.pdf[d iakses : 3 Maret 2010].

UNICEF. 2004. Low Birthweight. UNICEF, New Yor.Avaliablefrom

:http://www.childinfo.org/low_birthweight.html[diakses:3 Maret 2010]. Utama, D, Alisjahbana A. 1989. Beberapa Variabel Antropometri Ibu Hamil

sebagai Faktor Risiko Kelahiran Bayi Berat Lahir Rendah. Dalam : Majalah Kedokteran Bandung XXII no 1. Bandung.

Vahdaninia, Mariam. 2008. Correlates of low birth weight in term pregnancies: a retrospective study from Iran.


(58)

commit to user

http://www.biomedcentral.com/content/pdf/1471-2393-8-12.pdf [diakses: 29 April 2010]

World Health Organization (WHO). 2005.Development of a StrategyTowardsPromotingOptimalFetalGrowth.

http://www.who.int/entity/nutrition/topics/lbw_strategy_background.pdf[dia kses:3 Maret 2010].

Wignyosastro, H. 1991.IlmuKebidanan. Edisi III.


(1)

commit to user

teratur dan intensif. Hal tersebut tidak mengesampingkan banyaknya faktor dari bayi berat lahir rendah selain dari jumlah frekuensi antenatal care. Oleh karena itu masih diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai hubungan antara faktor-faktor tersebut.


(2)

commit to user

BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

C.Simpulan

Ada hubungan antara frekuensi antenatal care dengan kejadian bayi berat lahir rendah berdasarkan masa kehamilan dengan Odds Ratio(OR) yang didapatkan adalah 6.

D.Saran

1. Perlunya dukungan dan sosialisasi kepada wanita hamil untuk melakukan antenatal care dengan teratur dan intensif baik saat ada keluhan maupun tidak.

2. Peran serta masyarakat dan keluarga juga sangat dibutuhkan untuk terus mendorong ibu hamil untuk tetap melakukan antenatal care.

3. Diperlukan peningkatan pelayanan untuk semakin memperbaiki kualitas antenatal care di Indonesia baik dari segi sarana dan prasarana serta sumber daya manusia yang melakukan pelayanan tersebut.

4. Untuk dapat mencegah kejadian bayi berat lahir rendah secara lebih menyeluruh diperlukan penelitian multivariat yang akan dapat menentukan hubungan antara faktor-faktor yang mempengaruhi BBLR yang belum dapat diteliti pada kesempatan kali ini.

5. Untuk kesempatan selanjutnya disarankan agar mengambil jumlah sampel yang lebih besar agar tidak terjadi ketidaksesuaian dengan teori karena keterbatasan sampel.


(3)

commit to user

Daftar Pustaka

Adriaansz, George. 2008 . Asuhan Antenatal.

http://www.pkmi-online.com/download/ASUHAN%20ANTENATAL.pdf, [diakses: 4 Maret 2010]

Banta, D .2003. What is the efficacy/effectiveness of antenatal care and the financial and organizationalimplications? Copenhagen, WHO Regional Office for Europe (Health Evidence Network

report;http://www.euro.who.int/Document/E82996.pdf [diakses: 23 Maret 2010]).

Barros, Henrique. 1996. Role of Prenatal Care in Preterm Birth and Low Birthweight in Portugal. Portugal.

http://jpubhealth.oxfordjournals.org[diakses 18 Maret 2010]

Central Bureau of Statistics. 2000. End Decade Statistical Report: Data and Descriptive Analysis, Jakarta.

Cunningham, F. Gary. 2005. Obstetri Williams. Jakarta: EGC.

Departemen Kesehatan RI (Depkes RI). 1993. Ibu Sehat Anakpun Sehat. Jakarta: Depkes RI.

Departemen Kesehatan RI (Depkes RI). 1994. Pedoman Pelayanan Antenatal Care di Tingkat Dasar. Jakarta: Depkes RI.

Departemen Kesehatan RI (Depkes RI). 1996. Pedoman Pelayanan Antenatal di Tingkat Pelayanan Dasar. Jakarta: Depkes RI.

Departemen Kesehatan RI (Depkes RI). 2004. Profil Kesehatan Indonesia 2004. http://www.depkes.go.id/downloads/publikasi/Profil%20Kesehatan%20Indo nesia%202004.pdf [diakses 18 Maret 2010]

Di Mario, S et al. (2005). What is the effectiveness of antenatal care? (Supplement). Copenhagen, WHORegional Office for Europe (Health Evidence Network report;http://www.euro.who.int/Document/E87997.pdf, [diakses: 23 Maret 2010]).


(4)

commit to user

Enoch, M. 1992. Status Gizi Ibu hamil dan Berat Bayi yang Dilahirkan di Tiga Puskesmas di Cirebon, Tahun 18. Volume 6. Medika. Journal Kedokeran dan Farmasi. Jakarta. Hal 85-88

Ewald, Uwe. 2006. Low Birth Weight Infant.

http://www.kbh.uu.se/pdf/Quiip/Low-birth.pdf [diakses 25 Agustus 2010] GOI-UNICEF, 2000. Challenges for a New Generation: The Situation of Children

and Women in Indonesia, Jakarta.

Gomez-Olmedo, M. 1993. Pre-natal Care and Prevention of Low Birth Weight. Spain. http://eurpub.oxfordjournals.org [diakses 18 Maret 2010]

Hakimi, M. 1997. Hubungan antara Konrasepsi Mantap dan Kematian Perinatal. Dalam : Berita Kedokteran Masyarakat.

Ikatan Bidan Indonesia (IBI). 2006. Bidan Menjangkau Perempuan Dimanapun Mereka Berada.

http://indonesia.unfpa.org/publications/2007/Leaflet%20on%20Midwife.pdf [diakses 25 Agustus 2010]

Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). 2004. Bayi Berat Lahir Rendah. Dalam : Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak. Edisi I. Jakarta; 307-313.

Kolibu, Budianto. 2006. Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Antenatal Care Ditinjau dari Segi Umur Pendidikan Pekerjaan dan Paritas.

Komaruddin, A, Murti, B. 2004. Perbedaan Pengaruh Kelengkapan Pemeriksaan Antenatal Antara Rumah Bersalin dan Puskesmas di Kota Surakarta. http://eprints.ums.ac.id/785/1/Jurnal_Daya_Saing_1_6.pdf[diakses 25 Agustus 2010]

Martaadisoebrata, D, dkk. 2005. Bunga Rampai Obstetri dan Ginekologi Sosial. Jakarta. Yayasan Bina Pustaka.

Mochtar, R. 1998.Sinopsis Obstetri, Obstetri Operatif, Obstetri Sosial. Jilid 2. Edisi 2. Jakarta:EGC.

Murti, Bhisma. 2010. Desain dan Ukuran Sampel untuk Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif di Bidang Kesehatan. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Nursalam. 2003.Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta.


(5)

commit to user

Peranginangin, Henri. 2006. Telaah Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Pemanfaatan Pelayanan Antenatal Care pada Sarana Kesehatan: Pemeliharaan Kesehatan Ibu Hamil dalam Upaya Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup. Dalam :Makalah Pengantar Falsafah Sains (PPS702) Program Pasca Sarjana / S3, Institut Pertanian Bogor. http://www.rudyct.com/PPS702-ipb/12167/henri_peranginangin.pdf[diakses : 4 Maret 2010]

Prawiroharjo, S. 1999. Ilmu Kebidanan, Edisi 2 Cetakan II. Jakarta:Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Saifudin, AB. 2002.Buku Panduan Praktis Pelayanan Maternal dan

Neonatal. Jakarta: YBPSP SDKI 1991, 1994, dan 1997 dengan masing-masing meliputi periode lima tahun sebelum survei.

Saifuddin, dkk. 2000. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : JNPKKR-POGI bekerjasama dengan Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Salmah, dkk. 2006. Asuhan Kebidanan Antenatal. Penerbit ECG : Jakarta

Setyowati, T. 1996. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Bayi Lahir dengan Berat Badan Rendah (Analisa data SDKI 1994).

BadanLitbangKesehatan.Avaliablefrom

:http://www.digilib.litbang.depkes.go.id. [diakses :3 Maret 2010]. UCSF Children’s Hospital. 2004. Very Low and Extremely Low Birthweight

Infants. Dalam :Intensive Care Nursery House Staff Manual.

http://www.ucsfchildrenshospital.org/pdf/manuals/20_VLBW_ELBW.pdf[d iakses : 3 Maret 2010].

UNICEF. 2004. Low Birthweight. UNICEF, New Yor.Avaliablefrom

:http://www.childinfo.org/low_birthweight.html[diakses:3 Maret 2010]. Utama, D, Alisjahbana A. 1989. Beberapa Variabel Antropometri Ibu Hamil

sebagai Faktor Risiko Kelahiran Bayi Berat Lahir Rendah. Dalam : Majalah Kedokteran Bandung XXII no 1. Bandung.

Vahdaninia, Mariam. 2008. Correlates of low birth weight in term pregnancies: a retrospective study from Iran.


(6)

commit to user

http://www.biomedcentral.com/content/pdf/1471-2393-8-12.pdf [diakses: 29 April 2010]

World Health Organization (WHO). 2005.Development of a StrategyTowardsPromotingOptimalFetalGrowth.

http://www.who.int/entity/nutrition/topics/lbw_strategy_background.pdf[dia kses:3 Maret 2010].

Wignyosastro, H. 1991.IlmuKebidanan. Edisi III.