Oksigen Terlarut Fosfat Faktor Kimia 1. pH

29

4.1.2.2. Oksigen Terlarut

Kandungan oksigen terlarut di perairan Berau berkisar antara 2,7 - 6,14 mll. Pada penelitian periode pertama, nilai oksigen terlarut antara 2,7 – 4,3 mll pada saat surut. Kadar oksigen ditemukan mempunyai nilai yang rendah di daerah pesisir dekat daratan dan sebaliknya memiliki nilai yang cukup tinggi di daerah laut terbuka Gambar 9. Hal ini kemungkinan disebabkan pemakaian yang tinggi oleh organisme di daerah pesisir. Pada penelitian periode ke-dua kandungan oksigen terlarut di perairan Berau berkisar antara 4,77 – 6,14 mll. Kadar oksigen yang diperoleh pada masing-masing stasiun mempunyai nilai yang bervariasi, tidak ditentukan oleh jauh dekatnya stasiun dengan daratan Gambar 9. Hal ini kemungkinan dipengaruhi oleh bervariasinya pemakaian oksigen oleh organisme, baik di daerah pantai maupun lepas pantai. Bervariasinya pemakaian oksigen ini kemungkinan besar dipengaruhi oleh kondisi organisme itu sendiri, jenis organisme, ukuran dan jumlah organisme. 117.7 117.8 117.9 118.0 118.1 118.2 118.3 1.8 1.9 2.0 2.1 2.2 2.3 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 Lunsuranaga Guntung Lalawan Sodang Bes ar Talasau Tanjung Batu Ulingan Sukan Tg. Binkar Nakal Tg. Birai S. Beribik Tanjung Redep Rantaupanjang Muara Guntung 5 5 3.5 3.6 3.7 3.8 3.9 4 Gambar 9 Sebaran oksigen terlarut di perairan Berau 30

4.1.2.3. Fosfat

Konsentrasi fosfat yang diperoleh selama penelitian, memiliki nilai terendah 0,08 µg –atl dan tertinggi 0,89 µg –atl . Pada saat penelitian pertama dilakukan diperoleh kadar fosfat berkisar antara 0,09 - 0,89 µg –atl. Pada penelitian ke-dua konsentrasi fosfat antara 0,08 – 0,29 µg –atl. Kisaran konsentrasi fosfat ini masih layak untuk kehidupan fitoplankton. Fosfat diperlukan oleh fitoplankton pada kisaran 0,029 – 0,587 µg –atl Mackentum, 1969. Secara umum, kandungan fosfat di perairan Berau mempunyai nilai yang tinggi di daerah muara sungai dan semakin rendah ke arah laut Gambar 10. Hal ini kemungkinan besar disebabkan oleh karena adanya masukan dari darat. Nontji 1984 menyatakan bahwa kandungan fosfat di suatu perairan antara lain dapat disebabkan karena masukan dari darat atau karena terjadinya pengayaan dari lapisan dalam, baik karena penaikan air maupun karena pengadukan. Lebih lanjut dijelaskan pula bahwa proses penaikan air lebih banyak terjadi di perairan dalam sedangkan proses pengadukan lebih banyak berperan di perairan dangkal. Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Muchtar 2000 di perairan Kalimantan Timur dari balikpapan sampai kabupaten Kutai Timur, mendapatkan nilai kandungan fosfat antara 0,08 µg –atl - 0,40 µg –atl. Hal ini menunjukkan bahwa ternyata kisaran fosfat yang diperoleh pada penelitian di Berau ini tidak jauh berbeda dengan penelitian terdahulu pada perairan yang mendekati wilayah Berau. 117.7 117.8 117.9 118.0 118.1 118.2 118.3 1.8 1.9 2.0 2.1 2.2 2.3 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 Lunsuranaga Guntung Lalawan Sodang Besar Talasau Tanjung Batu Ulingan Sukan Tg. Binkar Nakal Tg. Birai S. Beribik Tanjung Redep Rantaupanjang Muara Guntung Derawan 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3 0.35 0.4 0.45 0.5 0.55 0.6 0.65 0.7 0.75 0.8 Gambar 10 Sebaran fosfat di perairan Berau 31

4.1.2.4. Nitrat