STUDI PENGGUNAAN KOMBINASI DOSIS TETAP (KDT) PADA PASIEN TUBERKULOSIS PARU (Penelitian dilakukan di Instalasi Rawat Inap RSU Karsa Husada Batu)

SKRIPSI
ULFIA NISRIN
UNAAN KOMBINASI DOSI
STUDI PENGGU
SIS TETAP
A PASIEN TUBERKULOSIS
(KDT) PADA
IS PARU
dilakukan di Instalasi Rawat Inap
(Penelitian dila
nap RSU
Karsa Husada Batu)

ROGRAM STUDI FARMASI
PRO
ULTAS ILMU KESEHATAN
FAKUL
RSITAS MUHAMMADIYAH MALAN
ALANG
UNIVERSIT
2016


SKRIPSI
ULFIA NISRIN
UNAAN KOMBINASI DOSI
STUDI PENGGU
SIS TETAP
A PASIEN TUBERKULOSIS
(KDT) PADA
IS PARU
dilakukan di Instalasi Rawat Inap
(Penelitian dila
nap RSU
Karsa Husada Batu)

ROGRAM STUDI FARMASI
PRO
ULTAS ILMU KESEHATAN
FAKUL
RSITAS MUHAMMADIYAH MALAN
ALANG

UNIVERSIT
2016

Lembar Pengesahan

STUDI PENGGUNAAN KOMBINASI DOSIS TETAP
(KDT) PADA PASIEN TUBERKULOSIS PARU
(Penelitian dilakukan di Instalasi Rawat Inap RSU
Karsa Husada Batu)

SKRIPSI

Dibuat Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Farmasi Pada
Program Studi Farmasi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Malang
2016

Oleh:

ULFIA NISRIN

NIM : 201210410311155

Disetujui Oleh:

iv

Lembar Pengujian

STUDI PENGGUNAAN KOMBINASI DOSIS TETAP
(KDT) PADA PASIEN TUBERKULOSIS PARU
(Penelitian dilakukan di Instalasi Rawat Inap RSU
Karsa Husada Batu)

SKRIPSI

Telah diuji dan dipertahankan di depan tim penguji
Pada tanggal 1 Juni 2016

Oleh:
ULFIA NISRIN

NIM: 201210410311155

Tim Penguji:

v

KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb.
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan berkah dan nikmat
kepada hamba-Nya, karena dengan pertolongan-Nya skripsi yang berjudul “Studi
Penggunaan Kombinasi Dosis Tetap (KDT) Pada Pasien Tuberkulosis Paru
(Penelitian dilakukan di Instalasi Rawat Inap RSU Karsa Husada Batu)” dapat
diselesaikan tepat waktu dan dengan sebaik-baiknya.
Selanjutnya penulis ingin mengucapkan terima kasih yang tidak terhingga kepada
orang tua Ibu dan Abah telah menjadi motivasi terbesar saya untuk menyelesaikan
skripsi ini. Terima kasih juga kepada:
1. Bapak Yoyok Bekti Prasetyo, S.Kep., M.Kep., Sp.Kom. selaku dekan
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang.
2. Direktur dan staf RSU Karsa Husada Batu yang telah membantu
kelancaran penelitian skripsi.

3. Ibu Hidajah Rachmawati, S.Si, Apt., Sp.FRS selaku pembimbing I yang
selalu sabar dalam memberikan pengarahan dan bimbingan hingga tugas
akhir ini dapat diselesaikan tepat waktu, semoga Allah selalu
melimpahkan kesehatan.
4. Bapak Drs. Didik Hasmono, Apt., MS selaku pembimbing II yang telah
banyak meluangkan waktu untuk membimbing, mengarahkan dan
memberi semangat kepada penulis selama menempuh pendidikan di
program studi farmasi Universitas muhammadiyah malang sampai
terselesaikannya tugas akhir ini, semoga Allah selalu melimpahkan
kesehatan.
5. Ibu Dra. Lilik Yusetyani, Apt., Sp. FRS dan ibu Nailis Syifa’, S.Farm.,
M.Sc., Apt. Selaku penguji I dan II yang telah banyak memberikan
masukan dan saran demi terselesaikannya tugas akhir ini dengan sebaikbaiknya.
6. Seluruh dosen dan staf tata usaha Farmasi yang telah memberikan
dedikasi yang besar kepada penulis.

vi
iv

7. Kepada kakakku Nayli Syifa’iyah dan Muhammad Adib Nazri serta

adikku tercinta Muhammad Zainul Fuady yang selalu memberikan
semangat dan nasehat.
8. Teman-teman kos 395 Ira dan Elok yang telah menemani perjalanan
penulis selama kurang lebih 4 tahun menempuh studi di Malang.
9. Seluruh teman-teman farmasi angkatan 2012 yang telah berjuang bersama
penulis untuk menyelesaikan pendidikan di Program Studi Farmasi.
Akhir kata, penulis mohon maaf atas kekurangan dan ketidaksempurnaan
penulisan skripsi dan dengan senang hati menerima kritik dan saran yang
membangun. Semoga skripsi ini bermanfaat dalam mengembangkan ilmu
pengetahuan bidang farmasi klinis bagi penulis maupun pembaca.
Wassalaamualaikum Wr. Wb.

Malang, Mei 2016

Ulfia Nisrin

vii
v

RINGKASAN

STUDI PENGGUNAAN KOMBINASI DOSIS TETAP (KDT)
PADA PASIEN TUBERKULOSIS PARU
(Penelitian dilakukan di Instalasi Rawat Inap RSU
Karsa Husada Batu)
Tuberkulosis adalah penyakit infeksi yang terutama disebabkan oleh
bakteri Mycobacterium tuberculosis, sebagian kecil oleh bakteri Mycobacterium
africanum dan Mycobacterium bovis. Bakteri ini paling sering menyerang paruparu dan beberapa bagian tubuh lain seperti tulang, kulit dan mata. Tuberkulosis
sebagian besar menginfeksi penduduk yang berusia produktif antara 15-55 tahun.
Setiap tahunnya, 2 milyar orang di dunia terinfeksi tuberkulosis dan 2 sampai 3
juta orang meninggal dunia. Gejala TB pada orang dewasa umumnya adalah batuk
berdahak selama 2-3 minggu atau lebih dan dapat diikuti dengan gejala tambahan
yaitu batuk darah, sesak nafas, malaise, berkeringat malam hari tanpa kegiatan
fisik, dan demam meriang lebih dari satu bulan.
Regimen terapi yang direkomendasikan oleh World Health Organization
(WHO) adalah rifampisin (R), isoniazid (H), pirazinamid (Z), dan etambutol (E)
dalam Kombinasi Dosis Tetap (KDT) atau fixed dose combination , dimana
kombinasi ini diharapkan akan meningkatan efektifitas terapi. Tablet OAT-KDT
ini terdiri dari kombinasi 2 atau 4 jenis obat dalam satu tablet. Di Indonesia,
penatalaksanaan tuberkulosis dibagi menjadi kategori 1, kategori 2 dan kategori 3,
dimana tiap kategori diberikan untuk jenis pasien yang berbeda. Pengobatan TB

kategori 1 dan 3 menggunakan tablet 4KDT (Rifampisin, Isoniazid, Pirazinamid
dan Etambutol) selama 2 bulan fase intensif dan tablet 2KDT (Rifampisin dan
Isoniazid) selama 4 bulan fase lanjutan, sedangkan kategori 2 pengobatan dengan
KDT dikombinasi dengan injeksi streptomisin. Dosis KDT disesuaikan dengan
berat badan pasien, sehingga memudahkan pemberian obat kepada pasien dan
menjamin kelangsungan pengobatan sampai selesai. Selain terapi dengan KDT,
pasien juga diberikan terapi lain seperti obat batuk, analgesik, antibiotika
kombinasi dan lain-lain.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempelajari pola penggunaan obat
KDT pada pasien tuberkulosis paru terkait dosis, jenis, efek samping dan hal lain
terkait data laboratorium dan data klinik, serta menganalisis kesesuaian antara
terapi pasien dengan pedoman pengobatan TB yang telah ditetapkan oleh
Departemen Kesehatan RI.
Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian yang bersifat
observasional karena peneliti tidak memberikan perlakuan kepada sampel.
Rancangan penelitian dilakukan secara deskriptif dimana penelitian ini
dimaksudkan untuk mendeskripsikan pola penggunaan obat Kombinasi Dosis
Tetap (KDT) dengan metode retrospektif (penelitian yang dilakukan dengan
viii
vi


peninjauan ke belakang). Kriteria inklusi meliputi pasien yang terdiagnosa
penyakit tuberkulosis paru usia dewasa di Rumah Sakit Umum Karsa Husada
Batu dengan data rekam medik kesehatan (RMK) lengkap meliputi data terapi
dengan KDT periode 1 Januari 2015 sampai 31 Desember 2016.
Hasil penelitian ini didapatkan 41 data RMK sebagai sampel dari total 82
populasi. Pasien TB paru paling tinggi pada usia lebih dari 50 tahun sebanyak 15
pasien (36%) dengan pasiennya lebih banyak laki-laki daripada perempuan yaitu
sebanyak 22 pasien (54%). Regimen terapi standar untuk pasien TB paru
disediakan dalam bentuk Kombinasi Dosis Tetap (KDT) dengan sebagian besar
pasien TB paru mendapat terapi 4KDT (Rifampisin 150 mg, Isoniazid 75 mg,
Pirazinamid 400 mg dan Etambutol 275 mg) sebanyak 36 pasien (88%) dan 2KDT
(Rifampisin 150 mg dan Isoniazid 150 mg) 5 pasien (12%). Pengobatan kategori 1
menggunakan 4KDT dan 2KDT sebanyak 39 pasien (93%) dan kategori 2
menggunakan 4KDT dan 2KDT tanpa kombinasi Streptomisin sebanyak 2 pasien
(4%). Pemakaian KDT memiliki beberapa efek samping dan efek yang paling
banyak terjadi pada pasien adalah mual sebanyak 29 pasien (58%), peningkatan
serum transaminase 12 pasien (24%), dan muntah 3 pasien (6%). Pada 2 pasien
Pemberian jumlah tablet KDT berdasarkan berat badan pasien belum sesuai
dengan Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis tahun 2011 dari

Departemen Kesehatan RI. Selain KDT, Terapi lain yang diberikan kepada pasien
yaitu acid suppression 61 pasien (30%), antibiotika tunggal 32 pasien (16%), obat
batuk 30 pasien (14%), Antisesak 21 pasien (10%), hepatoprotektan 17 pasien
(8%), antipiretik 14 pasien (7%), antibiotika kombinasi 10 pasien (5%),
hemostatik 8 pasien (4%), analgesik 7 pasien (3%), insulin 5 pasien (2%), dan
obat antidiabetes 1 pasien (1%).

ix
vii

DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ........................................................................................

i

LEMBAR PENGESAHAN..............................................................................

ii


LEMBAR PENGUJIAN...................................................................................

iii

KATA PENGANTAR......................................................................................

iv

RINGKASAN...................................................................................................

vi

ABSTRAK........................................................................................................ viii
ABSTRACT .....................................................................................................

ix

DAFTAR ISI ....................................................................................................

x

DAFTAR TABEL ............................................................................................ xiii
DAFTAR GAMBAR........................................................................................ xiv
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................

xv

DAFTAR SINGKATAN.................................................................................. xvi
BAB I

BAB II

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.....................................................................

1

1.2 Rumusan Masalah ...............................................................

4

1.3 Tujuan Penelitian.................................................................

4

1.3.1 Tujuan Umum.............................................................

4

1.3.2 Tujuan Khusus............................................................

4

1.4 Manfaat Penelitian...............................................................

5

1.4.1 Bagi Peneliti ...............................................................

5

1.4.2 Bagi Rumah Sakit.......................................................

5

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi Paru.......................................................................

6

2.2 Definisi Tuberkulosis ..........................................................

7

2.3 Epidemiologi Tuberkulosis..................................................

7

2.4 Etiologi Tuberkulosis ..........................................................

9

2.5 Patofisiologi Tuberkulosis...................................................

9

2.6 Klasifikasi Tuberkulosis ...................................................... 10

x

2.6.1 Berdasarkan organ yang terinfeksi ............................. 11
2.6.2 Berdasarkan hasil pemeriksaan dahak........................ 11
2.6.3 Berdasarkan riwayat pengobatan pasien .................... 11
2.6.4 Berdasarkan pemeriksaan radiologis .......................... 12
2.7 Manifestasi Klinis Tuberkulosis Paru.................................. 12
2.8 Diagnosis Tuberkulosis ....................................................... 13
2.8.1 Pemeriksaan Dahak Mikroskopik............................... 14
2.8.2 Uji Tuberkulin ............................................................ 14
2.8.3 Pemeriksaan Radiografi Dada .................................... 15
2.8 Faktor Resiko Tuberkulosis
2.8.1 Faktor Resiko Individu ............................................... 15
2.8.2 Faktor Resiko Lingkungan ......................................... 16
2.9 Komplikasi Tuberkulosis..................................................... 16
2.10Terapi farmakologi Tuberkulosis
2.10.1 Obat Antituberkulosis Lini Pertama ......................... 17
2.10.1.1 Rifampisin.................................................. 17
2.10.1.2 Isoniazid..................................................... 19
2.10.1.3 Pirazinamid ................................................ 21
2.10.1.4 Etambutol................................................... 22
2.10.3.5 Streptomisin............................................... 23
2.10.2 Obat Antituberkulosis Lini Kedua............................ 25
2.10.2.1 Asam Aminosalisilat (PAS)....................... 25
2.10.2.2 Etionamid................................................... 26
2.10.2.3 Sikloserin ................................................... 26
2.10.2.4 Kapreomisin............................................... 27
2.10.2.5 Amikasin.................................................... 27
2.10.2.6 Golongan Fluoroquinolon.......................... 28
2.10.3 Terapi OAT pada Tuberkulosis
2.10.3.1 Tahap Pengobatan Tuberkulosis................ 29
2.10.2.2 Kategori Pengobatan Tuberkulsosis .......... 30
2.10.2.3 Terapi KDT di Indonesia ........................... 32
2.10.4 Terapi Penunjang Pada Tuberkulosis ....................... 35

xi

2.10.4.1 antifibrinolitik ............................................ 35
2.10.4.2 antipiretik................................................... 36
2.10.4.3 analgesik .................................................... 36
2.11Terapi Nonfarmakologi ................................................ 36
BAB III

KERANGKA KONSEPTUAL dan KERANGKA OPERASIONAL
3.1 Kerangka Konseptual ............................................................... 38
3.2 Kerangka Operasional .............................................................. 39

BAB IV METODE PENELITIAN
4.1 Rancangan Penelitian ............................................................... 40
4.2 Populasi dan Sampel ................................................................ 40
4.2.1 Populasi........................................................................... 40
4.2.2 Sampel............................................................................. 40
4.2.3 Kriteria Data Inklusi ....................................................... 40
4.3 Bahan Penelitian....................................................................... 40
4.4 Instrumen Penelitian................................................................. 41
4.5 Tempat dan Waktu Penelitian .................................................. 41
4.6 Definisi Operasional................................................................. 41
4.7 Metode Pengumpulan Data ...................................................... 42
4.8 Analisis Data ............................................................................ 42

BAB V

HASIL PENELITIAN ................................................................ 43
5.1 Karakteristik Demografi Pasien ............................................... 44
5.2 Berdasarkan Penyakit Penyerta ................................................ 46
5.3 Berdasarkan Jenis Pasien.......................................................... 46
5.4 Jenis KDT Yang Diterima Pasien ............................................ 47
5.5 Fase Pengobatan ....................................................................... 47
5.6 Berdasarkan Jumlah Tablet KDT Yang Diterima .................... 47
5.7 Berdasarkan Kategori Pasien.................................................... 48
5.8 Distribusi Terapi KDT yang diswitch....................................... 48
5.9 Lama Pemberian KDT saat MRS ............................................. 49
5.11Terapi Lain ............................................................................... 50
5.12 Keadaan Klinik Saat KRS ....................................................... 51

BAB VI PEMBAHASAN .............................................................................. 52
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................ 67

7.1 Kesimpulan........................................................................... 67
7.2 Saran ..................................................................................... 67
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 69

xii

DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel II.1 Jenis dan Dosis OAT di Indonesia ...................................... ... 30
Tabel II.2 Jenis dan Dosis OAT Brazil .................................................... 30
Tabel II.3 Jenis OAT-KDT di Indonesia.................................................. 32
Tabel II.4 Dosis Pengobatan Kategori 1 dan 3 ........................................ 33
Tabel II.5 Dosis Pengobatan Kategori 2 .................................................. 33
Tabel V.1 Distribusi Berdasarkan Usia Pasien ..........................................

44

Tabel V.2 Distribusi Berdasarkan Jenis Kelamin Pasien ..........................

44

Tabel V.3 Status Pasien Tuberkulosis Paru ...............................................

45

Tabel V.4 Distribusi Berat Badan Pasien ..................................................

45

Tabel V.5 Jenis Penyakit Penyerta pada Pasien ........................................

46

Tabel V.6 Distribusi Berdasarkan Jenis Pasien .........................................

46

Tabel V.7 Distribusi Berdasarkan Jenis KDT ..........................................

47

Tabel V.8 Distribusi Berdasarkan Fase Pengobatan..................................

47

Tabel V.9 Distribusi Berdasarkan Jumlah Tablet KDT.............................

47

Tabel V.10 Distribusi Berdasarkan Kategori Pasien ..................................

48

Tabel V.11 Berdasarkan Terapi OAT yang diswitch...................................

48

Tabel V.12 Distribusi Lama Pemberian KDT Saat MRS............................

49

Tabel V.13 Distribusi Efek Pemakaian KDT Saat MRS .............................

49

Tabel V.14 Terapi Lain Saat MRS ..............................................................

50

Tabel V.15 Berdasarkan Keadaan Klinik Saat KRS....................................

51

xiii

DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Anatomi Paru..........................................................................

6

Gambar 2.2 Angka Insidensi TB di Dunia.................................................

8

Gambar 2.3 Patofisiologi Tuberkulosis...................................................... 10
Gambar 2.4 Bakteri Mycobacterium tuberculosis ..................................... 14
Gambar 2.5 Struktur Kimia Rifampisin ..................................................... 17
Gambar 2.6 Struktur Kimia Isoniazid ........................................................ 19
Gambar 2.7 Struktur Kimia Etambutol ...................................................... 21
Gambar 2.8 Struktur Kimia Pirazinamid ................................................... 22
Gambar 2.9 Struktur Kimi Streptomisin .................................................... 23
Gambar 2.10 Struktur Kimia PAS .............................................................. 25
Gambar 2.11 Struktur Kimia Etionamid ..................................................... 26
Gambar 2.12 Struktur Kimia Sikloserin ..................................................... 26
Gambar 2.13 Struktur Kimia Kapreomisin ................................................. 27
Gambar 2.14 Struktur Kimia Amikasin ...................................................... 27
Gambar 3.1 Kerangka Konseptual ............................................................ 38
Gambar 3.2 Kerangka Operasional ........................................................... 39
Gambar 5.1 Skema Kriteria Inklusi dan Ekslusi................................................... 43

xiv

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup.......................................................

75

Lampiran 2 Surat Pernyataan...............................................................

76

Lampiran 3 Surat Ethical Clearance ...................................................

77

Lampiran 4 Daftar Nilai Normal Data Laboratorium ..........................

78

Lampiran 5 Tabel Pengumpulan Data .................................................

79

Lampiran 6 Tabel Data Induk .............................................................. 164
Lampiran 7 Daftar Terapi Lain ............................................................ 180

xv

DAFTAR SINGKATAN
TB

Tuberkulosis

KDT

Kombinasi Dosis Tetap

FDC

Fixed Dose Combination

OAT

Obat Anti Tuberkulosis

H

Isoniazid

R

Rifampisin

Z

Pirazinamid

E

Etambutol

S

Streptomisin

TST

Tuberculin Skin Test

BTA

Bakteri Tahan Asam

SPS

Sewaktu Pagi Sewaktu

MIC

Minimum Inhibitory Concentration

LED

Laju Endap Darah

SGOT

Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase

SGPT

Serum Pyruvic Oxaloacetic Transaminase

RMK

Rekam Medik Kesehatan

PO

Per Oral

IV

Intravena

Hct

Hematokrit

Tpm

Tetes Per Menit

Lpm

Liter Per Menit

GDS

Gula Darah Sewaktu

GDP

Gula Darah Puasa

G2JPP

Gula Darah 2 Jam Post Prandial

LPD

Lembar Pengumpul Data

MRS

Masuk Rumah Sakit

KRS

Keluar Rumah Sakit

xvi

69

DAFTAR PUSTAKA
Alhazzani, Waleed, Alenezi, Farhan, Jaeschke, Roman Z., Moayyedi, Paul, Cook,
Deborah J., 2013. Proton Pump Inhibitors Versus Histamine 2 Receptor
Antagonists for Stress Ulcer Prophylaxis in Critically Ill Patients: A
Systematic Review and Meta-Analysis. Critical Care Medicine.
Alma Tostmann, Martin J Boeree, Rob E Aarnoutse, 2007. Antituberculosis DrugInduced Hepatotoxicity: Concise up-to-Date Review. Journal of
Gastroenterology and Hepatology.
Amin Z, Bahar A, 2006, Tuberkulosis Paru, In: Sudoyo W, Setyo Hadi B, Alwi I,
et al, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, edisi V. Jakarta: Interna
Publishing, , hal 988-1000.
Anonim, 2010. Struktur Kimia Rifampisin.
http://www.chemicalbook.com/ChemicalProductProperty_EN_CB747447
3.htm. [Diakses pada 3 Oktober 2015]
Anonim, 2010. Struktur Kimia Isoniazid.
http://www.chemicalbook.com/ChemicalProductProperty_EN_cb5102053.
htm. [Diakses pada 3 Oktober 2015]
Anonim, 2010. Struktur Kimia Etambutol.
http://www.chemicalbook.com/ChemicalProductProperty_EN_CB125651
2.htm. [Diakses pada 3 Oktober 2015]
Anonim, 2013. Struktur Kimia Pirazinamid.
https://dailymed.nlm.nih.gov/dailymed/fda/fdaDrugXsl.cfm?setid.
[Diakses pada 3 Oktober 2015]
Anonim, 2010. Struktur Kimia Streptomsin.
http://www.chemicalbook.com/ChemicalProductProperty_EN_CB346288
7.htm. [Diakses pada 11 Desember 2015]
Anonim, 2010. Struktur Kimia Etionamid.
http://www.chemicalbook.com/ChemicalProductProperty_EN_CB624866
95.htm. [Diakses pada 11 Desember 2015]
Anonim, 2010. Struktur Kimia Sikloserin.
http://www.chemicalbook.com/ProductChemicalPropertiesCB9138759_E
N.htm. [Diakses pada 11 Desember 2015]
Anonim, 2010. Struktur Kimia Kapreomisin.
http://www.chemicalbook.com/ProductChemicalPropertiesCB4690423_E
N.htm. [Diakses pada 11 Desember 2015]
Anonim, 2010. Struktur Kimia Amikasin.
http://www.chemicalbook.com/ProductChemicalPropertiesCB8146049_E
N.htm. [Diakses pada 11 Desember 2015]

70

Arbex, Marcos Abdo, Marília de Castro Lima Varella, Hélio Ribeiro de Siqueira,
Fernando Augusto Fiúza de Mello, 2010. Antituberculosis Drugs: Drug
Interactions, Adverse Effects, And Use In Special . J Bras Pneumol.
Baxla S. L., R. H. Gora , P. Kerketta, N. Kumar ,B. K. Roy, P. H. Patra, 2013.
Hepatoprotective Effect Of Curcuma Longa Against Lead Induced Toxicity
in Wistar Rats. Journal of Gastroenterology and Hepatology.
Braga, J.U., Trajman, A., 2015. Effectiveness of RHZE-FDC (Fixed-Dose
Combination) Compared to RH-FDC + Z for Tuberculosis Treatment in
Brazil: A Cohort Study. BMC Infectious Desease. DOI 10.1186/s12879015-0820-4.
Crespo, Manuel, Esteban Ribera, Ignacio Suarez-Lozano et al, 2009. Effectiveness
and safety of didanosine, lamivudine and efavirenz versus zidovudine,
lamivudine and efavirenz for the initial treatment of HIV-infected patients
from the Spanish VACH cohort. Journal of Antimicrobial
Chemotherapy.
Crofton, J., Horne, N., Fred, M., 2002. Tuberkulosis Klinis. Edisi ke 2.
Diterjemahkan oleh: Muherman Harun dkk. Jakarta: Widya Medika. Hal
14.
Davies, Peter D O, Stephen B Gordon, Geraint Davies, 2014. Clinical
Tuberculosis 5th Edition. London: CRC Press.
Departemen kesehatan RI, 2007. Pedoman Nasional Pengendalian
Tuberkulosis. Jakarta: Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan
Penyehatan Lingkungan.
Departemen Kesehatan RI, 2005. Pharmaceutical Care Untuk Penyakit
Tuberkulosis. Jakarta: Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik,
Direktorat Jendral Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan.
DHHS Panel on Antiretroviral Guidelines for Adultsand Adolescents. 2016.
Guidelines for the Use of Antiretroviral Agents in HIV-1-Infected
Adults
and
Adolescents.
Downloaded
from.
http://aidsinfo.nih.gov/guidelines on April 23, 2016.
Dipiro, Joseph T., 2009. Chapter 49 Tuberculosis, in: Wells, Barbara G., Joseph
T. Dipiro, Terry L. Schwinghammer, Cecily V. Dipiro, Pharmacotherapy
Seventh Edition. New York: McGraw Hill Companies Inc, pp. 532-544.
Donald, Peter r., helen mcIlleron. 2009. Chapter 59 antituberculosis drugs, in:
Schaalf, H.S., Zumla, A., Tuberculosis: A Comprehensive Clinical
Reference. Eropa: Elsevier, pp. 476, 515, 711.
Donald, Peter R, Ben J Marais, Clifton E Barry, 2010. Age and the epidemiology
and pathogenesis of tuberculosis. The Lancet.

71

Dooley, Kelly E, Richard E Chaisson, 2009. Tuberculosis and Diabetes Mellitus:
Convergence of Two Epidemics. Lancet Infectious Disease.
Drago, L., L. Nicola, V. Rodighiero, M. Larosa, R. Mattina, E. De Vecchi, 2011.
Comparative Evaluation of Synergy of Combinations of B-Lactams with
Fuoroquinolones or a Macrolide in Streptococcus Pneumoniae. Journal
of Antimicrobial Chemotherapy.
Elliot, Tom, Tony Worthington, Husam Osman, Martin Gill, 2013. Mikrobiologi
Kedokteran & Infeksi Edisi Ke 4. Terj. Brahm U. Pendit. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran. hal 222
González-Ortiz, Manuel. Jesús F. Guerrero-Romero, Rafael Violante-Ortiz et al,
2008. Efficacy Of Glimepiride/Metformin Combination Versus
Glibenclamide/Metformin in Patients with Uncontrolled Type 2 Diabetes
Mellitus. Journal of Diabetes and Its Complications.
Grobelny, Powel, Arijit Mukherjee, Gautam R. Desiraju, 2011. Struktur Kimia
Para Amino Salisilat (PAS).
http://pubs.rsc.org/en/content/articlelanding/2011/ce/c0ce00842g#!divAbst
ract. [Diakses pada 11 Desember 2015]
Grönblad, Mariko Teramura, Helka Hosia-Randell, Seija Muurinen, Kaisu
Pitkala, 2010. Use Of Proton-Pump Inhibitors and Their Associated Risks
Among Frail Elderly Nursing Home Residents. Scandinavian Journal of
Primary Health Care.
H. M, Lamb, Ormrod D., Scott L J, Figgit D P, 2002. Ceftriaxone: An Update Of
Its Use In The Management Of Community-Acquired And Nosocomial
Infections. US National Library of Medicine.
Harish, B. N., G. A. Menezes , 2011. Preserving Efficacy Of Chloramphenicol
Against Typhoid Fever in a Tertiary Care Hospital, India. Regional
Health Vorum.
Heard , Kennon J., 2008. Acetylcysteine for Acetaminophen Poisoning. Nationale
England Journal of Medicine.
Henry F. Chamber, 2010, in: Katzung, B.G., Farmakologi Dasar & Klinik.
Edisi ke-10. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran. Hal 796-800.
Herchline, Thomas E, Michael S. Bronze, 2015. Tuberculosis.
http://emedicine.medscape.com/article/230802-overview#a4.
[Diakses
pada 27 Januari 2015].
Hudson, S, S. Hines, S. Maynard, 2010. Haemostatic: Recent Report for
Tranexamic Acid and Carbazochrome. Researchgate.
Jones-lopez, edward c, jerrold j. Ellner. 2006. Chapter 35 tuberculosis and atypical
mycobacterial infections, in: Guerrant, R.L., Walker, D.H., Weller, P.F.,

72

Tropical Infectious Desease Principles, Pathogens & Pratice. Edisi ke10. China: Saunders Elsevier Inc., pp. 228-246.
Kass, Sarah M., Pamela M. Williams, Brian V. Reamy, 2007. Pleurisy. American
Academy Of Family Physicians.
Kee, Joyce L., 2014. Pedoman Pemeriksaan Laboratorium & Diagnostik Edisi
ke 6. Terj. Sari Kurnianingsih dkk. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC.
Kementerian kesehatan RI, 2011. Pedoman Nasional Pengendalian
Tuberkulosis. Jakarta: Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan
Penyehatan Lingkungan.
Kementerian Kesehatan RI, 2011. Pedoman Interpretasi Data Klinik. Jakarta:
Direktorat Jendral Bina Farmasi dan Alat Kesehatan. Hal 530, 651.
Khalid Bouti, Mohammed Aharmim, Karima Marc et al, 2013. Factors
Influencing Sputum Conversion among Smear-Positive Pulmonary
Tuberculosis Patients in Morocco. Hindawi Publishing Corporation.
Kimberlin, David W., Richard J. Whitley, 2007. Human Herpesviruses:
Biology, Therapy, and Immunoprophylaxis.USA: Cambridge
University Press .
Krapp, F., J C Véliz, E Cornejo, E Gotuzzo, C Seas, 2008. Bodyweight gain to
predict treatment outcome in patients with pulmonary tuberculosis in
Peru. International Journal Tuberculosis Lung Disease.
Lambert, Peter, 2011. Chapter 12 Mechanisme of Action of Antibotics and
Synthetic Anti-Infective Agents, in: Denyer, Stephen P., Norman A.
Hodges, Sean P. Gorman, Hugo & Russel Pharmaceutical Microbiology
Seventh Edition. Massachusetss: a Blackwell Publishing Company.
LaRosa,
Steven
P.,
http://www.clevelandclinicmeded.com/medicalpubs/
diseasemanagement/infectious-disease/sepsis/ [diakses pada 23 April
2016].
Lienhardt, C., Cook, S.V., Burgos, M., Yorke-Edwards, V., Rigouts, L., Anyo, G.,
Kim, S.J., Jindani, A., Enarson, D.A., Nunn, A.J., 2011. Efficacy And
Safety of a 4-Drug Fixed-dose Combination Regimen Compared with
Separate Drug for Treatment of Pulmonary Tuberculosis: the Study C
Randomized Controlled Trial. JAMA. DOI 10.1001jama.2011.436.
Lofmark, Sonja, Charlotta Edlund, Carl Erik Nord, 2009. Metronidazole Is Still
the Drug of Choice for Treatment of Anaerobic Infections. Clinical
Infectiuos Disease.
McIlleron, Helen, Roxana Rustomjee, Mahnaz Vahedi et al, 2012. Reduced
Antituberculosis Drug Concentrations in HIV-Infected Patients Who Are

73

Men or Have Low Weight: Implications for International Dosing
Guidelines. Journal of American Society for Microbiology.
Nehaul, L.K., 2012. Tuberkulosis, in: Walker, Roger, Cate Whittlesea. Clinical
Pharmacy and Therapeutics Fifth Edition. London: Elsivier Ltd. Pp
608.
Niazi, Asfandyar Khan, Sanjay Kalra, 2012. Diabetes and Tuberculosis: A Review
of The Role of Optimal Glycemic Control. Journal of Diabetes and
Metabolic Disorder.
Oursler, Kris K., Richard D Moore, William R Bishai, Susan M Harrington, Diana
S Pope, Richard E Chaisson, 2002. Survival of Patients with Pulmonary
Tuberculosis: Clinical and Molecular Epidemiologic Factors. Oxford
Journals.
Pareek, Anil, Nitin B. Chandurkar, Mangala S. Borkar et al, 2011. Evaluation of
Efficacy and Tolerability of Glimepiride and Metformin Combination: A
Multicentric Study in Patients with Type-2 Diabetes Mellitus,
Uncontrolled on Monotherapy with Sulfonylurea or Metformin. American
Journal of Therapeutics .
Paul M, Grozinsky S, Soares-Weiser K, Leibovici L. Β Lactam Antibiotic
Monotherapy versus Β Lactam-Aminoglycoside Antibiotic Combination
Therapy for Sepsis. Research Gate.
Pearce, Evelyn C., 2010. Anatomi dan Fisiologis Untuk Paramedis. Terj. Sri M.
Handoyo. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Prutsky G, Domecq Jp, Salazar CA, Accinelli R, 2013. Antifibrinolytic Therapy
To Reduce Haemoptysis From Any Cause (Review). The cochrane
collaboration.
Puri, M. M., Subodh Kumar, Brahma Prakash et al, 2009. Tuberkulosis
Pneumonia as a Primary Cause of Respiratory Failure-Report of Two
Cases. Indian Journal of Tuberculosis.
Raviglone, Mario C., Richard J. O’Brien, 2010. Chapter 6 Tuberculosis, In:
Kasper, D.L, Fauci, A.S., Horrisons’s: Infectious Disease. New York:
McGraw Hill. pp. 596.
Seth, Vimlesh, SD Seth, OP Semwal, in: Seth, V., Kabra, S.K., 2011. Essential of
Tuberculosis in Children. Ed. 4th. New Delhi: Jaypee Brothers Medical
Publisher. pp. 410,415.
Sharma, Surendra K., 2008. Tuberulosis Second Edition. New Delhi: Jaypee
Brothers Medical Publishers.
Shimpi, R. D., P. H. Patil, V. G. Kuchake et al, 2009. Comparison Of Effect Of
Metformin In Combination With Glimepiride and Glibenclamide on
Glycaemic Control in Patient With Type 2 Diabetes Mellitus.
International Journal of PharmTech Research.

74

Sudoyo, A.W., 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Ed ke-5 Jilid I. Jakarta
Pusat: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas
Kedokteran UI.
Syaifuddin, 2006. Anatomi Fisiologi Untuk Mahasiswa Keperawatan. Edisi
ke-3. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran, hal 196-198.
Syamsuni, 2006. Farmasetika Dasar Dan Hitungan Farmasi. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC.
Thorson, A. E, 2014. Gender Differences in Tuberculosis. International Journal
of Infectious Disease.
Todar, Kenneth, 2012. Bakteri Mycobacterium tuberculosis Pada Pewarnaan.
http://textbookofbacteriology.net/tuberculosis.html. [Diakses pada 9
Januari 2016].
Van

Rikxoort Eva M, Bram van Ginneken, 2013. Anatomi
http://m.iopscience.iop.org/article/10.1088/0031-9155/58/17/R187.
[Diakses pada 9 Oktober 2015].

Paru.

Wani, Robert L. Serafino, 2013. Tuberculosis 2: Pathophysiology and
microbiology of pulmonary tuberculosis. South Sudan Medical Journal.
Widoyono, 2011. Penyakit Tropis: Epidemiologi, Penularan, Pencegahan, &
Pemberantasannya Edisi Ke 2. Semarang: Penerbit Erlangga.
World Health Organization, 2006. Guidelines on Co-trimoxazole Prophylaxis
for HIV-Related Infection Among Children, Adolescents and Adults.
Switzerland: WHO Press.
World Health Organization, 2008. Stop TB initiative (world health
organization). Geneva: WHO Press.
World Health Organization, 2015. Global Tuberculosis Report 2015 20th
Edition. Geneva: WHO Press.
World

Health
Organization,
2016.
http://apps.who.int/medicinedocs/en/d/Js5511e/2.6.html. [Diakses pada 13
Mei 2016].

Wu, Jiun-Ting, Chien-Tung Chiu, Yu-Feng Wei, Yung-Fa Lai, 2015. Comparison
of The Safety And Efficacy of a Fixed-Dose Combination Regimen and
Separate Formulation for Pulmonary Tuberculosis Treatment. Clinics. DOI

BAB I
PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Tuberkulosis adalah penyakit infeksi yang terutama disebabkan oleh

bakteri Mycobacterium tuberculosis, sebagian kecil oleh bakteri Mycobacterium
africanum dan Mycobacterium bovis. Bakteri ini paling sering menyerang paruparu dan beberapa bagian tubuh lain seperti tulang, kulit dan mata. Setiap
tahunnya, 2 milyar orang di dunia terinfeksi tuberkulosis dan 2 sampai 3 juta
orang meninggal dunia. Penularan tuberkulosis biasanya melalui droplet yang
dikeluarkan oleh pasien tuberkulosis, lalu dihirup oleh manusia sehat. Jika tidak
diterapi secara benar dan tepat, penyakit ini akan berakibat fatal pada 50%-60%
kasus dalam waktu 5 tahun (Raviglone dan O’Brien, 2010).
World Health Organization (WHO) memperkirakan sekitar 9,27 juta kasus
TB baru terjadi sepanjang tahun 2007 dan naik menjadi 9,4 pada tahun 2009.
Sepanjang tahun 2014 WHO memperkirakan terdapat sekitar 9,6 juta kasus baru
TB dengan 5,4 juta penderitanya adalah laki-laki, 3,2 juta perempuan dan 1 juta
pasien anak-anak. Dari keseluruhan kasus tersebut sekitar 1,5 juta orang
meninggal dunia (1,1 juta HIV-negatif dan 0,4 juta merupakan pasien HIVpositif) dengan 890.000 kasus merupakan laki-laki, 480.000 wanita dan 140.000
anak-anak (WHO, 2015). Di Indonesia, estimasi prevalensi TB semua kasus
menurut WHO adalah sebesar 660,000 dan estimasi insidensi 430,000 kasus baru
per tahun. Kematian akibat TB diperkirakan 61,000 kematian per tahunnya,
sehingga Indonesia sekarang berada pada ranking kelima negara dengan kasus TB
tertinggi di dunia. Sebagian besar TB menginfeksi penduduk yang berusia
produktif antara 15-55 tahun. Diperkirakan seorang pasien TB dewasa, akan
kehilangan rata-rata waktu kerjanya 3 sampai 4 bulan. Hal tersebut berakibat pada
kehilangan pendapatan tahunan rumah tangganya sekitar 20-30%. Jika meninggal
akibat TB, maka akan kehilangan pendapatannya sekitar 15 tahun. Walaupun di
Indonesia telah banyak kemajuan yang diperoleh, yakni pencapaian penemuan
kasus baru 51,6 % dari target global 70 % dibandingkan pencapaian 20 % pada
tahun 2002 dan 37 % pada tahun 2003, juga penyediaan obat-obat anti TB yang
1

2

dijamin oleh pemerintah untuk sarana pelayanan kesehatan pemerintah mencukupi
kebutuhan prakiraan kasus di seluruh Indonesia, TB tetap belum dapat diberantas,
bahkan diperkirakan penderita TB terus meningkat (Departemen Kesehatan RI,
2011).
Resiko seseorang terinfeksi TB dapat disebabkan oleh faktor internal dan
faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari individu sendiri
yaitu usia, jenis kelamin, status imun yang rendah (kurang gizi, penggunaan obat
imunosupresan), pola hidup yang tidak sehat (merokok, mengkonsumsi alkohol),
dan riwayat penyakit lain seperti infeksi HIV dan diabetes. Faktor eksternal
berkaitan erat dengan lingkungan tempat tinggal seperti rumah tidak sehat,
pemukiman padat & kumuh (Crofton et al, 2002).
Secara klinis, TB dapat terjadi melalui infeksi primer dan paska primer.
Sekitar 90% pasien yang mengalamai infeksi primer rata-rata tidak menunjukkan
gejala klinis yang berarti, kecuali batuk dan nafas berbunyi. Gejala TB pada orang
dewasa umumnya adalah batuk berdahak selama 2-3 minggu atau lebih. Batuk
dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu batuk darah, sesak nafas, malaise,
berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik, dan demam meriang lebih dari satu
bulan. Setidaknya 5% dari total pasien (biasanya anak-anak, lanjut usia dan pasien
gangguan imun) dapat timbul radang paru hebat, ciri-cirinya batuk kronik dan
bersifat sangat menular (Departemen Kesehatan RI, 2011).
Permulaan terapi tuberkulosis adalah untuk menurunkan Mycobacterium
tuberculosis dalam sputum, dengan harapan 90 % bakteri mati dalam waktu
kurang dari 48 jam, diikuti dengan proses yang lambat sampai bakteri benar-benar
hilang dan kultur menjadi negatif. Di Indonesia, penatalaksanaan tuberkulosis
dibagi menjadi kategori 1, kategori 2 dan kategori 3, dimana tiap kategori
diberikan untuk jenis pasien yang berbeda. Kategori 1 untuk penderita baru TB
paru BTA positif, TB Paru BTA negatif Röntgen Positif yang “sakit berat”, dan
TB Ekstra Paru berat. Kategori 2 untuk penderita TB yang kambuh, gagal dan
pengobatan setelah lalai. Kategori 3 untuk penderita baru BTA negatif dan
röntgen positif sakit ringan, dan TB ekstra paru ringan. Panduan obat
antituberkulosis (OAT) kategori 1, kategori 2 dan kategori 3 disediakan dalam

3

bentuk kombinasi dosis tetap (KDT) atau Fixed-dose Combinations (FDC). Tablet
OAT-KDT ini terdiri dari kombinasi 2 atau 4 jenis obat dalam satu tablet.
Pengobatan TB kategori 1 dan 3 menggunakan tablet 4KDT (Rifampisin,
Isoniazid, Pirazinamid dan Etambutol) dan tablet 2KDT (Rifampisin dan
Isoniazid), sedangkan kategori 2 pengobatan dengan KDT dikombinasi dengan
injeksi streptomisin. Dosis KDT disesuaikan dengan berat badan pasien, sehingga
memudahkan pemberian obat kepada pasien dan menjamin kelangsungan
(kontinuitas) pengobatan sampai selesai (Departemen Kesehatan RI, 2011).
Pengobatan standar TB dibagi menjadi 2 tahap yaitu tahap intensif dan
tahap lanjutan. Kedua tahap ini dilaksanakan setidaknya selama 6 bulan (2 bulan
tahap intensif dan 4 bulan tahap lanjutan) dan sangat penting untuk mencegah
resistensi

serta

membunuh

bakteri

yang

persisten

(dormant).

Bakteri

Mycobacterium tuberkulosis adalah salah satu jenis bakteri aerob gram negatif
yang dinding selnya terdiri atas lapisan lipid dan lilin yang tebal sehingga terapi
dengan KDT yang merupakan kombinasi obat antituberkulosis (OAT) bertujuan
untuk mencegah resistensi bakteri. Masing-masing obat dalam KDT memiliki
kemampuan yang berbeda dalam mencegah resistensi. Akan tetapi obat dengan
early bactericidal activity (EBA) tinggi biasanya efektif dalam mencegah
resistensi (Donald dan McIlleron, 2009).
Regimen terapi yang direkomendasikan oleh World Health Organization
(WHO) adalah rifampisin (R), isoniazid (H), pirazinamid (Z), dan etambutol (E)
dalam Kombinasi Dosis Tetap (KDT) atau fixed dose combination , dimana
kombinasi ini diharapkan akan meningkatan efektifitas terapi. Beberapa studi
kohort dan review sistematis menunjukkan bahwa KDT dapat mengurangi
kegagalan terapi karena tablet yang lebih sedikit dan toleransi obat menjadi lebih
baik. Studi Effectiveness of RHZE-FDC (fixed-dose combination) compared to
RH-FDC + Z for tuberculosis treatment in Brazil: a cohort study menyimpulkan
bahwa dibandingkan dengan RH (rifampisin+isoniazid) – FDC (Fixed-Dose
Combination) + Z (pirazinamid), terapi dengan RHZE (rifampisin+ isoniazid+
pirazinamid+ etambutol) – FDC (Fixed-Dose Combination) dapat menurunkan
kegagalan terapi sampai 14% karena penerimaan pasien menjadi lebih baik dan

4

menjamin kelangsungan terapi sampai selesai (Braga dan Trajman, 2015).
Penggunaan RHZE-FDC ini harus selalu dipantau karena sifat hepatotoksisitasnya
yang cukup tinggi. Pemakaian isoniazid dan rifampisin dapat meningkatkan
produksi enzim hepar sampai lima kali dari kadar normalnya yaitu 3 mg/dL.
Pemantauan kondisi hepar dapat dilakukan dengan pemeriksaan kadar Blood Urea
Nitrogen (BUN), aspartat transaminase (SGOT) dan alanin transaminase (SGPT)
secara berkala (Dipiro, 2009).
Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pola penggunaan obat KDT pada pasien TB paru dan menganalisis
kesesuaian antara pola terapi pasien dengan pedoman pengobatan TB yang telah
ditetapkan oleh Departemen Kesehatan RI. Penelitian ini dilakukan di Instalasi
Rawat Inap RSU Karsa Husada Batu dengan pertimbangan bahwa rumah sakit ini
adalah rumah sakit yang khusus menangani kasus penyakit paru dan menjadi
rumah sakit rujukan bagi rumah sakit lain disekitarnya.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana pola penggunaan obat KDT pada pasien tuberkulosis paru di
RSU Karsa Husada Batu?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Mempelajari pola penggunaan obat KDT pada pasien tuberkulosis paru.
1.3.2 Tujuan Khusus
a) Mempelajari pola terapi pada pasien tuberkulosis paru di Instalasi
Rawat Inap RSU Karsa Husada Batu
b) Mempelajari pola penggunaan KDT pada pasien tuberkulosis yang
meliputi dosis, jenis, efek samping dan hal lain terkait data
laboratorium dan data klinik pasien.
c) Mengetahui kesesuaian antara terapi pasien dengan pedoman
pengobatan TB yang telah ditetapkan oleh Departemen Kesehatan RI.

5

1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi Peneliti
a) Memahami pola terapi farmakologi pada pasien tuberkulosis paru
b) Memberi informasi tentang OAT-KDT untuk terapi tuberkulosis paru.
1.4.2 Bagi Rumah Sakit
a) Sebagai masukan dalam proses pengambilan keputusan atau
rekomendasi terapi dalam pelayanan farmasi klinis
b) Sebagai masukan dan pertimbangan dalam proses pengadaan obat
bagi pasien.

Dokumen yang terkait

STUDI PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA AMPISILIN PADA PASIEN INFEKSI SALURAN KEMIH (Penelitian Dilakukan di Instalasi Rawat Inap RSU Dr. Saiful Anwar Malang)

1 53 30

STUDI PENGGUNAAN CEFTRIAXONE PADA PASIEN PNEUMONIA KOMUNITAS DI INSTALASI RAWAT INAP (Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Umum Karsa Husada Batu)

2 22 22

STUDI PENGGUNAAN ASAM TRANEKSAMAT PADA PASIEN TUBERKULOSIS PARU DENGAN HEMOPTISIS (Penelitian dilakukan di Instalasi Rawat Inap RSU Karsa Husada Batu)

3 26 30

STUDI PENGGUNAAN DIURETIK PADA PASIEN STROKE HEMORAGIK (Penelitian dilakukan di Instalasi Rawat Inap RSU Dr. SAIFUL ANWAR Malang)

4 21 24

STUDI PENGGUNAAN ANALGESIK KETOROLAC PADA PASIEN LUKA BAKAR (Penelitian dilakukan di Instalasi Rawat Inap (IRNA) RSU Dr. Saiful Anwar Malang)

6 56 31

POLA PENGGUNAAN OBAT ANTITUBERKULOSIS (OAT) PADA PASIEN TUBERKULOSIS PARU (Penelitian Dilakukan di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Sidoarjo)

1 9 27

STUDI PENGGUNAAN TEOFILIN PADA PASIEN PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK (PPOK) (Penelitian dilakukan di RSU Karsa Husada Batu)

0 5 25

STUDI PENGGUNAAN NEUROPROTEKTAN PADA PASIEN HEMORAGIC CEREBROVASCULAR ACCIDENT (Penelitian dilakukan di Instalasi Rawat Inap RSU Dr. SAIFUL ANWAR Malang)

6 16 21

STUDI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK MAKROLIDA PADA PASIEN EKSASERBASI PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIS (PPOK) (Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Umum Karsa Husada Batu)

2 10 27

STUDI PENGGUNAAN OBAT KEMOTERAPI PADA PASIEN KANKER PARU (Penelitian Dilakukan pada Pasien Instalasi Rawat Inap Medik Ruang Paru Laki dan Wanita RSU Dr. Soetomo Surabaya) Repository - UNAIR REPOSITORY

0 0 162