BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Alasan Pemilihan Judul
Secara definitif, embung merupakan kolam berbentuk persegi empat atau hampir persegiempat yang terjadi surplus air di sungai atau air irigasi pada saat
hujan. Irigasi embung, dalam perencanaan pembangunan embung disarankan untuk mengadopsi metode hidrologi yang mampu mengefensiasikan air hujan.
Aliran permukaan merupakan komponen penting dalam hubungannya dengan konservasi air. Oleh sebab itu tindakan-tindakan yang berhubungan
dengan pengendalian dan pengelolaan aliran permukaan dapat diformulasikan dalam strategi konservasi air. Aspek penting yang perlu diperhatikan adalah
sebanyak mungkin air hujan meresap ke dalam tanah untuk ditahan sebanyak- banyaknya di daerah-daerah cekungan atau lembah. Sehingga dapat digunakan
sebagai sumber air untuk pengairan di musim kemarau maupun pada periode pendek saat dibutuhkan oleh tanaman pada musim penghujan Irianto, 2007.
Konservasi air sangat mendukung salah satu kegiatan Universitas Negeri Semarang sebagai green campus yang merupakan ciri utamanya adalah
banyaknya pohon-pohon di lingkungan sekitarnya. Strategi konservasi air dengan pembuatan embung merupakan salah satu cara yang efektif untuk meningkatkan
kapasitas infiltrasi lahan, yang selanjutnya dapat menambah cadangan air tanah. Mencakup metode pengelolaan untuk mengurangi volume dan kecepatan aliran
permukaan sehingga menurunkan puncak banjir dan mencegah kehilangan air yang tidak penting di daerah penyimpanan.
Sebelum dibangun embung, lokasi lahan tersebut berkarakter rawa-rawa. Lokasi tersebut menjadi daerah terendah dari kawasan UNNES bagian barat serta
menjadi titik muara selokan dari kampus yang berada di bagian barat. Pengaruh adanya daya resap tanah yang jenuh, sehingga resapan air kurang baik yang
menyebabkan terjadinya genangan air dan apabila genangan meninggi, akan meluber ke jalan raya yang ada di sisi timur sehingga untuk mengatasi
permasalahan di atas maka dibangun sebuah Embung UNNES. Pembangunan Embung UNNES pada tahun 2009 tersebut dibuat menggunakan bahan material
beton sebagai fungsi penampungan air hujan dan limbah rumah tangga di lingkungan sekitar kampus hingga sekarang ini.
Merembesnya air pada struktur Embung tersebut apabila berlangsung lama atau berulang-ulang akan mengakibatkan kerusakan struktur, yaitu terjadi korosi
pada baja tulangan yang selanjutnya akan terjadi penurunan mutu beton dan dampak yang lebih besar lagi akan terjadi berkurangnya kehandalan struktur
Hartono, 2007. Berdasarkan hal itu maka penulis merasa perlu untuk melakukan penelitian tentang
“Monitoring Rembesan Embung UNNES dengan Metode Resistivity
”. Dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dugaan rembesan yang terjadi karena perubahan musim, sehingga pengelola embung dapat
mengetahui dugaan rembesan sedari awal agar tidak terjadi banjir maupun amblesan di lingkungan sekitar Embung.
Guna mengetahui unsur yang terkandung dalam tanah tidak mungkin apabila dengan pembongkaran tanah tersebut sebab dapat merusak lingkungan
serta berpengaruh terhadap kerusakan lapisan tanah. Alat yang dapat mendeteksi keadaan bawah tanah dengan menggunakan alat restivitimeter atau geolistrik.
Cocok digunakan dalam eksplorasi dangkal seperti monitoring rembesan embung, survei geolistrik, metode yang dipakai dalam akuisisi data adalah konfigurasi
Schlumberger karena bersifat homogen lokal sehingga cocok untuk monitoring keadaan di bawah secara vertikal.
1.2 Permasalahan