Konduksi secara dielektrik Potensial di Sekitar Titik Arus pada Permukaan Bumi Faktor Geometri

2.3.2 Konduksi secara elektrolitik

Sebagian besar batuan merupakan konduktor yang buruk dan memiliki resistivitas yang sangat tinggi, tetapi pada kenyataannya batuan biasanya bersifat porus dan memiliki pori-pori yang terisi oleh fluida, terutama air. Akibatnya batuan-batuan tersebut menjadi konduktor elektrolitik, dimana konduksi arus listrik dibawa oleh ion-ion elektrolitik dalam air. Konduktivitas dan resistivitas batuan porus bergantung pada volume dan susunan pori-porinya. Konduktivitas akan semakin besar jika kandungan air dalam batuan bertambah banyak, dan sebaliknya resistivitas akan semakin besar jika kandungan air dalam batuan berkurang. Jika kandungan air semakin banyak, berarti semakin besar pori- porinya atau tingkat porositas batuan semakin tinggi Hendrajaya, 1993.

2.3.3 Konduksi secara dielektrik

Konduksi ini terjadi apabila batuan atau mineral bersifat dielektrik terhadap aliran arus listrik, dimana batuan atau mineral tersebut memiliki elektron bebas sedikit atau tidak sama sekali. Elektron dalam batuan berpindah dan berkumpul terpisah dalam inti karena adanya pengaruh medan listrik di luar, sehingga terjadi polarisasi Hendrajaya, 1993.

2.3.4 Potensial di Sekitar Titik Arus pada Permukaan Bumi

Permukaan yang dilalui arus I adalah permukaan setengah bola dengan luas 2  r seperti gambar 2.2, sehingga:   r I V r    2 2.5 I V r    2 2.6 Gambar 2.2 Aliran Arus I

2.3.5 Faktor Geometri

Besaran koreksi letak kedua elektroda potensial terhadap kedua elektroda arus disebut faktor geometri Hendrajaya,1993. Jika pada permukaan bumi diinjeksikan dua sumber arus yang berlawanan polaritasnya seperti pada gambar 2.3 dan 2.4, maka besarnya potensial disuatu titik P adalah :   2 1 2 2 r I r I V p                 2 1 1 1 2 r r I 2.7 dengan : r 1 : Jarak dari titk P ke sumber arus positif r 2 : Jarak dari titk P ke sumber arus negatif Jika ada dua titik yaitu P1 dan P2 yang terletak didalam bumi tersebut, maka besarnya beda potensial antara titik P dan titik Q adalah : 2 1 2 1 Vp Vp V p p                                 4 3 2 1 2 1 1 2 r I r I I r r I                 4 3 2 1 1 1 1 1 2 r r r r I 2.8 dengan, r 3 : jarak titik Q kesumber arus positif r 4 : jarak titik Q kesumber arus negatif Gambar 2.3 Dua arus dan dua elektroda potensial pada medium homogen Telford, 1990. Gambar 2.4 Arah arus listrik dan garis equipotensial untuk dua sumber arus berada di permukaan bumi Telford, 1990. Pada metode geolistrik, pengukuran potensial dilakukan dengan menggunakan dua buah elektroda potensial, maka              BN AN BM AM I V 1 1 1 1 2 2.9 sehingga : I V BN AN BM AM              1 1 1 1 2 I V K   2.10 dengan, atau                 BN AN BM AM K 1 1 1 1 2  2.11

2.4 Konfigurasi Wenner-Schlumberger