Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Ibu Dengan Ketepatan Pemberian MP-ASI Pada Bayi Di Kelurahan Tigabalata Kecamatan Jorlang Hataran Kabupaten Simalungun Tahun 2015
HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DENGAN
KETEPATAN PEMBERIAN MP-ASI PADA BAYI DI
KELURAHAN TIGA BALATA KECAMATAN
JORLANGN HATARAN KABUPATEN
SIMALUNGUN TAHUN 2015
SKRIPSI
OLEH:
DEVI CHRISTIN DAMAYANI SIMBOLON
NIM : 121021084
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2015
(2)
SIMALUNGUN TAHUN 2015
Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kesehatan Masyarakat
OLEH:
DEVI CHRISTIN DAMAYANI SIMBOLON
NIM : 121021084
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2015
(3)
(4)
ii
selain ASI yang diberikan kepada bayi setelah bayi berusia 6 bulan. Selain MP-ASI, ASI harus tetap diberikan kepada bayi, paling tidak sampai 24 bulan. Penyebab terjadinya gangguan tumbuh kembang bayi adalah karena pemberian MP-ASI oleh ibu yang belum sesuai dengan ketepatan waktu pemberian, frekuensi, jenis, jumlah bahan makanan, dan cara pembuatannya. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui adanya hubungan pengetahuan dan sikap ibu dengan ketepatan pemberian MP-ASI pada bayi dikelurahan Tigabalata Kec Jorlang Hataran Kab Simalungun Tahun 2015.
Jenis Penelitian adalah survei yang bersifat analitik dengan menggunakan
cross sectional, populasi dalam penelitian adalah seluruh ibu yang mempunyai bayi 24 bulan yaitu sebanyak 57 bayi dan dijadikan sebagai total sampel. Data diperoleh dengan wawancara menggunakan kuesioner dan dianalisis dengan uji
chi-square.
Dari hasil uji chi-square (α<0,05), menunjukkan ada hubungan yang
signifikan antara pengetahuan dengan ketepatan pemberian MP-ASI pada bayi diperoleh nilai p = 0,002. Dan ada hubungan yang signifikan antara sikap ibu dengan ketepatan pemberian MP-ASI pada bayi diperoleh nilai p = 0,029.
Diharapkan kepada petugas kesehatan yang bekerja di Puskesmas Tigabalata lebih rutin melakukan penyuluhan tentang MP-ASI yang tepat kepada ibu-ibu secara personal. Juga kepada ibu yang mempunyai bayi untuk lebih sering mengikuti kegiatan posyandu dan penyuluhan yang diadakan didesa tersebut serta lebih meningkatkan pengetahuan dan mencari informasi kesehatan terutama pemberian MP-ASI.
(5)
iii
ABSTRACT
Breastfeeding supplementary food is a supplementary food other than breast milk given to the baby after the baby is 6 months old. In addition to breastfeeding supplementary food, breast milk should still be given to the baby, at least until 24 months. The cause of the baby's growth disorders is due to the provision of complementary feeding by mothers who do not conform with the precision timing, frequency, type, number of foodstuffs, and the weave. The objective of the research was to investigate the relation between knowledge and mother attitude with the breastfeeding supplementary food in giving to the babies at the Tiga Balata village in 2015.
This type of research is a survey of analytical by using cross sectional design,the population in the study were all women who had a baby 24 months as many as 57 infants and serve as the total sample. Data was obtained through interviews using a questionnaire and analyzed by chi-square test.
From the results of the chi-square test (α < 0.05), indicating there is a significant relationship between the knowledge with accuracy of the breastfeeding supplementary food obtained p = 0.002. And there is a significant relationship between the attitude of a mother with the breastfeeding supplementary food to the babies obtained p = 0.029.
Expected to health workers who work at the health center Tiga Balata more routine counseling on appropriate complementary feeding to mothers personally. Also to mothers who have babies to more frequent follow Posyandu activities and counseling are held in villages as well as increased knowledge and search for health information, especially the provision of complementary feeding.
(6)
iv
Tempat/Tanggal Lahir : Tigabalata / 03 Desember 1989
Agama : Kristen Protestan
Status Pernikahan : Menikah
Anak ke : 3 Dari 4 Bersaudara
Nama Ayah : M.Simbolon (Alm.)
Nama Ibu : T.Silalahi (Alm.)
Alamat Rumah : Jl. Gunung Kuncir no.11 Parluasan Balata Kecamatan
Jorlang Hataran Kabupaten Simalungun
RIWAYAT PENDIDIKAN
1. 1995-2001 : SD Negeri No. 091494 Tiga Balata
2. 2001-2004 : SMP Negeri 1 Tiga Balata
3. 2004-2007 : SMA RK Budi Mulia Pematang Siantar
4. 2007-2010 : DIII Akademi Kebidanan Agatha Pematang Siantar
(7)
v
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
yang berjudul “Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Ibu Dengan Ketepatan
Pemberian MP-ASI Pada Bayi Di Kelurahan Tigabalata Kecamatan Jorlang Hataran Kabupaten Simalungun Tahun 2015”, guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat.
Dalam penyusunan skripsi mulai dari awal hingga akhir selesainya skripsi
ini penulis banyak mendapat bimbingan, dukungan dan bantuan dari berbagai
pihak, oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, M.S, selaku Dekan Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Sumatera Utara
2. Bapak Drs. Heru Santosa, MS, Ph.D selaku ketua Departemen Kependudukan
dan Biostatistik Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Drs. Heru Santosa, MS, Ph.D selaku Dosen Pembimbing I skripsi yang
juga telah banyak memberikan bimbingan, pengarahan dan masukan dalam
penyelesaian skripsi ini.
4. Ibu Asfriyati, SKM, M.Kes selaku Dosen Pembimbing II skripsi yang telah
banyak memberikan bimbingan, saran, dukungan, serta arahan dalam
penyelesaian skripsi ini.
5. Bapak Abdul Jalil Amri, M.Kes selaku Penguji I yang telah banyak
(8)
vi
7. Bapak dr. Surya Dharma, MPH selaku Dosen Pembimbing Akademik yang
telah banyak memberikan masukan kepada penulis selama kuliah di FKM
USU.
8. Seluruh Dosen dan Staf di FKM USU, terutama Departemen Kependudukan
dan Biostatistik yang telah memberikan bekal ilmu selama penulis mengikuti
pendidikan.
9. Kepala Kelurahan Ibu Sarmida Lona Gultom, ST yang telah memberikan izin
kepada penulis untuk melakukan penelitian.
10.Berbagai pihak di wilayah kerja Puskesmas di Kelurahan Tiga Balata yang
telah memberikan perhatian dan bantuan selama melakukan penelitian.
11.Teristimewa untuk Alm orang tuaku tercinta, Ayahanda Maruli Simbolon, SE
dan Ibunda Tinorma Silalahi. Ayahanda dan Ibunda adalah inspirasi terbesar
dalam pencapaian tujuan hidupku. Abang ipar, keponakan dan kakakku
tersayang Lisda Simbolon, SE beserta abang dan adikku Darwin Simbolon,
SH, Aditya Simbolon SS, dan seluruh keluarga besar yang turut memberikan
doa, dukungan dan semangatnya kepada penulis.
12.Kepada Suami terkasih dan tercinta Brig. Indra S Manik, SH yang telah
banyak memberikan doa, dukungan dan semangatnya kepada penulis.
13.Teman-teman seperjuangan (Yulia Sitorus, Dhewi Tambunan, Adek
Purnamasari, Febru Aritonang, Juspen Simarmata, Martha Sihombing, Sri
(9)
vii
Reproduksi terima kasih atas dukungan, bantuan, motivasi, dan
kebersamaannya.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini,
serta masih diperlukan penyempurnaan, hal ini tdak terlepas dari keterbatasan,
kemampuan, pengetahuan dan pengalaman yang penulis miliki. Semoga skripsi
ini bermanfaat bagi ilmu pengetahuan dan penelitian selanjutnya.
Medan, Oktober 2015 Penulis
(10)
viii
HALAMAN PENGESAHAN ... i
Abstrak ... ii
Abstract ... iii
Daftar Riwayat Hidup ... iv
Kata Pengantar... v
Daftar Isi ... viii
Daftar Tabel ... x
Daftar Gambar ... xi
Daftar Lampiran ... xii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 6
1.3 Tujuan Penelitian ... 7
1.3.1 Tujuan Umum ... 7
1.3.2 Tujuan Khusus ... 7
1.4 Hipotesis Penelitian ... 7
1.5 Manfaat Penelitian ... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 MP-ASI (Makanan Pendamping Air susu Ibu) ... 9
2.1.1 Pengertian MP-ASI ... 9
2.1.2 Tujuan MP-ASI ... 9
2.1.3 Syarat-syarat MP-ASI ... 10
2.1.4 Mutu MP-ASI ... 11
2.1.5 Waktu Pemberian MP-ASI ... 12
2.1.6 Jadwal Pemberian MP-ASI ... 13
2.1.7 Resiko Pemberian MP-ASI Terlalu Dini ... 15
2.2 Hal yang Berhubungan Dengan Ketepatan Pemberian MP-ASI ... 16
2.2.1 Pengetahuan (Knowledge) ... 16
2.2.2 Sikap (Attitude) ... 17
2.3 Kerangka Konsep ... 18
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 19
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 19
3.3 Populasi dan Sampel ... 19
3.4 Jenis dan Cara Pengumpulan Data ... 20
3.4.1 Data Primer ... 20
(11)
ix
3.5 Definisi Operasional ... 21
3.6 Aspek Pengukuran ... 22
3.6.1 Aspek Pengukuran Variabel Dependen ... 22
3.6.2 Aspek Pengukuran Variabel Independen ... 22
3.7 Pengolahan Data ... 23
3.8 Analisis Data ... 24
BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 26
4.1.1 Data Geografi ... 26
4.1.2 Gambaran Demografi ... 26
4.2 Analisis Univariat ... 27
4.2.1 Karakteristik Responden ... 27
4.2.2 Pengetahuan Responden ... 28
4.2.3 Sikap Responden ... 30
4.2.4 Ketepatan Pemberian MP-ASI ... 33
4.3 Analisis Bivariat ... 36
4.3.1 Hubungan Pengetahuan dengan Ketepatan Pemberian MP-ASI di Kelurahan Tiga Balata Kecamatan Jorlang Hataran Kabupaten Simalungun ... 36
4.3.2 Hubungan Sikap Dengan Ketepatan Pemberian MP-ASI ... 37
BAB V PEMBAHASAN 5.1 Ketepatan Pemberian MP-ASI ... 39
5.2 Hubungan Pengetahuan Ibu Dengan Ketepatan Pemberian MP-ASI Pada Bayi ... 40
5.3 Hubungan Antara Sikap Ibu Dengan Ketepatan Pemberian MP-ASI Pada Bayi ... 42
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 45
6.2 Saran ... 45
DAFTAR PUSTAKA DAFTAR LAMPIRAN
(12)
x
Kec. Jorlang Hataran Kab. Simalungun ... 27
Tabel 4.2 Distribusi Pengetahuan Responden Tentang MP-ASI di Kelurahan Tiga Balata Kec Jorlang Hataran
Kab Simalungun ... 28
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Tentang MP-ASI di Kelurahan Tiga Balata Kec Jorlang Hataran
Kab Simalungun ... 29
Tabel 4.4 Distribusi Sikap Responden Tentang MP-ASI di Kelurahan Tiga Balata Kec Jorlang Hataran
Kab Simalungun ... 30
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Sikap Responden Tentang MP-ASI di Kelurahan Tiga Balata Kec Jorlang Hataran
Kab Simalungun ... 32
Tabel 4.6 Distribusi Ketepatan Pemberian MP-ASI di Kelurahan Tiga Balata Kec Jorlang Hataran Kab Simalungun ... 33
Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Ketepatan Pemberian MP-ASI di Kelurahan Tiga Balata Kec Jorlang Hataran
Kab Simalungun ... 35
Tabel 4.8 Jadwal Pemberian MP-ASI, Menurut Umur, Frekuensi Pemberian Per Hari, dan Jumlah Responden
Yang Tidak Tepat ... 35
Tabel 4.9 Hubungan Pengetahuan Dengan Ketepatan Pemberian MP-ASI di Kelurahan Tiga Balata Kec Jorlang Hataran
Kab Simalungun ... 36
Tabel 4.10 Hubungan Sikap Dengan Ketepatan Pemberian MP-ASI di Kelurahan Tiga Balata Kec Jorlang Hataran
(13)
xi
DAFTAR GAMBAR
(14)
xii Lampiran 2 : Master Data
Lampiran 3 : Hasil Output Univariat dan Bivariat
Lampiran 4 : Surat Izin Penelitian
(15)
ii
ABSTRAK
Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) adalah makanan tambahan selain ASI yang diberikan kepada bayi setelah bayi berusia 6 bulan. Selain MP-ASI, ASI harus tetap diberikan kepada bayi, paling tidak sampai 24 bulan. Penyebab terjadinya gangguan tumbuh kembang bayi adalah karena pemberian MP-ASI oleh ibu yang belum sesuai dengan ketepatan waktu pemberian, frekuensi, jenis, jumlah bahan makanan, dan cara pembuatannya. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui adanya hubungan pengetahuan dan sikap ibu dengan ketepatan pemberian MP-ASI pada bayi dikelurahan Tigabalata Kec Jorlang Hataran Kab Simalungun Tahun 2015.
Jenis Penelitian adalah survei yang bersifat analitik dengan menggunakan
cross sectional, populasi dalam penelitian adalah seluruh ibu yang mempunyai bayi 24 bulan yaitu sebanyak 57 bayi dan dijadikan sebagai total sampel. Data diperoleh dengan wawancara menggunakan kuesioner dan dianalisis dengan uji
chi-square.
Dari hasil uji chi-square (α<0,05), menunjukkan ada hubungan yang
signifikan antara pengetahuan dengan ketepatan pemberian MP-ASI pada bayi diperoleh nilai p = 0,002. Dan ada hubungan yang signifikan antara sikap ibu dengan ketepatan pemberian MP-ASI pada bayi diperoleh nilai p = 0,029.
Diharapkan kepada petugas kesehatan yang bekerja di Puskesmas Tigabalata lebih rutin melakukan penyuluhan tentang MP-ASI yang tepat kepada ibu-ibu secara personal. Juga kepada ibu yang mempunyai bayi untuk lebih sering mengikuti kegiatan posyandu dan penyuluhan yang diadakan didesa tersebut serta lebih meningkatkan pengetahuan dan mencari informasi kesehatan terutama pemberian MP-ASI.
(16)
iii
breast milk given to the baby after the baby is 6 months old. In addition to breastfeeding supplementary food, breast milk should still be given to the baby, at least until 24 months. The cause of the baby's growth disorders is due to the provision of complementary feeding by mothers who do not conform with the precision timing, frequency, type, number of foodstuffs, and the weave. The objective of the research was to investigate the relation between knowledge and mother attitude with the breastfeeding supplementary food in giving to the babies at the Tiga Balata village in 2015.
This type of research is a survey of analytical by using cross sectional design,the population in the study were all women who had a baby 24 months as many as 57 infants and serve as the total sample. Data was obtained through interviews using a questionnaire and analyzed by chi-square test.
From the results of the chi-square test (α < 0.05), indicating there is a significant relationship between the knowledge with accuracy of the breastfeeding supplementary food obtained p = 0.002. And there is a significant relationship between the attitude of a mother with the breastfeeding supplementary food to the babies obtained p = 0.029.
Expected to health workers who work at the health center Tiga Balata more routine counseling on appropriate complementary feeding to mothers personally. Also to mothers who have babies to more frequent follow Posyandu activities and counseling are held in villages as well as increased knowledge and search for health information, especially the provision of complementary feeding.
(17)
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar BelakangAir Susu Ibu (ASI) merupakan makanan dan minuman yang paling
sempurna bagi bayi selama bulan-bulan pertama kehidupannya (Margaret
Lowson, 2003). Sejak awal kelahirannya sampai bayi berusia 6 bulan, ASI
merupakan sumber nutrisi utama bayi. Komposisi ASI sempurna sesuai kebutuhan
bayi sehingga walaupun hanya mendapatkan ASI dibeberapa bulan kehidupannya,
bayi bisa tumbuh optimal. ASI sangat bermanfaat untuk kekebalan tubuh bayi
karena didalamnya terdapat zat yang sangat penting yang sudah terbukti melawan
berbagai macam infeksi, seperti ISPA, peradangan telinga, infeksi dalam darah
dan sebagainya.
Pencapaian tumbuh kembang optimal pada bayi, dalam Global Strategy for Infant and Young Child Feeding. WHO/UNICEF merekomendasikan empat
hal penting yang harus dilakukan yaitu pertama memberikan air susu ibu kepada
bayi segera dalam waktu 30 menit setelah bayi lahir, kedua memberikan hanya air susu ibu (ASI) saja atau pemberian ASI secara eksklusif sejak lahir sampai bayi
berusia 6 bulan, ketiga memberikan makanan pendamping air susu ibu (MP-ASI)
sejak bayi berusia 6 bulan sampai 24 bulan, dan keempat meneruskan pemberian
ASI sampai anak berusia 24 bulan atau lebih. MP ASI harus mudah dicerna, harus
disesusaikan dengan umur dan kebutuhan bayi dan MP ASI harus mengandung
(18)
Pemberian ASI eksklusif pada bayi di bawah usia dua bulan berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2006-2007 hanya
mencakup 67% dari total bayi yang ada. Persentase tersebut menurun seiring
dengan bertambahnya usia bayi, yakni, 54% pada bayi usia 2-3 bulan dan 19%
pada bayi usia 7-9 bulan. Yang lebih memprihatinkan, 13% bayi di bawah dua
bulan telah diberi susu formula dan satu dari tiga bayi usia 2-3 bulan telah diberi
makanan tambahan (Sentra Laktasi Indonesia, 2010).
Semakin meningkatnya umur bayi, kebutuhan akan zat gizi semakin
bertambah karena tumbuh kembang, sedangkan Air Susu Ibu (ASI) yang
dihasilkan ibunya kurang memenuhi kebutuhan gizi. Oleh sebab itu mulai usia 6
bulan selain ASI, bayi mulai diberikan makanan pendamping air susu ibu
(MP-ASI) agar kebutuhan gizinya terpenuhi (Depkes RI, 2006). Makanan Pendamping
ASI (MP-ASI) merupakan makanan lain yang selain ASI. Makanan ini dapat
berupa makanan yang disiapkan secara khusus atau makanan keluarga yang
dimodifikasi (Lilian Juwono, 2003).
Anak– anak yang diberikan makanan pendamping ASI setelah berumur 6
bulan umumnya lebih cerdas dan memiliki daya tahan tubuh lebih kuat,
mengurangi risiko terkena alergi akibat makanan. Sedangkan jika makanan
pendamping ASI diberikan terlalu dini justru dapat meningkatkan angka kematian
bayi, menggangu sistem pencernaan pada bayi, dan apabila terlambat memberikan
juga akan membuat bayi kekurangan gizi (Kodrat, 2010). Salah satu penyebab
(19)
3
adalah rendahnya mutu MP-ASI dan tidak sesuainya pola asuh yang diberikan
(Depkes RI, 2007).
Masalah gangguan tumbuh kembang pada bayi dan anak usia dibawah 2
tahun (balita) merupakan masalah yang perlu ditanggulangi dengan serius. Usia
dibawah 2 tahun merupakan masa yang amat penting sekaligus masa kritis dalam
proses tumbuh kembang bayi dan anak usia 12-24 bulan harus memperoleh
asupan gizi sesuai dengan kebutuhannya. Hasil survei menunjukkan bahwa salah
satu penyebab terjadinya gangguan tumbuh kembang bayi, dan anak usia 12-24
bulan di Indonesia adalah rendahnya mutu MP-ASI, dan tidak sesuainya pola asuh
yang diberikan sehingga beberapa zat gizi tidak dapat mencukupi kebutuhannya
khususnya energi dan zat gizi mikro terutama zat besi (Fe) dan Seng (Zn).
(Depkes RI, 2004).
Dalam menanggulangi dan mencegah kurang gizi pada balita, maka ibu
harus mengetahui dengan benar tentang MP-ASI dan bagaimana cara pemberian
yang tepat pada anak. Menteri pemberdayaan perempuan mengatakan sekitar 6,7
juta balita atau 27,3% dari seluruh balita di Indonesia menderita kurang gizi. Hal
ini akibat pemberian ASI dan MP-ASI yang salah (Depkes RI, 2006).
Upaya untuk mencapai target diatas, dilakukan sejumlah kegiatan yang
bertumpu pada perubahan perilaku dengan cara mewujudkan Keluarga Sadar Gizi
(Kadarzi). Melalui penerapan perilaku Keluarga Sadar Gizi, keluarga didorong
untuk memberikan ASI eksklusif pada bayi sejak lahir sampai berusia 6 bulan dan
memberikan MP-ASI yang cukup dan bermutu kepada bayi dan anak usia 6-24
(20)
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemberian MP ASI meliputi kapan
MP-ASI harus diberikan, jenis bentuk dan jumlahnya (Krisnatuti, 2000). Pada saat
bayi tumbuh dan menjadi lebih aktif, akan mencapai usia tertentu ASI saja tidak
cukup untuk memenuhi kebutuhan nutrisi anak. Dengan demikian, makanan
tambahan diberikan untuk mengisi kesenjangan antara kebutuhan nutrisi total
pada anak dengan jumlah yang didapatkan dari ASI . Pada usia enam bulan
pencernaan bayi mulai kuat, sehingga pemberian makanan pendamping ASI harus
setelah usia enam bulan. (Sentra Laktasi Indonesia, 2010).
Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2005,
menyebutkan bahwa kurang lebih 40% bayi usia kurang dari dua bulan sudah
diberi makanan pendamping ASI. Disebutkan juga bahwa bayi usia nol sampai
dua bulan diberi makanan pendamping cair (21-25%), makanan lunak/lembek
(20,1%), dan makanan padat (13,7%). Pada bayi usia tiga sampai lima bulan yang
mulai diberikan makanan pendamping cair (60,2%), lumat/lembek (66,25%) dan
padat (45,5%).
Dari beberapa penelitian diketahui bahwa keadaan kurang gizi pada bayi
dan anak disebabkan makanan pendamping ASI yang tidak tepat dan
ketidaktahuan ibu tentang manfaat dan cara pemberian makanan pendamping ASI
yang benar sehingga berpengaruh terhatap pemberian makanan pendamping ASI
(Depkes RI, 2006).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Mujirah pada tahun 2009 di poli
tumbuh kembang anak RSUD Dr. Soetomo Surabaya selama bulan Agustus 2008
(21)
5
diperkenalkan MP-ASI berupa buah-buahan, tepung-tepungan, sayur-sayuran,
daging ikan dan telur secara dini.
Menurut Soetjiningsih (2002), pengalaman telah menunjukkan bahwa
terbentuknya cara pemberian makanan bayi yang tepat serta lestarinya pemakaian
ASI sangat tergantung kepada informasi yang diterima oleh ibu-ibu. Informasi
yang diperoleh terkadang sangat minim, karena pengetahuan yang tidak
dimilikinya sehingga sikap pun akan mengikuti. Penelitian yang dilakukannya
mengenai hubungan pengetahuan dan sikap ibu memberikan MP-ASI pada bayi
berumur kurang dari 6 bulan di kelurahan Beji Depok menunjukkan hasil
hubungan pengetahuan tinggi yang memberikan MP-ASI 7,7 % dan pengetahuan
rendah 75%, ibu yang bersikap baik tidak memberikan MP-ASI 37,8 % dan ibu
yang tidak bersikap baik yang memberikan MP-ASI 46,2%.
Survey awal yang dilakukan peneliti di Kelurahan Tiga Balata yang
didapatkan dari 10 ibu yang memiliki bayi usia dibawah 24 bulan pemberian
MP-ASI sudah diberikan pada bayi sejak usia dibawah enam bulan adalah 70%.
Didapatkan hasil 4 orang menyatakan kurang memahami pengetahuan tentang
MP-ASI, ibu tidak mengerti berapa jumlah, porsi, jenis, frekuensi dan bentuk
yang tepat untuk memberikan makanan pendamping ASI pada anaknya. Sehingga
ibu memberikan makanan pendamping disamakan dengan makanan orang dewasa
hanya jumlahnya yang berbeda. Tiga orang ibu mengatakan mengenalkan
makanan tambahan seperti susu formula dan makanan lunak kurang dari 6 bulan
agar anaknya kenyang dan tertidur pulas, jika anak diberi makan pisang sewaktu
(22)
bertambah dan lebih cepat besar. Hal ini disebabkan karena ketidaktahuan ibu
tentang manfaat dan cara pemberian MP-ASI yang benar dan kebiasaan
pemberian MP-ASI yang tidak tepat sehingga berpengaruh terhadap sikap ibu
dalam pemberian MP-ASI. Menurut petugas kesehatan di kelurahan Tiga Balata
apabila diadakan penyuluhan, kebanyakan para ibu memilih tidak hadir dengan
berbagai alasan diantaranya jarak yang jauh, anak yang rewel dan pekerjaan
rumah yang menumpuk.
Info yang diperoleh dari ibu-ibu kader dan petugas kesehatan di kelurahan
Tiga Balata masih banyak ibu-ibu yang memberikan MP-ASI yang tidak tepat
baik dari segi umur bayi, jenis makanan dan frekuensi pemberiannya . Hal ini
dapat dilihat dari banyaknya kasus pada bayi yang mengalami gangguan sistem
pencernaan.
Berdasarkan hal tersebut maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
tentang hubungan tingkat pengetahuan dan sikap ibu dengan ketepatan pemberian
makanan pendamping ASI di Kelurahan Tiga Balata Kecamatan Jorlang Hataran
Kabupaten Simalungun.
1.2 Perumusan Masalah
Adapun yang menjadi rumusan masalah dari penelitian ini adalah: Apakah
ada Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Ibu Dengan Ketepatan Pemberian MP-ASI
Pada Bayi di Kelurahan Tigabalata Kecamatan Jorlang Hataran Kabupaten
(23)
7
1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui adanya Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Ibu Dengan
Ketepatan Pemberian MP-ASI Pada Bayi Di Kelurahan Tigabalata Kecamatan
Jorlang Hataran Kabupaten Simalungun Tahun 2015.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui adanya hubungan pengetahuan ibu dengan ketepatan
pemberian MP-ASI pada bayi di Kelurahan Tiga Balata kecamatan Jorlang
Hataran kabupaten Simalungun tahun 2015.
2. Untuk mengetahui adanya hubungan sikap ibu dengan ketepatan
pemberian MP-ASI pada bayi di Kelurahan Tiga Balata kecamatan Jorlang
Hataran kabupaten Simalungun tahun 2015.
1.4 Hipotesis Penelitian
1. Ada hubungan pengetahuan ibu dengan ketepatan pemberian MP-ASI pada
bayi.
2. Ada hubungan sikap ibu dengan ketepatan pemberian MP-ASI pada bayi.
3. Ada hubungan pengetahuan dan sikap ibu dengan ketepatan pemberian
MP-ASI pada bayi.
1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Bagi Peneliti
Sebagai suatu pengalaman belajar dalam kegiatan penelitian, sehingga
dapat memperoleh pengalaman dan meningkatkan wawasan peneliti tentang
(24)
1.5.2 Bagi Ibu
Sebagai bahan informasi tentang manfaat dan ketepatan pemberian
MP-ASI sehingga dapat memberikan pemahaman kepada ibu untuk berperilaku
mengubah sikap dan menambah pengetahuan ibu tentang pemberian MP-ASI.
1.5.3 Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai bahan informasi data sehingga diharapkan dapat wacana keilmuan
terutama dalam bidang keperawatan anak.
1.5.4 Bagi Institusi Kesehatan
Khususnya kepada Puskesmas, hasil penelitian ini dapat sebagai bahan
(25)
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 MP-ASI (Makanan Pendamping Air Susu Ibu) 2.1.1 Pengertian MP-ASI
MP-ASI adalah makanan tambahan selain ASI yang diberikan kepada bayi
setelah bayi berusia 6 bulan. Selain MP-ASI, ASI harus tetap diberikan kepada
bayi, paling tidak sampai 24 bulan. MP-ASI merupakan makanan tambahan bagi
bayi. Makanan ini harus menjadi pelengkap yang dapat memenuhi kebutuhan
bayi. Hal ini menunjukkan bahwa MP-ASI berguna untuk menutupi kekurangan
zat-zat giji yang terkandung dalam ASI(Krisnatuti & Yenrina,2000).
MP-ASI dapat juga disebut makanan pelengkap atau makanan padat,
adalah makanan tambahan yang secara berangsusr-angsur diberikan kepada bayi
untuk memenuhi kebutuhan gizi, sebelum bayi diberikan makanan anak. Sesudah
anak disapih, makanan tambahan lama kelamaan akan menjadi makanan pokok.
Sari buah atau buah-buahan segar, makanan lumat dan makanan lembek secara
berturut-turut dapat diberikan sebagai makanan tambahan (RSCM & Persatuan
Ahli Gizi Indonesia,1994).
2.1.2 Tujuan MP-ASI
Pemberian MP-ASI bertujuan untuk melengkapi zat gizi bayi yang sudah
berkurang. Mengembangkan kemampuan bayi untuk menerima bermaca-macam
(26)
untuk mengunyah dan menelan, mencoba baradaptasi terhadap makanan yang
mengandung kadar energi tinggi(Suhardjo, 2003).
Bayi perlu mendapatkan tambahan energi dan zat-zat gizi yang diperlukan,
karena ASI tidak dapat memenuhi kebutuhan bayi secara terus
menerus(Krisnatuti, 2000).
2.1.3 Syarat-syarat MP-ASI
Agar pemberian MP-ASI dapat terpenuhi dengan sempurna maka perlu
diperhatikan sifat-sifat bahan makanan yang akan digunakan. Makanan tambahan
untuk bayi harus mempunyai sifat fisik yang baik, yaitu rupa dan aroma yang
layak. Selain itu dilihat dari segi kepraktisannya, makanan tambahan bayi
sebaiknya sudah disiapkan dengan waktu pengolahan waktu yang singkat.
Makanan pendamping ASI harus memenuhi persyaratan khusus tentang jumlah
zat-zat gizi yang diperlukan bayi, seperti protein, energi, lemak, vitamin, mineral,
dan zat-zat tambahan lainnya. MP-ASI hendaknya mengandung protein bermutu
tinggi dengan jumlah yang mencukupi (Roger, 1999).
1. Makanan yang dianjurkan:
1) Bubur tepung beras atau beras merah yang dimasak dengan menggunakan
cairan atau kaldu daging dan sayuran, susu formula (ASI) atau air.
2) Buah-buahan yang dihaluskan atau menggunakan blender seperti pepaya,
pisang, apel, melon dan alpukat.
3) Sayur-sayuran dan kacang-kacangan yang direbus kemudian dihaluskan
menggunakan blender.
(27)
11
5) Ikan yang diblender sebaiknya ikan yang digunakan adalah ikan yang
tidak berduri.
2. Makanan yang tidak dianjurkan
1) Makanan yang mengandung protein gluten yaitu tepung terigu barley, biji
gandum dan kue yang terbuat dari tepung terigu. Makanan tersebut dapat
membuat perut bayi kembung, mual dan diare pada bayi.
2) Hindari pemberian garam, gula, bumbu masak atau penyedap rasa.
3) Makanan terlalu berlemak.
4) Buah-buahan yang terlalu asam seperti jeruk dan sirsak.
5) Makanan terlalu pedas atau bumbu terlalu tajam.
6) Buah-buahan yang mengandung gas seperti durian, cempedak. Sayuran
yang mengandung gas seperti kol, kembang kol, lobak. Kedua makanan
tersebut dapat membuat perut bayi kembung.
7) Kacang tanah pada bayi dapat menyebabkan alergi atau pembengkakan
pada tenggorokan sehingga bayi sulit bernapas.
8) Kadangkala telur dapat memacu alergi, berikan secara bertahap dan
dengan porsi kecil. Jika bayi alergi segera hentikan.
9) Madu dapat mengandung spora yang sangat membahayakan bayi
(Lituhayu R, 2008).
2.1.4 Mutu MP-ASI
Mengingat MP-ASI sangat dibutuhkan untuk dapat memenuhi asupan zat
gizi pada bayi usia 6-12 bulan yang sering disebut usia kritis, maka MP-ASI
(28)
fisik, meliputi anatara lain aroma, konsistensi kelenturan, penampilan dan rasa; b)
mutu kimiawi yaitu berupa komposisi zat gizi dan jumlah masing-masing zat gizi
yang terkandung dalam status tertentu; c) kepadatan energi atau energi density
(ED) yaitu jumlah energi yang dihasilkan dalam satu gram produk siap makan
menghasilkan 120-140 kalori; dan d) mutu biologi, meliputi mutu protein seperti
nilai Protein Efficiency Ratio (PER) atau protein skor atau komposisi asam amino, dan ketersediaan hayati, vitamin dan mineral (Depkes, 2002).
Mempersiapakan MP-ASI yang bermutu baik tidak dapat didasari hanya
kepada insting seorang ibu. Pengetahuan dan praktek diperlukan secara khusus
dalam teknologi rumah tangga, agar dapat memenuhi kebutuhan bayi yang relatif
lebih tinggi untuk setiap kilogram berat badan dibandingkan dengan kebutuhan
orang dewasa. Susunan hidangan disesuaikan dengan pola makanan disesuaiakan
dengan faal bayi serta memperhatikan kebersihan lingkungan dan perorangan
(Suhardjo,2003).
2.1.5 Waktu Pemberian MP-ASI
Menurut Lituhayu R (2008) MP-ASI sebaiknya diberikan setelah anak
berusia 6 bulan. Hal ini dikarenakan :
1) Pemberian makan setelah bayi berumur 6 bulan memberikan perlindungan
besar dari berbagai macam penyakit. Hal ini disebabkan sistem imun bayi
berusia kurang dari 6 bulan belum sempurna, sehingga pemberian makan
yang terlalu dini sama saja dengan membuka pintu gerbang masuknya
(29)
13
2) Sistem pencernaan bayi berumur 6 bulan sudah relatif sempurna dan siap
menerima MP-ASI.
3) Mengurangi resiko terkena alergi akibat makanan. Saat bayi berumur
kurang dari 6 bulan, sel-sel di sekitar usus belum siap mengolah
kandungan dari makanan.
4) Menunda pemberian MP-ASI hingga 6 bulan melindungi bayi dari
obesitas di kemudian hari.
2.1.6 Jadwal Pemberian MP-ASI
Hasil penelitian Rosidah (2003) menunjukkan bahwa pengetahuan dan
sikap ibu dalam pemberian MP-ASI dengan baik berhubungan secara signifikan
dengan perkembangan bayi. Penelitian juga menunjukkan adanya pengaruh
pemberian MP-ASI terhadap peningkatan berat badan bayi. Semakin baik cara
pemberian MP-ASI maka semakin meningkat berat badannya dan berat badan
bayi yang normal juga sangat berpengaruh terhadap perkembangan bayi. Cara
pemberian makanan tambahan yang dipraktekkan oleh ibu-ibu pada umumnya
sudah memenuhi syarat pertumbuhan dan perkembangan bayinya. Sangat banyak
alasan yang menyebabkan seseorang mengkonsumsi makanan tambahan
(MP-ASI), selain agar kebutuhan gizinya terpenuhi, yang paling penting adalah agar
pertumbuhan dan perkembangan anak bisa tumbuh dengan baik (Clark,1998).
Hal-hal yang perlu diketahui mengenai cara pemberian makanan tambahan dapat
(30)
Tabel 2.1 Jadwal Pemberian MP-ASI, Menurut Umur Bayi, Jenis, Makanan dan Frekuensi Pemberian
Umur Bayi Jenis Makanan Frekuensi Pemberian
per hari
6 bulan - ASI
- Buah lunak/sari buah
- Bubur tepung atau bubur beras merah
Kapan diminta
1-2 kali sehari
7 bulan - ASI Kapan diminta
- Buah-buahan
- Hati ayam atau
kacang-kacangan
- Beras merah atau ubi
- Sayuran (wortel, bayam)
- Minyak/santan/alpukat
- Air tajin
2-3 kali sehari
9 bulan - ASI Kapan diminta
- Buah-buahan
-
Daging/kacang-kacangan/ayam/ikan
- Beras merah/ kentang/ labu/
jagung
- Kacang tanah
- Minyak/Santan/alpukat
- Sari buah tanpa gula
3- 4 kali sehari
12 bulan
atau lebih
- ASI Kapan diminta
- Makanan pada umumnya,
termasuk kuning telurnya dan jeruk.
(31)
15
2.1.7 Resiko Pemberian Makanan Pendamping ASI Terlalu Dini
Menurut Krisnatuti Yenrina (2008), bayi belum siap menerima makanan
semi padat sebelum berusia 6 bulan, selain itu makanan tersebut belum diperlukan
sepanjang bayi tetap mendapatkan ASI, kecuali pada keadaan tertentu.
Banyak resiko yang ditemukan pada jangka pendek maupun panjang jika
bayi diberikan makanan pendamping terlalu dini antara lain :
a. Resiko Jangka Pendek
Salah satu resiko jangka pendek dari pemberian MP-ASI terlalu dini
adalah penyakit diare, defisiensi besi dan anemia.
Harus diperhatikan bahwa apabila makanan pendamping ASI sudah
diberikan kepada bayi sejak dini (dibawah usia 6 bulan) maka asupan gizi yang
diperoleh bayi tidak sesuai dengan kebutuhan. Selain itu system pencernaan
bayi akan mengalami gangguan seperti sakit perut, sembelit (susah buang air
besar) dan alergi. (Arisman,2009)
b. Resiko Jangka Panjang
Obesitas (kegemukan) & Penyakit Kronis
Kelebihan dalam memberikan makanan adalah salah satu faktor resiko
utama dari pemberian susu formula dan MP-ASI yang terlalu dini pada bayi.
Sama seperti orang dewasa kelebihan berat badan anak terjadi akibat
ketidakseimbangan antara energi yang masuk dan keluar.
Karena sistem pencernaan belum siap menerima makanan yang diberikan
selain ASI, maka berdampak menimbulkan penyakit kronis dan dapat
(32)
2.2 Hal yang Berhubungan Dengan Ketepatan Pemberian MP-ASI 2.2.1 Pengetahuan (Knowledge)
Pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu subjek tertentu. Pengindraan terjadi
melalui panca indra manusia yakni : indra penglihatan, pendengaran, penciuman,
rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia melalui mata dan telinga
(Notoadmodjo, 2007).
Pengetahuan Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) adalah
Pengetahuan tentang Makanan tambahan yang diberikan pada bayi berusia 4-6
bulan sampai bayi berusia 24 bulan. (Yenrina, 2008 ). Peranan MP-ASI sama
sekali bukan untuk menggantikam ASI, melainkan hanya untuk melengkapi ASI
(Krisnatuti, 2000).
Pengetahuan yang rendah juga berdampak terhadap praktek pemberian
makanan tambahan. Secara umum makanan dan minuman yang diberikan kepada
bayi umur 0 – 6 bulan adalah susu formula, air putih, dan madu. Pemberian ASI yang tidak sampai umur 6 bulan karena ASInya sedikit disebabkan karena ibu
bekerja dan kurangnya keyakinan terhadap kemampuan memproduksi ASI untuk
memuaskan bayinya sehingga mendorong ibu untuk memberikan susu formula.
Pemberian makanan tambahan seperti susu formula menjadi salah satu penyebab
ibu tidak memberikan ASI eksklusif kepada bayinya (Nana, 2013).
Hasil penelitian Atika Pratiwi terhadap pengetahuan ibu tentang MP-ASI
pada Anak Usia 6-24 bulan di Posyandu Dusun Tlangu Desa Bulan Kec.Wonosari
(33)
17
dari responden atau 92% (52 orang) berpengetahuan baik dan 8% (4 orang)
berpengetahuan cukup.
Hasil penelitian Dheny di posyandu karyamulya jetis jaten tentang
hubungan tingkat pengetahuan ibu dengan Pemberian Makanan Pendamping ASI
menunjukkan bahwa dari responden tingkat pengetahuan baik, memberikan
MP-ASI dengan sebanyak 66,7%, sedangkan yang memberikan MPMP-ASI dengan
tingkatan cukup sebanyak 16,7%, kelompok ibu yang tingkat pengetahuannya
kurang memberikan MP-ASI sebanyak 3,3%.
2.2.2 Sikap (Attitude)
Sikap adalah reaksi respon seorang yang masih tertutup terhadap suatu
stimulus atau objek. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa sikap adalah
tanggapan atau persepsi seorang terhadap apa yang diketahuinya. Jadi sikap tidak
dapat langsung dilihat secara nyata, tetapi hanya dapat ditafsirkan sebagai perilaku
yang tertutup bukan merupakan reaksi terbuka atau tingkah laku yang terbuka
(Notoadmojo, 2010).
Sikap terdiri dari beberapa tingkatan yakni :
a) Menerima (Receiving)
Diartikan orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan
(Objek).
b) Merespon (Responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan
(34)
c) Menghargai (Valuting)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan dan mendiskusikan dengan orang
lain terhadap suatu masalah.
d) Bertanggungjawab (Responsible)
Bertanggungjawab terhadap sesuatu yang dipilihnya dengan segala resiko
adalah merupakan sikap yang paling tinggi.
2.3Kerangka Konsep
Kerangka konsep penelitian ini bertujuan untuk melihat Hubungan
Pengetahuan Dan Sikap Ibu Dengan Ketepatan Pemberian MP-ASI Pada Bayi di
Kelurahan Tiga Balata Kecamatan Jorlang Hataran Kabupaten Simalungun Tahun
2015. Berdasarkan tinjauan teroritis maka kerangka konsep dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
Variabel Independen Variabel Dependent
Gambar 2.1
Kerangka Konsep Penelitian
Pengetahuan Sikap
Ketepatan pemberian MP-ASI pada bayi
(35)
19
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini memakai metode survei yang bersifat deskriptif analitik
dengan pendekatan cross sectional yaitu pengambilan data yang bertujuan untuk
mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap ibu dengan ketepatan pemberian
MP-ASI pada bayi di Kelurahan Tiga Balata Kecamatan Jorlang Hataran
Kabupaten Simalungun Tahun 2015 dengan cara pendekatan, wawancara dan
pengumpulan data menggunakan kuesioner.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi
Lokasi penelitian dilakukan di Kelurahan Tiga Balata Kecamatan Jorlang
Hataran Kabupaten Simalungun Tahun 2015.
3.2.2 Waktu
Waktu penelitian dilakukan pada bulan Mei – Oktober 2015.
3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang mempunyai bayi
umur 24 bulan di Kelurahan Tigabalata Kecamatan Jorlang Hataran Kabupaten
(36)
3.3.2 Sampel
Sampel penelitian adalah seluruh populasi di Kelurahan Tiga Balata
Kecamatan Jorlang Hataran Kabupaten Simalungun yaitu sebanyak 57 orang.
Sampel yang menjadi subyek penelitian harus memenuhi Kriteria Inklusi,
yaitu kriteria atau ciri-ciri yang perlu dipenuhi oleh setiap anggota populasi yang
dapat diambil sebagai sampel (Notoatmodjo, 2010).
1). Ibu yang mempunyai bayi umur 24 bulan
2). Bayi yang diberi dan bayi yang tidak diberi MP-ASI
3). Ibu yang bersedia menjadi responden.
3.4 Jenis dan Cara Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan menurut Riwidikdo (2009), merupakan kegiatan
penelitian untuk mengumpulkan data. Data yang diperoleh terdiri dari :
3.4.1 Data Primer
Data primer dalam penelitian ini berupa kuesioner yaitu data yang
diperoleh langsung dari sumbernya. Kuesioner tersebut berisi daftar pertanyaan
yang berhubungan dengan masalah penelitian yang langsung diisi oleh responden.
3.4.2 Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang di dapat tidak secara langsung dari objek
penelitian (Riwidikdo, 2009). Data yang akan dikumpulkan berkaitan dengan
tujuan penelitian seperti batasan wilayah penelitian, dan lain-lain yang diperoleh
dari profil Kelurahan dan profil Puskesmas di Tiga Balata Kecamatan Jorlang
(37)
21
3.5 Defenisi Operasional
I. Variabel Dependen N
o
Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Skala Ukur Hasil Ukur
1. Ketepatan pem berian MP-ASI pada bayi
Pemberian makanan tambahan selain ASI pada bayi sejak usia 6-24 bulan
Kuisioner Nominal
1. Tepat
2. Tidak
Tepat
II.Variabel Independen
2 Pengetahuan Hasil penginderaan atau
hasil tahu seorang ibu terhadap ketepatan pemberian MP-ASI pada bayi 0-24 bulan.
Kuesioner Ordinal
1. Baik (≥75%)
(10-12)
2. Cukup
(40%-75%) (5-9)
3. Kurang < (40%) (0-4)
3. Sikap Respon yang dilakukan
oleh ibu dalam pemberian
MP-ASI pada bayi.
Kuesioner Ordinal
1. Baik (≥ 50%)
(23-36)
2. Tidak Baik (< 50%) (9-22)
(38)
3.6 Aspek Pengukuran
3.6.1 Aspek Pengukuran Variabel Dependen
Pengukuran variabel dependen yaitu pemberian MP-ASI pada bayi usia
0-24 bulan terdiri dari 10 pernyataan diukur dengan menggunakan skala nominal
dengan kategori yaitu:
1.Tepat : Jika responden menjawab dengan benar semua pernyataan
2.Tidak Tepat : Jika responden tidak dapat menjawab dengan benar semua
pernyataan
3.6.2 Aspek Pengukuran Variabel Independen 1. Pengetahuan
Untuk pertanyaan Pengetahuan Ibu tentang pemberian MP-ASI pada bayi
sebanyak 12 pertanyaan dengan menggunakan sistem scoring. Setiap jawaban
yang benar diberi skor 1 dan jawaban yang salah diberi skor 0. Total skor adalah
12 dan total skor minimal adalah 0.
Menurut Arikunto 2007, pengetahuan dikategorikan menjadi 3 kategori ,
yaitu:
1. Baik : Jika jawaban benar dengan nilai ≥ 75% dengan total score (10-12).
2. Cukup : Jika jawaban benar dengan nilai 40%-75% dengan total score
(5-9).
3. Kurang : Jika jawaban benar dengan nilai < 40% dengan total score (0-4).
2. Sikap
Kuesioner pengukuran sikap berisi 9 pernyataan yang terdiri dari 4
(39)
23
terdapat pada nomor 1,3,5, 7dan 9. Pengukuran dengan alternatif jawaban sebagai
berikut:
Pernyataan Positif Nilai Pernyataan Negatif Nilai
Sangat setuju 4 Sangat setuju 1
Setuju 3 Setuju 2
Tidak setuju 2 Tidak setuju 3
Sangat tidak setuju 1 Sangat tidak setuju 4
Dengan Kategori:
1. Baik : Jika responden dapat menjawab ≥ 50% dengan total score (23-36).
2. Tidak Baik : jika responden dapat menjawab < 50% dengan total score
(9-22).
3.7 Pengolahan Data
Setelah data terkumpul maka langkah yang dilakukan selanjutnya adalah
pengolahan data terdiri dari 3 tahap :
a. Editing (Penyuntingan Data)
Hasil wawancara atau angket yang diperoleh atau dikumpulkan melalui
kuesioner perlu disunting (edit) terlebih dahulu. Apabila ternyata masih ada data
atau informasi yang tidak lengkap, dan tidak mungkin dilakukan wawancara
(40)
b. Coding Sheet (Lembaran Kode)
Lembaran atau kartu kode adalah instrument berupa kolom-kolom untuk
merekam data secara manual. Lembar atau kartu kode berisi nomor responden,
dan nomor-nomor pertanyaan.
c. Data Entry (Memasukkan Data)
Mengisi kolom-kolom atau kotak-kotak lembar kode atau kartu kode
sesuai dengan jawaban masing-masing pertanyaan.
3.8 Analisis Data
Hasil analisa data disajikan dalam tabel distribusi frekuensi dan presentasi.
Adapun tahap dari analisa data adalah :
1. Analisis Univariat
Analisis univariat dimaksudkan untuk menggambarkan masing-masing
variabel independen dan dependen dengan menggunakan tabel distribusi
frekuensi.
2. Analisis Bivariat
Analisis Bivariat dimaksudkan untuk melihat hubungan kedua variabel
yaitu variabel independen dan variabel dependen dengan menggunakan uji Chi Squaredengan tingkat kepercayaan 95% (α = 0,05) antara lain:
1. Ho ditolak jika p<α (0,05) maka terdapat hubungan antara variabel independen (pengetahuan, sikap) dengan variabel dependen (ketepatan
(41)
25
2. Ho diterima jika p>α (0,05) maka tidak terdapat hubungan antara variabel independen (pengetahuan, sikap) dengan variabel dependen (ketepatan
(42)
26
4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.1.1 Data Geografi
Kelurahan Tiga Balata Kecamatan Jorlang Hataran memiliki luas lahan
865 Ha. Jarak kantor kelurahan ke kantor camat sekitar 0,5km. Kelurahan Tiga
Balata berbatasan dengan:
- Sebelah Utara : Kecamatan Siantar
- Sebelah Selatan : Dusun Pinangratus
- Sebelah Timur : Desa Dolok Marlawan
- Sebelah Barat : Pematang Siantar
4.1.2 Gambaran Demografi
Jumlah penduduk tahun 2015 adalah 3.512 jiwa, dengan jumlah kepala
keluarga 896 KK yang terdiri dari Jumlah penduduk laki-laki 1738 jiwa dan
perempuan sebanyak 1774 jiwa.
Di kelurahan Tiga balata terdapat satu Puskesmas Tiga Balata, terdapat
tenaga kesehatan yang terdiri dari 1 dokter umum,1 dokter gigi, 3 bidan desa, 3
(43)
27
4.2. Analisis Univariat
4.2.1. Karakteristik Responden
Karakteristik meliputi umur, pendidikan, pekerjaan, suku dan usia bayi. Tabel 4.1 Distribusi Karakteristik Responden Di Kelurahan Tiga Balata
Kec. Jorlang Hataran Kab. Simalungun
No Karakteristik Jumlah
N %
1 Umur
<25 Tahun 10 17,5
25-35 Tahun 36 63,2
>35 Tahun 11 19,3
2 Pendidikan
SD 4 7,0
SLTP 16 28,1
SLTA 33 57,9
Perguruan Tinggi 4 7,0
3 Pekerjaan
IRT 12 21,1
Wiraswasta 8 14,0
Petani/Buruh 33 57,9
PNS 4 7,0
4 Suku
Batak 48 84,2
Jawa 6 10,5
Melayu 3 5,3
Jumlah 57 100,0
Dari Tabel 4.1 diketahui bahwa jumlah responden yang tertinggi berumur
25-35 tahun yaitu sebanyak 36 orang (63,2%) dan responden yang terendah
berumur <25 tahun yaitu sebanyak 10 orang (17,5%). Diketahui juga bahwa yang
paling banyak responden memiliki tingkat pendidikan SLTA yaitu sebanyak 33
orang (57,9%), sementara terendah adalah SD sebanyak 4 orang (7,0%).
Diketahui bahwa sebagian besar responden memiliki pekerjaan petani/buruh yaitu
(44)
Diketahui juga sebagian besar responden bersuku batak sebanyak 48 orang
(84,2%), dan yang terendah bersuku melayu sebanyak 3 orang (5,3%).
4.2.2. Pengetahuan Responden
Tabel 4.2 Distribusi Pengetahuan Responden Tentang MP-ASI diKelurahan Tiga Balata Kecamatan Jorlang Hataran Kabupaten Simalungun
No Pertanyaan Salah Benar
n % N %
1 Makanan pendamping ASI 28 49,1 29 50,9 2 Pengertian makanan
pendamping ASI
27 47,4 30 52,6 3 Umur sebaiknya diberikan
makanan tambahan
33 57,9 24 42,1 4 Jenis makanan yang pertama
kali diberikan kepada bayi usia >6 bulan
29 50,9 28 49,1
5 Yang merupakan makanan pendamping ASI
36 63,2 21 36,8 6 Makanan tambahan diberikan
dalam sehari kepada bayi yang berusia 6-8 bulan
36 63,2 21 36,8
7 Bayi perlu diberi makanan tambahan
32 56,1 25 43,9 8 Pengaruh pemberian makan
bayi sebelum usia 6 bulan terhadap kesehatan bayi
35 61,4 22 38,6
9 Umur lebih dari 6 bulan sampai 1 tahun dapat diberikan nasi tim
31 54,4 26 45,6
10 Pemberian makanan tambahan sebaiknya pada usia
33 57,9 24 42,1 11 Makanan tambahan dapat
mengurangi resiko alergi makanan
34 59,6 23 40,4
12 Pada usia berapakah sebaiknya bayi disapih
31 54,4 26 45,6
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa sebagian besar responden
(45)
29
pengukuran pengetahuan seperti umur sebaiknya diberikan makanan tambahan
(57,9%), jenis makanan yang pertama kali diberikan kepada bayi usia >6 bulan
(50,9%), yang merupakan makanan pendamping ASI (63,2%), makanan tambahan
itu diberikan dalam sehari kepada bayi yang berusia 6-8 bulan (63,2%), bayi pada
diberi makanan tambahan (56,1%), pemberian makan bayi sebelum usia 6 bulan
terhadap kesehatan bayi (61,4%), umur lebih dari 6 bulan sampai 1 tahun dapat
diberikan nasi tim (54,4%), pemberian makanan tambahan sebaiknya pada usia
(57,9%), makanan tambahan dapat mengurangi resiko alergi makanan (59,6%),
dan pada usia berapakah sebaiknya bayi disapih (54,4%).
Berdasarkan hasil tersebut maka pengetahuan seputar MP-ASI di
Kelurahan Tiga Balata Kecamatan Jorlang Hataran Kabupaten Simalungun
dikategorikan pada Tabel 4.3 sebagai berikut:
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Tentang MP-ASI di Kelurahan Tiga Balata Kecamatan Jorlang Hataran Kabupaten Simalungun
No Pengetahuan Jumlah
n %
1 Baik 7 12,3
2 Cukup 12 21,0
3 Kurang 38 66,7
Jumlah 57 100,0
Dari Tabel 4.3 diketahui bahwa sebagian besar responden memiliki
pengetahuan kategori kurang dengan ketepatan pemberian MP-ASI pada bayi
(46)
baik dengan ketepatan pemberian MP-ASI pada bayi yaitu sebanyak 7 orang
(12,3%).
4.2.3. Sikap Responden
Tabel 4.4 Distribusi Sikap Responden tentang MP-ASI di Kelurahan Tiga Balata Kecamatan Jorlang Hataran Kabupaten Simalungun
No Pernyataan Jumlah
n %
1 Bayi 4 bulan memerlukan makanan khusus
Sangat Setuju 5 8,8
Setuju 23 40,4
Tidak Setuju 19 33,3
Sangat Tidak Setuju 10 17,5
2 Bayi >6 bulan boleh diberikan makanan
tambahan
Tidak Setuju 17 29,8
Setuju 29 50,9
Sangat Setuju 11 19,3
3 Bayi 0-6 bulan lebih gemuk, makanannya harus
ditambah dengan susu formula
Sangat Setuju 6 10,5
Setuju 26 45,6
Tidak Setuju 16 28,1
Sangat Tidak Setuju 9 15,8
4 Pemberian makanan pada bayi sebelum <6
bulan dapat berpengaruh pada pencernaannya
Sangat Tidak Setuju 8 14,0
Tidak Setuju 18 31,6
Setuju 22 38,6
Sangat Setuju 9 15,8
5 Pemberian makanan selain ASI kepada bayi
sebelum bayi berusia 6 bulan
Sangat Setuju 17 29,8
Setuju 15 26,3
Tidak Setuju 21 36,8
Sangat Tidak Setuju 4 7,0
6 Menunda pemberian makanan padat dapat
mengurangi resiko alergi makanan pada bayi
Sangat Tidak Setuju 6 10,5
(47)
31
Setuju 23 40,4
Sangat Setuju 4 7,0
7 Pemberian makanan pada usia 6 bulan dapat
membantu bayi mengatasi rasa lapar dan tidak akan menangis
Sangat Setuju 6 10,5
Setuju 28 49,1
Tidak Setuju 17 28,8
Sangat Tidak Setuju 6 10,5
8 Memberi makanan lumat seperti bubur susu
sebagai makanan pertama pada usia >6 bulan
Sangat Tidak Setuju 11 19,3
Tidak Setuju 19 33,3
Setuju 23 40,4
Sangat Tidak Setuju 4 7,0
9 Pada bayi berusia 7-9 bulan diberikan lebih dari 6 kali makanan tambahan setiap hari
Sangat Setuju 12 21,1
Setuju 22 38,6
Tidak Setuju 16 28,1
Sangat Tidak Setuju 7 12,3
Jumlah 57 100,0
Berdasarkan tabel 4.4 dapat diketahui bahwa sikap responden dengan
ketepatan pemberian MP-ASI pada bayi sebagian besar setuju dengan pernyataan “bayi 4 bulan memerlukan makanan khusus” sebanyak 23 orang (40,4%), untuk pernyataan tentang bayi >6 bulan boleh diberikan makanan tambahan sebagian
responden menjawab setuju yaitu sebanyak 29 orang (50,9%), pernyataan bayi 0-6
bulan lebih gemuk, makanannya harus ditambah dengan susu formula sebagian
responden menjawab setuju yaitu sebanyak 26 orang (45,6%), pernyataan tentang
pemberian makanan pada bayi sebelum <6 bulan dapat berpengaruh pada
pencernaannya sebagian responden menjawab setuju yaitu sebanyak 22 orang
(38,6%), pernyataan tentang pemberian makanan selain ASI kepada bayi sebelum
(48)
orang (36,8%), pernyataan tentang menunda pemberian makanan padat dapat
mengurangi resiko alergi makanan pada bayi sebagian responden menjawab tidak
setuju yaitu sebanyak 24 orang (42,1%), pernyataan tentang pemberian makanan
pada usia 6 bulan dapat membantu bagi mengatasi rasa lapar dan tidak akan
menangis sebagian responden menjawab setuju yaitu sebanyak 28 orang (49,1%),
pernyataan tentang memberi makanan lumat seperti bubur susu sebagai makanan
pertama pada usia >6 bulan sebagian responden menjawab setuju yaitu sebanyak
23 orang (40,4%), pernyataan tentang pada bayi berusia 7-9 bulan diberikan lebih
dari 6 kali makanan tambahan setiap hari sebagian responden menjawab setuju
yaitu sebanyak 22 orang (38,6%).
Berdasarkan hasil tersebut maka sikap ibu seputar MP-ASI di Kelurahan
Tiga Balata Kecamatan Jorlang Hataran Kabupaten Simalungun dikategorikan
pada Tabel 4.5 sebagai berikut:
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Sikap Responden tentang MP-ASI di Kelurahan Tiga Balata Kecamatan Jorlang Hataran Kabupaten Simalungun
No Sikap Jumlah
n %
1 Baik 24 42,1
2 Tidak Baik 33 57,9
Jumlah 57 100,0
Dari tabel 4.5 diketahui bahwa sebagian besar responden memiliki sikap
kategori tidak baik dengan ketepatan pemberian MP-ASI pada bayi yaitu
sebanyak 33 orang (57,9%), dan terendah memiliki sikap kategori baik dengan
(49)
33
4.2.4. Ketepatan Pemberian MP-ASI
Tabel 4.6 Distribusi Ketepatan Pemberian MP-ASI di kelurahan Tiga Balata kecamatan Jorlang Hataran Kabupaten Simalungun
No Pertanyaan Jumlah
n %
1 Pemberian makanan pendamping ASI pada bayi usia 0-6 bulan
Ya 9 15,8
Tidak 48 84,2
2 Pemberian ASI saja sampai bayi usia 6 bulan
Ya 46 80,7
Tidak 11 19,3
3 Pemberian makanan tambahan pada bayi saat berumur 4 bulan
Ya 9 15,8
Tidak 48 84,2
4 Pemberian makan bayi berusia <6 bulan jika bayi rewel atau menangis
Ya 15 26,3
Tidak 42 73,7
5 Pemberian susu formula pada anak usia <6 bulan
Ya 9 15,8
Tidak 48 84,2
6 Pemberian makanan lumat seperti bubur sebagai makanan pertama bayi berusia diatas 6 bulan
Ya 47 82,5
Tidak 10 17,5
7 Pemberian makanan tambahan 3-4 kali sehari pada bayi usia >9 bulan
Ya 46 80,7
Tidak 11 19,3
8 Pemberian makanan orang dewasa pada umumnya pada bayi usia >12 bulan
Ya 47 82,5
Tidak 10 17,5
9 Pemberian makanan tambahan (bubur tim,sayuran,pisang,dll) pada bayi usia 7 bulan
Ya 49 86,0
Tidak 8 14,0
10 Pemberian makanan tambahan (daging/ikan) pada bayi usia 9 bulan atau lebih
Ya 45 78,9
Tidak 12 21,1
(50)
Berdasarkan tabel 4.6 dapat diketahui bahwa dari pertanyaan pemberian
makanan pendamping ASI pada usia 0-6 bulan dengan ketepatan pemberian
MP-ASI yang menjawab paling banyak yaitu Tidak sebanyak 48 orang (84,2%),
pemberian ASI saja sampai bayi usia 6 bulan yang menjawab paling banyak yaitu
Ya sebanyak 46 orang (80,7%), pemberian makanan tambahan pada bayi saat
berumur 4 bulan yang menjawab paling banyak yaitu Tidak sebanyak 48 orang
(84,2%), pemberian makan bayi berusia <6 bulan jika bayi rewel atau menangis
jawaban responden tertinggi yaitu Tidak sebanyak 42 orang (73,7%), pemberian
susu formula pada anak usia <6 bulan jawaban responden tertinggi yaitu Tidak
sebanyak 48 orang (84,2%), pemberian makanan lumat seperti bubur sebagai
makanan pertama bayi berusia diatas 6 bulan jawaban responden tertinggi yaitu
Ya sebanyak 47 orang (82,5%), pemberian makanan tambahan 3-4 kali sehari
pada bayi usia >9 bulan jawaban responden tertinggi yaitu Ya sebanyak 46 orang
(80,7%), pemberian makanan orang dewasa pada umumnya pada bayi usia >12
bulan jawaban responden tertinggi yaitu Ya sebanyak 47 orang (82,5%),
Pemberian makanan tambahan (bubur tim,sayuran,pisang,dll) pada bayi usia 7
bulan jawaban responden tertinggi yaitu Ya sebanyak 49 orang (86,0%), dan
Pemberian makanan tambahan (daging/ikan) pada bayi usia 9 bulan atau lebih
jawaban responden tertinggi yaitu Ya sebanyak 45 orang (78,9%).
Berdasarkan hasil tersebut maka ketepatan pemberian MP-ASI di
Kelurahan Tiga Balata Kecamatan Jorlang Hataran Kabupaten Simalungun dapat
(51)
35
Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Ketepatan Pemberian MP-ASI di Kelurahan Tiga Balata Kecamatan Jorlang Hataran Kabupaten Simalungun
No Ketepatan Pemberian MP-ASI Jumlah %
1 Tepat 26 45,6
2 Tidak Tepat 31 54,4
Jumlah 57 100,0
Dari tabel 4.7 diketahui bahwa sebagian besar responden memiliki
ketidaktepatan pemberian MP-ASI yaitu sebanyak 31 orang (54,4%), dan
terendah memiliki ketepatan pemberian MP-ASI kategori tepat dengan ketepatan
pemberian MP-ASI pada bayi yaitu sebanyak 26 orang (45,6%).Dapat dijelaskan
ketidaktepatan responden dalam pemberian MP-ASI sebagai berikut:
Tabel 4.8 Jadwal Pemberian MP-ASI, Menurut Umur, MP-ASI, Frekuensi Pemberian per Hari, dan Jumlah Responden Yang Tidak Tepat
Umur MP-ASI Frekuensi Pemberian
per Hari
Jumlah Responden Yang Tidak Tepat
0-6 Bulan ASI Setiap Hari 11
6 Bulan ASI Kapan diminta
Buah lunak/sari buah
Bubur tepung atau bubur beras merah
1-2 Kali sehari
10
7 Bulan ASI Kapan diminta
Buah-buahan
Hati ayam atau kacang-kacangan
Beras merah atau ubi
Sayuran (wortel, dan bayam)
Minyak/santan/alpukat
Air tajin
2-3 Kali sehari 12
9 Bulan ASI Kapan diminta
Buah-buahan
Daging/kacang-kacangan/ayam/ikan
Beras merah/ kentang/ labu/jagung
Kacang tanah
Minyak/santan/alpukat
(52)
Lanjutan Tabel 4.8 Jadwal Pemberian MP-ASI, Menurut Umur, MP-ASI, Frekuensi Pemberian per Hari, dan Jumlah Responden Yang Tidak Tepat
12 Bulan atau lebih
ASI Kapan diminta
Makanan pada umumnya, termasuk kuning telurnya dan jeruk
4-6 Kali sehari 10
Maka dapat disimpulkan bahwa responden yang paling banyak tidak tepat
dalam pemberian MP-ASI pada usia 7 bulan dan 9 bulan sebanyak 12 orang.
4.3. Analisis Bivariat
Analisis bivariat digunakan untuk mengidentifikasi hubungan variabel
independen (pengetahuan,sikap) dengan variabel dependen yaitu ketepatan
pemberian MP-ASI di Kelurahan Tiga Balata Kecamatan Jorlang Hataran
Kabupaten Simalungun.
4.3.1. Hubungan Pengetahuan dengan Ketepatan Pemberian MP-ASI di Kelurahan Tiga Balata Kecamatan Jorlang Hataran Kabupaten Simalungun
Tabel 4.9 Hubungan Pengetahuan dengan Ketepatan Pemberian MP-ASI di Kelurahan Tiga Balata Kecamatan Jorlang Hataran Kabupaten Simalungun
No Pengetahuan Ketepatan Pemberian MP-ASI Jumlah Nilai p
Tepat Tidak Tepat
n % n % n %
1 Baik 7 100 0 0 7 100
2 Cukup 7 58,3 5 41,7 12 100 0,002 3 Kurang 12 31,6 26 68,4 38 100
(53)
37
Berdasarkan tabel 4.8 diperoleh 7 responden yang berpengetahuan baik,
yang pengetahuannya baik dengan tepat pemberian MP-ASI yaitu sebanyak 7
orang (100%). 12 responden yang berpengetahuan cukup, yang pengetahuannya
cukup dengan ketepatan pemberian MP-ASI yaitu sebanyak 7 orang (58,3%) dan
yang pengetahuannya cukup tidak tepat pemberian MP-ASI yaitu sebanyak 5
orang (41,7%). Sedangkan 38 responden yang berpengetahuan kurang, yang
pengetahuannya kurang dengan ketepatan pemberian MP-ASI yaitu sebanyak 12
orang (31,6%) dan yang pengetahuannya kurang dengan ketidaktepatan
pemberian MP-ASI yaitu sebanyak 26 orang (68,4%).
Hasil uji statistik chi-square diperoleh nilai p value = 0,002 (p<0,05), Maka dapat disimpulkan ada hubungan secara signifikan antara pengetahuan
responden dengan ketepatan pemberian MP-ASI pada bayi.
4.3.2. Hubungan Sikap Dengan Ketepatan Pemberian MP-ASI
Tabel 4.10 Hubungan Sikap Dengan Ketepatan Pemberian MP-ASI di Kelurahan Tiga Balata Kecamatan Jorlang Hataran Kabupaten Simalungun
No Sikap Ketepatan Pemberian MP-ASI Jumlah Nilai p
Tepat Tidak Tepat
n % n % n %
1 Baik 15 62,5 9 37,5 24 100
2 Tidak baik 11 33,3 22 66,7 33 100 0,029
(54)
Berdasarkan tabel 4.9 diperoleh 24 responden yang sikapnya baik, yang
sikap baik dengan ketepatan pemberian MP-ASI yaitu sebanyak 15 orang (62,5%)
dan yang sikapnya baik dengan tidak tepat pemberian MP-ASI yaitu sebanyak 9
orang (37,5%). Sedangkan 33 responden yang sikapnya tidak baik dengan
ketepatan pemberian MP-ASI yaitu tepat sebanyak 11 orang (33,3%), dan yang
sikapnya tidak baik dengan tidak tepat pemberian MP-ASI yaitu sebanyak 22
orang (66,7%). Hasil uji statistik chi-square diperoleh nilai p value = 0,029 (p<0,05), Maka dapat disimpulkan ada hubungan secara signifikan antara sikap
(55)
39
BAB V PEMBAHASAN
5.1. Ketepatan Pemberian MP-ASI
Hasil analisis univariat dari 57 responden yang tinggal di Kelurahan Tiga
Balata Kecamatan Jorlang Hataran Kabupaten Simalungun menunjukkan bahwa
sebagian besar responden tidak tepat dalam pemberian MP-ASI pada bayi yaitu
sebanyak 31 orang (54,4%), dan sebanyak 26 orang (45,6%) yang tepat dalam
pemberian MP-ASI pada bayi. Rata-rata ibu yang tinggal di Kelurahan tidak tepat
dalam pemberian makanan pendamping ASI dikarenakan pada saat bayi menangis
yang membuat ibu merasa bayinya kelaparan sehingga ibu memberikan susu
formula dan makanan tambahan lainnya. Padahal jika makanan pendamping ASI
diberikan terlalu dini dan tidak sesuainya pola asuh yang diberikan justru dapat
menggangu sistem pencernaan pada bayi, dan apabila terlambat memberikan juga
akan membuat bayi kekurangan gizi serta gangguan tumbuh kembang bayi.
Persentasi ketepatan pemberian MP-ASI tidak ada setengah dari sampel
yang diambil, ibu merasa dengan memberikan makanan tambahan bayi akan sehat
serta bayi cepat tumbuh besar. Selain itu adapula ibu yang beralasan bahwa
khawatir akan tidak naiknya berat badan anak, serta bayi yang sering menangis
dan rewel yang membuat ibu memberikan makanan pendamping ASI yang tidak
sesuai dengan usia bayi. Padahal anak– anak yang diberikan makanan
(56)
daya tahan tubuh lebih kuat, serta mengurangi risiko terkena alergi akibat
makanan.
Hasil penelitian ini sejalan dengan yang dilakukan oleh Atik Setyaningsih
(2007) menunjukkan bahwa sebanyak 17 responden (56,7%) yang memberikan
MP-ASI sejak dini, sedangkan yang tidak memberikan MP-ASI sejak dini
sebanyak 13 (43,3%). Hal ini dikarenakan di Desa Glonggong, Kecamatan
Nogosari Kabupaten Boyolali masih belum mengetahui tentang pemberian
MP-ASI yang benar dan tepat. Sehingga dibutuhkan peran serta tenaga kesehatan
dalam memberikan informasi tentang pemberian MP-ASI.
5.2. Hubungan Pengetahuan Ibu Dengan Ketepatan Pemberian MP-ASI pada bayi
Pengetahuan Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) adalah
Pengetahuan tentang Makanan tambahan yang diberikan pada bayi berusia 6
bulan sampai bayi berusia 24 bulan. Peranan MP-ASI sama sekali bukan untuk
menggantikan ASI, melainkan hanya untuk melengkapi ASI. (Yenrina, 2008 )
Pengetahuan tentang MP-ASI sangat penting untuk di dapat karena dengan
pengetahuan dan informasi yang dimiliki oleh para ibu mengenai segala zat gizi
yang diperlukan dan manfaat MP-ASI sehingga ibu dapat memberikan makanan
pendamping yang tepat. Pengetahuan tentang MP-ASI seorang ibu juga besar
pengaruhnya bagi perubahan sikap dan perilaku didalam pemilihan bahan
makanan yang selanjutnya berpengaruh pada tumbuh kembang dan gizi anak yang
bersangkutan. Sebagian besar ibu yang memiliki pengetahuan baik dan cukup
(57)
41
namun dalam penelitian yang dilakukan tentang pola pemberian ASI dan MP-ASI
baik pada anak 24 bulan masih tidak tepat.
Dari hasil analisa statistik dengan menggunakan uji chi-square diperoleh nilai p value = 0,002 (p<0,05), artinya ada hubungan secara signifikan antara pengetahuan responden dengan ketepatan pemberian MP-ASI pada bayi.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Irvani (2005) di Cimahi,
bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara variabel pengetahuan dengan
variabel ketepatan pemberian MP-ASI. Responden yang memiliki pengetahuan
yang kurang lebih cenderung tidak tepat dalam pemberian MP-ASI dibanding
responden yang memiliki pengetahuan yang baik.
Umumnya pengetahuan ibu di Kelurahan Tiga Balata sangat kurang
karena kurangnya informasi tentang MP-ASI dan kurangnya minat ibu untuk
mencari informasi. Terbukti dengan jawaban responden melalui kuesioner yang
peneliti berikan yaitu umur sebaiknya diberikan makanan tambahan, rata-rata ibu
tidak mengetahuinya. Dan terdapat ibu yang mengetahui umur sebaiknya
diberikan makanan tambahan tetapi tetap memberikan makanan pendamping tidak
sesuai usia bayi. Pemberian MP-ASI yang tidak sesuai umur bayi dapat
mengakibatkan terjadinya kekurangan gizi pada bayi dan rentannya bayi terhadap
penyakit,karena sistem imun yang dibentuk tidak sempurna. Kemudian untuk
pertanyaan berapa kalikah makanan tambahan itu diberikan dalam sehari kepada
bayi yang berusia 6-8 bulan, rata-rata ibu menjawab tidak tentu,tergantung bayi
(58)
menangis ataupun sedang tidur bayi harus dibangunkan untuk diberi makan,
karena untuk memenuhi kebutuhan gizi bayi.
Peneliti menemukan bahwa pengetahuan ibu dapat diperoleh dari beberapa
faktor baik formal seperti pendidikan yang didapat di sekolah-sekolah maupun
non formal yang diantaranya dapat diperoleh bila ibu aktif dalam kegiatan
posyandu, PKK maupun kegiatan penyuluhan kesehatan masyarakat.
Hasil penelitian Bahri (2011) dimana sebagian besar ibu kurang
mengetahui tentang makanan pendamping ASI yaitu sebesar 86,8%. Rendahnya
pengetahuan responden di duga disebabkan antara lain kurangnya informasi,
kurang jelasnya informasi dan kurangnya kemampuan responden untuk
memahami informasi yang diterima.
5.3. Hubungan Antara Sikap Ibu Dengan Ketepatan Pemberian MP-ASI Pada Bayi
Hasil analisa statistik dengan menggunakan uji chi-square diperoleh nilai p
value = 0,029 (p<0,05), artinya ada hubungan secara signifikan antara sikap ibu
dengan ketepatan pemberian MP-ASI pada bayi. Sikap merupakan reaksi tertutup
dan belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas akan tetapi merupakan
predisposisi tindakan suatu perilaku.
Dari hasil penelitian yang dilakukan kepada ibu yang tinggal di Kelurahan
Tiga Balata memiliki sikap tidak baik yaitu tentang ketepatan pemberian MP-ASI,
seperti masih banyak ibu yang setuju bahwa bayi usia 4 bulan memerlukan
(59)
43
ditambah dengan susu formula. Padahal di usia tersebut pencernaan bayi belum
dapat menerima makanan selain ASI yang dapat menyebabkan bayi alergi, diare
maupun konstipasi. Makanan pendamping ASI adalah makanan tamabahan yang
diberikan pada bayi usia 6-24 bulan. Peranan MP-ASI sama sekali bukan untuk
menggantikan ASI, melainkan hanya untuk melengkapi ASI. Kemudian masih
ada ibu yang setuju pada bayi berusia 7-9 bulan diberikan lebih dari 6 kali
makanan tambahan setiap hari, padahal bayi di usia tersebut kebutuhan akan
asupan zat gizi sebaiknya diberi makanan tambahan pendamping air susu ibu 2-4
kali sehari.
Hal ini sejalan dengan penelitian oleh Lianda (2010) mengenai hubungan
pengetahuan dan sikap ibu terhadap pemberian MP-ASI yaitu ada hubungan sikap
dengan pemberian MP-ASI. Namun berbeda dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Atika (2009) di Dusun Tlangu Kecamatan Wonosari Klaten
Sebagian responden memiliki sikap positif tentang MP-ASI pada anak usia 6-24
bulan sebanyak 45 responden (80%). Hal tersebut dapat dipengaruhi banyak
faktor diantaranya informasi,pengaruh orang lain yang dianggap penting,
kebudayaan, media massa, dan lembaga pendidikan.
Pengetahuan tentang MP-ASI yang kurang mempengaruhi perilaku/sikap
ibu yang diakibatkan oleh masih kurangnya minat ibu untuk mencari informasi
mengenai MP-ASI dan jarangnya ibu mengikuti penyuluhan tentang makanan
pendamping ASI yang diadakan petugas kesehatan yang ada di Kelurahan Tiga
Balata. Alasan ibu adalah karena anak yang rewel, jarak yang jauh dari lokasi
(60)
Umumnya alasan ibu memberikan makanan pendamping ASI yang tidak
tepat sesuai usia bayi adalah karena bayi sering menangis sehingga ibu
menganggap bahwa bayinya masih lapar, ibu merasa dengan memberikan
makanan tambahan bayi akan sehat serta bayi cepat tumbuh besar. Selain itu
(61)
45
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Dari hasil analisis statistik yang telah dilakukan dan pembahasan yang
telah dikemukakan, dapat diambil kesimpulan yaitu :
1 Ada hubungan antara pengetahuan ibu dengan ketepatan pemberian MP-ASI
pada bayi di Kelurahan Tiga Balata Kec. Jorlang Hataran Kab. Simalungun.
Dimana kurangnya pengetahuan yang dimiliki maka kurang perilaku yang
dilakukan dalam pemberian MP-ASI yang tepat dengan nilai p = 0,002.
2 Adanya hubungan antara sikap ibu dengan ketepatan pemberian MP-ASI
pada bayi di Kelurahan Tiga Balata Kec. Jorlang Hataran Kab. Simalungun.
Dimana dengan sikap yang tidak baik maka responden dalam pemberian
MP-ASI juga tidak tepat dengan nilai p = 0,029.
6.2 Saran
1 Diharapkan kepada pihak petugas kesehatan yang bekerja di Puskesmas yang
berada di kelurahan tersebut, lebih meningkatkan program komunikasi,
informasi dan edukasi (KIE) khususnya tentang makanan pendamping ASI
pada ibu-ibu hamil maupun ibu yang mempunyai bayi umur 6-24 bulan
dalam bentuk melakukan penyuluhan tentang MP-ASI yang tepat kepada
(62)
2 Diharapakan kepada Puskesmas mengarahkan Bidan desa untuk lebih rutin
memberikan informasi mengenai makanan pendamping ASI yang tepat
kepada ibu-ibu.
3 Diharapkan kepada ibu yang memiliki bayi untuk lebih sering mengikuti
kegiatan posyandu dan penyuluhan yang diadakan di kelurahan tersebut. Dan
meningkatkan pengetahuan dan mencari informasi kesehatan terutama
dengan keterkaitan ketepatan pemberian MP-ASI melalui media yang praktis
(63)
47
DAFTAR PUSTAKA
Anonim., 2006. Permasalahan dalam Pemberian MP ASI. Diakses tanggal 09 april 2015 http://www.Sehatgroup.web.id
_______, 2006. Perlakuan Salah Satu Pemberian Makanan Pendamping. Diakses tanggal 09 april 2015 http://www.Bayi sehat.web.id
Anwar, Asrul., 2003. Peningkatan Gizi Balita melalui Mutu MP ASI. Diakses tanggal 12 April 2015 http://www.Gizinet.com
Ariani. 2008. Makanan Pendamping ASI (MP-ASI).
http.//www.parentingislami.wordpresss.com, diakses tanggal 12 April 2015
Arisman., 2009. Keracunan Makanan, Jakarta: EGC.
Depkes RI., 2000. Pemberian Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI), Jakarta: Depkes RI.
Depkes RI., 2002. Manajemen Laktasi, Jakarta: Depkes RI.
Depkes RI., 2004. Pedoman Pelaksanaan Pendistribusian dan Pengelolaan makanan Pendamping Air Susu Ibu, Jakarta: Depkes RI.
Depkes RI., 2006. Pedoman Umum Pemberian Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP- ASI) Lokal, Jakarta. diakses tanggal 10 April 2015 http://www.depkes/makanan pendamping ASI.com
Depkes RI., 2007. Pedoman Pemberian Makanan Bayi dan Anak, Jakarta: Depkes RI.
Dheny., 2011. Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu dengan Pemberian Makanan Pendamping ASI Bayi di Posyandu Karya Mulya Jetis Jaten, Surakarta.
Evi, NA., 1992. Sudahkan bayi Anda diberi MP ASI ?. Jakarta: Warta Demografi.
Ina, Hernawati., 2008. Gambaran Karakteristik Ibu yang Memberikan Makanan Pendamping ASI pada Bayi Usia Kurang dari 6 Bulan di Posyandu Cirumpak Tengah Kec. Kronjo. www.inahernawati.com . Diakses pada tanggal15 mei 2015
Juwono, Lilian., 2003. Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Pemberian MP-ASI pada Bayi Usia 0-6 Bulan , Depok: FKM UI
(64)
Kalnins, Daina., 2003. Menyiapkan Makanan Pendamping ASI, Jakarta: Puspa Swara.
Kodrat, L.,2010. Dahsyatnya ASI dan Laktasi. Yogyakarta: Media Baca.
Krisnatuti dan Yenrina., 2000. Menyiapkan Makanan Pendamping ASI, Jakarta: Puspa Swara.
Lawson, Marget., 2003. Makanan Sehat Untuk Bayi dan Balita, Jakarta, Dian Rakyat.
Martin., 2000. Pengetahuan dan Sikap ibu Terhadap bahan Pemberian MP ASI. Yaho@.BKKBN.90.id
Nilawati, N., 2005. Kapan Pemberian Makanan Pendamping ASI Yang Tepat?. Majalah Ayah Bunda Edisi/No.Ol Januari 2005
Notoatmodjo, Soekidjo., 2005. Metodologi Peneltian Kesehatan, Jakarta: Rineka Cipta.
___________________., 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku, Jakarta: Rineka Cipta.
___________________,. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta: Rineka Cipta.
Riwidikdo, H., 2008. Statistik Kesehatan, Jogjakarta : Mitra Cendikia
____________,2010. Statistik untuk Penelitian Kesehatan dengan Aplikasi Progam R dan SPSS. Jogjakarta : 2010.
RSCM dan Persatuan Ahli Gizi Indonesia., 1994. Penuturan Gizi Anak, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Sariningsih, Y. 2005. Perilaku Orang Tua Dalam Memenuhi Kebutuhan Gizi Balita ( Studi Kasus Terhadap Orang Tua Balita dari Keluarga Miskin di
Kelurahan Babakan Surabaya Kecamatan Kiaracondong Kota
Bandung).Tesis. Program Pasca Sarjana Universitas Indonesia : Jakarta. Sari, Irvani., 2005. Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu Terhadap Perilaku
Pemberian MP-ASI Pada Bayi 6-12 Bulan di Puskesmas Cimahi Selatan Kota Cimahi. Skripsi. Depok: FKM UI.
Setyaningsih, Atik., 2007. Hubungan Karakteristik Ibu dengan Pemberian MP-ASI Dini pada Bayi Usia 0-6 Bulan di Posyandu Warna Sari Desa Glonggong Nogosari Boyolali.
(65)
49
Simanjuntak, Dahlia., 2001. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pemberian MP-ASI DINI pada Bayi di Kecamatan Pasar Rebo Kotamadya Jakarta Timur. Tesis. Depok: FKM UI.
Soetjiningsih., 2002. Buku Ajar Tumbuh Kembang Anak dan Remaja, Jakarta: Sagung Seto.
Suhardjo., 2003. Perencanaan Pangan dan Gizi, Jakarta: Bumi Aksara. _______., 2007. Pemberian Makanan pada Bayi dan Anak. Cetakan ke-10.
Yogyakarta: Penerbit Kanisus.
Sunartyo, Nano., 2006. Panduan Merawat bayi dan Balita, Dika Press, Jogjakarta. WHO., 2001. Pemberian Makanan Tambahan, Jakarta: EGC.
(66)
KUESIONER
HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DENGAN KETEPATAN PEMBERIAN MP-ASI PADA BAYI DIKELURAHAN TIGA BALATA KECAMATAN JORLANG HATARAN KABUPATEN SIMALUNGUN
TAHUN 2015
I. IDENTITAS RESPONDEN
1. No. Responden :
2. Nama :
3. Umur : tahun 4. Pendidikan terakhir :
5. Pekerjaan :
6. Suku :
II.KETEPATAN PEMBERIAN MP-ASI
Petunjuk: Berilah tanda ceklis √ dalam kotak pada setiap pertanyaan yang
tersedia jika pilihan tersebut menjadi jawaban anda, bila ada yang kurang mengerti langsung tanyakan pada peneliti yang bersangkutan.
NO PERNYATAAN YA TIDAK
1. Pemberian makanan pendamping ASI pada
bayi usia 0-6 bulan
2. pemberian ASI sampai bayi usia 6 bulan
3. Pemberian makanan tambahan pada bayi saat
berumur 4 bulan
4. Pemberian makan bayi berusia < 6 bulan jika bayi rewel atau menangis
5. Pemberian susu formula pada anak usia < 6 bulan
6. Pemberian makanan lumat seperti bubur
sebagai makanan pertama bayi berusia diatas 6 bulan
(67)
51
7. Pemberian makanan tambahan 3-4 kali sehari
pada bayi usia > 9 bulan
8. Pemberian makanan orang dewasa pada
umumnya pada bayi usia >12 bulan
9. Pemberian makanan tambahan (bubur
tim,sayuran,pisang,dll) pada bayi usia 7 bulan
10. Pemberian makanan tambahan (daging/ikan)
pada bayi usia 9 bulan atau lebih
III. PENGETAHUAN
Petunjuk: Berilah tanda silang ( X ) dalam kotak pada setiap pertanyaan yang
tersedia jika pilihan tersebut menjadi jawaban anda, bila ada yang kurang mengerti langsung tanyakan pada peneliti yang bersangkutan.
1. Apakah Ibu mengetahui tentang makanan pendamping ASI? a. Tahu
b. Tidak tahu
2. Menurut Ibu, apakah pengertian makanan pendamping ASI itu?
a. Makanan peralihan dari ASI ke makanan keluarga
b. Makanan pengganti ASI
c. Makanan yang diberikan pada bayi usia < 6 bulan d. Tidak tahu
3. Menurut ibu, pada umur berapa sebaiknya diberikan makanan tambahan?
a. > 6 bulan
b. < 6 bulan c. Tidak tahu
4. Sebutkan jenis makanan yang pertama kali diberikan kepada bayi usia > 6 bulan?
a. Makanan lunak b. Makanan padat c. Mie
(1)
Chi-Square Tests Value Df
Asymp. Sig. (2-sided)
Pearson Chi-Square 12.146a 2 .002
Likelihood Ratio 14.881 2 .001
Linear-by-Linear Association
11.758 1 .001
N of Valid Cases 57
a. 2 cells (33,3%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3,19.
kategori sikap * kategori ketepatan
Crosstab
kategori ketepatan
tepat tidak tepat Total kategori
sikap
baik Count 15 9 24
% within kategori sikap
62.5% 37.5% 100.0% % within kategori
ketepatan
57.7% 29.0% 42.1%
% of Total 26.3% 15.8% 42.1%
tidak baik Count 11 22 33
% within kategori sikap
33.3% 66.7% 100.0% % within kategori
ketepatan
42.3% 71.0% 57.9%
% of Total 19.3% 38.6% 57.9%
Total Count 26 31 57
% within kategori sikap
45.6% 54.4% 100.0% % within kategori
ketepatan
100.0% 100.0% 100.0%
(2)
73
Chi-Square Tests Value Df
Asymp. Sig. (2-sided) Exact Sig. (2-sided) Exact Sig. (1-sided) Pearson Chi-Square 4.765a 1 .029
Continuity Correctionb
3.662 1 .056
Likelihood Ratio 4.815 1 .028
Fisher's Exact Test .035 .028
Linear-by-Linear Association
4.681 1 .030
N of Valid Cases 57
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 10,95.
(3)
(4)
(5)
(6)