35 dalam bahasa aslinya dan pengetahuan mereka tentang bahasa kedua; 3 Dialek
bahasa asli yang diucapkan siswa terstandar ataukah tidak, 4 Status relatif siswa di tengah-tengah masyarakat; dan 5 perilaku masyarakat sekitar terhadap
bahasa asli siswa.
1. Kesulitan Linguistik Bahasa
Beberapa bahasa bisa jadi lebih sulit untuk dipelajari dibanding bahasa lainnya, tergantung pada seberapa sama atau beda bahasa ini dengan bahasa asli si
pembelajar. Di sebuah institut bahasa di Monterey, California, misalnya, bahasa dibagi menjadi 4 kategori yang bergantung pada kesulitan belajar rata-rata dari
perspektif penutur bahasa Inggris. Pelajaran bahasa intensif level dasar yang merupakan fondasi untuk melanjutkan ke level berikutnya intermediate bisa
dipelajari dengan jangka waktu 24 minggu untuk bahasa seperti Belanda atau Spanyol, yang merupakan bahasa Indo-Eropa dan sistem penulisannya sama
dengan bahasa Inggris. Sementara itu, bahasa seperti Arab, Korea, Vietnam bisa dipelajari minimal dalam 65 minggu, karena berasal dari rumpun bahasa yang
berbeda dengan sistem penulisan yang berbeda pula dengan bahasa Inggris. Bahasa Indonesia sendiri jika dipelajari sebagai bahasa kedua di Indonesia relatif
akan lebih mudah dipelajari karena struktur bahasa daerah di Indonesia dengan bahasa Indonesia itu sendiri tidak begitu berbeda. Ditambah lagi, sistem penulisan
dan pembacaan bahasa Indonesia sifatnya konsisten, sama dengan bahasa daerah. contoh, buku dalam bahasa Indonesia dibunyikan BUKU, sementara book dalam
bahasa Inggris dibunyikan buk. Bahasa daerah di Indonesia menganut sistem penulisan dan pembacaan yang konsisten pula.
2. Penguasaan Bahasa Pertama
Penguasaan bahasa pertama siswa—tak hanya bahasa lisan dan tulis tapi juga perkembangan metalinguistiknya, penguasaan bahasa formal akademisnya, dan
pengetahuan tentang pola-pola retorik dan variasi dalam jenis dan gayanya— mempengaruhi penguasaan bahasa kedua. Jika penguasaan bahasa pertamanya
lebih memuaskan secara akademis, maka ia pun akan lebih mudah menguasai bahasa keduanya. Hal ini menjelaskan fenomena mengapa siswa pertukaran
36 pelajar cenderung sukses belajar di SMA Amerika; karena mereka sudah
menguasai kemampuan belajar bahasa pertama mereka se-level SMA di negaranya.
3. Pengetahuan tentang Bahasa Kedua