21 4.
Mengembangkan potensi diri; 5.
Memahami makna-makna yang penting. Tipe pembelajar relasional memiliki beberapa kekuatan yang menjadikannya
potensi dalam belajar bahasa kedua. 1.
Sifat intuitifnya memudahkan pemahaman terhadap sistem bunyi dan makna bahasa target;
2. Sangat adaptatif terhadap situasi dan kultur yang berbeda-beda;
3. Berempati tinggi terhadap orang lain;
4. Akurat dalam menilai reaksi orang lain.
Sedangkan kelemahan tipe pembelajar relasional yang mungkin akan menjadi faktor penghambat belajarnya adalah:
1. Mungkin terlalu sensitif terhadap penolakantegurankoreksi;
2. Terlalu adaptatif hingga jati diri sendiri mungkin akan tersamar atau
bahkan hilang; 3.
Mudah tertekan oleh suasana yang tidak harmonis atau tidak sesuai ekspektasinya;
4. Jika lawan bicara tidak membuatnya tertarik, ia akan mudah teralih pada
fokus yang lain.
B. Tipe Pembelajar Analitis
Pembelajar Analitis dimudahkan ketika mempelajari bahasa kedua, karena mereka cenderung memiliki kemampuan untuk menganalisis dan memahami
prinsip-prinsip yang teratur dari sistem bahasa. Bagi mereka, pembelajaran harus memenuhi kemampuan analisis mereka dan memberikan peluang yang cukup
untuk berinteraksi dengan penutur bahasa target untuk melatih kefasihan bicara. Motivasi, kekuatan dan kelemahan tipe pembelajar analitis agak berbeda
dengan tipe pembelajar relasional, sehingga program pembelajaran bahasa kedua untuk kedua tipe pembelajar ini pun harus dibedakan. Berikut adalah beberapa
ekspektasi para siswa tipe analitis. 1.
Peluang untuk belajar secara independen; 2.
Peluang untuk mengintegrasikan data menjadi model teoritis;
22 3.
Peluang untuk memecahkan masalah-masalah; 4.
Peluang untuk memiliki kebebasan intelektual; Adapun kelebihan para siswa analitis di antaranya adalah:
1. Memiliki kemampuan analitis;
2. Memiliki intuisi yang memudahkannya menguasai sistem bahasa secara
keseluruhan; 3.
Mampu berpikir
kritis sehingga
memudahkannya mengatasi
permasalahan; 4.
Mampu mengevaluasi diri dengan baik. Namun, di samping memiliki kelemahan, tipe siswa analitis juga mengantongi
beberapa kelemahan: 1.
Mungkin tidak bisa meraih standar pribadi yang tinggi sehingga jadi down kecewa;
2. Tipe yang senang “berada di belakang meja” dan menghindari interaksi
dengan banyak orang, sehingga kemampuan komunikatifnya tidak terlatih secara intensif;
3. Sulit mendorongnya untuk bicara karena takut atau tidak suka berbuat
kesalahan; 4.
Lebih tertarik pada struktur kalimat dibanding pada budaya bahasa target. Tipe siswa analitis juga menyukai lingkungan belajar yang sesuai dengan
karakteristiknya. Di antaranya adalah lingkungan yang: 1.
Memberi suasana belajar independen dan mandiri; 2.
Memberi rangsangan intelektual untuk memecahkan masalah, membaca dan melakukan penelitian;
3. Menghargai kemampuan intelektual si guru dan perintah-perintah yang
dibuatnya untuk mengatur KBM adalah hal yang superior dan layak dihargai.
Dengan lingkungan belajar seperti yang telah diuraikan di atas, siswa tipe analitis akan merasa nyaman belajar, termotivasi, dan perolehan belajarnya bisa
lebih optimal. Namun sebaliknya, jika lingkungan belajarnya seperti yang akan diuraikan berikut, siswa tipe analitis akan merasa kesulitan untuk belajar:
23 1.
Situasi kelas tradisional yang menuntut hal-hal untuk dihapal atau pembelajaran yang berjalan secara mekanis;
2. Kelas yang aktivitasnya tak terencana;
3. Lingkungan yang tak tertata dan tak terorganisir dengan baik.
C. Tipe Pembelajar Terstruktur