Suhu Tanah Kerapatan Massa Tanah Konsistensi Tanah Batas Atterberg

merubah konduktivitas hidroulik. Secara umum konduktivitas akan berkurang bila konsentrasi zat terlarut elektrolit berkurang, disebabkan oleh fenomena pengembangan dan dispersi yang juga dipengaruhi oleh jenis-jenis kation yang ada pelepasan dan perpindahan partikel-partikel lempung, selama aliran yang lama, bisa menghasilkan penyumbatan pori. Interaksi zat terlarut dan matrik tanah dan pengaruhnya terhadap konduktivitas hidroulik khususnya penting pada tanah- tanah masam dan berkadar natrium tinggi.

2.2.7 Suhu Tanah

Suhu tanah adalah suatu sifat tanah yang sangat penting secara langsung mempengaruhi pertumbuhan tanaman dan juga terhadap kelembapan, aerasi, stuktur, aktifitas mikroba, dan enzimetik, dekomposisi serasah atau sisa tanaman dan ketersediaan hara-hara tanaman. Temperatur tanah merupakan salah satu faktor tumbuh tanaman yang penting sebagaimana halnya air, udara dan unsur hara. Proses kehidupan bebijian, akar tanaman dan mikroba tanah secara langsung dipengaruhi oleh temperatur tanah. Laju reaksi kimiawi meningkat dua kali lipat untuk setiap 10 kenaikan temperatur.

2.2.8 Kerapatan Massa Tanah

Kerapatan massa tanah atau BV adalah massa atau berat suatu volume tanah yang mencangkup benda-benda padat dan pori-pori kandungan batuan yang ada dalam tanah memengaruhi kerapatan massa tanah. Semakin tinggi kandungan bahan organik tanah maka semakin rendah kerapatan massa tanah. Pengukuran berat volume diperlukan sebagai petunjuk untuk mengetahui kepadatan porositas tanah. Nilai berat volume dipengaruhi oleh tektur tanah semakin halus tektur tanah, nilai BV semakin besar, kedalaman tanah, kadar bahan organik, berat jenis, mineral penyusun tanah dan tipe strukturnya.

2.2.9 Konsistensi Tanah Batas Atterberg

Konsistensi tanah menunjukkan integrasi antara kekuatan daya kohesi butir-butir tanah dengan daya adhesi butir-butir tanah dengan benda lain. Keadaan tersebut ditunjukkan dari daya tahan tanah terhadap gaya yang akan mengubah bentuk. Gaya yang akan mengubah bentuk tersebut misalnya pencangkulan, pembajakan, dan penggaruan. Menurut Hardjowigeno 1992 bahwa tanah-tanah yang mempunyai konsistensi baik umumnya mudah diolah dan tidak melekat pada alat pengolah tanah. Konsistensi tanah dipengaruhi oleh tekstur tanah, terutama kandungan lempung, kadar air serta pengertian deskriptif tentang konsistensi. Batas konsistensi Atterberg merupakan persentase berat kandungan kadar air tanah, yang pada batas-batas tersebut mulai terjadi perubahan konsitensi tanah secara nyata. Nilai Atterberg ini sebenarnya kurang sesuai untuk digunakan dalam kegiatan pertanian dan lebih sesuai untuk bidang konstruksi teknik sipil. Angka Atterberg bersifat statis dan kaku karena hanya menggambarkan hubungan statis antara tanah dan air. Sedangkan kegiatan pertanian berhubungan dengan makhluk hidup tanaman yang bersifat dinamis. Tabel 2.3. Deskripsi Pengertian Konistensi Tanah. Tanah basah Tanah lembab antara basah dan kering Tanah Kering Lekat stickiness Plastisitas plasticity Kohesi Kohesi Tak lekat NS Agak lekat SS Lekat S Sangat lekat VS Tak plastis NP Agak Plastis SP Plastis P Sangat Plastis VP Mudah lepas L Mudah sekali pecah VFr Mudah pecah Fr Teguh Fi dan sangat teguh vFi Lepas L Halus S Agak keras SH Keras Hdan sangat keras VH Catatan : • Kelekatan = derajat adhesi terhadap objek lain • Plastisitas = kemampuannya untuk mengadopsi dan menahan perubahan bentuk selama atau setelah tekanan mekanik. • Kohesi = resitensi tanah terhadap disintegrasi dalam keadaan lembab, dan terhadap agregasi pemecahan dalam keadaan kering. Catatan: UPL : Upper Plastic Limit: kadar air pada batas ini keadaan tanah yang bersifat plastis berubah menjadi cair melumpur akibat kelebihan air. SP : Sticky Point: kadar air pada batas ini tanah yang semula kering, setelah dibasahi perlahan- lahan mulai berubah menjadi lekat. LPL : Lower Plastic Limit: kadar air pada batas ini platisitas tanah hilang. Tanah mulai berubah ke- keadaan semi padat. HL : Shringkage Limit: kadar air pada batas ini pasta tanah mengering dan tertahan tinggal lengas kapiler, ditandai dengan perubahan warna yang mendadak menjadi lebih cerah. Tanah memasuki keadaan padat. Plasticivity Value : Indek plastisitas = kadar air yang terletak antara UPL dan LPL. Workability : Jangka pengelolaan = kadar air yang terletak antara LPL dan HL. Gambar 2.3. Batas Konsitensi Atterberg 1. Batas Cair Batas cair adalah kondisi kadar air yang mampu ditahan oleh tanah. 2. Batas Gulung Batas gulung atau batas menggolek adalah kondisi air di mana gulungan tanah mulai tidak dapat digolek-golekan lagi. Jika digolek-golekan lagi, maka tanah akan pecah ke segala jurusan. 3. Batas Lekat Batas lekat adalah kondisi kadar air di mana tanah mulai tidak dapat melekat pada benda lain. Jika kadar air lebih rendah dari batas lekat, maka tanah tidak dapat melekat tetapi jika kadar air lebih tinggi dari pada batas lekat, maka tanah tanah akan mudah melekat pada benda lain. 4. Batas Berubah Warna Batas berubah warna merupakan salah satu sifat-sifat tanah yang berhubungan dengan angka atterberg. Di mana angka-angka atterberg digunakan untuk menetapkan atau menentukan konsistensi tanah secara kuantitatif yang dilakukan di Laboratorium. Tanah yang telah mencapai batas gulung, masih dapat terus kehilangan air, sehingga tanah lambat laun menjadi kering dan pada suatu ketika tanah berwarna menjadi lebih terang. Titik inilah yang dinamakan sebagai titik ubah atau batas berubah warna.

2.2.10 Potensi Mengembang dan Mengerut Tanah Nilai COLE