- 0.94 Keadaan ini dapat menyebabkan defisiensi Zn dan mengakibatkan anoreksia,
Simpulan
1. Suplementasi daun bangun-bangun Coleus amboinicus Lour dalam ransum
dapat meningkatkan kecernaan bahan kering dan bahan organik serta produksi VFA total in vitro, berturut-turut sebesar 11.00 – 24.14 , 9.82 – 23.11 dan
17.14 – 41.25 , dengan keeratan hubungan yang positif, sebaliknya memiliki keeratan hubungan negatif terhadap produksi N-NH3, kadar pH dan jumlah
mikroba, yang terlihat mengalami penurunan berturut-turut sebesar 9.04 – 16.52 , 0.08 – 0.10 poin dan 1 - 6 x 10
5
cfuml. 2.
Suplementasi Zn-vitamin E dalam ransum yang mengandung daun bangun- bangun, berdampak positif terhadap kecernaan bahan kering, kecernaan bahan
organik dan produksi VFA total in vitro, yang terlihat dari adanya peningkatan berturut-turut sebesar 14.98- 29.37 , 13.84 – 29.58 dan 26.05 – 50.34 ,
tetapi masing-masing memiliki keeratan hubungan tidak nyata. 3.
Ditemukan bahwa semakin tinggi level suplementasi daun bangun-bangun dalam ransum bertendensi menurunkan kadar pH dan jumlah mikroba rumen,
yang perlu diteliti lebih lanjut, karena untuk ternak ruminansia hal ini dikuatirkan mengganggu, meskipun dalam penelitian ini kadar pH dan jumlah
mikroba masih berada dalam kisaran normal untuk berlangsungnya proses fermentasi dalam rumen.
SUPLEMENTASI DAUN BANGUN-BANGUN Coleus amboinicus Lour DAN ZINC-VITAMIN E DALAM RANSUM TERHADAP
PRODUKSI SUSU KAMBING PERANAKAN ETAWAH
Pendahuluan
Susu adalah salah satu produk hewani yang dianjurkan untuk dikonsumsi, karena banyaknya nutrisi penting yang terkandung di dalamnya. Susu dihasilkan oleh
ternak perah, di antaranya kambing perah dari jenis peranakan etawah PE. Kambing ini adalah hasil persilangan dari jenis kambing etawah jamnapari dan kambing
kacang, yang memiliki beberapa keunggulan seperti perkembang-biakannya relatif cepat, karena dapat beradaptasi dengan berbagai jenis hijauan pakan Tomaszewska
et al. 1993, dan dapat mencapai pubertas pada umur 10 – 12 bulan, dengan lama
bunting berkisar antara 142 – 156 hari Sutama et al. 1996 dan memiliki jumlah anak sekelahiran berkisar antara 1 – 3 ekor, dengan produksi susu berkisar antara 1.0 – 1.5
literekorhari, sepanjang masa laktasi antara 5 – 8 bulan Balitnak 2004. Produksi susu tersebut masih terbilang rendah dan masih menjadi kendala dalam
perkembangbiakan kambing. Namun demikian, produksi susu kambing secara keseluruhan telah memberikan kontribusi sebesar 35 terhadap total produksi susu
dunia Weinstein 2005 dan memiliki harga jual cukup tinggi yaitu berkisar antara Rp. 12 000 – Rp. 15 000 per liter Afandi 2007.
Rendahnya produksi, erat kaitannya dengan rendahnya mutu pakan. Perbaikan mutu pakan, baik dengan suplementasi maupun fortifikasi pada ternak kambing PE
dapat dilakukan untuk meningkatkan produksi susu. Dari berbagai informasi diketahui bahwa tanaman daun bangun-bangun dapat digunakan untuk meningkatkan
produksi susu Depkes 2005. Daun bangun-bangun Coleus amboinicus Lour adalah jenis tanaman yang memiliki efek fisiologis dan farmakologis penting. Tanaman ini
telah lama dikenal masyarakat Batak, sebagai tanaman yang berkhasiat memperlancar sekresi air susu pada ibu menyusui Sihombing 2005. Beberapa penelitian telah
membuktikan hal ini, di antaranya produksi susu pada tikus putih laktasi meningkat
sebesar 30 Silitonga 1993, pada ibu menyusui sebesar 47.4 Santosa 2001 dan 65 Damanik et al. 2006. Selain itu, di banyak negara lain di dunia, khususnya
negara-negara Asia, tanaman ini telah banyak diteliti dan diketahui memiliki senyawa aktif lain dengan manfaat medis penting, seperti membantu mengontrol postpartum
bleeding dan berperan sebagai uterine cleansing agent pada ibu melahirkan
Damanik et al. 2006, antibakteri, analgesik dan antiinflamasi Feria, 2007. Selain mutu pakan, proses produksi susu juga dipengaruhi oleh proses
metabolisme. Proses metabolisme ini berhubungan erat dengan ketersediaan zat gizi untuk aktivitas enzim dan mikroba rumen. Zat gizi yang erat kaitannya dengan hal ini
selain zat gizi makro, juga zat gizi mikro di antaranya Zn. Pada ruminansia, ketersediaan Zn sangat rendah, karena pakan hijauan umumnya rendah kandungan Zn
McDonald et al. 2002. Rendahnya ketersediaan Zn dapat menyebabkan gangguan metabolisme, sehingga ketersediaan zat gizi dalam darah, yang dibutuhkan dalam
proses produksi menjadi berkurang. NRC 2001 menyatakan bahwa mineral Zn merupakan faktor penting dalam pemeliharaan sistem kekebalan tubuh. Zn juga
berperan dalam memperbaiki proses metabolisme dalam tubuh, karena Zn berperan sebagai metaloenzim kofaktor multienzim, yang aktif dalam metabolisme
karbohidrat, protein, lemak dan asam nukleat. Selain itu, ketersediaan mineral Zn sangat diperlukan untuk pembentukan antibodi yang dapat meningkatkan daya tahan
tubuh ternak Prasad 2003. Namun, selain ketersediaan, tingkat penyerapan Zn juga rendah, karena Zn dalam ransum tidak sepenuhnya dapat di metabolisme. Menurut
Cousins 1996, Zn hanya mampu diserap sebesar ± 33, sehingga untuk membantu penyerapan Zn, diperlukan senyawa lain seperti vitamin E. Menurut Traber 1998,
Vitamin E membantu penyerapan mineral mikro di antaranya Zn, juga berperan dalam mempertahankan produksi optimal, pertumbuhan normal dan fungsi kekebalan
tubuh, serta mencegah kerusakan komponen asam lemak tidak jenuh akibat radikal bebas dan perubahan akibat polutan yang berasal dari lingkungan.
Adanya suplementasi daun bangun-bangun diharapkan dapat berinteraksi positif dengan suplementasi Zn-vitamin E dalam memperbaiki metabolisme dan
produksi susu, sehingga dapat diaplikasikan sebagai suatu bentuk teknologi dibidang
pakan. Landasan ini menjadi tujuan dalam penelitian yaitu untuk menguji pengaruh suplementasi daun bangun-bangun dan Zn-vitamin E dan mengkaji mekanisme
fisiologisnya, dalam memperbaiki metabolisme rumen dan produksi susu pada kambing PE.
Bahan dan Metode
Waktu dan Tempat
Penelitian dimulai dengan persiapan induk laktasi mulai dari perkawinan ternak sampai partus, kemudian dilanjutkan dengan percobaan ransum setelah
partus dan selama menyusui dan analisis laboratorium analisis darah dan susu. Kegiatan ini dilaksanakan di Balai Penelitian Ternak Balitnak Ciawi dan
Laboratorium Pengujian Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian Cimanggu Bogor. Lama penelitian 15 bulan yaitu pada Januari 2006
sampai Maret 2007.
Bahan Penelitian
Bahan penelitian dalam percobaan in vivo terdiri atas 24 ekor kambing PE Gambar 13 laktasi pertama, 24 unit kandang individu berukuran 1 x 1 x 1 m, yang
dilengkapi tempat makan dan air minum melalui kran otomatis. Bahan penelitian lainnya adalah ransum perlakuan yang terdiri dari ransum basal hijauan dan
Gambar 13 Kambing PE yang digunakan dalam penelitian
konsentrat dan suplemen berupa daun bangun-bangun dan Zn-vitamin E. Konsentrat disusun dari lima jenis bahan, dengan proporsi seperti pada Tabel 11. Hijauan yang
digunakan dalam penelitian ini adalah rumput raja Pennisetum purpureophoides, diperoleh dari kebun agrostologi milik balitnak. Daun bangun-bangun yang
disuplementasi dalam pakan basal, diperoleh dari penanaman sebelum dan selama penelitian berlangsung, pada umur panen 3 bulan. Penggunaan daun bangun-bangun
dalam bentuk segar dan ditetapkan sebanyak 0, 3, 6, 9 gkg BB. Suplementasi Zinc- vitamin E dikombinasikan dan penggunaannya ditetapkan yaitu zinc sebanyak 20
mgkg ransum NRC 1981 dan vitamin E sebanyak 10 mgkg ransum Sokol 1996. Komposisi ransum basal R0 dan ransum basal+Zn-vitamin E R1 serta daun
bangun-bangun yang digunakan, disajikan dalam Tabel 20.
Tabel 20 Komposisi zat gizi ransum ransum basal R0 dan ransum basal+Zn-vitamin E R1 serta daun bangun-bangun yang
digunakan
Zat Gizi R0
R1 Daun
Bangun- Bangun
Bahan Kering 35.51
35.51 33.12
Protein Kasar 11.41
11.41 18.60
Lemak 3.43
3.43 3.20
Serat Kasar 27.43
27.43 16.36
Ca 0.13
0.13 2.39
P 0.33
0.33 0.57
Zn ppm 5.39
25.39 3.90
Vitamin E ppm 11.77
21.77 0.24
TDN 61.88
61.88 63.79
Ransum basal, berdasarkan rekomendasi kandungan gizi NRC 1981 dengan proporsi 25 hijauan dan 75 konsentrat, menggunakan Microsoft office excel 2003.
Ransum basal + Zn-vitamin E
Metode Penelitian
Percobaan dirancang dengan Rancangan Acak Kelompok pola faktorial, menggunakan empat taraf suplementasi daun bangun-bangun 0, 3, 6, dan 9 gkg
BB, dua taraf suplementasi Zn dan vitamin E tidak ada suplementasi dan ada
suplementasi dan tiga kelompok ulangan berdasarkan bobot badan. Dengan demikian terdapat 24 unit percobaan.
Persiapan 24 ekor ternak laktasi dimulai dengan perkawinan, yang dilakukan secara alami, menggunakan 4 pejantan. Selama persiapan proses perkawinan dan
masa bunting, kambing PE ditempatkan dalam 4 unit kandang kelompok, dengan luasan kandang 3 x 4 x 1 m, masing-masing unit berisi 6 ekor betina dan 1 ekor
jantan. Kandang-kandang tersebut berada dalam satu bangunan kandang sistem panggung berukuran 27 x 8 m. Dua bulan menjelang beranak, kambing
dipindahkan dalam kandang percobaan, terletak dalam dua jalur, yang masing-masing jalur terdiri dari 12 unit kandang individu. Penempatan ternak dan pemberian
perlakuan dilakukan secara acak. Model pengacakan perlakuan disajikan dalam Gambar 14 dan penempatan ternak dalam unit kandang percobaan ditampilkan dalam
Gambar 15.
JALUR I JALUR 2
12 R0 B6 2 R1 B0 3 13
11 R1 B9 2 R1 B6 1 14
10 R1 B6 2 R1 B6 3 15
9 R0 B3 1 R0 B9 2 16
8 R0 B0 1 R1 B0 2 17
7 R1B3 2
R0 B0 3 18 6 R1 B3 1
R1 B9 3 19 5 R0 B6 1
R1 B9 1 20 4 R0 B0 2
R1 B3 3 21 3 R0 B3 2
R1 B0 1 22 2 R0 B6 3
R0 B9 1 23 1 R0 B9 1
R0 B3 3 24
Gambar 14 Model pengacakan perlakuan dan penempatan dalam setiap unit kandang
Gambar 15 Penempatan ternak dalam unit kandang percobaan
Perlakuan yang dikenakan terhadap kambing PE dalam penelitian ini adalah level suplementasi daun bangun-bangun 0, 3, 6 dan 9 gkg BB dan Zn-vitamin E
20 ppm : 10 ppm, dengan kombinasi seperti pada Tabel 21.
Tabel 21 Perlakuan yang dikenakan terhadap kambing PE dalam penelitian
Level Daun Bangun-Bangun B
Ransum Basal R0
Ransum Basal + Zn-Vitamin E
R1 0 R0B0
R1B0 3 R0B3
R1B3 6 R0B6
R1B6 9 R0B9
R1B9
Perlakuan terdiri dari ransum basal hijauan dan konsentrat dan ransum yang disuplementasi daun bangun-bangun dan zinc-vitamin E. Pemberian hijauan
sebanyak 10 dari bobot badan ternak dan sebelumnya telah dipotong-potong ± 5 cm, menggunakan mesin chopper. Konsentrat diberikan sebanyak 500 – 700
gramekorhari 20 dari jumlah pemberian hijauan atau 2 dari BB dan ditambah
100 gramekorhari untuk setiap ekor anak yang disusui. Pemberian ransum percobaan dimulai hari pertama setelah ternak partus.
Pemberian ransum dilakukan dalam dua tahap yaitu pagi hari jam 07.00 – 09.00 dan siang hari jam 12.00 - 14.00. Pada pagi hari diberikan konsentrat dan daun
bangun-bangun, dan siang hari diberikan hijauan. Jumlah ransum yang diberikan, ditimbang setiap kali pemberian sedangkan sisa ransum ditimbang keesokan harinya.
Penimbangan dilakukan terpisah untuk masing-masing sisa hijauan, konsentrat dan daun bangun-bangun. Air minum diberikan ad libitum melalui kran air otomatis pada
setiap kandang. Selama penelitian berlangsung dilakukan pemerahan susu untuk mendapatkan
data produksi susu. Pemerahan dilakukan dua kali sehari yaitu pagi hari jam 06.00 – 08.00 dan sore hari jam 15.00 – 17.00. Teknik pemerahan menggunakan metode
whole hand seluruh jari tangan. Pemerahan mulai dilakukan 4 hari setelah partus dan dilanjutkan setiap selang 4 hari, dengan cara memisahkan anak dari induk. Pada
pemerahan pagi, anak kambing dipisah sore hari sebelumnya dan untuk pemerahan sore anak kambing dipisah pagi hari pada hari yang sama. Susu hasil pemerahan
sebagian diambil untuk kepentingan analisis dan sebagian diberikan pada anak dari induk yang diperah, dengan menggunakan botol susu. Pada kambing yang anaknya
mati, pemerahan dilakukan setiap hari pagi dan sore. Pengambilan darah juga dilakukan untuk mendapatkan data kadar komponen
kimia dalam darah. Sebanyak 8 ml sampel darah diambil dari vena jugularis, setelah dua minggu partus setelah pemberian ransum percobaan, menggunakan syrinx,
kemudian dimasukkan dalam tabung reaksi yang sebelumnya telah diberi heparin, untuk mencegah koagulasi darah. Tabung reaksi disimpan dalam termos berisi es
batu, kemudian dibawa ke laboratorium untuk analisis. Selain itu, dilakukan penimbangan bobot badan kambing dua minggu sekali untuk induk kambing dan
seminggu sekali untuk anak kambing. Penimbangan kambing menggunakan timbangan alramana produksi Pettersons Scale Industries Pty. LTD, Brisbane
Australia, yang berkapasitas 112 kg dan tingkat ketelitian 200 g.
Variabel yang diamati dan diukur dalam penelitian ini adalah variabel yang menggambarkan metabolisme rumen dan produksi susu, sebagai berikut :
1. Metabolisme rumen
Penentuan metabolisme rumen didasarkan atas peubah :
Konsumsi bahan kering dan zat gizi ransum Penentuan konsumsi ransum terdiri dari penentuan konsumsi bahan kering
KBK dan zat gizi ransum KZG, diperoleh dengan perhitungan menggunakan formula :
KBKKZG = BKZG hasil analisis 100 x konsumsi ransom
Analisis kandungan zat gizi makro serta Ca dan P menggunakan analisis proksimat Apriyantono et al. 1989, Laboratorium INTP 2005, AAS Atomic
Absorption Spectrophotometer mengikuti prosedur AOAC 1995 untuk Zn dan HPLC High Performance Liquid Chromatography, mengikuti prosedur
AOAC 1995 untuk vitamin E. Hasil analisis zat gizi dikonversi atas dasar bahan kering.
Analisis tersebut dilaksanakan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan Departemen Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak, Fakultas Peternakan Institut
Pertanian Bogor dan Laboratorium Pengujian Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pasca Panen Pertanian Cimanggu. Hasil analisis zat gizi
dikonversi atas dasar bahan kering.
Komponen dalam darah Komponen dalam darah diukur sebelum dan sesudah pemberian perlakuan.
Penentuan komponen darah didasarkan pada asumsi bahwa apabila terjadi penurunan atau perubahan komponen darah, maka diduga ada gangguan
metabolisme. Pengambilan darah mengikuti teknik yang direkomendasikan Suprayogi 2004.
Penentuan komponen darah terdiri dari : komponen makro protein, lemak, glukosa, kadar haemoglobin dan jumlah Red Blood Cell darah ditentukan
menggunakan metode Supariasa et al. 2002, komponen mikro darah Ca, P dan Zn ditentukan menggunakan AAS Atomic Absorption
Spectrophotometer, vitamin E darah ditentukan menggunakan HPLC High Performance Liquid Chromatography, mengikuti prosedur AOAC 1995, dan
pH darah diukur menggunakan pH meter. 2.
Produksi susu Penentuan produksi susu didasarkan atas beberapa peubah sebagai berikut :
Produksi susu induk selama laktasi
Produksi susu PS selama laktasi diukur setiap selang empat hari selama 3 bulan, dimulai pada hari keempat setelah partus.
PS kg = Produksi susu pada pemerahan pagi + Produksi susu pada pemerahan sore
Produksi susu dalam FCM selama laktasi
Produksi susu dalam FCM Fat Coreected Milk adalah produksi susu yang
telah dikoreksi ke dalam 4 kadar lemak NRC 1981, sebagai berikut :
FCM = 0,4 x Produksi Susu kg + Produksi Susu kg x Produksi Lemak kg
Komposisi zat gizi susu
Komposisi zat gizi susu diperoleh dengan menganalisis zat gizi yang terkandung dalam susu, sebagai berikut :
- Protein susu dianalisis menggunakan metode Hadiwiyoto 1982 - Lemak susu dianalisis menggunakan metode Gerber menurut Sudono et al.
1999. - Laktosa susu dianalisis menggunakan metode kalorimetri menurut
Apriyantono et al. 1989.
- Mineral susu, terdiri dari Ca, P, Zn, ditentukan dengan AAS Atomic Absorption Spectrophotometer, mengikuti prosedur AOAC 1995.
- Vitamin E, ditentukan menggunakan HPLC High Performance Liquid Chromatography, mengikuti prosedur AOAC 1995.
Seluruh kegiatan analisis laboratorium dilaksanakan di Laboratorium Pengujian Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pasca Panen Pertanian Cimanggu.
Analisis Statistik
Data yang diperoleh ditabulasi dan diolah dengan Microsoft Office Excel 2003 dan selanjutnya dianalisis menggunakan sidik ragam General Linear Model GLM
dan uji lanjut Tukey dalam program Minitab 13.0 Release 2001.
Hasil dan Pembahasan
Percobaan in vivo dilakukan untuk mengaplikasikan dan menguji sejauh mana pengaruh suplementasi daun bangun-bangun dan Zinc-vitamin E pada kambing PE
laktasi melalui pengamatan terhadap metabolisme rumen dan produksi susu.
Performa kambing penelitian
Kambing peranakan etawah PE yang digunakan dalam percobaan in vivo memiliki kisaran umur 1 – 1.5 tahun, dikawinkan dengan empat pejantan secara
alami. Dari 24 ekor induk yang dikawinkan, 91.67 22 ekor berhasil bunting pada perkawinan pertama dan 8.33 2 ekor berhasil bunting setelah dikawinkan kedua
kali. Hasil ini lebih tinggi dibandingkan hasil penelitian Sutama et al. 1996, yang mendapatkan 66.7 , 60.0 dan 73.3 ternak bunting pada perkawinan pertama,
masing-masing untuk induk dengan produksi susu rendah, sedang dan tinggi Kambing PE yang digunakan dalam penelitian ini dikelompokkan dalam 3
kelompok berdasarkan bobot badan. Hasil pengamatan terhadap lama bunting dan
bobot lahir anak berdasarkan kelompok bobot badan induk, ditampilkan dalam Tabel 22.
Secara umum, dari 24 ekor kambing yang digunakan, didapat lama bunting induk berkisar antara 146 – 158 hari atau rata-rata 152.54 ± 3.72 hari. Hasil
Tabel 22 Kelompok bobot badan, lama bunting dan bobot lahir anak
kambing PE Kelompok Bobot
Badan Induk
kg Lama Bunting
Induk hari
Bobot Lahir Anak kg
I 27.88 ± 1.70
153.38 ± 3.74 2.75 ± 0.80
II 26.50 ± 1.52
151.63 ± 4.27 2.70 ± 0.44
III 24.81 ± 1.43
152.63 ± 3.38 2.58 ± 0.54
pengamatan ini sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan hasil penelitian Sutama et al.
1996, yang mendapatkan lama bunting induk kambing PE berkisar antara 142 –
156 hari atau rata-rata 149 hari.
Hasil pengamatan juga memperlihatkan bahwa induk kambing PE yang digunakan dalam penelitian ini berpotensi beranak kembar 16.67 atau memiliki
jumlah anak per kelahiran 1 – 2 ekor atau rata-rata 1.17, dengan prosentase kelahiran
anak jantan ♂ dan betina ♀ masing-masing 50 . Hasil ini lebih rendah
dibandingkan hasil penelitian Sodiq et al. 2002, yang mendapatkan jumlah anak per kelahiran berkisar antara 1 – 3 ekor dengan rata-rata 1.56.
Bobot lahir anak secara keseluruhan berkisar antara 1.5 – 3.6 kg atau rata-rata 2.68 ± 0.59 kg. Rata-rata bobot lahir ini lebih rendah dibandingkan hasil penelitian
Sodiq et al. 2002 dan Sutama 2005, yang mendapatkan rata-rata bobot lahir berturut-turut 3,4 kg dan 3.68 kg. Selain itu, tingkat mortalitas dari anak kambing PE
sampai disapih mencapai 39.29 . Hasil ini lebih tinggi dari hasil penelitian Sodiq et al
. 2002, yang mendapatkan tingkat mortalitas hanya 8 sampai anak disapih. Namun menurut Adiati et al. 2003, tingkat mortalitas anak kambing PE pra sapih
memang cukup tinggi yaitu sekitar 30 - 40 .
Selama penelitian berlangsung, satu ekor induk mati setelah partus karena sakit. Selanjutnya dalam tabulasi dan analisis data, dihitung sebagai data hilang
menggunakan rumus perhitungan data hilang Steel and Torrie 1995.
Metabolisme Rumen
Proses metabolisme dalam rumen ternak ruminansia, khususnya kambing PE sangat penting untuk menyediakan energi, baik untuk hidup pokok maupun untuk
produksi susu. Status metabolisme rumen dapat diketahui dengan mengukur
konsumsi bahan kering dan zat gizi ransum serta komponen dalam darah.
Konsumsi bahan kering dan zat gizi ransum
Konsumsi adalah jumlah makanan yang dimakan oleh ternak dan erat kaitannya dengan sifat fisik atau kimiawi makanan, bobot badan dan sifat fisiologis ternak.
Tingkat konsumsi ini dapat menggambarkan kualitas makanan dan menentukan tingkat produksi ternak. Hasil pengukuran konsumsi bahan kering dan zat gizi
ransum disajikan dalam Tabel 23 dan 24. Terdapat interaksi pengaruh yang sangat nyata P0.01 di antara suplementasi
daun bangun-bangun dan Zn-vitamin E dalam meningkatkan konsumsi Zn dan vitamin E, sedangkan terhadap konsumsi bahan kering dan zat gizi lainnya factor
tunggal suplementasi daun bangun-bangun sangat nyata P0.01 meningkatkan konsumsi, tetapi suplementasi Zn-vitamin E pengaruhnya tidak nyata P0.01.
Demikian halnya, peningkatan konsumsi bahan kering, protein, lemak, serta kasar, TDN dan vitamin E, tidak berbeda nyata P0.01 di antara level suplementasi daun,
tetapi konsumsi Ca dan P di antara level suplementasi daun bangun-bangun 3, 6 dan 9 mgkg BB, terdapat perbedaan yang sangat nyata P0.01 Lampiran 9 sampai
Lampiran 17. Dilihat dari komposisi ransum, suplementasi daun bangun-bangun
meningkatkan kandungan gizi ransum Tabel 13 dan konsumsi hijauan Lampiran
8, sehingga secara langsung mempengaruhi jumlah konsumsi bahan kering dan zat gizi ransum. Konsumsi bahan kering dan zat gizi makro meningkat berkisar
2.34 – 20.22 dan zat gizi mikro meningkat sebesar 0.11 – 181.25 . Peningkatan konsumsi tertinggi terjadi pada konsumsi Ca yaitu berkisar 64.29 – 181.25 , sejalan
dengan meningkatnya level suplementasi daun bangun-bangun. Jumlah konsumsi tersebut, dipengaruhi banyak faktor yang saling berinteraksi,
di antaranya aspek anatomi, status fisiologi, bobot badan, tingkat produksi,
Tabel 23 Konsumsi bahan kering dan zat gizi makro kambing PE yang diberi pakan suplementasi daun bangun-bangun dan Zn-
vitamin E.
Level DB gkg Bobot Badan
RO R1
Rataan Konsumsi Bahan Kering gekorhari
3 6
9 755.31 ± 16.02
779.39 ± 48.83 822.87 ± 26.90
881.36 ± 21.42 767.59 ± 21.32
804.82 ± 18.87 839.55 ± 8.17
886.84 ± 12.94 765.45 ± 18.16
a
792.11 ± 35.92
b
831.21 ± 19.99
b
884.10 ± 16.11
b
Rataan 809.73 ± 56.57
824.70 ± 47.97
Konsumsi Protein gekorhari
3 6
9 117.51 ± 1.46
122.53 ± 4.44 129.00 ± 2.45
136.84 ± 1.95 118.62 ± 1.94
124.84 ± 1.72 130.52 ± 0.74
137.34 ± 1.18 118.07 ± 1.65
a
123.69 ± 3.27
b
129.76 ± 1.82
b
137.09 ± 1.47
b
Rataan 126.47 ± 7.94
127.83 ± 7.33
Konsumsi Lemak
gekorhari
3 6
9 41.29 ± 0.37
42.11 ± 1.12 43.35 ± 0.62
44.93 ± 0.49 41.57 ± 0.49
42.69 ± 0.43 43.73 ± 0.19
45.06 ± 0.30 41.43 ± 0.42
a
42.40 ± 0.83
b
43.54 ± 0.46
b
44.99 ± 0.37
b
Rataan
42.92 ± 1.56 43.26 ± 1.38
Konsumsi Serat Kasar gekorhari
3 6
9 130.21 ± 5.30
133.19 ± 16.16 143.15 ± 8.90
158.08 ± 7.09 134.28 ± 7.06
141.61 ± 6.25 148.67 ± 2.70
159.89 ± 4.28 132.24 ± 6.01
a
137.40 ± 11.89
b
145.91 ± 6.62
b
158.98 ± 5.33
b
Rataan 141.16 ± 14.33
146.11 ± 10.87
Konsumsi TDN
gekorhari
3 574.40 ± 8.65
590.33 ± 26.37 581.03 ± 11.51
604.06 ± 10.19 577.72 ± 9.80
a
597.19 ± 19.40
b
6 9
616.40 ± 14.53 650.58 ± 11.56
625.41 ± 4.41 653.54 ± 6.99
620.90 ± 10.79
b
652.06 ± 8.70
b
Rataan 607.93 ± 33.31
616.01 ± 28.92
a-b
Superskrip huruf yang berbeda dalam satu kolom menunjukkan perbedaan yang sangat nyata P0.01
kandungan nutrisi dan palatabilitas. Fisher 2002 menyatakan bahwa pada ruminansia sistem pencernaan dan tingkah laku makan dapat menjadi faktor penentu
jumlah konsumsi ransum. Dalam beberapa kasus variasi ransum, kandungan gizi terutama protein dan energi, serta palatabilitas ransum, dapat meningkatkan jumlah
Tabel 24 Konsumsi zat gizi mikro kambing PE yang diberi pakan suplementasi daun bangun-bangun dan Zn-vitamin E.
Level DB gkg Bobot Badan
RO R1
Rataan Konsumsi
Ca gekorhari
3 6
9 1.11 ± 0.02
1.82 ± 0.06 2.47 ± 0.03
3.15 ± 0.03 1.13 ± 0.03
1.85 ± 0.02 2.49 ± 0.01
3.15 ± 0.02 1.12 ± 0.02
a
1.84 ± 0.04
b
2.48 ± 0.02
c
3.15 ± 0.02
d
Rataan
2.14 ± 0.79 2.16 ± 0.78
Konsumsi P gekorhari
3 6
9 4.57 ± 0.03
4.73 ± 0.09 4.91 ± 0.05
5.12 ± 0.04 4.59 ± 0.04
4.78 ± 0.03 4.94 ± 0.01
5.13 ± 0.02 4.58 ± 0.03
a
4.75 ± 0.06
b
4.93 ± 0.04
c
5.12 ± 0.03
d
Rataan 4.83 ± 0.22
4.86 ± 0.21
Konsumsi Zn
ppmekorhari
3 6
9 105.20 ± 0.00
a
106.36 ± 0.00
a
107.40 ± 0.00
a
108.43 ± 0.00
a
120.55 ± 0.43
b
122.46 ± 0.38
c
124.19 ± 0.16
d
126.17 ± 0.26
e
112.88 ± 8.41 114.41 ± 8.82
115.79 ± 9.20 117.30 ± 9.72
Rataan 106.85 ± 1.25
123.34 ± 2.19
Konsumsi Vitamin E ppmekorhari
3 6
9 240.14 ± 0.10
a
240.18 ± 0.30
a
240.35 ± 0.17
a
240.32 ± 0.25
a
247.90 ± 0.35
b
248.39 ± 0.31
c
248.85 ± 0.13
c
248.66 ± 0.66
c
244.02 ± 4.25 244.28 ± 4.50
244.60 ± 4.66 245.49 ± 4.29
Rataan 240.32 ± 0.25
248.66 ± 0.66
a-d
Superskrip huruf yang berbeda dalam satu kolom dan satu baris menunjukkan perbedaan yang sangat nyata P0.01
konsumsi pada ruminansia. Hasil pengujian menunjukkan adanya korelasi positif di antara suplementasi daun bangun-bangun dengan konsumsi bahan kering r =
0.90, protein r = 0.96, lemak r = 0.93, serat kasar r = 0.80, TDN r = 0.92, Ca r = 0.90 dan P r = 0.99, tetapi dengan suplementasi Zn-vitamin E, korelasi tersebut
tidak nyata. Sebaliknya suplementasi Zn-vitamin E berkorelasi positif dengan konsumsi Zn r = 0.98 dan vitamin E r = 0.99, tetapi dengan suplementasi daun
bangun-bangun, korelasinya tidak nyata. Hal ini diduga karena kandungan nutrient yang cukup tinggi dalam daun bangun-bangun, meningkatkan kandungan gizi ransum
secara keseluruhan. Mertens 1987 mengemukakan bahwa konsumsi adalah faktor esensial yang perlu diperhatikan, sebagai dasar untuk hidup dan berproduksi.
Konsumsi berhubungan erat dengan karakteristik ternak, seperti bobot badan, level
produksi dan karakteristik pakan, seperti kandungan nutrisi. Dengan demikian, semakin meningkat bobot badan dan produksi ternak serta nilai nutrisi dari pakan
yang diberikan pada ternak, relatif akan meningkatkan konsumsi. Demikian halnya menurut Min et al. 2005, meningkatnya kualitas ransum dengan penambahan
bahan lain yang dapat meningkatkan jumlah zat gizi mudah dicerna, secara linier akan meningkatkan konsumsi ransum.
Selain kandungan nutrisi, diduga ada senyawa lain dalam daun bangun-bangun yang berperan dalam meningkatkan selera makan ternak. Hal ini terlihat juga
selama penelitian, dengan penggunaan daun bangun-bangun, konsumsi hijauan meningkat Lampiran 8 dan konsumsi daun bangun-bangun serta konsentrat tidak
pernah tersisa. Secara pasti faktor tersebut belum diketahui, namun menurut Sahelian 2006, dalam beberapa tanaman herba terdapat senyawa yang dapat mempengaruhi
sistem saraf pusat dalam hal pengaturan rasa lapar. Senyawa tersebut dapat meningkatkan atau menurunkan selera makan. Namun jenis senyawa tersebut belum
teridentifikasi. Lawrence et al. 2002 menambahkan bahwa dalam daun bangun- bangun terdapat golongan senyawa farmakoseutika yang perannya bervariasi di
antaranya berhubungan dengan palatabilitas. Lebih lanjut Haenlein 2002
menyatakan bahwa pada ternak kambing palatabilitas akan mendorong ternak mengkonsumsi pakan lebih banyak. Faktor palatabilitas ini saling berkaitan dengan
kandungan gizi, kecernaan dan konsumsi, yang menurut Despal et al. 2007, intake atau konsumsi pada ternak ruminansia dipengaruhi oleh banyaknya zat gizi atau
bahan tidak dapat dicerna dalam rumen, yang menentukan kapasitas rumen. Semakin banyak jumlah bahan tersebut, kapasitas rumen semakin menurun. Dengan demikian,
reseptor dinding rumen akan menyampaikan sinyal ke otak untuk menurunkan konsumsi. Pernyataan ini menjelaskan bahwa apabila jumlah bahan yang dapat
dicerna meningkat, kapasitas rumen juga meningkat, maka konsumsi secara langsung akan meningkat.
Tinggi-rendahnya konsumsi juga dipengaruhi oleh status fisiologi ternak seperti menyusui atau laktasi dan tingkat produksi susu. Semakin meningkat produksi susu,
konsumsi pakan semakin meningkat Min et al. 2005, meskipun kondisi ini memberikan dampak neraca balance negatif terhadap pertambahan bobot badan induk
laktasi. Hal ini terjadi karena adanya kompensasi penggunaan nutrient, tidak untuk pertambahan bobot badan, melainkan untuk produksi susu Sutardi, 1981.
Tidak adanya perbedaan konsumsi bahan kering, protein, lemak, serta kasar, TDN dan vitamin E, di antara level suplementasi daun bangun-bangun diduga karena
kandungan gizi ransum dan konsumsi hijauan, di antara level suplementasi daun bangun-bangun tersebut tidak jauh berbeda. Hal ini terlihat dari perubahan kadar zat
gizi yang hanya sebesar 0.01 – 3.82 dan peningkatan jumlah konsumsi hijauan sebesar 7.67 – 13.42 , di antara level suplementasi daun bangun-bangun, apabila
dibandingkan dengan tanpa suplementasi daun bangun-bangun. Suplementasi Zn-vitamin E tidak memperlihatkan pengaruh yang berarti
terhadap konsumsi bahan kering dan zat gizi ransum dari kambing PE, kecuali terhadap konsumsi Zn dan vitamin E. Namun demikian, ada kecenderungan
penggunaan zinc-vitamin E, menghasilkan konsumsi bahan kering dan zat gizi lebih tinggi dibanding tanpa penggunaan zinc-vitamin E. Menurut Lonnerdal 1988,
mekanisme interaksi Zn-vitamin E tidak terlihat pada perubahan konsumsi ternak,
namun berada pada level membran. Dengan kata lain, ada tidaknya pengaruh dari suplementasi Zn-vitamin E, akan terlihat setelah proses metabolisme berlangsung.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsumsi Zn dan vitamin E dipengaruhi oleh suplementasi daun bangun-bangun dan Zn-vitamin E. Dari penelitian Jenkins
and Kramer 1992 diketahui bahwa penambahan Zn akan meningkatkan kadar Zn dalam ransum. Demikian halnya Bell et al. 2006 menyatakan bahwa penambahan
vitamin E dalam ransum, hanya berpengaruh terhadap kandungan vitamin E ransum, kadar lemak susu dan melindungi kerusakan lemak. Meskipun peranan Zn dan
vitamin E tidak nampak terhadap konsunsi, namun defisiensi Zn Goff and Stabel 1990 dan vitamin E Traber 1998, dapat menyebabkan penurunan konsumsi secara
keseluruhan dan kesehatan ternak akan terganggu. Komponen kimia dalam darah
Pengukuran kadar komponen kimia dalam darah sangat penting dalam menentukan status gizi ternak dan metabolisme yang berlangsung dalam tubuh
ternak, dalam hal ini ketersediaan zat gizi untuk keperluan produksi susu. Hasil pengukuran kadar komponen kimia dalam darah disenaraikan dalam Tabel 25 dan 26.
Tabel 25 Kadar komponen kimia makro dalam darah kambing PE yang diberi pakan suplementasi daun bangun-bangun dan Zn-vitamin
E.
Level DB gkg Bobot Badan
RO R1
Rataan Kadar Protein gdL
3 6
9 6.72±0.01
6.94±0.02 7.12±0.01
7.28±0.03 6.91±0.04
7.07±0.05 7.27±0.02
7.48±0.03 6.82±0.11
a
7.01±0.08
b
7.19±0.08
c
7.38±0.11
d
Rataan 7.02±0.22
a
7.18±0.23
b
Kadar Lemak
3 6
9 1.05±0.01
a
1.06±0.01
a
1.05±0.01
a
1.04±0.01
a
1.19±0.01
b
1.20±0.03
b
1.48±0.01
c
1.52±0.01
c
1.12±0.08 1.13±0.08
1.27±0.23 1.28±0.26
Rataan 1.05±0.01
1.35±0.16
Kadar Glukosa gdL
3 6
9 63.67±1.53
a
73.67±3.22
b
72.00±1.00
b
73.00±1.00
b
69.88±0.83
b
80.00±2.00
c
81.67±2.52
c
84.67±1.53
c
66.77±3.58 76.83±4.22
76.83±5.57 78.83±6.49
Rataan
70.58±4.52 79.05±6.01
a-d
Superskrip huruf yang berbeda dalam satu kolom dan satu baris menunjukkan perbedaan yang sangat nyata P0.01
Pada Tabel tersebut terlihat bahwa suplementasi daun bangun-bangun dan Zn- vitamin E dalam ransum dapat meningkatkan kadar komponen dalam darah. Kedua
suplemen berinteraksi secara signifikan P0.01 dalam meningkatkan ketersediaan lemak, glukosa, Ca dan Zn dalam darah, sedangkan terhadap kadar protein, P dan
vitamin E, hanya dipengaruhi oleh masing-masing faktor tunggal suplemen yang
Tabel 26 Kadar komponen kimia mikro dalam darah kambing PE yang diberi pakan suplementasi daun bangun-bangun dan Zn-
vitamin E.
Level DB gkg Bobot Badan
RO R1
Rataan Kadar Ca
3 6
9 8.91 ± 0.01
a
9.23 ± 0.12
b
9.27 ± 0.06
b
9.27 ± 0.06
b
9.33 ± 0.15
b
9.37 ± 0.25
b
9.77 ± 0.12
b
10.10 ± 0.20
b
9.12 ± 0.25 9.30± 0.19
9.52 ± 0.29 9.68 ± 0.48
Rataan 9.17 ± 0.17
9.65 ± 0.37
Kadar P
3 6
9 3.77 ± 0.06
4.57 ± 0.06 4.67 ± 0.06
4.60 ± 0.10 4.23± 0.12
4.87 ± 0.06 5.00 ± 0.10
4.97 ± 0.15 4.00± 0.27
a
4.72 ± 0.17
b
4.83 ± 0.20
b
4.78± 0.23
b
Rataan 4.40 ± 0.39
a
4.77 ± 0.34
b
Kadar Zn
ppm
3 6
9 2.28 ± 0.07
a
2.27 ± 0.06
b
2.28 ± 0.06
b
2.30 ± 0.01
b
2.48 ± 0.04
bc
2.77 ± 0.12
cd
3.04 ± 0.06
d
3.08 ± 0.07
d
2.37 ± 0.12 2.52 ± 0.29
2.66 ± 0.42 2.69 ± 0.42
Rataan 2.28 ± 0.05
2.84 ± 0.26
Kadar Vitamin E ppm
0.10 ± 0.01 0.12 ± 0.01
0.11 ± 0.01
a
3 6
9 0.12 ± 0.01
0.12 ± 0.02 0.11 ± 0.02
0.14 ± 0.01 0.15 ± 0.01
0.15 ± 0.01 0.13 ± 0.01
b
0.13 ± 0.02
b
0.13 ± 0.02
b
Rataan 0.11 ± 0.01
a
0.14 ± 0.02
b a-d
Superskrip huruf yang berbeda dalam satu kolom menunjukkan perbedaan yang sangat nyata P0.01
diberikan dan pengaruhnya signifikan P0.01. Demikian halnya, kadar protein darah di antara level suplementasi daun bangun-bangun berbeda sangat nyata
P0.01, sedangkan kadar P dan vitamin E darah di antara level suplementasi daun bangun-bangun perbedaannya tidak nyata P0.01 Lampiran 18 sampai Lampiran
24. Hasil penelitian memperlihatkan adanya korelasi positif di antara kadar protein r = 0.93, glukosa r = 0.61, Ca r = 0.59 dan P r = 0.70 dalam darah dengan
suplementasi daun bangun-bangun, tetapi terhadap komponen lainnya, korelasinya tidak nyata, sedangkan komponen lemak r = 0.81, glukosa r = 0.64, Ca r = 0.66,
Zn r = 0.84 dan Vitamin E r = 0.70 dalam darah berkorelasi positif dengan suplementasi Zn-vitamin E. Hasil ini menunjukkan bahwa suplementasi daun
bangun-bangun berperan dalam meningkatkan kadar protein, glukosa, Ca dan P dalam darah, yang diduga karena meningkatnya jumlah konsumsi protein, lemak, Ca
dan P. Bio-Tech Research 2008, mengemukakan bahwa pada ruminansia kadar protein, lemak dan glukosa dalam darah, tergantung dari asupan, metabolisme dalam
rumen, penyerapan dalam usus dan transport komponen tersebut ke dalam darah. Apabila konsumsi protein, lemak dan glukosa tinggi dan metabolisme dalam rumen
berlangsung optimal, maka absorpsi komponen tersebut akan lebih baik, sehingga transport komponen tersebut ke dalam darah menjadi lebih banyak. Demikian halnya,
suplementasi Zn-vitamin E dapat meningkatkan kadar lemak, Zn dan vitamin E, serta bersama suplementasi daun bangun-bangun, dapat lebih meningkatkan kadar glukosa
dan Ca dalam darah. Hal ini diduga erat kaitannya dengan konsumsi dan peran Zn dalam metabolisme serta vitamin E untuk mempertahankan integritas membran dan
proteksi sel darah. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa suplementasi daun bangun-bangun dan Zn-vitamin E membantu meningkatkan produksi komponen
darah oleh sel atau organ tubuh. Berdasarkan hasil uji, diketahui bahwa terdapat korelasi positif di antara konsumsi zat gizi dan kadar komponen dalam darah. Dalam
hal ini, kadar protein darah dengan konsumsi protein r = 0.93, kadar lemak darah dengan konsumsi lemak r = 0.43, kadar glukosa darah dengan konsumsi serat kasar
r = 0.62, kadar Ca darah dengan konsumsi Ca r = 0.59, kadar P darah dengan konsumsi P r = 0.71, kadar Zn darah dengan konsumsi Zn r = 0.91 dan kadar
vitamin E darah dengan konsumsi vitamin E r = 0.73. Menurut Sadikin 2001, pengukuran konsentrasi zat gizi dalam darah
merupakan pemeriksaan laboratorium yang sangat penting, yang dapat memberikan gambaran kesehatan individu ternak maupun manusia. Hal ini didasarkan pada
kenyataan bahwa seluruh komponen darah, baik dalam plasma maupun serum disintesis dan dikeluarkan oleh organ tertentu yang juga dalam keadaan sehat atau
proses metabolisme tubuh berlangsung baik dan normal. Supariasa et al. 2002 menambahkan bahwa apabila terjadi penurunan atau peningkatan kadar
komponen dalam darah melampaui batas kisaran normal, maka hal ini dapat menggambarkan adanya penurunan produksi komponen darah oleh sel atau organ
tubuh atau terjadi gangguan metabolisme tubuh untuk mensintesis komponen darah. Interaksi pengaruh di antara daun bangun-bangun dan Zn-vitamin E, mampu
meningkatkan lemak darah sebesar 14.24 - 44.62 dan glukosa darah sebesar 25.65 - 32.98, sedangkan pengaruh masing-masing faktor tunggal daun bangun-
bangun dan Zn-vitamin E dapat meningkatkan kadar protein darah berturut-turut sebesar 2.83 dan 3.32 – 8.38 . Menurut Lazzaro 2005, kadar total protein
dalam darah untuk kambing dewasa berkisar antara 6.4 – 7.8 gdL dan glukosa berkisar antara 60 – 100 gdL. Total protein darah hasil penelitian ini berkisar 6.72 –
7.48 gdL dan glukosa 63.67 - 84.67 gdL, dan masih berada dalam kisaran normal. Kadar lemak darah normal belum dikemukakan secara pasti, karena status lemak
umumnya ditentukan atas dasar beberapa komponen lemak, di antaranya kolesterol. Meskipun demikian, menurut Linder 1992, lemak memasuki aliran darah secara
perlahan sebagai kilomikron melalui ductus thoracicus. Hal ini untuk mencegah perubahan besar kadar lemak darah. Dengan demikian, lemak tetap dipertahankan
agar stabil atau akan segera digunakan untuk energi dan diinkorporasikan kembali menjadi trigliserida untuk digunakan kemudian.
Pada percobaan in vitro terlihat bahwa kecernaan bahan kering dan bahan organik mengalami peningkatan, dengan adanya suplementasi daun bangun-bangun
dan Zn-vitamin E. Peningkatan kecernaan protein dan bahan organik ini mengindikasikan adanya peningkatan penyerapan zat gizi organik yaitu protein,
lemak dan glukosa, sehingga ketersediaannya dalam darah mengalami peningkatan. Senyawa-senyawa esensial oil dalam tanaman herba seperti carvacrol, menurut
Castillejos et al. 2005, dapat membantu meningkatkan proses penyerapan zat gizi melalui pengurangan kecepatan deaminasi asam amino dan degradasi protein.
Penghambatan atau pengurangan kecepatan deaminasi asam amino dan degradasi protein ini, berdampak positif terhadap protein, yaitu semakin meningkat jumlah
protein bypass Busquet et a.l 2006 Dengan demikian, jumlah protein yang dapat diserap masuk ke dalam darah semakin meningkat.
Pada lemak makanan, setelah mengalami metabolisme akan diserap masuk dalam darah dan berlangsung secara perlahan-lahan, dengan bantuan senyawa lain,
supaya mudah diserap dan tidak terjadi perubahan besar dari kadar lemak darah permukaan Bio-Tech Research 2007. Lemak yang merupakan senyawa tidak larut
air, harus terikat dengan senyawa lain yang mudah larut seperti protein atau vitamin larut lemak seperti vitamin E, agar mudah diserap masuk ke dalam darah Sadikin
2001. Dengan demikian, meningkatnya jumlah protein yang dapat diserap dan vitamin E, cenderung meningkatkan jumlah lemak yang dapat diserap ke dalam
darah. Zat gizi tersebut menurut Patel 2007, masuk ke dalam darah setelah terjadi proses metabolisme, melalui beberapa lintasan reaksi seperti glikolisis, krebs cycle,
glikogenesis-glikogenolisis dan glukoneogenesis. Senyawa lain yang ada dalam daun bangun-bangun dan memberikan dampak
positif terhadap metabolisme adalah forskolin. Menurut Litosch et al. 1982, senyawa forskolin dapat mempengaruhi ketersediaan dan mengaktifkan cAMP dalam
tubuh. Lebih lanjut Lehninger 1994 menjelaskan bahwa mekanisme kerja cAMP adalah mengaktifkan beberapa enzim metabolisme seperti protein kinase dan
fosforilase, yang berperan dalam proses metabolisme. Selain itu, menurut Collier 1985, cAMP juga berperan sebagai pembawa pesan intraseluler untuk sekresi
banyak hormon seperti thyroxine, triidothyronine, yang berperan dalam metabolisme protein, yaitu menstimulasi lipoprotein lipase untuk metabolisme lemak, glutamil
transpeptidase untuk metabolisme protein dan mengurangi insulin untuk perombakan glukosa, yang dibutuhkan untuk sintesis laktosa selama produksi susu laktasi.
Mekanisme ini menjelaskan bahwa terjadi optimalisasi metabolisme karena pengaruh senyawa aktif dalam daun bangun-bangun, melalui aktivasi enzim dan penghambatan
degradasi, sehingga zat gizi menjadi lebih tersedia. Peningkatan kadar protein, lemak dan glukosa juga terjadi akibat pengaruh
suplementasi Zn dan vitamin E. Secara biologis, Zn mempunyai fungsi structural, regulasi dan katalitik Cousins 1996. Fungsi katalitik ini terlihat dari banyaknya
enzim yang mengandung Zn atau sekresinya distimulir oleh adanya Zn, di antaranya protease Linder 1992, fosfolipase Piliang 2000, dan amilase NRC 2001, yang
berperan dalam metabolisme protein, lemak dan glukosa. Meningkatnya jumlah zat gizi makro dalam darah menggambarkan bahwa optimalisasi kerja enzim terjadi
dengan adanya suplementasi Zn. Demikian halnya, menurut Lonnerdal 1988, mekanisme kerja interaksi Zn dan vitamin E adalah mecegah terjadinya peroksidasi
lemak, terutama asam lemak esensial. Selanjutnya menurut Hughes 2003, vitamin E sebagai antioksidan intraseluler yang kuat, berperan menjaga integritas
membrane sel, dan melindungi limfosit dan monosit dari gangguan radikal bebas yang dapat mengganggu proses metabolisme, termasuk penyerapan mineral Zn, yang
sangat dibutuhkan untuk berfungsinya banyak enzim yang berperan dalam metabolisme.
Tabel 26 memperlihatkan kadar Ca, dan P darah hasil penelitian ini berkisar 8.91 – 10.10 dan 3.77 – 5.00 dan masih berada dalam kisaran normal
berdasarkan rekomendasi Lazzaro 2005 yaitu kadar normal Ca dan P darah untuk kambing dewasa masing-masing berkisar 8.9 – 10.6 dan 3.2 – 9.8 , sedangkan
kadar Zn berkisar 2.28 – 3.08 ppm, sedikit lebih tinggi dari standar yaitu 0.6 – 2.7 ppm. Kadar vitamin E sampai saat ini belum ada rekomendasi yang pasti, tetapi
menurut Hennekens et al. 2005, kadar vitamin E dalam darah selalu dipertahankan pada kondisi normal, karena peran vitamin E terbesar adalah menjaga integritas
membran sel dan melindungi sel dari pengaruh radikal bebas, terutama melindungi sel darah dari hemolisis.
Kadar zat gizi mikro khususnya Ca dan P dalam darah yang meningkat disebabkan adanya penggunaan daun bangun-bangun, dengan adanya senyawa aktif
dalam daun bangun-bangun yang dapat menurunkan kadar pH rumen, seperti yang diperlihatkan pada penelitian in vitro dan juga seperti hasil penelitian yang dilaporkan
Cardozo 2004, Anglada et al. 2005, Chaves et al. 2005, Noirot and Bayourthe 2005, yang mendapatkan penurunan pH rumen in vitro, karena pengaruh senyawa
aktif dari ekstrak tanaman. Menurut Piliang 2000, penyerapan Ca dan P dipengaruhi oleh beberapa faktor di antaranya derajat keasaman pH saluran pencernaan.
Meningkatnya derajat keasaman atau menurunnya nilai pH dalam saluran pencernaan dapat meningkatkan penyerapan Ca dan P, sehingga ketersediaan Ca dan P dalam
darah meningkat. Ketersediaan mineral Zn banyak dipengaruhi oleh asam amino dan
monosakarida Piliang 2000. Itu berarti, meningkatnya jumlah Zn dalam darah pada penelitian ini disebabkan adanya peningkatan jumlah protein dan glukosa yang
diserap, yang merupakan dampak positif dari adanya senyawa aktif dalam daun bangun-bangun terhadap metabolisme. Demikian halnya dengan vitamin E, menurut
Linder 1992, penyerapannya dipengaruhi oleh adanya asam lemak dan gliserida, sehingga meningkatnya penyerapan lemak, cenderung akan meningkatkan
penyerapan vitamin E. Bertambahnya kadar Ca, P, Zn dan vitamin E dalam darah juga terjadi akibat
pengaruh suplementasi Zn dan vitamin E. Hal ini terjadi karena suplementasi Zn dan vitamin E menambah ketersediaan kedua zat gizi tersebut. Menurut Linder 1992,
kondisi ini akan membantu optimalisasi kerja enzim yang terlibat dalam metabolisme zat gizi makro, yaitu protein, lemak dan glukosa. Dengan meningkatnya jumlah zat
gizi makro yang dapat diserap, menurut Patel 2007 dapat meningkatkan jumlah mineral dan vitamin yang dapat diserap, karena penyerapan mineral dan vitamin
sangat tergantung dari ketersediaan protein asam amino, lemak asam lemak dan gliserida dan glukosa monosakarida.
Hal lain yang turut mempengaruhi kadar komponen makro dan mikro dalam darah adalah senyawa aktif forskolin dalam daun bangun-bangun. Menurut Valla
2006, senyawa aktif dalam daun bangun-bangun seperti forskolin lebih banyak mempengaruhi kerja cAMP yang penting peranannya dalam metabolisme zat gizi.
Hasil metabolisme akan saling berintegrasi dalam proses penyerapan dan distribusinya dalam tubuh melalui aliran darah.
Kadar pH, Hb dan RBC darah
Sifat fisiko-kimia dan hematologis darah, sangat penting diketahui karena fungsi darah sebagai alat transport antar sel dan jaringan baik untuk mengedarkan zat
gizi yang telah diserap ke seluruh tubuh, maupun untuk pengeluaran bahan buangan ke luar melalui alat ekskresi. Menurut Sadikin 2001, perubahan sifat fisikokimia
darah seperti pH dan hematologis darah, dapat mengindikasikan adanya gangguan kesehatan terhadap individu ternak maupun manusia. Nilai pH dan hematologis
darah kambing PE laktasi yang diberi ransum suplementasi daun bangun-bangun dan kombinasi Zn dan vitamin E disajikan dalam Tabel 27.
Tabel 27 Kadar pH, Hb dan RBC dalam darah kambing PE yang diberi
pakan suplementasi daun bangun-bangun dan Zn-vitamin E Level DB
gkg Bobot Badan RO
R1 Rataan
Kadar pH
3 6
9 7.37 ± 0.03
7.45 ± 0.17 7.37 ± 0.03
7.37 ± 0.03 7.40 ± 0.01
7.37 ± 0.03 7.45 ± 0.17
7.37 ± 0.03 7.39 ± 0.03
7.41 ± 0.12 7.41 ± 0.12
7.37 ± 0.03
Rataan 7.39 ± 0.09
7.40 ± 0.08
Kadar Hb gdL
3 6
9 8.67 ± 0.31
9.93 ± 0.12 10.73 ± 0.46
11.07 ± 0.12 8.64 ± 0.31
10.67 ± 0.58 11.70 ± 0.52
11.67 ± 0.31 8.66 ± 0.28
a
10.30 ± 0.55b 11.21 ± 0.69
b
11.37 ± 0.39
b
Rataan
10.10 ± 1.00
a
10.67 ± 1.35
b
Kadar RBC x10
5
ml
3 6
9 9.27 ± 0.25
10.63 ± 1.16 11.50 ± 0.10
11.70 ± 1.13 9.06 ± 0.06
11.37 ± 0.12 11.63 ± 0.23
11.87 ± 0.06 9.17 ± 0.20
a
11.00 ± 0.84
b
11.57 ± 0.18
b
11.78 ± 0.19
b
Rataan 10.78 ± 1.13
10.98 ± 1.18
a-b
superskrip huruf yang berbeda dalam satu kolom dan atau satu baris menunjukkan perbedaan yang sangat nyata P0.01
Pada Tabel 27 terlihat bahwa suplementasi daun bangun-bangun dan Zn- vitamin E dalam ransum menghasilkan kisaran pH, Hb, dan RBC darah masing-
masing 7.37 - 7.45 , 8.48 – 12.00 gdL, dan 9.06 – 11.87 x10
5
ml. Kisaran nilai ini termasuk dalam kisaran normal seperti yang dikemukakan oleh Lazzaro 2005
yaitu kisaran normal pH, Hb dan RBC darah kambing dewasa adalah pH 7.35 – 7.40, Hb 8.0 – 12.00 gdL, dan RBC 8.0 - 18.0 x10
5
ml. Suplementasi daun bangun-bangun sangat nyata P0.01 meningkatkan kadar Hb dan RBC darah, tetapi
tidak mempengaruhi kadar pH darah. Suplementasi Zn-vitamin E sangat nyata P0.01 meningkatkan kadar Hb darah, tetapi tidak mempengaruhi kadar RBC dan
pH darah serta tidak saling berinteraksi P0.01 Lampiran 25 sampai 27. Hasil pengujian memperlihatkan bahwa suplementasi daun bangun-bangun berkorelasi
positif dengan peningkatan kadar Hb r = 0.86 dan RBC r = 0.85 darah, sedangkan suplementasi daun bangun-bangun dengan kadar pH dan suplementasi Zn-vitamin E
dengan kadar Hb, keeratan hubungannya tidak nyata. Demikian halnya di antara kadar Hb dan RBC, terdapat korelasi positif r = 0.88, sedangkan di antara kadar Hb
dan pH maupun kadar RBC dan pH, tidak ada hubungan. Hasil ini memperlihatkan bahwa suplementasi daun bangun-bangun sangat menentukan perubahan kadar Hb
dan RBC, serta mempertahankan kadar pH
Dalam kondisi apapun pada penelitian ini, kadar pH tetap dipertahankan dalam kondisi normal. Hal ini diduga karena pengaruh komponen senyawa dalam daun
bangun-bangun yang bersifat buffer. Hal ini juga dikemukakan Lawrence et al. 2005 bahwa dalam daun bangun-bangun terdapat senyawa yang bersifat buffer dan
dikelompokkan ke dalam kelompok senyawa farmakoseutika. Selain itu, menurut
Sadikin 2001, nilai pH dan sifat fisikokimia darah lainnya tidak mudah berubah meskipun ada senyawa lain yang masuk ke dalam darah, kecuali jika individu dalam
keadaan sakit. Lazzaro 2005 menambahkan bahwa ternak kambing yang menderita mastitis akan mengalami perubahan fisiologis tubuh. terutama perubahan status
hematologis darah dan sifat fisikokimia darah khususnya pH yaitu sedikit mengalami peningkatan. Kondisi ini terlihat pada perlakuan penggunaan daun bangun-bangun 3
gkg BB dan 6 gkg BB, yang memperlihatkan kecenderungan peningkatan nilai pH, disebabkan karena adanya ternak dalam kelompok perlakuan yang sempat menderita
mastitis. Meskipun demikian, kondisi ini tidak mempengaruhi nilai pH secara keseluruhan. Menurut Khaled et al. 1999, nilai pH darah dapat menjadi indikator
berlangsungnya proses metabolisme dalam tubuh ternak perah dan berdampak pada produksi dan kualitas susu. Pada kambing perah yang diberikan ransum yang terdiri
dari hijauan dan konsentrat dengan kadar protein 15.25 dan TDN 75.01 , kadar pH darah rata-rata 7.39
6 0.01. Kadar pH ini memberikan korelasi positif terhadap kadar protein susu.
Meningkatnya kadar Hb darah diduga karena ketersediaan Fe dalam daun bangun-bangun yang cukup baik yaitu 9.03 ppm Tabel 11, serta adanya
suplementasi Zn-vitamin E dan ketersediaan mineral lain dalam darah yang mengalami peningkatan, sehingga proses sintesis Hb menjadi lebih baik. Menurut
Sadikin 2001, sintesis haemoglobin berlangsung bersamaan dengan sintesis sel darah merah baru, untuk menggantikan sel yang tua dan mati. Haemoglobin berperan
untuk mengangkut oksigen yang dibutuhkan tubuh, sedangkan oksigen ini harus diikat oleh Fe. Kadar haemoglobin sangat ditentukan oleh ketersediaan Fe dan
mineral lain seperti Zn dan Mg, juga ketersediaan vitamin C dan vitamin E sebagai antioksidan intraseluler. Khaled et al. 1999 menyatakan bahwa selain pH, kadar Hb
darah juga menjadi indikator berlangsungnya proses metabolisme dalam tubuh ternak perah, yang selanjutnya dapat mempengaruhi produksi dan kualitas susu yang
dihasilkan. Pada kambing perah yang diberikan ransum yang terdiri dari hijauan dan konsentrat dengan kadar protein 15.25 dan TDN 75.01 , kadar Hb darah rata-rata
8.82 6 1.74. Jumlah RBC darah erat kaitannya dengan kadar Hb darah. Sadikin
2001, menyatakan bahwa Hb terkurung di dalam RBC, meningkatnya jumlah RBC cenderung akan diikuti dengan peningkatan kadar Hb, sehingga pasokan oksigen
keberbagai tempat diseluruh tubuh akan terjamin. Suplementasi Zn-vitamin E juga mempengaruhi kadar Hb darah. Keterkaitan
Zn-vitamin E dengan kadar Hb adalah melalui metabolisme secara keseluruhan, karena Fe yang membantu pembentukan Hb, terlibat dalam sistem enzim yang
berperan dalam metabolisme Underwood and Suttle 1999.
Produksi Susu
Pengukuran produksi dan komposisi zat gizi susu dilakukan untuk melihat sejauh mana pemanfaatan zat gizi oleh tubuh ternak. Tinggi rendahnya produksi dan
komposisi zat gizi susu ini dapat menggambarkan jumlah zat gizi yang tersedia dalam tubuh, yang tidak terlepas dari banyaknya zat gizi yang dikonsumsi.
Produksi Susu Selama Laktasi dan FCM Fat Corrected Milk
Produksi susu selama laktasi diukur setiap selang empat hari selama 3 bulan, dimulai pada hari keempat setelah partus. Produksi susu diperoleh dari jumlah susu
hasil pemerahan pagi hari dan pemerahan sore hari, sedangkan FCM Fat Corrected Milk adalah jumlah produksi susu selama laktasi yang telah dikoreksi ke
dalam 4 kadar lemak. Produksi susu kambing PE yang diberi pakan suplementasi daun bangun-bangun dan kombinasi Zn-vitamin E, ditampilkan dalam Tabel 28.
Tabel 28 Produksi Susu kambing PE yang diberi pakan suplementasi
daun bangun-bangun dan Zn-vitamin E. Level DB
gkg Bobot Badan RO
R1 Rataan
Produksi Susu kgekorhari
3 6
9 0.42 ± 0.01
a
0.60 ± 0.02
b
0.75 ± 0.01
c
0.80 ± 0.01
d
0.44 ± 0.01
a
0.70 ± 0.02
c
0.79 ± 0.01
d
0.83 ± 0.01
d
0.43 ± 0.01 0.65 ± 0.06
0.77 ± 0.02 0.81 ± 0.02
Rataan 0.64 ± 0.15
0.69 ± 0.16 FCM
3 6
9 0.17 ± 0.01
a
0.25 ± 0.02
b
0.31 ± 0.01
cd
0.34 ± 0.01
d
0.18 ± 0.01
a
0.29 ± 0.01
c
0.34 ± 0.01
d
0.36 ± 0.01
d
0.18 ± 0.01 0.27± 0.03
0.33 ± 0.01 0.35 ± 0.01
Rataan
0.27 ± 0.07 0.29 ± 0.07
a-d
Superskrip huruf yang berbeda dalam satu kolom dan satu baris menunjukkan perbedaan yang sangat nyata P0.01
Terdapat interaksi pengaruh yang sangat nyata P0.01 di antara suplementasi daun bangun-bangun dan Zn-vitamin E terhadap produksi susu Lampiran 28.
Semakin tinggi level penggunaan daun bangun-bangun, semakin meningkat produksi susu. Peningkatan ini sangat tinggi, yaitu berturut-turut sebesar 67.22 , 88.46
dan 98.65 , untuk setiap level penggunaan daun bangun- bangun 3, 6 dan 9 gkg BB dan Zn-vitamin E. Apabila efek Zn-vitamin E dihilangkan maka pengaruh
tunggal suplementasi daun bangun-bangun dapat meningkatkan produksi susu sebesar 43.04 , 78.68 dan 90.14 , sedangkan pengaruh tunggal suplementasi Zn-vitamin
hanya meningkatkan produksi susu sebesar 5.09 . Hasil penelitian ini jauh lebih baik dibanding hasil penelitian yang dilakukan pada tikus putih Silitonga 1993 dan
ibu menyusui Santosa 2001, Damanik et al. 2006, yang hanya mendapatkan peningkatan produksi susu berturut-turut sebesar 30 , 47.4 dan 65 .
Peningkatan produksi susu berkorelasi positif dengan suplementasi daun bangun- bangun r = 0.94, sedangkan terhadap suplementasi Zn-vitamin E, tidak ada
hubungan r = 0.16. Berdasarkan hasil ini, diduga bahwa peran Zn-vitamin E hanyalah memacu aktivitas enzim yang berfungsi dalam metabolisme dan sintesis air
susu, sehingga pada kondisi tertentu suplementasi Zn-vitamin E ini, kemungkinan tidak memberikan pengaruh terhadap produksi susu.
Peningkatan produksi susu yang sangat tinggi karena adanya suplementasi daun bangun-bangun, diduga karena komponen senyawa aktif dalam daun bangun-bangun.
Daun bangun-bangun dengan kandungan senyawa aktif yang bersifat laktagogue, menjadi faktor utama yang mempengaruhi produksi susu. Lawrence et al. 2005
melalui penelitiannya telah menemukan bahwa dalam daun bangun-bangun ada komponen yang bersifat laktagogue, yaitu komponen yang dapat menstimulir
produksi kelenjar air susu pada induk laktasi. Kadar komponen ini cukup besar yaitu berkisar antara 10 - 50. Adanya senyawa aktif yang bersifat laktagogue ini diduga
dapat menstimulasi kelenjar susu dan metabolisme tubuh, sehingga proses sintesis susu dapat berlangsung optimal. Menurut Damanik et al. 2006, meningkatnya
produksi susu diduga karena pengaruh senyawa laktagogue dalam daun bangun- bangun yang berperan dalam proliferasi sel sekresi mamari. Hal ini mendukung hasil
penelitian Silitonga 1993 yaitu meningkatnya kadar DNA dan RNA kelenjar mamari tikus dengan pemberian daun bangun-bangun.
Faktor lain yang diduga mempengaruhi peningkatan produksi susu adalah sifat oksitoksik dari daun bangun-bangun. Hasil penelitian Subanu et al. 1982
memperlihatkan bahwa senyawa yang terkandung dalam daun bangun-bangun secara in vitro
menunjukkan daya oksitoksik, yang setara dengan oxytocin, yaitu hormone yang berfungsi dalam pelepasan air susu. Menurut Neville 2007, pada induk
menyusui, oxytocin berfungsi dalam ekskresi air susu. Hormon ini disekresikan karena adanya rangsangan melalui pemerahan atau anak yang menyusu, yang
mengaktivasi sistem neurohormonal secara refleks, sehingga pituitary posterior akan melepas oxytocin. Menurut Delaval 2008, organ target hormon oxytocin adalah
otot uterus dan kelenjar susu. Dengan demikian, pada induk menyusui, pelepasan oxytocin akan membantu ekskresi air susu, sedangkan pada induk bunting, dapat
menyebabkan abortus.
Produksi susu juga dipengaruhi oleh ketersediaan zat gizi untuk metabolisme dan sintesis susu. Dalam percobaan ini telah dibuktikan dengan suplementasi daun
bangun-bangun kecernaan bahan kering dan bahan organik in vitro mengalami peningkatan yang sangat signifikan. Demikian pula, konsumsi bahan kering dan zat
gizi, serta kadar komponen dalam darah in vivo yang akan menjadi precursor dalam metabolisme dan sintesis air susu, mengalami peningkatan yang sangat nyata. Itu
berarti, nutrisi yang berasal dari pakan yang diberikan selama laktasi, dalam hal ini ransom basal dan suplementasi daun bangun-bangun, sangat berperan dalam
mengoptimalkan produksi susu. Kondisi ini dipertegas oleh Haenlein 2002, yang
menyatakan bahwa pengaruh genetik terhadap produksi susu memiliki nilai heritabiliti 0.25. Dengan kata lain, 25 tinggi rendahnya produksi susu,
ditentukan oleh faktor genetik, sedangkan 75 ditentukan oleh faktor lingkungan yaitu makanan dan tatalaksana. Apabila makanan dan tatalaksana yang diberikan
pada kambing perah baik, maka produksi susu akan lebih baik. Demikian halnya Akers 2002 menyatakan bahwa kuantitas dan kualitas susu yang dihasilkan seekor
ternak, sangat tergantung dari berbagai aspek yang terlibat dalam proses laktasi. Aspek tersebut adalah aspek nutrisi, fisiologi dan biokimiawi, yang meliputi
kandungan gizi makanan yang diberikan, proses metabolisme zat gizi, ketersediaan prekursor dalam darah dan mekanisme sintesis susu.
Collier 1985, mendukung pendapat tersebut dengan menyatakan bahwa tinggi rendahnya produksi susu sangat tergantung dari ketersediaan zat gizi, yang bersama
aliran darah memasuki kelenjar susu untuk sintesis air susu. Kondisi ini terjadi apabila metabolisme zat gizi berjalan baik atau jumlah zat gizi yang diserap masuk
dalam darah dapat memenuhi kebutuhan untuk produksi susu. Sadikin 2001 menambahkan bahwa, darah yang berfungsi sebagai alat transport, harus dalam
keadaan sehat yaitu memiliki sifat fisikokimia dan status hematologis yang normal, agar dapat mengangkut zat gizi yang dibutuhkan tubuh. Hal ini ditunjukkan dengan
kadar beberapa komponen darah di antaranya pH, Hb dan RBC yang mendapatkan perlakuan suplementasi daun bangun-bangun dan Zn-vitamin E Tabel 26, berada
dalam kisaran normal atau dalam kategori sehat Lazzaro 2005, bahkan kadar Hb dan RBC, meningkat dengan adanya suplementasi daun bangun-bangun.
Meningkatnya kadar Hb dan RBC, menggambarkan semakin banyak oksigen yang dapat diikat dan dibawa oleh darah, ke berbagai tempat diseluruh tubuh. Kondisi ini
memberikan dampak positif terhadap kerja sel, yaitu sel dapat melaksanakan fungsinya secara sempurna Sadikin 2001. Khaled et al. 1999 menyatakan bahwa,
terdapat interaksi positif antara metabolisme zat gizi dengan metabolit darah sebagai prekursor untuk produksi susu.
Apabila dibandingkan dengan jumlah konsumsi Tabel 22 dan Tabel 23, yang masih termasuk normal, peningkatan produksi susu ini sangat tinggi. Pada induk
menyusui, zat gizi yang dikonsumsi dibutuhkan untuk hidup pokok dan produksi susu. Induk yang produksinya tinggi, membutuhkan jumlah zat gizi yang tinggi pula.
Apabila tidak terpenuhi maka, kebutuhan ini akan diambil dari depot zat gizi dalam tubuh. Kondisi ini dapat menyebabkan induk kehilangan bobot badan. Hal ini
menurut Sutardi 1981 sebagai kompensasi induk agar tetap berproduksi secara maksimal. Lebih lanjut Hurley et al. 2007 menyatakan bahwa pada kondisi tersebut,
induk menyusui harus mendapat suplemen gizi yang mencukupi, agar kesehatan induk tetap terjaga. Dalam penelitian ini Lampiran 29, juga terjadi penurunan bobot
badan induk setelah partus, namun penurunan bobot badan ini tidak terlalu besar dan terjadi pada semua ternak percobaan. Kondisi ini memperlihatkan bahwa gizi yang
diberikan cukup tersedia untuk produksi susu. Jika dibandingkan dengan tingginya produksi susu pada induk yang diberi ransum mengandung daun bangun-bangun,
seharusnya terjadi kehilangan bobot badan lebih besar, karena kompensasi kebutuhan induk untuk produksi susu yang tinggi. Namun hal ini tidak terjadi, karena diduga
dalam daun bangun-bangun terkandung senyawa farmakoseutika Lawrence et al. 2005, di antaranya yang bersifat analgesik. Senyawa ini membantu induk menyusui
merasa tenang, relaks dan dapat mempertahankan kesehatannya Menendez and Gonzalez 1999, sehingga memperlancar pengeluaran air susu.
Pengaruh lain dari peningkatan produksi susu adalah efek senyawa aktif dalam daun bangun-bangun yaitu forskolin, yang bersifat membakar lemak menjadi energi.
Senyawa ini tergolong kelompok senyawa farmakoseutika Lawrence et al. 2005. Dengan efektivitas senyawa ini, energi menjadi lebih tersedia untuk produksi susu.
Menurut Sahelian 2006, energi sangat penting untuk individu yang berada dalam status fisiologis tertentu seperti menyusui. Demikian halnya menurut Haenlein
2002, untuk memproduksi susu, kambing perah membutuhkan sejumlah besar energi. Semakin tinggi produksi, semakin tinggi pula energi yang dibutuhkan. Hasil
penelitian in vitro juga menunjukkan adanya peningkatan jumlah produksi VFA Tabel 14, yang dihasilkan dari metabolisme rumen, sebagai sumber energi bagi
ternak, sehingga energi yang dibutuhkan untuk produksi susu sangat tersedia.
Adanya interaksi dengan Zn-vitamin E, juga meningkatkan proses metabolisme rumen, sehingga ketersediaan precursor dalam darah semakin meningkat.
Menjelaskan hal ini Bell et al. 2006 berpendapat bahwa vitamin E bersama mineral seperti Zn dan Se, berperan aktif dalam metabolisme dan dapat melindungi sel darah
dari hemolisis, sebab sel darah penting sebagai alat transportasi zat gizi, sehingga ketersediaan zat gizi dalam darah tidak terganggu. Interaksi ini menunjukkan bahwa
suplementasi Zn-vitamin E membantu mengoptimalkan metabolisme tubuh, sehingga ketersediaan precursor untuk sintesis air susu lebih optimal dan bersama daun
bangun-bangun dengan senyawa laktagoguenya, produksi susu dapat ditingkatkan. Interaksi pengaruh tersebut terhadap produksi susu selama laktasi diperlihatkan dalam
Gambar 16 dan 17.