0.2 0.4 0.6 0.8 1 Keadaan ini dapat menyebabkan defisiensi Zn dan mengakibatkan anoreksia,

0.1 0.2

0.3 0.4

0.5 0.6

0.7 0.8

0.9 1

4 8 12 16 20 24 28 32 36 40 44 48 52 56 60 64 68 72 76 80 84 88 HARI PR O D U K SI SU SU K G R0B0 R1B0 R1B3 R1B6 R1B9 Gambar 17 Interaksi pengaruh daun bangun-bangun dan Zn-vitamin E terhadap produksi susu kambing PE selama laktasi. Gambar tersebut memperlihatkan adanya variasi produksi susu selama laktasi. Namun suplementasi daun bangun-bangun baik sebagai factor tunggal maupun berinteraksi dengan Zn-vitamin E, menghasilkan produksi susu tertinggi. Jika dibandingkan dengan produksi susu kambing PE lainnya, produksi susu hasil penelitian ini masih lebih rendah yaitu 0.42 – 0. 83 kgekorhari dibandingkan produksi susu menurut Balitnak 2004, yang rata-rata 1.25 literekorhari atau setara dengan ± 1.5 kgekorhari. Faktor yang mempengaruhi kondisi ini diduga adalah perbedaan masa laktasi dan interval pemerahan. Menurut Bremel 2008, produksi susu pada laktasi I, biasanya lebih rendah dibandingkan dengan laktasi berikutnya. Demikian halnya dengan interval pemerahan, pada interval pemerahan 12 jam dan 12 jam, produksi susu lebih tinggi dan lebih stabil dibandingkan interval pemerahan 9 jam dan 15 yang produksi susunya lebih rendah 1.8 , sedangkan interval pemerahan 8 jam dan 16 jam, produksi susunya lebih redah 3.4. Dalam penelitian ini, interval pemerahan adalah 9 jam dan 15 jam jam 7.00 pada pagi hari dan jam 16.00 pada sore hari. Faktor lain yang mempengaruhi rendahnya produksi susu dalam penelitian ini juga kemungkinan disebabkan karena musim panas yang berkepanjangan selama penelitian berlangsung. Kondisi ini mempengaruhi kualitas hijauan yang diberikan, meskipun penurunan komposisi gizi hijauan tidak terlalu jauh, yaitu berkisar 0.32 – 1.12 . Menurut Whitlock et al. 2003, jumlah dan kualitas hijauan yang diberikan menentukan produksi dan komposisi susu yang dihasilkan. Hijauan yang diberikan dalam jumlah banyak, lebih berpengaruh terhadap kadar lemak susu dibandingkan terhadap produksi susu, tetapi kualitas hijauan berpengaruh terhadap produksi dan komposisi susu. Hasil penelitian Min et al. 2005 juga mendapatkan bahwa ransum kualitas rendah menghasilkan produksi dan komposisi susu yang rendah pula. Komposisi Zat Gizi Susu Tinggi rendahnya kadar zat gizi dalam susu, menggambarkan tinggi rendahnya kualitas susu yang dihasilkan. Hasil analisis komposisi zat gizi makro dan mikro susu kambing PE yang diberi pakan suplementasi daun bangun-bangun dan kombinasi Zn dan vitamin E, ditampilkan dalam Tabel 29 dan 30. Berdasarkan uji keragaman Lampiran 30 sampai Lampiran 36, diperoleh bahwa suplementasi daun bangun-bangun dan Zn-vitamin E dalam ransum dapat meningkatkan kadar zat gizi makro dan mikro dalam susu kambing peranakan etawah dan ada interaksi pengaruh di antara daun bangun-bangun dan Zn-vitamin E terhadap kadar protein dan lemak. Interaksi pengaruh di antara daun bangun- bangun dan Zn-vitamin E meningkatkan kandungan protein sebesar 2.12 - 52.51 , lemak 4.08 – 43.88 , laktosa 6.00 – 11.60 , Ca 52.94 – 176.47 , P 6.06 – 21.21 , Zn

2.50 – 11.60 dan vitamin E 11.54 – 42.31 .

Kandungan zat gizi dalam susu, erat kaitannya dengan ketersediaan komponen dalam darah untuk sintesis susu. Ketersediaan energi dan zat gizi lainnya dalam darah Tabel 24 dan 25, yang mengalami peningkatan dengan adanya suplementasi daun bangun-bangun dan Zn-vitamin E, menghasilkan susu dengan komposisi zat gizi yang lebih baik dibandingkan komposisi susu tanpa suplementasi. Terdapat korelasi positif di antara komponen makro dalam darah protein, lemak dan glukosa dengan kadar zat gizi makro dalam susu protein, lemak dan laktosa, dengan nilai